//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Show Posts

This section allows you to view all posts made by this member. Note that you can only see posts made in areas you currently have access to.


Messages - Peacemind

Pages: 1 [2] 3 4 5 6 7 8 9 ... 65
16
Buddhisme untuk Pemula / Re: Istilah-istilah dalam Buddhisme
« on: 01 May 2011, 09:01:50 PM »
Sdr. Peace, saya mengetahui abhisembhidanana  dari sebuah artikel (sepertinya berbeda dengan  Patisambhidanana?)cmiiw


:
a. Enam kekuatan batin (chalabhinna)
b. Abhisembhidanana
c. Patisambhidanana


Wah kalau begitu, saya sendiri tidak tahu. Mungkin kata yang dimaksud salah. Ada sih pengetahuan yang bernama abhisamayañāṇa, tetapi untuk abhisembhidañāṇa.. baru dengar. Barangkali, diselidiki mengutip dari sumber mana kata2 tersebut didapat sehingga nanti bisa cari mana yang benar.

17
Game / Re: game bahasa Pali
« on: 01 May 2011, 08:42:52 PM »
patati = jatuh

Seekor raja monyet jatuh dari sebuah pohon aren yang tinggi ?

Vānarindo uccamhā tālarukkhamhā patati atau Vānarindo uccā tālarukkhā patati atau Vānarindo uccasmā tālarukkhasmā patati.

bāḷhagilāna?

18
Game / Re: game bahasa Pali
« on: 01 May 2011, 08:23:14 PM »
tāla = kelapa sawit
rukkha = pohon
tālarukkha = pohon kelapa sawit

ucca ?

tālarukkha lebih tepatnya pohon yang semacam pohon aren. Dalam bahasa Inggris, disebutkan palm tree, dan tentu bisa diterjemahkan sebagai kelapa sawit. tetapi saya lebih cocok dengan pohon yang ada Sri Lanka yang disadap airnya dan dibuat semacam air gula. Ini hampir sama dengan pohon aren yang banyak di jawa. Samaneri Pannadewi tahu pohon yang saya maksud di Sri Lanka ini.

Ucca = tinggi

patati?

19
Game / Re: game bahasa Pali
« on: 01 May 2011, 06:21:20 PM »
nāḷikera = kelapa

taru?

Pohon

tālarukkha?

20
Game / Re: game bahasa Pali
« on: 01 May 2011, 05:59:46 PM »
nāḷikera = kelapa

taru?

Pohon

tālarukkha?

21
Game / Re: game bahasa Pali
« on: 01 May 2011, 12:46:19 PM »
Vānari = monyet betina
Vānarinda = monyet juga?

āruhati?

Vānarinda = vānara = monyet jantan, inda = raja. Vānarinda = raja monyet.
āruhati = memanjat.

nāḷikera?

22
Pertanyaan ini saya ajukan terutama berkaitan dengan konsep 'ehipassiko'. Pengetahuan umum mengenai konsep ini adalah seseorang harus membuktikan dulu sesuatu sebelum meyakininya. Sekarang, kita hidup di jaman kurang lebih 2500 tahun setelah Sang Buddha. Jangankan untuk mengetahui batin Sang Buddha, sedangkan melihatnya saja belum. Karena hal ini, kita sebenarnya tidak tahu apakah Sang Buddha telah mencapai penerangan sempurna ataukah belum. Namun demikian, saya pribadi meyakini penerangan sempurna berdasarkan batasan pengetahuan saya setelah mempelajari ajaran Beliau yang tertuang dalam Tipitaka. Salahkah saya dan juga salahkah mereka yang meyakini penerangan sempurna Sang Buddha meski tidak ber-ehipassiko terlebih dahulu?

23
Game / Re: game bahasa Pali
« on: 01 May 2011, 12:06:33 PM »
dassanīya = tampan, indah, menarik

Seekor rusa berkeliaran di sebuah taman?

Sāraṅgo ārāme āhiṇdati.

Vānarinda?

24
Game / Re: game bahasa Pali
« on: 01 May 2011, 10:39:21 AM »
Spoiler: ShowHide
kalau dicari di kamus online, deer / rusa --> ketemu Sāraṅga
terus copy paste dari kamus online nya Sāraṅga  -- >  dapet juga arti deer / rusa

tapi kalau copy paste Sāraṅga dari forum DC
di kamus online --> no result
mungkin karena diatrical mark nya versinya ada bermacam2 ?
jadi kadang2 waktu di search, kata itu tidak keluar ?


