//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: bulu dekat pantat bebek mandarin + baca sutra = pernikahan harmonis..benarkah?  (Read 112917 times)

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Offline andry

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.117
  • Reputasi: 128
sejauh dari penerawangan saiahh (wakakakakakaka)
ajaran SB terbagi menjadi 2

1. Kearah pembebasan
2. Kerarah kehidupan yg lebih baik
Samma Vayama

Offline dukun

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 148
  • Reputasi: 8
  • Long lasting love
Sudah keliatan jalannya ??

Jalan Gatot Subroto sudah sering lihat ha...ha
Everjoy

Offline dilbert

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.935
  • Reputasi: 90
  • Gender: Male
  • "vayadhamma sankhara appamadena sampadetha"
sejauh dari penerawangan saiahh (wakakakakakaka)
ajaran SB terbagi menjadi 2

1. Kearah pembebasan
2. Kerarah kehidupan yg lebih baik

Ajaran Para Buddha, Hindari PErbuatan Jahat, Tambahkan Perbuatan baik, Suci-kan Hati dan Pikiran...
VAYADHAMMA SANKHARA APPAMADENA SAMPADETHA
Semua yang berkondisi tdak kekal adanya, berjuanglah dengan penuh kewaspadaan

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
ya oleh karena itu saya memberikan perbandingan ingin tahu sejauh apa ajaran Buddha itu mengajarkan Dhamma yang benar dengan membandingkan dengan ajaran lain, atau hanya tafsir dari orang2 yang tidak bertanggung jawab memainkan seakan2 perkataan Buddha tapi bukan perkataan Buddha.
Kalau hal ini, sepertinya susah diketahui sebab bagaimanapun "Buddha" tidak ada, jadi hanyalah sebuah gambaran dalam pikiran saja. Sama saja seperti sosok "Tuhan" yang sekarang (dikatakan) sudah tidak berkomunikasi lagi dengan manusia. Masing-masing membentuk "image" Tuhan dalam pikiran (ada yang pemaaf, ada yang pendendam, dll), lalu mencoba membandingkannya dengan "image" Tuhan dalam agama lain. Bisa saja terjadi perbandingan-perbandingan, tetapi "image" Tuhan yang sebenar-benarnya sendiri, siapa yang tahu?

Quote
Pembacaan Sutra, bulu bebek, patung dan doa seakan2 memberikan manfaat tapi apabila dijabarkan toh malah ada syarat2 lain yang membuat hal2 yang katanya bisa malah menjadi remang2 dengan HARUS ada sila lah, HARUS ada perenungan lah, HARUS ada niat dari yang membaca lah, HARUS ada keyakinan dari yang mau akur ah, ajdi saya rasa ini adalah dhamma remang2 bukannya Dhamma halus yang seperti papa bond bilang.
kalau semua itu harus selaras bukankah Ritual bulu bebek menjadi tidak berarti?
untuk apa Buddha mengajarkan dhamma yang "abu2" ?
Dengan penyelidikan yang ilmiah bisa langsung diketahui apakah benar ada gunanya. Dengan sila yang cukup, tekad menjaga keharmonisan, pengendalian diri, apakah cukup untuk memberikan keharmonisan atau perlu tambahan baca-baca sutra/ritual tertentu? Saya rasa kita semua sudah punya jawabannya masing-masing.

Mengenai yang "abu-abu" itu, Bro Gandalf pernah bilang kalau tata cara itu adalah berdasarkan tradisi setempat saja, jadi belum tentu perlu seperti di sutra itu persis (1008x, kudu bebek mandarin, dsb). Yang saya tidak tahu, apakah dalam Mahakaruna Dharani Sutra selengkapnya itu ada dijelaskan seperti itu atau tidak. Jika ada, berarti pembelajaran memang seharusnya tidak langsung ke "ritual bulu bebek", tapi ke pengertiannya dulu.
Jika tidak, maka sungguh disayangkan sebab bagian "bulu bebek" itu sangat condong ke "ritual" ketimbang "pengertian".

