//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: Pertanyaan kritis mengenai theravada menurut pandangan yg berbeda.  (Read 551860 times)

0 Members and 2 Guests are viewing this topic.

Offline Shasika

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.152
  • Reputasi: 101
  • Gender: Female
  • Semoga semua mahluk berbahagia
Re: Pertanyaan kritis mengenai theravada menurut pandangan yg berbeda.
« Reply #1455 on: 13 July 2013, 11:25:33 AM »
granny strikes again  :))
masak ? pan nanya ?  :o :o
I'm an ordinary human only

Offline jung13

  • Bukan Tamu
  • *
  • Posts: 18
  • Reputasi: 2
  • Semoga semua mahluk berbahagia
Re: Pertanyaan kritis mengenai theravada menurut pandangan yg berbeda.
« Reply #1456 on: 13 July 2013, 11:31:25 AM »
 :o
panjaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaang...
tapi menarik untuk dikatahui.. :-?
aye baca2 duyu deh..


Offline seniya

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.469
  • Reputasi: 169
  • Gender: Male
  • Om muni muni mahamuni sakyamuni svaha
Re: Pertanyaan kritis mengenai theravada menurut pandangan yg berbeda.
« Reply #1457 on: 13 July 2013, 02:49:04 PM »
Hidup granny ;D
"Holmes once said not to allow your judgement to be biased by personal qualities, and emotional qualities are antagonistic to clear reasoning."
~ Shinichi Kudo a.k.a Conan Edogawa

Offline Shasika

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.152
  • Reputasi: 101
  • Gender: Female
  • Semoga semua mahluk berbahagia
I'm an ordinary human only

Offline adi lim

  • Sebelumnya: adiharto
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.993
  • Reputasi: 108
  • Gender: Male
  • Sabbe Satta Bhavantu Sukhitatta
Re: Pertanyaan kritis mengenai theravada menurut pandangan yg berbeda.
« Reply #1459 on: 14 July 2013, 06:18:31 AM »
yang diketahui cukup besar pengikut tradisi di dunia ini, Theravada, Mayanana, Tantrayana, mungkin yang kecil juga ada.
pembedanya secara garis besar, adalah pedoman para Sangha dalam praktek Vinaya dan kitab Suci.

maaf ya !, ada salah kesalahan tulis, yang benar MAHAYANA  ;)

Saya baru tahu ada mashab baru di buddhism  :o

saya juga baru tahu ada kata baru mashab  ^-^

maksud granny Shasika adalah mazhab kale !  ;D

maz.hab
[n] (1) Isl haluan atau aliran mengenai hukum fikih yg menjadi ikutan umat Islam (dikenal empat mazhab, yaitu mazhab Hanafi, Hambali, Maliki, dan Syafii): umat Islam di Indonesia banyak yg menganut -- Syafii; (2) golongan pemikir yg sepaham dl teori, ajaran, atau aliran tertentu di bidang ilmu, cabang kesenian, dsb dan yg berusaha untuk memajukan hal itu: -- ekonomi; -- seni lukis

Referensi: http://kamusbahasa/mazhab#ixzz2YyGrCVQg

« Last Edit: 14 July 2013, 06:30:07 AM by adi lim »
Seringlah PancaKhanda direnungkan sebagai Ini Bukan MILIKKU, Ini Bukan AKU, Ini Bukan DIRIKU, bermanfaat mengurangi keSERAKAHan, mengurangi keSOMBONGan, Semoga dapat menjauhi Pandangan SALAH.