Āhiṇḍati =  to wander about, to roam = berjalan-jalan, berkeliaran

ārāma ?


ārāma = taman

dassanīya?

25
Diskusi Umum / Re: Mengapa Asin Jinarakkhita Memelihata Jenggot?
« on: 01 May 2011, 07:54:04 AM »
thanks aa, jadi terharu nih atas usaha aa utk mencarikan gambar2 beliau....(+GRP dah meluncur)...iya nih aa gambar beliau kok spt itu.....sy sih GA PERCAYA tapi kok memang iya.... ;D

sy ditertawakan krn sy menyangkal beliau spt itu, bayangin aja, sy yg kuliah agama Buddha kok sampe tidak tahu beliau, ya jelas jadi bahan tertawaan, padahal yg sy bantah adalah kondisi beliau yg spt itu, sy sendiri sih punya buku ttg beliau lebih dari 3 bh, tp semua buku sy tdk menyertakan gambar dg kondisi yg demikian. sehingga kondisi beliau yg penuh jambang, brewokan dan berkumis itu yg sy bantah, terlebih lagi sy pun menyadari beliau amat mirip dg sang Buddha ketika berjalan bersama orang akan sulit membedakan yg mana Sang Buddha dan yang mana YA.Maha Kassapa. hal ini berarti mereka berdua dlm kondisi sama2 berwajah sempurna, masak spt itu? gitu aa ceritanya.

mettacittena,

Sebenarnya melihat gambar2 Maha Kassapa Thera yang dicantumkan teman2, jambang dan kumisnya masih wajar saja. Saya pribadi terkadang melihat bhikkhu hutan memiliki jambang dan kumis tebal sperti itu di Sri Lanka. Pernah juga ada seorang samanera dari India tinggal di gua dihutan. Ia bermeditasi secara serius dan hanya keluar gua saat makan siang saja. Suatu saat saya melihat jambang dan kumisnya begitu tebal. Tapi masih ditolerir karena memang tidak terlalu panjang.

Memang diceritakan Maha Kassapa Thera memiliki wajah mirip Sang Buddha. Tetapi pertanyaannya, apakah Sang Buddha tidak memiliki jambang dan kumis? Sang Buddha juga memiliki jambang dan kumis. Cuma saya sendiri tidak tahu apakah jambang dan kumis beliau setelah dicukur pertama kalinya tidak tumbuh lagi atau tidak. Mungkin tidak tumbuh lagi. Tetapi seandainya masih tumbuh lagi, kondisi jambang dan kumisnya juga tampak seperti Maha Kassapa Thera.

26
Diskusi Umum / Re: Mengapa Asin Jinarakkhita Memelihata Jenggot?
« on: 30 April 2011, 11:43:38 AM »
berapa panjang batas yg ditentukan ? ada yg menyebutkan tdk melebihi 2 ruas jari, ada yg mengatakan tdk melebihi ketebalan 1 ruas jari.

apakah uraian di kitab komentar yg membahas rambut/kumis/jenggot menyatakan bahwa bhikkhu tidak boleh berambut/kumis/jenggot ? bkn kah patokan bhikkhu berdasarkan vinaya yg berlaku disangha ?

pandangan pribadi sy, bkn untuk membiarkan jenggot tersebut tumbuh alami dengan kilah kita tidak terikat akan pisau ckur, karena jk alasan itu adalah benar, maka seharusnya seorang bhikkhu jg akan membiarkan kuku, rambut, kumis tumbuh dengan alami, tanpa harus di potong.

tp alasan utama lebih ke arah penunjang latihan.
1. apakah rambut yg panjang menunjang latihan kebhikkhuan ato hanya merepotkan/mengganggu dalam latihan ? bayangkan aja klo seorang bhikkhu membiarkan rambutnya panjang, seorang bhikkhu bakal sibuk mengurus rambutnya, menyuci, mengatur/mensisir dr pd mengurusi latihan kebhikkhuan nya, krn jk dibiarkan "kumel" n tak terawat, mk terlihat lebih mirip petapa telanjang. blom lg faktor suhu yg panas, pasti akan akan menganggu seorang bhikkhu, krn akan merasa gerah dgn rambutnya yg panjang. blom lg faktor ketombe...