Quote
sedangkan dalam dhammapadda ada tertulis :
Karena rasa takut, banyak orang pergi mencari perlindungan ke gunung-gunung, ke arama-arama (hutan-hutan), ke pohon-pohon dan ke tempat-tempat pemujaan yang dianggap keramat.

Tetapi itu bukanlah perlindungan yang aman, bukanlah perlindungan yang utama. Dengan mencari perlindungan seperti itu, orang tidak akan bebas dari penderitaan.

Ia yang telah berlindung kepada Buddha, Dhamma dan Sangha, dengan bijaksana dapat melihat Empat Kebenaran Mulia, yaitu:

Dukkha, sebab dari dukkha, akhir dari dukka, serta Jalan Mulia Berfaktor Delapan yang menuju pada akhir dukkha.

Sesungguhnya itulah perlindungan yang utama. Dengan pergi mencari perlindungan seperti itu, orang akan bebas dari segala penderitaan.

Kebanyakan orang mencari2 ritual untuk inilah itulah, apakah Buddha mengajarkan Ritual2? atau ini hanya muridnya yang mengajarkan?
Ini kembali lagi 'kan kata-kata dari "Buddha versi Dhammapada". Kata-kata "Buddha versi Mahakaruna dharani" bisa jadi berbeda. Beda lagi misalnya dengan kata-kata dari "Buddha versi I Kuan Tao", dll. Merk-nya saja yang sama, namun image di pikiran pasti berbeda. Bahkan saya yakin image "Buddha versi dhammapada" saya dan Bro ryu, pastilah tidak 100% sama.

Quote
ya hal itu memang hak masing2, hanya adalah tidak bijaksana apa yang bukan perkataan buddha dijadikan menjadi perkataan Buddha, itu hanya akan menjadi lelucon, sama seperti buku Anthony de mello yang memberikan ilustrasi dengan menggunakan tokoh2 agama yang terkenal pembaca mungkin akan memaklumi walau ceritanya bohong karena itu hanya ilustrasi, tapi apabila ada sebuah buku/sutra yang diyakini oleh seluruh umat buddha ternyata hanyalah sutra palsu walaupun ada manfaatnya tapi sungguh menggenaskan melihat wajah ajaran Buddha seperti ini.
Kalau "Buddha versi saya" mengajarkan tidak perlu merasa kecewa dengan sikap-sikap yang tidak sesuai dengan yang kita harapkan, atau bahkan jika ada yang terang-terangan memalsukan ajaran secara tidak tahu malu; tetapi sadarilah memang itulah kenyataannya makhluk yang dipenuhi LDM, yang cenderung "menetapkan kebenaran sesuai keinginan" bukan "menyadari kebenaran sesuai kenyataan". Jadi terlepas dari orang itu benar atau salah menurut standard masing-masing, tetap yang kita lihat hanyalah kebenaran fakta apa adanya saja.

Offline ryu

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 13.403
  • Reputasi: 429
  • Gender: Male
  • hampir mencapai penggelapan sempurna ;D
Kalau hal ini, sepertinya susah diketahui sebab bagaimanapun "Buddha" tidak ada, jadi hanyalah sebuah gambaran dalam pikiran saja. Sama saja seperti sosok "Tuhan" yang sekarang (dikatakan) sudah tidak berkomunikasi lagi dengan manusia. Masing-masing membentuk "image" Tuhan dalam pikiran (ada yang pemaaf, ada yang pendendam, dll), lalu mencoba membandingkannya dengan "image" Tuhan dalam agama lain. Bisa saja terjadi perbandingan-perbandingan, tetapi "image" Tuhan yang sebenar-benarnya sendiri, siapa yang tahu?
melihatnya yaitu dari ajarannya, ajaran lain membentuk image pada Tuhan, apakah ajaran Buddha juga membentuk image?
Quote
Dengan penyelidikan yang ilmiah bisa langsung diketahui apakah benar ada gunanya. Dengan sila yang cukup, tekad menjaga keharmonisan, pengendalian diri, apakah cukup untuk memberikan keharmonisan atau perlu tambahan baca-baca sutra/ritual tertentu? Saya rasa kita semua sudah punya jawabannya masing-masing.

