//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: Berpikir Sebagai Bentuk Kemalasan  (Read 12170 times)

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Offline Jhana78

  • Teman
  • **
  • Posts: 88
  • Reputasi: 4
Berpikir Sebagai Bentuk Kemalasan
« on: 13 April 2009, 03:57:17 PM »
dalam salah satu buku budhist saya pernah membaca bahwa budha mengisahkan bahwa pada zaman dahulu kala, para penulis (pemikir) dianggap rendah, tapi saat ini dihargai setinggi-tingginya. dahulu ada orang-orang yang mengerti jalan kesucian, kemudian memisahkan hidup di hutan bersemedhi. mereka hdiup dengan makanan seadanya, dengn akar-akaran, dan pucuk-pucukan, serta bermeditasi untuk menjalankan kehidupan suci. mereka ini dipuji dan dihargai setinggi-tingginya. dan mereka disebut Jayaka, artinya yang bersemedhi.

kemudian sebagian mereka tidak tahan dengan hidup bersemedhi di hutan, sehingga meninggalkan hutan untuk pindah ke pinggiran hutan dan menulis. (filsuf/pemikir). mereka dihina dan direndahkan, karena dianggap tidak sanggup bersemedhi. dan mereka disebut Ajayaka.

maaf ya sobat, saya tidak ingat ini sempalan dari sutta yang mana. kalau ada yang bisa mengutipkan yang lebih baik, terima kasih.

hanya, yang saya simpulkan dari situ adalah :

berpikir ini merupakan sesuatu yang lebih rendah dari samadhi.
berpikir itu merupakan realisasi dari kemalasan terhadap samadhi.

sobat...

benarkah kesimpulan saya tersebut?
kalau benar, berarti semua orng yang berdiskusi di sini adalah pemalas?

dan sang budha banyak membahas tentang lumpur konsep.
apakah yang dimaksud dnegan lumpur konsep?

apakah orang yang gemar berdiskusi itu terjebak dalam lumpur konsep?

dan sang budha berkata, " didalam tengkorak ada otak. orang bodoh menganggapnya barang bagus."

padahal kita tahu, bersasarkan pandangan umum otak adalah hal sangat berharga bagi manusia.

Offline hatRed

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 7.400
  • Reputasi: 138
  • step at the right place to be light
Re: Berpikir Sebagai Bentuk Kemalasan
« Reply #1 on: 13 April 2009, 04:32:46 PM »
hanya, yang saya simpulkan dari situ adalah :

berpikir ini merupakan sesuatu yang lebih rendah dari samadhi.
berpikir itu merupakan realisasi dari kemalasan terhadap samadhi.


kenapa berpikir merupakan sesuatu yg lebih rendah daripada samadhi?
i'm just a mammal with troubled soul



Offline Jhana78

  • Teman
  • **
  • Posts: 88
  • Reputasi: 4
Re: Berpikir Sebagai Bentuk Kemalasan
« Reply #2 on: 13 April 2009, 04:44:36 PM »
waduah... hatred..! saya lagi nunggu pencerahan dari anda.

coba deh baca penuturan sang budha tentang jayaka  dan ajayaka. saya lupa nama suttanya.

Offline Jhana78

  • Teman
  • **
  • Posts: 88
  • Reputasi: 4
Re: Berpikir Sebagai Bentuk Kemalasan
« Reply #3 on: 13 April 2009, 04:47:34 PM »
semoga datang seorang dewa yang memposting komentarnya di thread ini, untuk ngasih pencerahan padaku.

(dewa bisa posting enggak yah?)

Offline hatRed

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 7.400
  • Reputasi: 138
  • step at the right place to be light
Re: Berpikir Sebagai Bentuk Kemalasan
« Reply #4 on: 13 April 2009, 04:50:03 PM »
ya uda ntar i cari2 dulu suttanya.. :hammer:

mank yg e post gak lengkap?

tenang aja Tuhan hatRed siap memberi pencerahan.. hhahaaahahahaa.............
i'm just a mammal with troubled soul



Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
Re: Berpikir Sebagai Bentuk Kemalasan
« Reply #5 on: 13 April 2009, 04:51:50 PM »
DN 27: Aganna Sutta

