//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Show Posts

This section allows you to view all posts made by this member. Note that you can only see posts made in areas you currently have access to.


Messages - Kelana

Pages: 1 2 3 [4] 5 6 7 8 9 10 11 ... 148
46
Kita tidak perlu terburu-buru mengatakan suatu kondisi yang kita alami adalah hasil karma buruk masa lampau. Coba kita renungkan dulu apakah sering bersilaturahmi dengan saudara? apakah kita sejak kecil jarang bertemu dengan mereka, dsb. Karena ini semua mempengaruhi kedekatan kita dengan saudara. Jika ya jarang bersilaturahmi, maka adalah wajar jika ada jarak, salah komunikasi, tidak memahami sifat, dsb. Solusinya ya harus membangun hubungan baik sedikit demi sedikit, dan jelas memang butuh waktu. Antara anak dan orang tua yang hidup serumah selama 20 tahun saja kadang belum sepenuhnya saling memahami, apalagi saudara bukan kandung.


47
Mahayana / Re: [ASK] Apa saja Sutra untuk cheng beng di makam?
« on: 25 March 2015, 05:38:22 PM »
Hanya tambahan, boleh diikuti, boleh tidak

Ada baiknya mungkin setelah membacakan sutra/sutta, kita bisa mengucapkan harapan dengan perkataan/bahasa kita sendiri, misalnya “semoga kakek, nenek, atau/dan para leluhur berbahagia.”

Dan jangan lupa berdana sebagai bentuk bersyukur (kataññū katavedi) terhadap leluhur.


Tambahan lagi.
Mungkin akan ada orang yang agak berpikiran sempit yang mengatakan bahwa membaca sutta/sutra dan harapan “semoga semua makhluk bahagia” dihadapan nisan / kuburan dianggap hal yang tidak berguna karena dianggap mendiang sudah menjadi makhluk lain.

Orang yang berpikiran sempit ini tidak melihat kemungkinan karena satu dan lain hal (kemelekatan) mendiang dilahirkan menjadi makhluk lain (petta) di alam dekat keluarganya, baik untuk sesaat atau beberapa lama sehingga dapat menerima/merasakan niat sanak keluarganya. Tentu saja kita tidak mengharapkan mendiang dilahirkan di alam menderita (petta) tapi jika karmanya menuntunnya seperti itu maka kita tidak bisa menutup kemungkinan hal ini.

Dan orang yang berpikiran sempit ini tidak tahu apa arti sesungguhnya dari “semoga semua makhluk bahagia”.

48
Mahayana / Re: [ASK] Apa saja Sutra untuk cheng beng di makam?
« on: 24 March 2015, 12:42:20 PM »
Hanya tambahan, boleh diikuti, boleh tidak

Ada baiknya mungkin setelah membacakan sutra/sutta, kita bisa mengucapkan harapan dengan perkataan/bahasa kita sendiri, misalnya “semoga kakek, nenek, atau/dan para leluhur berbahagia.”

Dan jangan lupa berdana sebagai bentuk bersyukur (kataññū katavedi) terhadap leluhur.

49
Seremonial / Re: Sabbe Sankhara Anicca Papa Om Ryu
« on: 24 March 2015, 12:41:13 PM »
Segala perpaduan unsur tidak kekal.,
Semoga terlahir di alam bahagia.

50
Saya merasa aneh melihat denah area yang kebakar.

Jika api berasal dari bangunan di belakang gedung utama (kwan im – tengah) yaitu dari bangunan Tek Hay Cin Jin (kiri) seharusnya merambat ke kiri kanannya yaitu  ke bangunan yang ada di bagian atas gambar dan bagian bawah gambar, baru menuju ke gedung utama. Tapi gedung di bagian atas gambar dan bagian bawah gambar hanya separuh terbakar dan tidak mencapai gedung utama. Apakah apinya meloncat dari bangunan belakang (kiri) ke gedung utama (kwan im) padahal di antara kedua bangunan ada jalan (halaman terbuka) sebagai pemisah. Kecuali halaman terbuka penuh dengan lilin yang menjembatani api dari gedung belakang ke gedung utama.