Offline Shasika

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.152
  • Reputasi: 101
  • Gender: Female
  • Semoga semua mahluk berbahagia
Re: Pertanyaan kritis mengenai theravada menurut pandangan yg berbeda.
« Reply #1460 on: 15 July 2013, 10:27:14 PM »
maaf ya !, ada salah kesalahan tulis, yang benar MAHAYANA  ;)

saya juga baru tahu ada kata baru mashab  ^-^

maksud granny Shasika adalah mazhab kale !  ;D

maz.hab
[n] (1) Isl haluan atau aliran mengenai hukum fikih yg menjadi ikutan umat Islam (dikenal empat mazhab, yaitu mazhab Hanafi, Hambali, Maliki, dan Syafii): umat Islam di Indonesia banyak yg menganut -- Syafii; (2) golongan pemikir yg sepaham dl teori, ajaran, atau aliran tertentu di bidang ilmu, cabang kesenian, dsb dan yg berusaha untuk memajukan hal itu: -- ekonomi; -- seni lukis

Referensi: http://kamusbahasa/mazhab#ixzz2YyGrCVQg
:)) :))
I'm an ordinary human only

Offline Candra Taruna

  • Teman
  • **
  • Posts: 56
  • Reputasi: -4
  • Gender: Male
  • Nice to be Important But More Important to be Nice
Re: Pertanyaan kritis mengenai theravada menurut pandangan yg berbeda.
« Reply #1461 on: 05 September 2013, 07:15:20 PM »
Saya baca dari belakang
mulai dari halaman 98 s/d 95 khoq kagak ada pertanyaan dan membahas apa-apa?
Apa ada pertanyaan yg tidak terjawab di status ini?
 :)

Offline morpheus

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.750
  • Reputasi: 110
  • Ragu pangkal cerah!
Re: Pertanyaan kritis mengenai theravada menurut pandangan yg berbeda.
« Reply #1462 on: 09 September 2013, 09:23:12 AM »
mungkin pertanyaannya ada di halaman 1 s/d 94 ;D
* I'm trying to free your mind, Neo. But I can only show you the door. You're the one that has to walk through it
* Neo, sooner or later you're going to realize just as I did that there's a difference between knowing the path and walking the path

Offline adi lim

  • Sebelumnya: adiharto
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.993
  • Reputasi: 108
  • Gender: Male
  • Sabbe Satta Bhavantu Sukhitatta
Re: Pertanyaan kritis mengenai theravada menurut pandangan yg berbeda.
« Reply #1463 on: 09 September 2013, 12:36:26 PM »
atau tidak bisa membedakan pertanyaan dan pernyataan ! :))
Seringlah PancaKhanda direnungkan sebagai Ini Bukan MILIKKU, Ini Bukan AKU, Ini Bukan DIRIKU, bermanfaat mengurangi keSERAKAHan, mengurangi keSOMBONGan, Semoga dapat menjauhi Pandangan SALAH.

Offline sanjiva

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.091
  • Reputasi: 101
  • Gender: Male
Re: Pertanyaan kritis mengenai theravada menurut pandangan yg berbeda.
« Reply #1464 on: 09 September 2013, 01:55:38 PM »
Pertanyaan tapi bukan pertanyaan, bukan pertanyaan tapi pertanyaan  _/\_

^-^ ;D
«   Ignorance is bliss, but the truth will set you free   »

Offline junichiro

  • Bukan Tamu
  • *
  • Posts: 17
  • Reputasi: 0
  • Semoga semua mahluk berbahagia
Re: Pertanyaan kritis mengenai theravada menurut pandangan yg berbeda.
« Reply #1465 on: 19 September 2013, 07:44:11 PM »
 _/\_ Namo Buddhaya, lama tidak berkunjung, walaupun tanpa suara saya sering menganalisa dan membaca semua posting2 teman2 sekalian.

point2 inti dengan rangkuman saja:

- Semua agama terkait dengan adat setempat, sejarah perjalanannya, dan penyebar2nya, semua agama yang melewati masa ke masa, akan selalu mengalami perubahan2 doktrin, walaupun tidak banyak, mungkin tidak keluar dari jalur utama, tetapi mungkin akan mengalami peradaban dimasanya.