Quote
23. ‘Kemudian beberapa makhluk ini berpikir: “Hal-hal jahat telah muncul di tengah-tengah para makhluk, seperti mengambil apa yang tidak diberikan, dan mencela, dan berbohong, hukuman dan pengusiran. Kita harus menyingkirkan hal-hal jahat dan tidak bermanfaat.” Dan mereka melakukan [94] hal itu. “Mereka menyingkirkan  hal-hal jahat dan tidak bermanfaat” adalah arti dari Brahmana,  yang merupakan gelar pertama yang diperkenalkan untuk orang-orang demikian. Mereka mendirikan gubuk-gubuk daun di tempat-tempat di dalam hutan dan bermeditasi di dalamnya. Dengan api dipadamkan, dengan penumbuk padi disingkirkan, mengumpulkan makanan untuk makan pagi dan malam mereka, mereka pergi ke desa, kota atau ibukota untuk mencari makanan, dan kemudian kembali ke gubuk daun mereka untuk bermeditasi. Orang-orang melihat hal ini dan memperhatikan bagaimana mereka bermeditasi. “Mereka bermeditasi”  adalah arti dari Jhàyaka,  yang adalah gelar kedua yang diperkenalkan.

23. ‘Akan tetapi, beberapa makhluk, tidak mampu bermeditasi di gubuk daun, mereka bertempat tinggal di dekat desa dan kota dan menyusun buku.  Orang-orang melihat mereka melihat hal ini dan tidak bermeditasi. “Sekarang orang-orang ini tidak bermeditasi”  adalah arti dari Ajjhàyaka,  yang adalah gelar ketiga yang diperkenalkan. Pada masa itu, ini dianggap sebutan yang rendah, tetapi sekarang sebutan ini menjadi lebih tinggi. Inilah kemudian, Vàseññha, yang menjadi asal-usul dari kasta Brahmana, sesuai dengan gelar masa lampau yang diperkenalkan untuk menyebut mereka. [95] Mereka berasal dari makhluk-makhluk yang sama seperti mereka, tidak ada perbedaan, dan sesuai dengan Dhamma, bukan sebaliknya.

   Dhamma adalah yang terbaik baik bagi manusia
   Dalam kehidupan ini maupun kehidupan berikutnya.



Offline Lily W

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 5.119
  • Reputasi: 241
  • Gender: Female
Re: Berpikir Sebagai Bentuk Kemalasan
« Reply #6 on: 13 April 2009, 04:56:35 PM »
semoga datang seorang dewa yang memposting komentarnya di thread ini, untuk ngasih pencerahan padaku.

(dewa bisa posting enggak yah?)

Wah...nanti Tuhan akan mengundang dewa nya ke sini....hehehe...

Kira2 siapa yah ...yg akan pake nick "Dewa" itu? hmmm...wakakaka... suatu hari akan muncul nick itu di forum dc ini...;D kita tunggu aja yaah...

_/\_ :lotus:

~ Kakek Guru : "Pikiran adalah Raja Kehidupan"... bahagia dan derita berasal dari Pikiran.
~ Mak Kebo (film BABE) : The Only way you'll find happiness is to accept that the way things are. Is the way things are

Offline markosprawira

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.449
  • Reputasi: 155
Re: Berpikir Sebagai Bentuk Kemalasan
« Reply #7 on: 13 April 2009, 04:58:01 PM »
dalam salah satu buku budhist saya pernah membaca bahwa budha mengisahkan bahwa pada zaman dahulu kala, para penulis (pemikir) dianggap rendah, tapi saat ini dihargai setinggi-tingginya. dahulu ada orang-orang yang mengerti jalan kesucian, kemudian memisahkan hidup di hutan bersemedhi. mereka hdiup dengan makanan seadanya, dengn akar-akaran, dan pucuk-pucukan, serta bermeditasi untuk menjalankan kehidupan suci. mereka ini dipuji dan dihargai setinggi-tingginya. dan mereka disebut Jayaka, artinya yang bersemedhi.

kemudian sebagian mereka tidak tahan dengan hidup bersemedhi di hutan, sehingga meninggalkan hutan untuk pindah ke pinggiran hutan dan menulis. (filsuf/pemikir). mereka dihina dan direndahkan, karena dianggap tidak sanggup bersemedhi. dan mereka disebut Ajayaka.

maaf ya sobat, saya tidak ingat ini sempalan dari sutta yang mana. kalau ada yang bisa mengutipkan yang lebih baik, terima kasih.

hanya, yang saya simpulkan dari situ adalah :

berpikir ini merupakan sesuatu yang lebih rendah dari samadhi.
berpikir itu merupakan realisasi dari kemalasan terhadap samadhi.

sobat...

benarkah kesimpulan saya tersebut?
kalau benar, berarti semua orng yang berdiskusi di sini adalah pemalas?

dan sang budha banyak membahas tentang lumpur konsep.
apakah yang dimaksud dnegan lumpur konsep?

apakah orang yang gemar berdiskusi itu terjebak dalam lumpur konsep?

