//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Show Posts

This section allows you to view all posts made by this member. Note that you can only see posts made in areas you currently have access to.


Messages - Kelana

Pages: 1 ... 4 5 6 7 8 9 10 [11] 12 13 14 15 16 17 18 ... 148
151
Kafe Jongkok / Re: Pertanyaan salah...
« on: 18 December 2013, 03:41:25 PM »
T: Kamu sedang melakukan apa pada jam 6 pagi tanggal 29 Februari 2013 yang lalu?

J: ???

152
Diskusi Umum / Re: Berdana kepada Non-Buddhis?
« on: 18 December 2013, 07:39:44 AM »
semoga sukses ya kumpulin dananya.
Maaf saya tidak bisa berparsitipasi karena saya beranggapan bahwa bila saya ikut berdana berarti saya ikut membantu sang pendeta menyebarkan ajaran nya. Di dalam Buddhist, ajaran kr****n termasuk salah satu dalam ajaran yang tidak sesuai dengan dengan ajaran Buddha.
Ada karma buruknya lho kalau kita sudah tau itu ajaran tidak benar, tapi kita bantu dana untuk menyebarkannya

Boleh tahu, bagaimana caranya bisa dana yang kita sumbangkan ke panti tsb bisa ikut membantu sang pendeta Karesten menyebarkan ajaran nya?

Thanks

153
Buddhisme Awal / Re: Kuil Buddha tertua ditemukan di Nepal
« on: 05 December 2013, 06:45:59 PM »
Kita perlu hati-hati. Abad ke-6 SM atau tahun 600 SM? Setahu saya dalam berita dikatakan penemuan tersebut berasal dari abad ke-6 SM.

Saya pribadi menyimpulkan, dengan penemuan tersebut bisa berarti penanggalan kelahiran Pangeran Siddhattha yang ada dalam tradisi yaitu 623 SM kemungkinan besar benar.

154
Perkenalan / Re: Again, Good Bye Dhammacitta
« on: 05 December 2013, 06:27:50 PM »
serius??

155
Hmmm menarik...

Imo, mengenai hal ini ada baiknya kita tidak telalu cepat berbangga dan juga tidak terlalu cepat antipati terhadap pernyataan seseorang yang mengungkapkan kesejajaran Buddhisme dengan Biologi.

Terlepas dari isi buku karena saya belum baca, jika kita LEBIH cermat, di artikel dikatakan kesejajaran bukan sama dengan. Setahu saya kesejajaran bukan langsung berarti ”sama dengan”.

Adanya kesejajaran Buddhisme dengan biologi bukan berarti Buddhisme = biologi. Ajaran Anitya sejajar dengan evolusi bukan berarti ajaran anitya = evolusi. Maaf, gegabah sekali jika kita beranggapan kesejajaran berarti sama dengan.

Adanya tindakan pencocokan di sana adalah hal yang wajar, ketika seseorang sedang membuat sebuah perbandingan antara sains dengan agama.

Demikian. No komen selanjutnya.

156
Jika arti anicca adalah perubahan karena kondisi berarti anicca tidak berlaku untuk sesuatu yang tidak berkondisi dong?
Berarti hukum anicca sendiri adalah tidak mutlak?

Gimana? Apa coba anda berikan penjelasan arti anicca yang lebih detil biar saya lebih nyambung.
Ato mungkin konteks yang kita bahas berbeda?

Anicca adalah salah satu dari Trilaksana, yaitu tiga corak/karakter eksistensi.
Sang Buddha, sepengetahuan saya, tidak pernah mengatakan bahwa segala sesuatu adalah anicca, tapi mengatakan bahwa segala yang terbentuk dari perpaduan/berkondisi (sankhara) adalah anicca (sabbe sankhara anicca). Jadi pertanyaan anda salah, tidak ada jawaban untuk pertanyaan yang salah.

157
Buddhisme untuk Pemula / Re: Kelahiran Kembali dan Antarabhava/Bardo
« on: 31 October 2013, 01:03:25 PM »
Maaf baru bisa menanggapi.

jadi menurut pendapat anda, bahkan setelah 2 minggu sesudah kremasi, orang itu belum dikatakan mati secara batin?


Ya. JIKA memang batin seseorang itu padamnya (matinya) selama 2 minggu. Masalahnya kita tidak tahu berapa lama batin seseorang padam. Saya pikir, mengingat sifat muncul-lenyapnya batin bisa sangat cepat, maka padamnya batin juga cepat.