2. apakah kumis/jenggot panjang menunjang latihan kebhikkhuan ato hanya merepotkan/mengganggu dalam latihan ? alasan nya mirip diatas, seorang bhikkhu hanya akan repot mengurusi jenggot/kumisnya, selain itu hanya akan menambah keterikatan seseorang terhadap keberadaan kumis/jenggot, dimana seharusnya seseorang yg telah menjadi bhikkhu seharusnya mengurangi/mengikis semua keterikatan yg ada.

jd karena faktor2 tersebut, memang lebih praktis jk rambut, kumis, jenggot di potong agar tidak merepotkan n tidak menganggu latihan kebhikkhuan.

ini pandangan pribadi aa aja...

Di dalam vinayapitaka, Sang BUddha telah menyebutkan patokan panjang rambut yakni dua ruas jari (dvaṅgula - yang secara harfiah berarti = dua jari) atau dua bulan (dūmasika) harus dipotong. Untuk jambang, kumis atau jenggot tidak disebutkan dalam Vinayapitaka seberapa panjang seorang bhikkhu bisa membiarkan tumbuh. Yang disebutkan hanya larangan untuk tidak membiarkan jenggot - massuṃ (tentu termasuk jambang dan kumis) tumbuh panjang.

Saya pribadi setuju alasan anda pula bahwa mengapa seorang bhikkhu tidak diperbolehkan untuk memelihara rambut panjang karena nantinya akan merepotkan saja. Selain itu, jika kita melihat kasus2 yang ada mengapa Sang Buddha menetapkan peraturan2 demikian, kita melihat bahwa peraturan2 demikian ditetapkan Sang BUddha atas respon Beliau terhadap pandangan masyarakat. Sudah menjadi tradisi di India sejak jaman Buddha bahwa seorang bhikkhu hendaknya tidak menampakkan prilaku seperti seorang perumah tangga yang menikmati nafsu inderawi. Ketika para perumah tangga melihat beberapa bhikkhu memelihara rambut panjang, jenggot panjang, apalagi jenggotnya dibuat panjang sperti jenggot kambing, dihias, dll, mereka segera mengkritik prilaku para bhikkhu demikian dengan mengatakan, " seyyathāpi gihī kāmabhogino - Ah.. seperti perumah tangga yang menikmati kesenangan inderawi saja!". Karena melihat bahwa prilaku demikian tidak pantas di dalam masyarakat, Sang BUddha menetapkan peraturan untuk melarang mereka memelihara rambut panjang, etc.

27
Diskusi Umum / Re: Mengapa Asin Jinarakkhita Memelihata Jenggot?
« on: 30 April 2011, 11:23:53 AM »
kesimpulan : jambang itu melanggar dukkata

jadi model jenggotnya ashin Jinarakhita itu melanggar atau tidak melanggar Vinaya ?
apa kriteria bulu jambang boleh di samakan dengan bulu jenggot ? :))

Jambang tidak melanggar vinaya jika tidak panjang. Sebenarnya kata massuṃ berarti jenggot tetapi juga harus dimengerti bahwa dalam konteks ini kata ini mengacu kepada jambang dan kumis pula. Bukannya saya mendiskreditkan Ashin Jinarakkhita, jika beliau mengikuti peraturan yang terdapat di dalam Tipitaka, tentu jambang dan kumis beliau sudah terlalu panjang untuk dikatakan tidak melanggar peraturan dukkata.

28
Diskusi Umum / Re: Mengapa Asin Jinarakkhita Memelihata Jenggot?
« on: 30 April 2011, 01:23:58 AM »
Berarti boleh, tetapi tidak boleh lebih dari dua ruas jari ya? Sama seperti rambut? Karena sepengetahuan saya ada 2 tafsir, yang gak boleh sama sekali itu memang gak didukung komentar sih. Kalau begitu, apabila panjang seperti Bhante Ashin melanggar atau tidak?