- Bisa saja kita akan selalu mencari2 ajaran2 asli dan sebenar2nya dimasa lampau, tetapi kita tidak akan bisa mencegahnya dari perubahan2 yang terus terjadi baik didalam ajaran2, maupun dalam peradaban manusia itu sendiri, itu semua akan selalu berubah, dan mungkin akan menyulitkan dalam, toh anda mempunyai prinsip2 yang cukup dari Buddha," kalo agama Buddha sudah gk bisa dipake ya tinggalkan saja, " ya toh.

- Saya saja kadang bertanya , kenapa tiap calon2 Buddha kelahiran terakhirnya pasti lahirnya di kerajaan, mungkin kalo bukan pake synonim kerajaan, mungkin keadaan yang sangat beruntung atau baik dan indah awalnya, dari contoh itu kita bisa tau, adat2 yang tidak dapat ditinggalkan dan sangat kental, jika kita memakai, kaidah maitreya atau kwan im avalokitesvara, mengapa lebih kental ke arah Tao bahkan dekat2 dengan MAHAYANA, cukup unik ya. tapi ajarannya luar biasa mungkin sangat sama, cinta kasih mentok  tok cer.


- Mungkin sangat banyak kalangan dari internal maupun eksternal yang berkomentar disini, tapi sepatutnya kita menggunakan keadaaan yang selalu dalam jalur di tengah2 dengan mengerti mendalam situasi dan keadaan2, tanpa menyinggung ataupun merendahkan satu sama lainnya, mengingat ajaran Buddha itu sangat bijaksana, mungkin kalo Sang Buddha dengerin kita berdebat dia tetep mematung. mungkin mendengarkan tetapi diam dalam keagungan yang maha tahu, bisa2 ada pepatahnya " biksu kecil membaca sutra/doa, beragama tapi tidak tahu apa yang dibaca",jadi banyak dong kita kekurangannya.

- Saya masih bangga dengan segala cabang agama Buddha lo, adalah agama dalam cabang apapun ajarannya tetap sama bijaksana dan cinta kasih, itu2 aja, walaupun kita tahu segala perbedaan2 yang sangat mencolok didalamnya, hendaknya kita tidak membeda2kannya terlalu jauh, dan menganggap ada yang melenceng, walaupun seringkali kita dibingungkan dengan perbedaan tersebut, saya juga bingung, dengan adanya perbedaan ini, mau diapakan enaknya, kita cari logika sebenar2nya? dengan perdebatan ?, untuk apa? untuk keegoisan sendiri? demi kalangan2 tertentu?, saya juga bingung, malah kita kelihatan jeleknya sendiri.

- Apakah doa2 semua agama berbeda? apakah dengan cara melaksanakan seperti ini akan begini, apakah dengan begitu akan begitu pula, mana yang benar mana yang tidak begitu benar mana yang salah, saya juga bingung, toh kita punya pengetahuan dasarnya, dalam agama Buddha saya pernah membaca bagaimana cara doa dan kutukan itu bekerja, jika kita dibedakan a b c d e, apakah akan beda juga?, toh hanya kita manusia yang bisa berdoa, secara sadar nya, toh dalam agama lain mereka sangat pede, dan dalam keyakinan itu adalah kekuatan.
         saya bukan mengarahkan teman2 sekalian dalam keadaan dan kondisi, tetapi kita memandang dengan 1 fungsi yang bisa bekerja secara konstan dan sama ke semua manusia. 

(btw mau tanya dimana terdapat tipitaka komplit bahasa indo yg bisa didownload disini ada gk, dan bagian mana yang menerangkan cara doa dan kutukan bekerja, pernah saya mendengar cara buddha menerangkan bagaimana mekanisme gunung berapi itu meletus, dan segala kejadian alam dan cara terjadinya, itu dimana ya, karena saya lebih tertarik mengkaji agama buddha secara iptek).