Quote
Jadi anda menganggap antarabhava itu termasuk proses peleburan batin, yang bisa saja terjadi bahkan setelah kesadaran berpisah dari tubuh? Dan bisa berlangsung lumayan lama?

Sdr. Xenocross, berdasarkan definisi khusus (bukan dalam istilah umum) mengenai mati,  saya lebih menganggapnya sebagai momen menjelang mati. Momen menjelang mati ini kemungkinan disalahartikan oleh satu pihak sebagai momen antara mati dan lahir. Hal ini karena pihak tersebut menggunakan istilah umum mengenai mati yaitu seseorang yang hanya baru mati fisik sudah langsung dianggap mati. Dan saat pihak tersebut ”melihat” masih adanya sekelibat "gerakan" batin pada orang yang fisiknya mati, maka ia menganggapnya batin itu ada di antara mati dan lahir, antara-bhava.

Quote
tapi yang seperti ini kan normalnya disebut "jeda".
Sudah meninggalkan tubuh tapi belum masuk ke tubuh baru, jadi ada jeda waktu
dan jeda inilah yang kemudian disebut antarabhava


Meninggalkan tubuh bukan berarti mati. Ingat mati berarti padamnya tubuh dan batin. Jadi dalam kasus Bodhisatta tersebut Ia belum benar-benar mati, meskipun secara umum fisiknya dikatakan mati. Ia masih hidup. Jika benar-benar mati (fisik maupun batin), bagaimana Ia bisa sadar penuh perhatian seperti yang dikisahkan dalam teks?

Nah, saat sadar penuh perhatian inilah proses matinya batin dan munculnya batin dalam kehidupan baru. Teks menjabarkannya proses ini sehingga berkesan pelan-pelan. Jadi tidak ada jeda.

Quote
...... apakah perdebatan antarabhava atau tidak hanya karena perbedaan persepsi dan definisi?

definisi mati di mahayana sepertinya adalah "berpisahnya kesadaran dari tubuh jasmani secara permanen"

Bisa kedua-duanya, perbedaan persepsi dan definisi jika melihat definisi mati di Mahayana seperti yang anda sampaikan. Jika definisi mati seperti yang anda sampaikan bukankah akan memberikan indikasi adanya batin dan fisik yang kekal, mereka hanya berpisah selamanya?

158
Satu pertanyaan. Dari mana kita tahu bahwa banyak yang beragama Buddha pindah agama mengingat:
 berdasarkan sensus BPS tahun 2010  dibanding tahun 2000, jumlah Buddhis mengalami kenaikan meskipun tidak besar.




159
Buddhisme untuk Pemula / Re: Kelahiran Kembali dan Antarabhava/Bardo
« on: 25 August 2013, 11:23:03 AM »
Contoh yang mudah bisa dilihat misalnya dari DN 14. Mahāpadānasutta atau MN 123. Acchariyaabbhutasutta, dijelaskan tentang momen bodhisatta telah meninggalkan tubuh (deva) Tusita dan masuk ke dalam rahim ibu.

[...] bodhisatto tusitā kāyā cavitvā sato sampajāno mātukucchiṃ okkami.
([...] bodhisatta setelah meninggalkan tubuh tusita, sadar penuh perhatian memasuki rahim ibu.)

Jadi jelas ada jeda antara 'setelah kematian dari deva Tusita' dan 'sebelum kelahiran dalam rahim'. Eksistensi (bhava) yang terletak di antara "setelah hancurnya khanda" dan "sebelum terbentuknya khanda" ini yang disebut antarabhava. Abhidharma menjelaskan antarabhava ini digerakkan hanya dengan kekuatan karma saja, mencari apa yang menjadi kelahirannya yang akan matang, dan memiliki 'gambaran' sesuai alam kelahiran yang dituju. Jadi jika seorang manusia mati dan akan terlahir dalam rahim anjing, maka bhava ini terlihat seperti anjing.

Untuk itu di awal saya menyampaikan apa yang dimaksud dengan mati dalam Buddhisme? apakah karena matinya/padamnya Kaya (tubuh) langsung bisa disebut dengan mati atau setelah kaya dan nama padam.

