[at] Samanera Peacemind:
Ada di buku RAPB hal 2015 -2016 jilid 2, di mana ada banyak kemiripan dengan metode pembacaan mantra Mahayana, misalnya:
"Si pembaca harus termotivasi oleh keinginan mencapai Pembebasan." (Ini mirip dengan Mahayana yang menekankan Bodhicitta pada pembacaan Mantra)
Kotoran sapi (gomaya) digunakan untuk melapisi tempat di mana Atanatiya Paritta dibacakan.
Om,saya tidak menemukan rujukan yang om bilang di RAPB jilid 2 halaman 2015 - 2016...
ini saya copas dari perpusatakan DC RAPB jilid 2 halaman 2015-2016
penjelasan mengenai tindak kejahatan dengan hukumannya. Raja akan memastikan jenis kejahatan yang telah dilakukan orang itu yang disesuaikan dengan penjelasan dan daftar kejahatan yang terdapat dalam kitab, dan kemudian hukumannya akan dijatuhkan atas orang itu.
Pelaksanaan tradisi Vajjã yang dijelaskan di atas sangat menenteramkan rakyat. Saat salah satu teman atau sanak saudara mereka dihukum karena suatu tindak kejahatan, masyarakat tidak akan menyalahkan para pangeran Vajjã. Mereka memahami bahwa raja hanya menegakkan keadilan dan bahwa kesalahan terletak pada si pelaku kejahatan. Merasa puas dan terlindungi sepenuhnya oleh hukum, mereka menjalani usaha mereka dengan jujur. Oleh karena itu, ketaatan terhadap sistem keadilan yang telah berlaku sejak lama adalah fakor yang mendukung bagi kemajuan para penguasa.)
(iv) Faktor Kemajuan, Ketidakmunduran Keempat
“ânanda, apakah para pangeran Vajjã memperlakukan orang-orang yang lebih tua dengan sopan, penuh penghargaan dan penuh penghormatan, dan apakah mereka mau mempertimbangkan nasihat orang-orang yang lebih tua yang layak didengarkan? Apakah yang engkau dengar?”
“Yang Mulia, aku mendengar bahwa para pangeran Vajjã memperlakukan orang-orang yang lebih tua dengan sopan, penuh penghargaan dan penuh penghormatan, dan bahwa mereka mau mempertimbangkan nasihat orang-orang yang lebih tua yang layak didengarkan.”
“ânanda, selama para pangeran Vajjã memperlakukan orang-orang yang lebih tua dengan sopan, penuh penghargaan dan penuh penghormatan, dan mau mempertimbangkan nasihat orang-orang yang lebih tua yang layak didengarkan, mereka akan makmur; tidak ada alasan bagi kemunduran mereka.”
(Istilah ‘sopan, penuh penghargaan dan penghormatan’, semuanya menunjukkan arti yang mendalam akan penghormatan, kasih [2015]
sayang, dan kerendahan hati. ‘mendengarkan nasihat mereka’ artinya menjumpai mereka untuk berkonsultasi dua atau tiga kali setiap hari.
Jika para pangeran muda tidak memiliki rasa hormat terhadap mereka yang lebih tua dan tidak meminta nasihat dari mereka yang lebih tua, para pangeran muda itu akan diabaikan oleh para sesepuh, dan karena kurangnya bimbingan, mereka akan cenderung bersenang-senang menikmati kenikmatan indria dan melupakan tugas-tugas kerajaan mereka, sehingga mengakibatkan kejatuhan mereka.
Jika para pangeran menghormati para sesepuh, para sesepuh akan memberikan nasihat mengenai ketatanegaraan, menunjukkan praktik-praktik tradisional. Dalam hal strategi militer, mereka memiliki pengalaman sehingga jika berada dalam situasi perang, mereka dapat memberikan bimbingan seperti kapan harus maju, dan kapan harus mundur. Mengambil pelajaran dari pengalaman dan kebijaksanaan para sesepuh mereka, para pangeran dapat meneruskan tradisi mereka yang patut dibanggakan, menjaga keagungan negeri mereka.)
(v) Faktor Kemajuan, Ketidakmunduran Kelima
“ânanda, apakah para pangeran Vajjã menjauhkan diri dari mengambil dengan paksa para perempuan dan gadis-gadis dan menyekap mereka? Apakah yang engkau dengar?”
“Yang Mulia, aku mendengar bahwa para pangeran Vajjã menjauhkan diri dari mengambil dengan paksa para perempuan dan gadis-gadis dan menyekap mereka.”
“ânanda, selama para pangeran Vajjã menjauhkan diri dari mengambil dengan paksa para perempuan dan gadis-gadis, mereka akan makmur, tidak ada alasan bagi kemunduran mereka.”
(Jika para penguasa secara paksa merampas perempuan atau gadis tanpa persetujuan, orang-orang akan sangat marah. “Mereka [2016]
Anumodana