Saya rasa polisi perlu menyelidiki hal ini dengan serius.

51
Buddhisme untuk Pemula / Re: kosong adalah isi..isi adalah kosong..
« on: 02 March 2015, 02:32:01 PM »
Tambahan
"karena ada kekosongan maka ada rupa (isi)" bukan berarti kekosongan adalah sebab dari isi. Tetapi hanya bentuk kalimat bahwa ada kosong ada juga isi.

52
Buddhisme untuk Pemula / Re: kosong adalah isi..isi adalah kosong..
« on: 02 March 2015, 12:38:49 PM »
At Kelana,
Saya setuju bila kosong bukan isi dan isi bukan kosong.

Bagaimana tanggapan anda bila dikatakan : Dalam kosong ada isi dan didalam isi ada kosong

Maafkan pertanyaan saya yang bodoh  _/\_


Harus dipahami bahwa kosong yang kita bicarakan adalah realitas tertinggi, bukan sejenis ruang kosong.

Dalam Prajnaparamita Hrdaya Sutra jelas disampaikan bahwa di dalam kekosongan (sunyata) tidak ada rupa, tidak ada bentuk mental, tidak ada kelahiran dan kematian, dst. Jadi bagaimana mungkin dikatakan ada isi di dalamnya.

Kekosongan (sunyata) tidak sama dengan rupa. Ia tidak dapat dilihat dan diukur, jadi ia tidak bisa dikatakan ada di luar atau di dalam rupa (isi), sulit dikatakan, tapi menurut apa yang saya tangkap dari Prajnaparamita Hrdaya Sutra, kekosongan ada "berdampingan" dengn rupa (isi), karena ada kekosongan maka ada rupa (isi).

Itu saja

53
Sepa lohan = 18 Arhat ??

54
Seremonial / Re: Happy Chinese New Year 2015
« on: 19 February 2015, 10:55:26 PM »
Xin nian kuai le  <:-P

55
Buddhisme Awal / Re: The Dawn of Abhidhamma
« on: 08 February 2015, 10:10:58 AM »
lagi baca dikit2


The Dawn of Abhidharma
This book is a companion to Bhikkhu Anālayo’s previous study of the Genesis of the Bodhisattva Ideal. In the present book he turns to another important aspect in the development of Buddhist thought: the beginnings of the Abhidharma. Anālayo shows that the two main modes generally held in academic circles to explain the arising of the Abhidharma – the use of lists (mātrḳā) and the question-and-answer format – are formal elements that in themselves are not characteristic of Abhidharma thought. Going beyond the notion that the coming into being of the Abhidharma can be located in such formal aspects, he shows how the attempt to provide a comprehensive map of the teachings gradually led to the arising of new terminology and new ideas. He identifies the notion of the supramundane path as an instance where fully fledged Abhidharma thought manifests in the discourses. Anālayo concludes that what characterizes the Abhidharma is not the mere use of dry lists and summaries, but rather a mode of thought that has gone further (abhi-) than the Dharma taught in the early discourses in general.


http://blogs.sub.uni-hamburg.de/hup/products-page/publikationen/123/

sedikit yang sudah dibaca:

Analayo mengatakan, abhidharma pada mulanya adalah "daftar rangkuman topik, dan komentar atas sebuah sutta"
karena komentar penjelasan yang ditempelkan pada sebuah sutta ini bisa menjelaskan sutta yg lain, maka kemudian  komentar ini menjadi "hidup" dan berkembang lebih independen. Setelah itu menjadi satu set pitaka sendiri. Ini semua terjadi sejak zaman transmisi oral.

abhidharma pada mulanya berarti : tentang dharma
"Para bhiksu sedang mendiskusikan abhidharma" = "Para bhiksu sedang mendiskusikan tentang dharma"
Hanya belakangan istilah abhi diartikan sebagai "yang lebih tinggi" dan merujuk pada kitab-kitab komentar abhidharma

Saya pribadi sudah memperkirakan adanya kemungkinan pergeseran makna kata dari kata abhi dan ingin mempertanyakan kepada forum DC, namun sayang belum kesampaian.