- trus mau tanya bagaimana alibinya angulimala bisa menjadi arahat padahal cukup sadis
- relik sharira bagaimana itu terjadi,apakah relik2 tersebut bisa dikonfirmasi ke otentikannya
- apakah dimaksud dengan ruang tanpa pencerapan dan cara penggambaran atau penafsirannya bagaimana kira2
- sebenarnya saya tertarik dengan posting yg kemaren2, yang cara membedakan orang yang berilmu tinggi atau pencapaian jhana yang tinggi, cuma yg ngejawab banyakn debat tanpa perincian2 yang jelas dan menerangkan kondisi jhana2 tersebut, seharusnya dengan penjabaran secara sederhananya haru bisa, dan mencontohkannya dengan contoh2 yang sederhana yang mudah dimengerti orang banyak.

dah ah segitu ajah, harap dibalas ya, kalo sale2 kate maapin ajeh, ada dan tiadanya kita itu relatip sih, semoga semua makhluk berbahagia.

Offline dilbert

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.935
  • Reputasi: 90
  • Gender: Male
  • "vayadhamma sankhara appamadena sampadetha"
Re: Pertanyaan kritis mengenai theravada menurut pandangan yg berbeda.
« Reply #1466 on: 20 September 2013, 11:16:57 AM »

- Saya saja kadang bertanya , kenapa tiap calon2 Buddha kelahiran terakhirnya pasti lahirnya di kerajaan, mungkin kalo bukan pake synonim kerajaan, mungkin keadaan yang sangat beruntung atau baik dan indah awalnya, dari contoh itu kita bisa tau, adat2 yang tidak dapat ditinggalkan dan sangat kental, jika kita memakai, kaidah maitreya atau kwan im avalokitesvara, mengapa lebih kental ke arah Tao bahkan dekat2 dengan MAHAYANA, cukup unik ya. tapi ajarannya luar biasa mungkin sangat sama, cinta kasih mentok  tok cer.


Buddha Kakusandha, Koõàgamana, dan Kassapa terlahir dari kasta brahmana, sedangkan Buddha-Buddha lainnya terlahir dari kasta ksatria.
(sumber : Riwayat Agung Para Buddha Jilid 1, Edisi pertama, Hal 402).
VAYADHAMMA SANKHARA APPAMADENA SAMPADETHA
Semua yang berkondisi tdak kekal adanya, berjuanglah dengan penuh kewaspadaan

Offline dilbert

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.935
  • Reputasi: 90
  • Gender: Male
  • "vayadhamma sankhara appamadena sampadetha"
Re: Pertanyaan kritis mengenai theravada menurut pandangan yg berbeda.
« Reply #1467 on: 20 September 2013, 11:18:07 AM »
_/\_

- Bisa saja kita akan selalu mencari2 ajaran2 asli dan sebenar2nya dimasa lampau, tetapi kita tidak akan bisa mencegahnya dari perubahan2 yang terus terjadi baik didalam ajaran2, maupun dalam peradaban manusia itu sendiri, itu semua akan selalu berubah, dan mungkin akan menyulitkan dalam, toh anda mempunyai prinsip2 yang cukup dari Buddha," kalo agama Buddha sudah gk bisa dipake ya tinggalkan saja, " ya toh.


Seperti-nya tidak ada umat yang benar-benar mempraktekkan semua aliran... pasti ada yang dipegang sebagai ajaran, ada yang ditinggalkan...
VAYADHAMMA SANKHARA APPAMADENA SAMPADETHA
Semua yang berkondisi tdak kekal adanya, berjuanglah dengan penuh kewaspadaan

Offline dilbert

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.935
  • Reputasi: 90
  • Gender: Male
  • "vayadhamma sankhara appamadena sampadetha"
Re: Pertanyaan kritis mengenai theravada menurut pandangan yg berbeda.
« Reply #1468 on: 20 September 2013, 11:32:26 AM »