Mengenai yang "abu-abu" itu, Bro Gandalf pernah bilang kalau tata cara itu adalah berdasarkan tradisi setempat saja, jadi belum tentu perlu seperti di sutra itu persis (1008x, kudu bebek mandarin, dsb). Yang saya tidak tahu, apakah dalam Mahakaruna Dharani Sutra selengkapnya itu ada dijelaskan seperti itu atau tidak. Jika ada, berarti pembelajaran memang seharusnya tidak langsung ke "ritual bulu bebek", tapi ke pengertiannya dulu.
Jika tidak, maka sungguh disayangkan sebab bagian "bulu bebek" itu sangat condong ke "ritual" ketimbang "pengertian".
Yang harus dijelaskan adalah penjelasan dari rekan2 mahayana itu tertulis di sutra itu atau hanya penafsiran sendiri.
Quote

Ini kembali lagi 'kan kata-kata dari "Buddha versi Dhammapada". Kata-kata "Buddha versi Mahakaruna dharani" bisa jadi berbeda. Beda lagi misalnya dengan kata-kata dari "Buddha versi I Kuan Tao", dll. Merk-nya saja yang sama, namun image di pikiran pasti berbeda. Bahkan saya yakin image "Buddha versi dhammapada" saya dan Bro ryu, pastilah tidak 100% sama.
setidaknya perlu dijelaskan apakah ini ajaran Buddha yang benar atau "murid" Buddha ;D
Quote
Kalau "Buddha versi saya" mengajarkan tidak perlu merasa kecewa dengan sikap-sikap yang tidak sesuai dengan yang kita harapkan, atau bahkan jika ada yang terang-terangan memalsukan ajaran secara tidak tahu malu; tetapi sadarilah memang itulah kenyataannya makhluk yang dipenuhi LDM, yang cenderung "menetapkan kebenaran sesuai keinginan" bukan "menyadari kebenaran sesuai kenyataan". Jadi terlepas dari orang itu benar atau salah menurut standard masing-masing, tetap yang kita lihat hanyalah kebenaran fakta apa adanya saja.
Kalau "Buddha versi saya" mengajarkan berilah pandangan Benar, ada yang tidak mengetahui bisa diberitahu, jadi apabila selagi bisa hal yang salah di perbaiki menjadi hal yang benar bukankah lebih baik? bukannya hal yang sudah diketahui palsu dibiarkan dan malah lebih dikembangkan daripada yang asli ;D

ada syair dhammapadda berbunyi  :
Bagaikan rumput kusa, bila dipegang secara salah akan melukai tangan; begitu juga kehidupan seorang pertapa, apabila dijalankan secara salah akan menyeret orang ke neraka.

Bila suatu pekerjaan dikerjakan dengan seenaknya, suatu tekad tidak dijalankan dengan selayaknya, kehidupan suci tidak dijalankan dengan sepenuh hati; maka semuanya ini tidak akan membuahkan hasil yang besar.

Hendaklah orang mengerjakan sesuatu dengan sepenuh hati. Suatu kehidupan suci yang dijalankan dengan seenaknya akan membangkitkan debu nafsu yang lebih besar.

=====
Janganlah mengejar sesuatu yang rendah, janganlah hidup dalam kelengahan. Janganlah menganut pandangan-pandangan salah, dan janganlah menjadi pendukung dunia.
« Last Edit: 29 March 2010, 01:32:17 PM by ryu »
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
melihatnya yaitu dari ajarannya, ajaran lain membentuk image pada Tuhan, apakah ajaran Buddha juga membentuk image?
Pembentukan image itu memang diarahkan, tetapi bukan karena "diajarkan atau tidak", namun karena memang manusia berkecenderungan membentuk image dari informasi yang ditangkap.