Dalam kisah bodhisatta tersebut tidak disebutkan batinnya padam, hanya disebutkan meninggalkan kaya, tubuh. Bagi saya ia belum mati tapi menjelang mati. Kemudian baru di lanjutkan batinnya sadar penuh perhatian memasuki rahim ibu, ini adalah proses mati sekaligus lahir. Saat inilah ia benar-benar mati sebagai deva di tusita dan lahir sebagai manusia. Jadi dalam kisah tidak ada jeda antara mati dan lahir.

160
Buddhisme untuk Pemula / Re: Kelahiran Kembali dan Antarabhava/Bardo
« on: 25 August 2013, 11:11:00 AM »
Jadi, sekarang kita sementara memiliki 3 kesimpulan:

1. Tidak ada antarabhava (pandangan Theravada)
2. Ada antarabhava, yaitu keadaan sebelum kematian dan belum terlahir kembali, jadi belum benar-benar mati secara Buddhis walaupun sudah dinyatakan mati secara Buddhis (pendapat sdr. Kelana)
3. Ada antarabhava, yaitu keadaan setelah kematian dan sebelum terlahir kembali (pandangan Abhidharma aliran non-Theravada seperti yang dijelaskan sdr. KK)

Yang saya katakan adalah: secara medis. Jadi Ada antarabhava, yaitu keadaan (kondisi pikiran) sebelum mati dan belum terlahir kembali, jadi belum benar-benar mati secara Buddhis walaupun sudah dinyatakan mati secara Buddhis.

161
Buddhisme untuk Pemula / Re: Kelahiran Kembali dan Antarabhava/Bardo
« on: 25 August 2013, 10:59:55 AM »
tapi
di mahayana dipercaya bahwa bahkan sesudah tubuh dikremasi
bardo masih berlanjut. Bisa jadi belum lahir bahkan 2 minggu setelah kremasi.

Ini berarti tidak bisa dikatakan sebagai mati dalam Buddhisme meskipun jasad sudah dibakar atau rusak, meskipun pada akhirnya disusul oleh kematian batin. Kemungkinan proses kematian batin dan fisik tidak selalu bersamaan meskipun berselang beberapa menit. Untuk itu kita bisa memahami bahwa ada kebiasaan untuk menunda proses kremasi untuk memastikan bahwa matinya benar-benar mati secara fisik maupun batin.

Quote
kalau pada saat kesadaran padam sama sekali ga ada pertemuan sel telur dan sperma, trus si gandhaba ngapain?
Jawabannya: tidak ada kemungkinan untuk tidak ada pertemuan sel telur dan sperma di alam semesta ini.

Mengapa kita berpikir bahwa ada kemungkinan tidak adanya pertemuan sel telur dan sperma?

gandhaba sendiri bukanlah makhluk tersendiri, tapi pikiran akhir dari orang yang sekarat ini. Karena setelah padam akan langsung dilahirkan , maka dianggap sebagai 'calon'

162
Buddhisme untuk Pemula / Re: Kelahiran Kembali dan Antarabhava/Bardo
« on: 25 August 2013, 10:41:10 AM »
Maaf, karena ada urusan, saya ketinggalan banyak diskusinya. Jadi saya perlu waktu untuk review sebelum mulai kembali.

163
kalau menurut mahayana sulit jg karena harus cari text nya, tapi ada artikel medis berkaitan dengan ini, yg membahas gimana cara ngurus mayat orang yg praktek buddhis tibet



Menurut saya, berdasarkan tulisan di atas, ini menunjukkan sama bahwa mati dalam konteks Budhdis (bukan konteks medis) harus terjadi padamnya, dark night atau apapun istilahnya pada kesadaran.

Jadi jika benar demikian, maka seperti yang telah saya sampaikan kepada Sdri. Shasika bahwa bardo ini tidak terjadi saat  mati dalam konteks Buddhis, tapi pada saat masih hidup. Bagi medis mungkin sudah mati tapi tidak dalam konteks Buddhis.