Untuk jambang, memang tidak disebutkan beberapa panjang seorang bhikkhu bisa membiarkan tumbuh. Tetapi dalam vinaya pun (V. 2, 134) ada peraturan jika seorang bhikkhu membiarkan jambang tumbuh (vaḍḍhanti), ia melanggar peraturan dukkata. Kitab komentar untuk ini mengatakan bahwa yang dimaksud membiarkan jambang tumbuh adalah membiarkan jambang tumbuh panjang (massuṃ dīghaṃ kārenti). Memang di kitab komentarpun tidak dijelaskan lebih lanjut sampai seberapa batasan panjang jambang diperbolehkan, tetapi yang jelas membiarkan jambang panjang termasuk pelanggaran dukkata. Mungkin mengapa dalam vinaya dan juga kitab komentar tidak memberikan batasan mengenai panjang dan pendeknya jambang untuk seorang bhikkhu disebabkan karena kewajaran untuk memotong jambang bagi seorang bhikku sudah menjadi hal umumyang diketahui pada jaman dulu. Ini berbeda dari kasus rambut di kepala. Karena pada umumnya manusia jaman dulu membiarkan rambut kepala tumbuh sesuka orang tersebut, peraturan untuk membatasi panjang rambut kepala untuk seorang bhikkhu dibuat jelas. Seorang bhikkhu hendaknya memilliki rambut sepanjang-panjangnya dua ruas jari atau memotongnya setelah dua bulan lamanya.

29
Diskusi Umum / Re: Mengapa Asin Jinarakkhita Memelihata Jenggot?
« on: 30 April 2011, 12:28:03 AM »
barusan sore ini sy membaca tabloid "Budusarana" terbitan Sri Lanka, yang cover depannya adalah gambar YA.Maha Kassapa, betapa kagetnya saya karena gambar tsb "TERAMAT JAUH" dari gambaran yg ada di benak saya, dimana gambar tsb adalah seorang bhikkhu yg wajahnya penuh brewokan, jambang dan berkumis.

tabloid ini berukuran besar (satu koran) sehingga alat scan sy tidak muat, terpaksa saya baru sempat scan ketika sy ke campus, disana ada sebuah (dan hanya satu2nya yg memiliki alat scan berukuran besar sedang toko lain tdk punya), saya akan scan gambar tsb dan memuat disini.

saya sempat bersikeras dg semua nun yg ada di arama sy, bhw saya katakan YA.Maha Kassapa MUSTAHIL memelihara jambang, brewok dan kumis, beliau adalah "Bapak Sangha", "Tokoh Dhutanga" dan amat dipuji oleh Sang Buddha. mereka semua menertawakan saya juga heran bagaimana mungkin sy yang kuliah agama Buddha kok sampai tidak tahu perihal beliau. semua nun disana meyakinkan saya dg sungguh2 bahwa gambar tsb adalah YA.Maha Kassapa (terpaksa nunggu tgl.30 april ya...maafkan keterbatasan alat scan yg sy miliki...krn sy br ke campus tgl itu).

mettacittena,

Orang India kan memang brewok-brewok. Jadi wajar saja jika murid2 Sang Buddha digambarkan memiliki jambang brewok. Asal tidak terlalu panjang, brewok masih ditolerir. Di Indonesia, para bhikkhu pada umumnya tidak memiliki brewok sehingga meskipun tidak mencukur brewok satu bulanpun tidak akan ada brewokan. Di Sri Lanka sama dengan India, orangnya brewok2. Para bhikkhu yang tinggal di hutan saat ini umumnya akan mencukur rambut dan brewok sekaligus dengan alasan dalam vinaya kalimat yang digunakan adalah kesamassum oharetvā - mencukur rambut kepala dan kumis (termasuk brewok). Mereka biasanya akan membiarkan rambut kepada dan jambangnya tumbuh selama satu minggu sebelum mereka memotongnya (biasanya setiap satu minggu tapi tidak ada keharusan mengenai batasan harinya). Jambang yang dibiarkan satu minggu akan menampakkan wajah yang brewok, tapi it is ok karena itu tidak melanggar vinaya. Mungkin gambar yang dilihat Samaneri Pannadewi masih dalam batasan ini.. Lihatsaja nanti ,bagaimana gambarnya...

30
Diskusi Umum / Re: Mengapa Asin Jinarakkhita Memelihata Jenggot?
« on: 30 April 2011, 12:20:01 AM »
jd kesimpulan nya, apakah berambut, berjenggot, berkumis diijinkan nurut peraturan kebhikkhuan theravada ?

Diijinkan asal tidak melebihi batas yang ditentukan.

Pages: 1 [2] 3 4 5 6 7 8 9 ... 65