Quote
Yang harus dijelaskan adalah penjelasan dari rekan2 mahayana itu tertulis di sutra itu atau hanya penafsiran sendiri.
Yang ini tentu saya tidak kompeten menjawab.

Quote
Kalau "Buddha versi saya" mengajarkan berilah pandangan Benar, ada yang tidak mengetahui bisa diberitahu, jadi apabila selagi bisa hal yang salah di perbaiki menjadi hal yang benar bukankah lebih baik? bukannya hal yang sudah diketahui palsu dibiarkan dan malah lebih dikembangkan daripada yang asli ;D

ada syair dhammapadda berbunyi  :
Bagaikan rumput kusa, bila dipegang secara salah akan melukai tangan; begitu juga kehidupan seorang pertapa, apabila dijalankan secara salah akan menyeret orang ke neraka.

Bila suatu pekerjaan dikerjakan dengan seenaknya, suatu tekad tidak dijalankan dengan selayaknya, kehidupan suci tidak dijalankan dengan sepenuh hati; maka semuanya ini tidak akan membuahkan hasil yang besar.

Hendaklah orang mengerjakan sesuatu dengan sepenuh hati. Suatu kehidupan suci yang dijalankan dengan seenaknya akan membangkitkan debu nafsu yang lebih besar.

=====
Janganlah mengejar sesuatu yang rendah, janganlah hidup dalam kelengahan. Janganlah menganut pandangan-pandangan salah, dan janganlah menjadi pendukung dunia.
Betul, memang alangkah baiknya jika kita telah memiliki pengertian, membaginya ke orang lain. Pertanyaannya, apakah kita sendiri juga sudah melihat kebenaran sebenar-benarnya?
Dalam Dhammapada juga tertulis
"Seseorang harus teguh dalam kebenaran, barulah kemudian mengajar orang lain. Seorang bijak seharusnya tidak mengundang celaan."

Bukan saya bilang Bro ryu tercela, tapi maksudnya kita sendiri belum mencapai kesucian, maka sesungguhnya belum tahu apa-apa tentang kebenaran itu sendiri.

Mungkin Bro ryu itu peduli dengan sesama, tetapi jangan lupakan pula syair berikut:
"Untuk keuntungan orang lain, seberapa pun besarnya itu, jangan sampai mengabaikan keuntungan moral diri sendiri. Mengetahui dengan baik keuntungan diri sendiri, seseorang harus mengerahkan seluruh usaha untuk mencapainya."

Jadi dalam mengenalkan "pandangan benar" ke orang lain, kalau sampai membuat bathin tidak seimbang, sampai menimbulkan perselisihan, itu tidak sesuai dengan Ajaran Buddha (versi Dhammapada). Ingat di thread sebelah ada kisah orang mengenalkan agamanya ke salah satu member di sini yang gagal sampai menangis? Itulah contoh nyata sikap yang katanya demi orang lain, namun mengabaikan manfaat untuk diri sendiri.

Offline ryu

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 13.403
  • Reputasi: 429
  • Gender: Male
  • hampir mencapai penggelapan sempurna ;D
Pembentukan image itu memang diarahkan, tetapi bukan karena "diajarkan atau tidak", namun karena memang manusia berkecenderungan membentuk image dari informasi yang ditangkap.
Perbedaannya, ajaran buddha khan yaitu untuk melihat kedalam, berbeda dengan ajaran lain yang melihat keluar.
Quote
Betul, memang alangkah baiknya jika kita telah memiliki pengertian, membaginya ke orang lain. Pertanyaannya, apakah kita sendiri juga sudah melihat kebenaran sebenar-benarnya?
Dalam Dhammapada juga tertulis
"Seseorang harus teguh dalam kebenaran, barulah kemudian mengajar orang lain. Seorang bijak seharusnya tidak mengundang celaan."
bagi mahayanis tidak begitu kok, walau palsu tapi bisa berguna ya dikembangkan kok.

Quote
Bukan saya bilang Bro ryu tercela, tapi maksudnya kita sendiri belum mencapai kesucian, maka sesungguhnya belum tahu apa-apa tentang kebenaran itu sendiri.