164
Berdasarkan pengalaman ya bro, ini ada kisah nyata yang sungguh2 terjadi, ada jenasah udah seminggu belum ditutup peti karena masih menanti anak bungsu yang berada di USA belum bisa segera pulang ke tanah air, akhirnya benar2 tidak bisa pulang, sehingga anak berpamitan melalui HP ditempelkan ke telinga jenasah mamanya, saat HP ditempelkan ke telinga jenasah, ternyata jenasah mengeluarkan air mata, itu bukti nyata bahwa almarhum masih ada didekat sana dan mendengar suara anaknya yang berpamitan tidak bisa pulang untuk mengantarkan mamanya terakhir kali. Berarti dia masih ada ikatan cinta kepada anaknya (feeling).

ini ada kutipan "Vedana sutta" (S.ii.247)
manosamphassajāya vedanāyapi (feelings born of mind contact), sang Buddha sangat jelas menyebutkan bahwa feeling muncul karena adanya kontak mind (mano). kita semua tahu bahwa disaat kita meninggal hanya tinggal mano saja (vinnana) yang akan melanjutkan perjalanan ke alam berikut.

Spoiler: ShowHide


7. Rāhulasaṃyuttaṃ
1. Paṭhamavaggo
5. Vedanāsuttaṃ
 192. Sāvatthiyaṃ  viharati…pe… ‘‘taṃ kiṃ maññasi, rāhula, cakkhusamphassajā  vedanā niccā vā aniccā vā’’ti? ‘‘Aniccā, bhante’’…pe… ‘‘sotasamphassajā vedanā…pe… ghānasamphassajā vedanā… jivhāsamphassajā vedanā… kāyasamphassajā vedanā… manosamphassajā vedanā niccā vā aniccā vā’’ti? ‘‘Aniccā , bhante’’…pe… ‘‘evaṃ passaṃ, rāhula, sutavā ariyasāvako cakkhusamphassajāya vedanāyapi nibbindati…pe… sota… ghāna… jivhā… kāya… manosamphassajāya vedanāyapi nibbindati…pe… pajānātī’’ti.

[spoiler]
ENGLISH

(5) Vedana / Feelings 1. I heard thus. At one time the Blessed One was living in the monastery offered by Anàthapindika in Jeta's grove in Sàvatthi. Then venerable Ràhula approached the Blessed One worshipped and sat on a side. Sitting on a side venerable Ràhula said to the Blessed One:  Venerable sir, Blessed One, may I be taught so that I would withdraw and seclude and abide diligent and zealous to dispel.
2. Ràhula, are feelings born of eye contact permanent or impermanent?
They are impermanent, venerable sir.
That which is impermanent is it unpleasant or pleasant?
It's unpleasant, venerable sir.
That which is impermanent, unpleasant, a changing thing is it suitable to be considered `that is mine, I am that, it's my self?
That is not so, venerable sir.
5. Ràhula, are feelings born of ear contact ... re ...
6. ... re ... feelings born of nose ontact ... re ...
7. ... re ... feelings born of tongue contact ... re ...
8. ... re ... feelings born of body contact ... re ...
9. Ràhula, are feelings born of mind contact permanent or impermanent?
They are impermanent venerable sir.
That which is impermanent is it unpleasant or pleasant?
It's unpleasant, venerable sir.
That which is impermanent, unpleasant, a changing thing is it suitable to be considered `that is mine, I am that, it's my self?
That is not so, venerable sir.
10. Ràhula, the noble disciple seeing it thus turns away from feelings born of eye contact turns away from feelings born of ear contact, turns away from feelings born of nose contact, turns away from feelings born of tongue contact turns away from feelings born of body contact and turns away from feelings born of mind contact.
11. Turning away detaches himself, is dispassionate and is released. Released, knowledge arises, `Birth is destroyed, the holy life is lived, duties are done, there's nothing more to wish’.
 
[spoiler]
INDONESIA

1.       Aku mendengar demikian. Pada suatu waktu Sang Bhagava tinggal di Vihara Anathapindika di hutan Jeta di Savatthi. Kemudian Rahula mendekati Sang Bhagava menyembah dan duduk di sisi. Duduk di sisi Rahula berkata kepada Sang Bhagava: Hormat saya, Bhante, mohon Sang  bhagava mengajarkan dhamma secara singkat kepada  saya dan saya akan menyendiri, ke tempat terpencil, berlatih sungguh-sungguh, tekun, dan bersemangat menaklukkan dirinya sendiri 
2.       Rahula, perasaan yang lahir dari kontak mata permanen atau tidak permanen?
Mereka tidak kekal, Yang Mulia.
Itu yang kekal itu menyenangkan atau menyenangkan?
Ini tidak menyenangkan, Yang Mulia.
Itu yang tidak kekal, tidak menyenangkan, hal yang berubah apakah cocok untuk
dipertimbangkan `adalah milikku, aku, itu diri saya?
Itu tidak begitu, Yang Mulia.