GRP buat Sdr. Xenocross telah memberikan info ini.

Thanks

56
Buddhisme untuk Pemula / Re: kosong adalah isi..isi adalah kosong..
« on: 08 February 2015, 09:51:43 AM »
Jika benar demikian, silahkan dijelaskan bagaimana menembus lokiya jhana4 menjadi lokutara jhana5.
Apa yg mesti dikerjakan dan apa yg mesti tidak dikerjakan.


Sdr. Baruna, jika permintaan anda tsb dalam konteks mengandalkan Jhana/Dhyana (konsentrasi) semata untuk topik yang berhubungan dengan Prajna (kebijaksanaan) ini, maka anda akan keluar jalur, dan saya hanya bisa menjawab singkat: ingatlah obyek hingga tidak lepas dan akhirnya menyatu dengan pikiran.

Selanjutnya no komen untuk Jhana/Dhyana semata.

57
Buddhisme untuk Pemula / Re: kosong adalah isi..isi adalah kosong..
« on: 08 February 2015, 12:29:23 AM »
Baru tahu saya ada tanggapan. Sayang orangnya nampaknya sudah hilang, mungking ada kloningannya atau pengikutnya.

Yang namanya kosong tanpa batas adalah kosong tanpa batas bukan justru malah sama dengan isi. Kalau sama dengan isi maka bukan lagi kosong tanpa batas.

Mahir masuk ke kosongan tanpa batas dan  keluar dari sana dengan mudah tanpa terperangkap berdiam di sana bukan berarti menyamakan kosong dengan isi. Dan Arya punggala 7-8 akan dapat melihat apa adanya, yathabhutam nyanadassanam. Mereka akan melihat kosong ya kosong, rupa ya rupa, bukan justru melihat kosong = isi dan isi = kosong, sehingga benar=salah, alobha=lobha, berpakaian=telanjang

Jika memegang konsep  kosong=isi dan isi=kosong, maka sudah lama Sang Buddha membiarkan dirinya tanpa pakaian dan menjadi petapa telanjang. Oleh karena itu bagi yang mengatakan isi=kosong dan sebaliknya saya persilahkan untuk bertelanjang ria dan menganggap dirinya berpakaian.

Sutra Hati tidak berbicara khusus mengenai kondisi kosong pikiran yang terpusat (jhana/dhyana), tetapi berbicara mengenai karakter (laksana) dari fenomena (dharma) yang dimulai dengan mengamati pancaskanda yang kosong dari jatidiri (svabhava) atau atta.

Jika kosong=isi maka dhamma=adhamma . Lalu jalan mana yang perlu dilalui untuk menuju pembebasan atau bukan pembebasan? Jika isi = kosong, bagaimana bisa menentukan gelas itu kosong atau berisi agar bisa menuangkan air? Ini perlu dijawab bagi mereka yang keras kepala mengatakan kosong=isi dan isi=kosong.

Sutra Hati pada dasarnya adalah sutra tempaan yaitu sutra yang dibuat berdasarkan sutra-sutra lainnya khususnya sutra dalam Buddhisme awal. Kita bisa melihat penjelasan tentang kekosongan (sunyata) ini dalam kepustakaan Pali yaitu Sunna Sutta di Samyuta Nikaya 35. Di sana sangat jelas dan tidak ada tentang kosong=isi yang kemudian dibalik isi=kosong. Juga silahkan bandingkan bagian tengah Sutra Hati tentang apa yang ada di dalam Kekosongan (sunyata) dengan Udana 8.1-4

Itu saja Thanks

58
tidak ada yg bertentangan, yg ada adalah kita yg tdk menangkap maksud apa yg ditulis, oleh krn itu kita membutuhkan Magisterium Gereja. Dengan KGK maka Kitab Suci dapat diartikan sebagai mana mestinya, sehingga umat yang membaca Kitab Suci dan dibarengi dengan KGK, tidak akan mendapatkan pengertian yang salah. Kita dapat melihat bahwa ada begitu banyak referensi Kitab Suci di dalam KGK, karena memang Kitab Suci adalah salah satu sumber dalam penulisan KGK, selain: Tradisi Suci, Magisterium Gereja, Liturgi, tulisan dari Santa-Santo. Tanpa pedoman iman yang baku, seperti KGK, maka umat akan kebingungan tentang ajaran iman dan moral yang harus dipegang. Hanya memegang Kitab Suci sebagai satu-satunya pilar akan menimbulkan banyak perpecahan, seperti yang dapat kita lihat di dalam sejarah.