dan sang budha berkata, " didalam tengkorak ada otak. orang bodoh menganggapnya barang bagus."

padahal kita tahu, bersasarkan pandangan umum otak adalah hal sangat berharga bagi manusia.

dear Jhana,

Kalau saya lihat, yg dimaksud dengan para pemikir itu adl mereka yg hanya memikirkan saja namun tidak mempraktekkan dalam hidup sehari2

Dalam samadhi samatha pun, yg dikonsentrasikan pun sebenarnya adalah pikiran pada objek tertentu

Jadi bukan pikiran yg lebih rendah ketimbang samadhi namun bagaimana implementasi "apa yg dipikirkan"
Sama seperti diskusi, tukar pikiran : itu adl kegiatan yg sangat bermanfaat, bahkan salah satu bentuk panna/kebijaksanaan adalah Suttamaya panna (Panna yg diperoleh dari banyak membaca sutta)
Namun Panna yg lebih tinggi adalah Cintamaya Panna (mempraktekkan) dan Bhavanamaya Panna (merenungkan)

Lumpur konsep : Mirip seperti diatas, hanya tahu teori2, merasa senang dan bangga (ada cetasika Mana/sombong) dengan bahasa yg tinggi2 namun minim praktek ke batin

Mengenai Otak : Dalam buddhism, otak hanyalah sebagai perantara dari panca indera dengan pusat kesadaran di hadayarupa

Maap jika ada penjelasan yg kurang mengena

Metta

Offline hatRed

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 7.400
  • Reputasi: 138
  • step at the right place to be light
Re: Berpikir Sebagai Bentuk Kemalasan
« Reply #8 on: 13 April 2009, 04:58:41 PM »
bingung juga apa hubungan

berpikir dan kemalasan dengan cerita tersebut ya ::)

tapi menurut i berpikir bukan bentuk kemalasan dari meditasi, melainkan penghalang.....
i'm just a mammal with troubled soul



Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
Re: Berpikir Sebagai Bentuk Kemalasan
« Reply #9 on: 13 April 2009, 05:01:56 PM »
mungkin harus dilihat dari situasinya, misalnya jika kita sedang bermeditasi, tapi pikiran memikirkan pekerjaan, tentu ini artinya malas bermeditasi. Tapi sebaliknya jika kita sedang bekerja, tapi kita malah asyik memperhatikan keluar masuk nafas dan akibatnya pekerjaan jadi terlantar, itu berarti malas bekerja.
« Last Edit: 13 April 2009, 05:03:50 PM by Indra »

Offline hatRed

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 7.400
  • Reputasi: 138
  • step at the right place to be light
Re: Berpikir Sebagai Bentuk Kemalasan
« Reply #10 on: 13 April 2009, 05:07:07 PM »
mungkin harus dilihat dari situasinya, misalnya jika kita sedang bermeditasi, tapi pikiran memikirkan pekerjaan, tentu ini artinya malas bermeditasi. Tapi sebaliknya jika kita sedang bekerja, tapi kita malah asyik memperhatikan keluar masuk nafas dan akibatnya pekerjaan jadi terlantar, itu berarti malas bekerja.

ada betoelnya juga ;D
i'm just a mammal with troubled soul



Offline Dhamma Sukkha

  • Sebelumnya: Citta Devi
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.607
  • Reputasi: 115
  • kilesaa... .... T__T""" :) _/\_
Re: Berpikir Sebagai Bentuk Kemalasan
« Reply #11 on: 13 April 2009, 05:43:05 PM »
dalam salah satu buku budhist saya pernah membaca bahwa budha mengisahkan bahwa pada zaman dahulu kala, para penulis (pemikir) dianggap rendah, tapi saat ini dihargai setinggi-tingginya. dahulu ada orang-orang yang mengerti jalan kesucian, kemudian memisahkan hidup di hutan bersemedhi. mereka hdiup dengan makanan seadanya, dengn akar-akaran, dan pucuk-pucukan, serta bermeditasi untuk menjalankan kehidupan suci. mereka ini dipuji dan dihargai setinggi-tingginya. dan mereka disebut Jayaka, artinya yang bersemedhi.

kemudian sebagian mereka tidak tahan dengan hidup bersemedhi di hutan, sehingga meninggalkan hutan untuk pindah ke pinggiran hutan dan menulis. (filsuf/pemikir). mereka dihina dan direndahkan, karena dianggap tidak sanggup bersemedhi. dan mereka disebut Ajayaka.

maaf ya sobat, saya tidak ingat ini sempalan dari sutta yang mana. kalau ada yang bisa mengutipkan yang lebih baik, terima kasih.