- trus mau tanya bagaimana alibinya angulimala bisa menjadi arahat padahal cukup sadis


http://www.samaggi-phala.or.id/naskah-dhamma/menaklukkan-anggulimala/

5. Menaklukkan Angulimala
(dengan Kesaktian/Iddhi)
Ukkhitta khagga matihattha sudãrunantam
Dhãvantiyo janapathan gulimãla vantam
Uddhibhisankhatamano jitavã munindo
Tan tejasã bhavatu te jayamangalãni

Sangat kejam dengan pedang terhunus dalam tangan yang kokoh kuat
Angulimala berlari mengejar sepanjang jalan tiga yojana dengan berkalung untaian jari
Raja Para Bijaksana menaklukkannya dengan kesaktian
Dengan kekuatan ini semoga engkau mendapat kemenangan sempurna.

Istri kepala penasehat (Purohita Brahmana) Raja Pasenadi Kosala yang bernama Mantani, melahirkan seorang anak laki-laki. Pada saat kelahirannya, semua senjata di dalam kota berkilau mengeluarkan cahaya yang terang benderang. Kejadian ini menyebabkan ayahnya bertanya kepada ahli perbintangan, mereka meramalkan bahwa anak tersebut di kemudian hari akan menjadi perampok. Keesokan harinya, ketika ia mengunjungi istana, sang ayah bertanya kepada Raja Pasenadi, apakah tadi malam Raja dapat tidur nyenyak. Raja menjawab, tadi malam ia tidak dapat tidur dengan nyenyak karena melihat semua senjata di dalam gudang berkilauan. Hal ini menandakan adanya bahaya yang akan menimpa Raja sendiri atau kerajaannya. Brahmana tersebut lalu menyampaikan kepada Raja, bahwa semalam istrinya telah melahirkan seorang anak laki-laki. Pada saat kelahirannya, tidak hanya pedang kerajaan, semua senjata yang ada di seluruh kota berkilauan, yang menandakan bahwa anaknya kelak akan menjadi perampok.
Brahmana tersebut bertanya kepada Raja, apakah Raja menghendaki agar ia membunuh anaknya yang baru lahir itu. Raja lalu bertanya, apakah anak tersebut kelak akan menjadi kepala perampok ataukah menjadi perampok tunggal. Ia menjawab bahwa anak tersebut akan menjadi perampok tunggal.
Raja tidak terlalu khawatir, karena beliau beranggapan bahwa kerajaannya tidak akan dapat dikacaukan hanya oleh seorang perampok. Jadi beliau membiarkan anak tersebut hidup dan tumbuh menjadi dewasa.
Anak itu diberi nama Ahimsaka, yang berarti tidak melukai siapapun (=tanpa kekerasan). Anak itu diberi nama demikian karena ia berasal dari keluarga yang tidak pernah dinodai dengan kejahatan dan juga karena sifat anak itu sendiri.
Ketika Ahimsaka dewasa, ia disekolahkan di Taxila, suatu pusat pendidikan yang terkenal pada masa lampau. Ahimsaka amat pandai, dapat melampaui murid-murid yang lain dan menjadi murid yang paling menonjol, dan ia amat disayang oleh gurunya.
Teman-temannya menjadi iri kepadanya. Mereka berusaha mencari kesalahan agar Ahimsaka dapat dihukum. Mereka tidak dapat mencela kemampuan maupun reputasi baik keluarga Ahimsaka.
Mereka lalu memfitnah bahwa Ahimsaka telah melakukan hal yang tidak pantas dengan istri gurunya. Mereka lalu membagi kelompoknya menjadi tiga kelompok. Kelompok pertama memberitahukan kepada guru mereka tentang kesalahan Ahimsaka, kelompok kedua dan ketiga membenarkan apa yang dikatakan oleh kelompok yang pertama. Ketika guru mereka tidak mempercayai apa yang mereka katakan, mereka mengusulkan supaya guru mereka membuktikannya sendiri.
Guru Ahimsaka kemudian melihat istrinya berbicara dengan ramah kepada Ahimsaka, hal ini menambah kecurigaannya, sehingga ia merencanakan untuk melenyapkan Ahimsaka. Sebagai orang terpelajar, di dalam usahanya untuk melenyapkan Ahimsaka, ia tidak melakukannya secara terbuka, karena ia takut tidak ada lagi murid yang mau berguru kepadanya.
Oleh karena itu ia berkata kepada Ahimsaka :
“Muridku, saya tidak sanggup lagi mengajarmu lebih lanjut, kecuali kamu dapat mengumpulkan seribu buah jari tangan kanan manusia sebagai biaya pendidikanmu.”