Mungkin Bro ryu itu peduli dengan sesama, tetapi jangan lupakan pula syair berikut:
"Untuk keuntungan orang lain, seberapa pun besarnya itu, jangan sampai mengabaikan keuntungan moral diri sendiri. Mengetahui dengan baik keuntungan diri sendiri, seseorang harus mengerahkan seluruh usaha untuk mencapainya."

Jadi dalam mengenalkan "pandangan benar" ke orang lain, kalau sampai membuat bathin tidak seimbang, sampai menimbulkan perselisihan, itu tidak sesuai dengan Ajaran Buddha (versi Dhammapada). Ingat di thread sebelah ada kisah orang mengenalkan agamanya ke salah satu member di sini yang gagal sampai menangis? Itulah contoh nyata sikap yang katanya demi orang lain, namun mengabaikan manfaat untuk diri sendiri.

ya setidaknya berusaha khan boleh, diterima atau tidaknya ya itu sudah diluar kehendak saya ;D
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

Offline dukun

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 148
  • Reputasi: 8
  • Long lasting love
Quote
Yang harus dijelaskan adalah penjelasan dari rekan2 mahayana itu tertulis di sutra itu atau hanya penafsiran sendiri.

Setahuku sutra itu hanya berisi Mahakarunadharani saja tidak ada isi bulu bebek mandarin. Demikianlah yang kudengar, ku lihat dan ku saksikan.
Cara hanya sebuah cara. Sama halnya pemasangan dupa pada kebaktian tidak ada dalam sutta. Sama halnya Yesus tidak mengajarkan memasang salib.

Ayo siapa disini yang bebas dari penafsiran sendiri? bebas dari persepsinya? sebelum menunjuk jempol mata kaki orang. eng ing eng

Jadi yang benar yang mana dong? Mending ikut nasihat dukun pasti tokcer ha..ha (canda ya)
Everjoy

Offline dilbert

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.935
  • Reputasi: 90
  • Gender: Male
  • "vayadhamma sankhara appamadena sampadetha"
Quote
Yang harus dijelaskan adalah penjelasan dari rekan2 mahayana itu tertulis di sutra itu atau hanya penafsiran sendiri.

Setahuku sutra itu hanya berisi Mahakarunadharani saja tidak ada isi bulu bebek mandarin. Demikianlah yang kudengar, ku lihat dan ku saksikan.
Cara hanya sebuah cara. Sama halnya pemasangan dupa pada kebaktian tidak ada dalam sutta. Sama halnya Yesus tidak mengajarkan memasang salib.

Ayo siapa disini yang bebas dari penafsiran sendiri? bebas dari persepsinya? sebelum menunjuk jempol mata kaki orang. eng ing eng

Jadi yang benar yang mana dong? Mending ikut nasihat dukun pasti tokcer ha..ha (canda ya)

Berarti QUOTE yang di kopas Thread Starter adalah MAhaKArunia Dharani Yang Palsu (ditambah-tambah) ? Kalau memang demikian, berarti penjelasan-nya sudah selesai dan tidak melebar kemana mana...
VAYADHAMMA SANKHARA APPAMADENA SAMPADETHA
Semua yang berkondisi tdak kekal adanya, berjuanglah dengan penuh kewaspadaan

Offline chingik

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 924
  • Reputasi: 44
memang ada di mahakarunacitta dharani.

pd intinya sutra ini tujuannya memperlihatkan bhw Avalokitesvara menimplementasikan welas asih sesuai dgn karakter makhluk yg dapat dibantu sesuai kapasitas pada kondisi dan waktu tertentu. Ini tentu merupakan sifat Dharma yg masih lokiya. (silakan lihat penjelasan sebelumnya, hehe)