hanya, yang saya simpulkan dari situ adalah :

berpikir ini merupakan sesuatu yang lebih rendah dari samadhi.
berpikir itu merupakan realisasi dari kemalasan terhadap samadhi.

sobat...

benarkah kesimpulan saya tersebut?
kalau benar, berarti semua orng yang berdiskusi di sini adalah pemalas?

dan sang budha banyak membahas tentang lumpur konsep.
apakah yang dimaksud dnegan lumpur konsep?

apakah orang yang gemar berdiskusi itu terjebak dalam lumpur konsep?

dan sang budha berkata, " didalam tengkorak ada otak. orang bodoh menganggapnya barang bagus."

padahal kita tahu, bersasarkan pandangan umum otak adalah hal sangat berharga bagi manusia.
jhana, jhanaa...
klo menurut cerita yg jhana ceritakan secara ringkas, disebutkan bahwa para ajayakanya meninggalkan hidup bersemedhi, lalu ke pinggir hutan menulis (filsuf/pemikir)
menurut wnya, mereka dicela bukan karena berpikir jhana.... ;D ;D ;D
tapi karenaa mereka tidak mau berusaha melatih meditasi merekaa jhanaa, dengan kata lain mereka tidak bersemangat dalam melatih semedhi jhanaa.....
oleh karena itu mereka dihinaa, karena kemudahan menyerah merekaa\;D/\;D/\;D/

Quote
kalau benar, berarti semua orng yang berdiskusi di sini adalah pemalas?
Bilamanakah seseorang itu dikatakan sebagai seorang pemalas? :D :D :D
bila ia berkata masih terlalu pagi, maka ia tidak bekerja...
bila ia berkata sudah kesiangan, maka ia tidak bekerja...
bila ia berkata masih terlalu panas, masih terlalu dingin, maka ia tidak bekerja...
berkata masih lapar, terlalu kenyang maka ia tidak bekerja...
^
^salah satu wujud kemalasan...^^"
dan klo gak salah di Anguttara Nikaya ada sutta tentang kemalasannya... :-? :-? :-?
(perasaannya pernah terbuka sutta ttg kemalasan di AN klo gak salah...^^"")
jadi, seseorang dikatakan pemalas itu tergantung...^^"""

Quote
berpikir ini merupakan sesuatu yang lebih rendah dari samadhi.
berpikir itu merupakan realisasi dari kemalasan terhadap samadhi.
klo berpikir utk berbuat kebajikan(berpikiran baik), malaskah itu? :-? :-? :-?
berpikir tentang kebijaksanaan(bepikir dgn bijak), rendahkah itu? :-? :-? :-?


Metta Cittena,
Citta _/\_
« Last Edit: 13 April 2009, 05:46:06 PM by Citta Devi »
May All being Happy in the Dhamma ^^ _/\_

Karena Metta merupakan kebahagiaan akan org lain yg tulus \;D/

"Vinayo ayusasanam"
sasana/ajaran Buddha akan bertahan lama karena vinaya yg terjaga... _/\_ \;D/

Offline bond

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.666
  • Reputasi: 189
  • Buddhang Saranam Gacchami...
Re: Berpikir Sebagai Bentuk Kemalasan
« Reply #12 on: 13 April 2009, 05:58:31 PM »
Dewanya uda nongol memberi pencerahan  ;D
Natthi me saranam annam, Buddho me saranam varam, Etena saccavajjena, Sotthi te hotu sabbada

Offline sobat-dharma

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.286
  • Reputasi: 45
  • Gender: Male
  • sharing, caring, offering
Re: Berpikir Sebagai Bentuk Kemalasan
« Reply #13 on: 13 April 2009, 06:33:18 PM »

benarkah kesimpulan saya tersebut?
kalau benar, berarti semua orng yang berdiskusi di sini adalah pemalas?


Kita semua memang pemalas!
Mereka yang melihat-Ku dari wujud dan mengikuti-Ku dari suara terlibat dalam upaya salah. Mereka takkan melihat Aku. Dari Dharma-lah mestinya ia melihat Para Buddha. Dari Dharmakaya datang tuntunan baginya. Namun hakikat sejati Dharma tak terlihat dan tiada seorangpun bisa menyadarinya sebagai obyek

Offline Jhana78

  • Teman
  • **
  • Posts: 88
  • Reputasi: 4
Re: Berpikir Sebagai Bentuk Kemalasan
« Reply #14 on: 14 April 2009, 02:23:08 PM »
 [at]  Lily, indra, hatred, Jhana78, citta Devi, markosprawira, sobat-dharma, & bond

terima kasih banyak atas postingannya.
sekarang saya sudah mengerti.

 

anything