Guru Ahimsaka mengira bahwa Ahimsaka tidak akan pernah berhasil melaksanakan keinginannya. Dan di dalam usahanya untuk mengumpulkan jari manusia, ia pasti akan tertangkap oleh pengawal raja.
Ahimsaka menjawab, bahwa di dalam keluarga mereka tidak mempunyai kebiasaan untuk melakukan kejahatan kepada orang lain. Berulang-ulang Ahimsaka memohon kepada gurunya, agar ia dapat membayar biaya pendidikannya dengan cara yang lain, tetapi gurunya tetap pada pendiriannya. Apabila ia menolak melaksanakannya, ia akan mendapat kutukan. Karena ia mempunyai keinginan yang kuat untuk belajar dan tidak ada jalan lain lagi untuk melanjutkan pendidikannya, ia lalu mempersenjatai dirinya dan masuk ke hutan Jalini di Kosala, yang merupakan pertemuan dari delapan jalan dan mulai membunuh siapapun yang lewat di situ untuk mengumpulkan jari tangan manusia sesuai dengan permintaan gurunya.
Jari yang terkumpul digantungnya pada sebuah pohon. Namun karena jari-jari tersebut selalu dihancurkan oleh burung gagak dan burung pemakan bangkai, ia lalu membuat untaian jari untuk memastikan jumlah jari yang telah dikumpulkannya. Sejak itu ia dikenal dengan nama Angulimala (=Untaian Jari).
Rakyat lalu pergi ke Savatthi, menghadap Raja untuk memberitahukan bahwa jumlah penduduk semakin berkurang, karena kekejaman seorang perampok yang selalu membunuh penduduk yang lewat di hutan itu. Mereka memohon supaya Raja mengirim pasukan untuk menangkapnya. Raja mengabulkan permohonan rakyat dan segera memerintahkan pasukan kerajaan untuk menyelidiki perampok tersebut.
Brahmana yang merupakan ayah Ahimsaka, berkata kepada istrinya bahwa ia amat khawatir kalau-kalau perampok yang kejam itu adalah anak mereka sendiri, dan bertanya apa yang harus mereka lakukan. Istrinya lalu berkata, sebaiknya ia cepat-cepat pergi ke hutan, sebelum pasukan kerajaan tiba, untuk menyadarkan anaknya. Namun brahmana itu menolak untuk pergi. Istri brahmana itu lalu memutuskan untuk masuk ke hutan seorang diri. Dengan kecintaan seorang ibu terhadap anaknya yang amat besar, ia meratap dan berseru agar anaknya mau mengikuti tradisi keluarga, berhenti melakukan pembunuhan dan berkata bahwa pasukan raja sedang dalam perjalanan untuk menangkapnya.
Pada waktu yang sama, Sang Buddha yang sedang bersemayam di Vihara Jetavana melihat dengan Mata Buddha (melalui Maha Karuna Samapatti), bahwa dari kumpulan karma baik yang dimiliki pada kehidupannya yang lampau, Angulimala memiliki cukup banyak kebajikan untuk menjalani kehidupan sebagai seorang bhikkhu dan mempunyai kemampuan untuk mencapai Tingkat Kesucian Tertinggi yaitu menjadi Arahat pada kehidupan ini juga. Sang Buddha juga melihat bahwa ibu Angulimala dapat terbunuh apabila Angulimala melihatnya, karena ia sudah amat ingin melengkapi untaian jari yang diminta oleh gurunya.