Sdr. S4w4mura, adalah hak anda untuk tetap menganggap tidak ada pertentangan, tapi kenyataannya semua bisa melihat bahwa ayat-ayat kitab suci yang saya sebutkan bertentangan dengan konsep kehendak bebas dalam KGK .

Jika KGK adalah bentuk penjelasan dari kitab suci maka ia seharusnya sejalan dengan kitab suci, jika  kitab suci mengatakan “a” maka KGK seharusnya menjelaskan apa dan mengapa “a” secara detail bukan mengatakan “non-a” (menolaknya).
 
Secara pribadi, saya melihat KGK adalah bentuk apologia terhadap pertanyaan-pertanyaan rasional yang tidak bisa dijawab bahkan bertentangan dengan ajaran Kristiani dan kitab sucinya, salah satunya adalah masalah kehendak bebas. Ketika tidak ada jawaban bahkan ada pertentangan maka muncullah pendapat dan jawaban beragam dari kalangan umat. Dan karena itulah kemudian pemimpin tertinggi Gereja ka****k berupaya menyeragamkan jawabannya. Karena khawatir ajaran Kristiani , khususnya ka****k dianggap tidak rasional, tidak logis maka jawabannya adalah mengikuti rasionalitas tersebut yaitu menerima konsep ajaran tentang kehendak bebas dengan menambah referensi sana-sini sebagai pendukung, sayangnya mayoritas bukan dari kitab suci. Sikap apologia ini sudah sering diterapkan di Gereja ka****k terhadap berbagai masalah khususnya di era modern agar sesuai dengan tuntutan perkembangan zaman. Pendapat pribadi ini boleh anda tolak atau terima, tapi saya tidak bisa menanggapinya  lebih lanjut karena hanya itu yang bisa saya sampaikan mengenai mengapa ada KGK.

Anda mengatakan: “Tanpa pedoman iman yang baku, seperti KGK, maka umat akan kebingungan tentang ajaran iman dan moral yang harus dipegang
Ini secara tidak langsung anda mengatakan bahwa kitab suci (Bible) anda itu bukan pedoman iman yang baku, 10 perintah bukan pedoman iman baku, ajaran tabur-tuai bukan pedoman iman baku. Ini juga menyiratkan bahwa isi Bible itu tidak jelas/jernih  sehingga orang bisa bingung. Ini juga menyiratkan kerja roh kudus dalam para penulis Bible tidak cakap sehingga bisa membuat bingung orang yang baca Bible. Ini juga menyiratkan tuhan anda tidak memiliki kekuatan untuk membuat orang tidak bingung terhadap firmannya sendiri yang ada dalam Bible.

Jadi sekali lagi Sdr. S4w4mura, kenyataannya semua bisa melihat bahwa ayat-ayat kitab suci yang saya sebutkan bertentangan dengan konsep kehendak bebas dalam KGK .

Selanjutnya saya serahkan keputusannya kepada anda mengenai jawaban mana yang sesuai dan memuaskan keheranan anda tentang ada seseorang yg menganggap Yesus tercerahkan tapi tidak menerima semua ajarannya. :)

Thanks

59
1. terima kasih atas jawabannya

2. dalam agama saya, ada yg namanya kehendak bebas manusia

Allah dalam diri-Nya sendiri sempurna dan bahagia tanpa batas (KGK 1). Namun, demikian secara bebas, Dia menciptakan makhluk berakal budi – yaitu malaikat dan manusia – seturut dengan gambarnya (Kej 1:27), yaitu dengan memberikan kepada mereka kehendak bebas (free will). Kehendak bebas ini adalah merupakan kekuatan dari kehendak yang mengalir dari akal budi, sehingga manusia dapat “melakukan” atau “tidak melakukan”, “memilih ini” atau “memilih itu”. (KGK 1731) Dari definisi ini, maka memang dengan kehendak bebasnya, manusia dapat menolak Allah atau memberikan diri secara bebas kepada Allah. Namun, kalau sampai seseorang salah dalam menggunakan kehendak bebasnya, maka hal ini tentu bukan kesalahan Allah, melainkan tanggung jawab orang tersebut, yang tidak mampu menggunakan kehendak bebasnya secara bertanggungjawab.
......