Untuk masalah ehipassiko, ini juga tergantung masing2 orang yg faktor penentunya juga tidak bersifat tunggal. sebagai contoh misalnya membaca Paritta jika tidak diikuti dengan daya konsentrasi juga bisa tidak berefek apa2. Atau bila tidak diiringi dgn pemahaman yg benar ttg dhamma, maka efek dari membaca itu juga bisa berbeda-beda bagi setiap orang. Membaca mantra/dharani juga sama prinsipnya. 
Sebenarnya efek dari membaca mahakaruna dharani banyak kisahnya di negeri Tiongkok, saya rasa sebagiannya mungkin agak berlebihan kisahnya , tapi dari sekian banyak kisah itu, saya cenderung menerima bahwa dalam banyak kisah itu, yg benar2 tidak lebay pasti ada juga. maksudnya mengisahkan apa adanya bahwa efeknya benar2 mendapatkan manfaat. ) 。 Apakah itu faktor religi atau psikologis, pada konteks tertentu ada ajaran yg memang terdapat kedua faktor itu, tapi bila dengan skeptis mengatakannya sbg faktor psikologis saja, saya rasa ini juga tidak berimbang dalam analisanya. Saya pribadi tidak sret dgn ritual2, tapi ini justru membuat saya memahami satu hal bahwa ternyata karakter orang memang sangat beragam.
Kembali pada intisari dari Mahakaruna dharani, secara umum, atau mengenai bebek secara khusus, point utama bukan terletak pd semata-mata harmonis, karena pusat pesan yg diberikan dlm sutra ini tidak sekedar itu, melainkan utk mengemukakan aspek Maitri karuna dari Avalokitesvara.
Pelajaran yg dipetik dari Sutra ini terletak pada ajakan utk mengembangkan sifat Maitri karuna, sedangkan ritual bulu bebek itu cuma beberapa point dari "jurus2" yg karena ada sisi metafisika yg bisa memberi efek bagus maka diberikan di sini, tapi tetap bukan point utama, karena ini hanyalah metode yg bersifat lokiya. Semua kembali pada pesan utama, Maitri Karuna. Ini merupakan titik pembelajaran yg dikembangkan bagi mereka yg ingin belajar mengembangkan parami.

 

Offline ryu

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 13.403
  • Reputasi: 429
  • Gender: Male
  • hampir mencapai penggelapan sempurna ;D
memang ada di mahakarunacitta dharani.

pd intinya sutra ini tujuannya memperlihatkan bhw Avalokitesvara menimplementasikan welas asih sesuai dgn karakter makhluk yg dapat dibantu sesuai kapasitas pada kondisi dan waktu tertentu. Ini tentu merupakan sifat Dharma yg masih lokiya. (silakan lihat penjelasan sebelumnya, hehe)

Untuk masalah ehipassiko, ini juga tergantung masing2 orang yg faktor penentunya juga tidak bersifat tunggal. sebagai contoh misalnya membaca Paritta jika tidak diikuti dengan daya konsentrasi juga bisa tidak berefek apa2. Atau bila tidak diiringi dgn pemahaman yg benar ttg dhamma, maka efek dari membaca itu juga bisa berbeda-beda bagi setiap orang. Membaca mantra/dharani juga sama prinsipnya. 
Sebenarnya efek dari membaca mahakaruna dharani banyak kisahnya di negeri Tiongkok, saya rasa sebagiannya mungkin agak berlebihan kisahnya , tapi dari sekian banyak kisah itu, saya cenderung menerima bahwa dalam banyak kisah itu, yg benar2 tidak lebay pasti ada juga. maksudnya mengisahkan apa adanya bahwa efeknya benar2 mendapatkan manfaat. ) 。 Apakah itu faktor religi atau psikologis, pada konteks tertentu ada ajaran yg memang terdapat kedua faktor itu, tapi bila dengan skeptis mengatakannya sbg faktor psikologis saja, saya rasa ini juga tidak berimbang dalam analisanya. Saya pribadi tidak sret dgn ritual2, tapi ini justru membuat saya memahami satu hal bahwa ternyata karakter orang memang sangat beragam.
Kembali pada intisari dari Mahakaruna dharani, secara umum, atau mengenai bebek secara khusus, point utama bukan terletak pd semata-mata harmonis, karena pusat pesan yg diberikan dlm sutra ini tidak sekedar itu, melainkan utk mengemukakan aspek Maitri karuna dari Avalokitesvara.
Pelajaran yg dipetik dari Sutra ini terletak pada ajakan utk mengembangkan sifat Maitri karuna, sedangkan ritual bulu bebek itu cuma beberapa point dari "jurus2" yg karena ada sisi metafisika yg bisa memberi efek bagus maka diberikan di sini, tapi tetap bukan point utama, karena ini hanyalah metode yg bersifat lokiya. Semua kembali pada pesan utama, Maitri Karuna. Ini merupakan titik pembelajaran yg dikembangkan bagi mereka yg ingin belajar mengembangkan parami.