 5. Rahula, adalah perasaan yang lahir dari kontak telinga ... re ...
6. ... re ... perasaan yang lahir dari hidung ontact ... re ...
7. ... re ... perasaan yang lahir dari kontak lidah ... re ...
8. ... re ... perasaan yang lahir dari kontak tubuh ... re ...

 9. Rahula, adalah perasaan yang lahir dari pikiran kontak permanen atau tidak permanen?
Mereka Mulia kekal.
Itu yang kekal itu menyenangkan atau menyenangkan?
Ini tidak menyenangkan, Yang Mulia.
Itu yang tidak kekal, tidak menyenangkan, hal yang berubah adalah cocok untuk
dipertimbangkan `yang adalah milikku, aku itu, itu diri saya?
Itu tidak begitu, Yang Mulia.

 10. Rahula, siswa mulia melihatnya demikian berpaling dari perasaan yang lahir dari kontak mata berpaling dari perasaan yang lahir dari kontak telinga, berpaling dari perasaan yang lahir dari kontak hidung, berpaling dari perasaan yang lahir dari kontak lidah berpaling dari perasaan yang lahir dari kontak tubuh dan berpaling dari perasaan yang lahir dari kontak pikiran.

 11. Berpaling melepaskan dirinya, melepaskan perasaan dan tanggalkan. Setelah ditanggalkan, muncul pengetahuan, `Kelahiran telah dihancurkan, hidup dalam kehidupan suci, tugas telah diselesaikan, tidak ada lagi keinginan '.
 
 

[/spoiler]
[/spoiler]

Jika kita mengacu pada apa itu mati dalam Buddhis (saat ini baru berdasarkan Theravada) dan jika benar kisah di atas maka bisa dikatakan orang tersebut belum mati. Ia mati secara medis tapi tidak dalam pengertian Buddhis.

Karena tubuh sudah mati tapi batin belum, maka mungkin inilah yang kemudian dianggap secara awam sebagai setengah mati setengah hidup, antara hidup dan mati, antara mati dan lahir. 

Jadi antarabhava / bardo ini, bagi saya tidak menunjukkan merupakan bentuk interval antara mati dan lahir karena antarabhava/bardo itu sendiri terjadi bukan setelah seseorang mati, tapi saat masih hidup (bukan menurut medis) tapi sekarat dimana sisa-sisa batin masih belum padam sepenuhnya.

Dari sini kita bisa mengatakan bahwa keberadaan bardo bukan merupakan bukti bahwa kelahiran kembali terjadi secara tidak langsung, karena sekali lagi bahwa bardo itu sendiri terjadi saat orang masih hidup meski medis menyatakan mati. Untuk itulah mengapa ada kisah orang bisa bangkit dari 'mati", karena sebenarnya ia tidak mati, ia mati dalam konteks medis.

165
Bagaimana konsep/pandangan Brahmanisme pada masa Sang Buddha tentang bhava atau antarabhava? Apakah ada para pertapa atau brahmana pada masa itu yang mengajarkan tentang antarabhava? Mungkin kita bisa membandingkan dengan konsep Buddhis ttg bhava....

Dari pencarian saya sepertinya antarabhava tidak ada pada sebelum dan saat Buddhisme lahir, tetapi ada pada abad ke-1 di aliran Hindu tradisi Vedanta.

Ketika saya caro, istilah ini ada dalam kosakata Jain, meskipun tidak langsung berarti ajaran Jain mengajarkannya.
Glossary of Jain words
http://www.cs.colostate.edu/~malaiya/jaingloss.html
Antara-bhava = The state of existence between death and rebirth

Dalam Early Advaita Vedānta and Buddhism – Richard King, hal 82, ditulis kalimat
As universal support, Brahman is also that which resides within (antarabhāva) all things. Jadi istilah anatrabhava juga bisa berarti 'berada di dalam" hal ini juga ada di kamus sanskerta. Apa yang berada di dalam ? ya, Soul, Atma,Brahman, roh.

Pages: 1 ... 4 5 6 7 8 9 10 [11] 12 13 14 15 16 17 18 ... 148
anything