Terima kasih atas penjelasannya, tapi hal ini membuat ajaran agama anda terlihat tidak konsisten, satu sisi mengajarkan kehendak bebas tetapi satu sisi tidak.

Pertama tidak ada dalam kitab Kejadian (Kej 1:27) yang menyatakan tuhan anda memberikan hendak bebas, yang ada adalah penciptaan menurut gambarnya. Silahkan anda cek. Jika “segambar” itu dipaksakan ditafsirkan sebagai  memberikan kehendak bebas akan menjadi bola liar penafsiran lainnya dan hal ini bertentangan dengan hal berikut:

Kedua. Justu sebaliknya dalam 2 Tim. 1: 9 “Dialah yang menyelamatan kita dan memanggil kita dengan panggilan kudus, bukan berdasarkan perbuatan kita, melainkan berdasarkan maksud dan kasih karunianya sendiri,…”, Rom 9:15-16 "……Aku akan bermurah hati kepada siapa Aku mau bermurah hati. 16. Jadi hal itu tidak tergantung pada kehendak orang atau usaha orang, tetapi kepada kemurahan hati Allah.”  Yang lainnya: 2 Efe 1:8-9.

Jadi jangan heran seseorang tidak menerima ajaran Yesus agar bisa diselamatkan, karena untuk bisa menerima ajaran tergantung kemurahan hati tuhan, dapat panggilan atau tidak, sudah ditentukan sejak awal  untuk percaya atau tidak (Rom 8:28-29)

Ketiga. KGK sendiri hanyalah produk belakangan berupa penjelasan keimanan ka****k. Begitu juga referensi  lainnya. Jadi tinggal anda tentukan mana yang anda anggap lebih benar dan suci antara masing-masing kitab dalam kitab suci (cth: 2 Tim. 1: 9, Rom 9:15-16,  Vs. Sir 15:14) atau dengan sumber lain (kitab suci Vs. KGK). Jika memilih keduanya maka anda memilih untuk mengatakan bahwa agama anda tidak konsisten karena menyampaikan 2 hal yang bertentangan, dan jangan heran lagi jika seseorang tidak menerima ajaran Yesus , karena ajarannya tidak konsisten.  :)

60
Terima kasih atas jawabannya, Kelana  :)

Apabila anda menganggap Yesus tidak tercerahkan, saya tidak bisa komentar apa2 karena itu hak anda..
Namun saya heran apabila ada seseorang yg mengaggap Yesus tercerahkan tapi tidak menerima semua ajaranNya :)

Tidak perlu heran Sdr. S4w4mura  :), ada beberapa kemungkinan, 2 di antaranya:
1.   Karena orang tersebut belum sepenuhnya secara teliti membandingkan kisah Yesus dengan kriteria yang disebut Tercerahkan, sehingga akhirnya ia salah pengertian dan mencap Yesus tercerahkan.
2.   Jika kitab anda benar dan tuhan anda ada, maka bukankah telah tertulis bahwa  seseorang bisa percaya atau menerima  karena panggilan kudus tuhan anda? Jadi jangan merasa heran kepada orang tersebut tapi heranlah kepada tuhan anda mengapa tidak ada panggilan kudus untuk orang tsb dan memateraikannya dengan roh kudus sehingga ia akhirnya tidak menerima semua ajarannya walau menganggap Yesus tercerahkan.

Demikian 2 kemungkinannya, Sdr. S4w4mura, jadi jangan heran. :)

Pages: 1 2 3 [4] 5 6 7 8 9 10 11 ... 148
anything