 
maksudnya  Avalokitesvara itu masih mahluk yang suka bantu orang yang meminta2 ke dia?
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

Offline bond

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.666
  • Reputasi: 189
  • Buddhang Saranam Gacchami...
bulu bebek memang sakti membuat orang penasaran dan bertanya2 :))
Natthi me saranam annam, Buddho me saranam varam, Etena saccavajjena, Sotthi te hotu sabbada

Offline ryu

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 13.403
  • Reputasi: 429
  • Gender: Male
  • hampir mencapai penggelapan sempurna ;D
bulu bebek memang sakti membuat orang penasaran dan bertanya2 :))
Penasaran :))
apa bulu bebeknya, apa ada mahluk yang mengabulkan, apa yang membacanya, apa suami istrinya yang membuat efeknya bekerja :D

kalau rumit begini khan lebih baik langsung ke Tuhan daripada repot2 gini :D
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

Offline chingik

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 924
  • Reputasi: 44
Quote
maksudnya  Avalokitesvara itu masih mahluk yang suka bantu orang yang meminta2 ke dia?
Avalokitesvara telah terbebas dari konsep keakuan. jadi ketika orang meminta2 , mungkin reaksinya tidak akan seperti ketika kita diminta2i orang. Jadi terlalu absurd bila kita mencoba memikirkan bgm seharusnya reaksi dan tindakan dari orang yg telah terbebas dari konsep keakuan ini berdasarkan pemikiran awam kita.
  Saya sendiri masih menganalisa tentang hal2 permohonan kepada Avalokitesvara, tetapi sejauh Mahayana yg saya pelajari, rasanya sangat aneh bila bermohon sesuatu kpd avalokitesvara, karena benar2 bukan aspek utama dlm pembelajarn dharma, sedangkan kenyataan bahwa dalam Samanthamuka terdapat ajaran tentang barang siapa yg memohon akan terpenuhi, ini bagaikan penekanan pd aspek kewelas asihannya, bukan mengajarkan kita utk sekedar hidup dari memohon. Tetapi dalam keadaan genting, bila kita sering memikirkan aspek ini, maka ketika keadaan genting, kita akan lebih memiliki pegangan /pikiran terarah pd Avalokitesvara dan entah kenapa ada kalanya cukup membantu. 
Sisanya saya masih dlm tahap analisa juga, haha..



 

Offline bond

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.666
  • Reputasi: 189
  • Buddhang Saranam Gacchami...
bulu bebek memang sakti membuat orang penasaran dan bertanya2 :))
Penasaran :))
apa bulu bebeknya, apa ada mahluk yang mengabulkan, apa yang membacanya, apa suami istrinya yang membuat efeknya bekerja :D

kalau rumit begini khan lebih baik langsung ke Tuhan daripada repot2 gini :D

Tuhan sendiri ngak bisa jawab   :P gimana dong cek. Mending tanya mbah dukun bisa menjawab. Seperti pepatah cinta ditolak dukun bertindak. Maaf mbah jangan disantet ya  ^-^ :whistle:


Natthi me saranam annam, Buddho me saranam varam, Etena saccavajjena, Sotthi te hotu sabbada

 

anything