Untuk mencegah hal ini, Sang Buddha lalu mengubah wujudNya menjadi seorang bhikkhu dan segera memasuki hutan. Para pengembala dan petani berusaha mencegah Sang Buddha untuk masuk ke hutan seorang diri, karena empat puluh orang yang pergi bersama-sama pun dapat dibunuh oleh Angulimala. Meskipun mendapat peringatan, Sang Buddha tetap melanjutkan perjalanNya dengan berdiam diri. Untuk kedua dan ketiga kalinya mereka berusaha mencegah Sang Guru masuk ke hutan tersebut, namun Sang Buddha dengan berdiam diri tetap meneruskan perjalananNya masuk ke dalam hutan.
Pada pagi hari itu, Angulimala telah mengumpulkan sembilan ratus sembilan puluh sembilan buah jari dan telah merencanakan bahwa siapapun yang ditemuinya pada hari itu harus dibunuhnya. Tetapi ia mendapat kesulitan untuk menemukan orang yang dapat dibunuhnya, karena orang-orang selalu berjalan dalam rombongan yang besar dan bersenjata lengkap.
Akhirnya ia melihat seorang bhikkhu seeang berjalan seorang diri, tanpa membawa senjata. Ia berpikir tentu amat mudah untuk membunuhnya. Angulimala lalu membawa pedang, tameng, anak panah beserta busurnya mengikuti Sang Buddha dari jarak yang dekat.
Sang Buddha menunjukkan kesaktianNya, sehingga bagaimanapun Angulimala berusaha berlari sekuat tenaga, sedangkan Sang Buddha berjalan dengan kecepatan biasa, ia tetap tidak dapat menyusul Sang Buddha.
Angulimala lalu berpikir, “Saya telah mengejar gajah, kuda, kijang dan dapat mengalahkan mereka, sekarang meskipun saya sudah berlari sekuat tenaga, dan Bhikkhu ini berjalan dengan kecepatan biasa saja, saya tetap tidak dapat mendekatiNya.”
Dengan terengah-engah dan berkeringat, ia berteriak meminta Sang Buddha untuk berhenti : “Tittha (+Berhentilah) Samana!”
Sang Buddha menjawab : “Saya sudah berhenti! Hentikan dirimu sendiri!”
Angulimala keheranan akan jawaban Sang Buddha dan bertanya : “Apa maksudMu?”
Sang Buddha menjawab :
“Saya telah bertekad untuk melimpahkan kasih sayang kepada semua mahluk, sedangkan kamu tidak mempunyai belas kasih terhadap mahluk lain. Oleh karena itu Saya sudah berhenti, sedangkan kamu belum berhenti melakukan pembunuhan.”

Karena tumpukan karma baik Angulimala yang amat besar pada kehidupannya yang lampau, bahwa ia diberi tahu oleh Buddha Padumuttara, bahwa ia akan menjadi seorang Arahat. Sebagai seorang yang mempunyai kemampuan untuk menjadi seorang Arahat, setalah mendengar apa yang dikatakan oleh Sang Buddha, ia mengetahui bahwa pertapa mulia ini adalah Buddha Gotama yang karena cinta kasihNya yang amat besar datang untuk menolongnya.
Angulimala segera melemparkan untaian jari dan senjatanya, lalu bernamaskara di kaki Sang Buddha dan memohon untuk ditahbiskan menjadi seorang bhikkhu. Sambil mengangkat tanganNya, Sang Buddha berkata :
“Ehi Bhikkhu (Mari, O Bhikkhu).”

Dengan demikian Angulimala dapat menerima delapan kebutuhan pokok seorang bhikkhu pada saat yang bersamaan dan langsung menerima Upasampada, tanpa terlebih dahulu menjadi seorang samanera. Dengan disertai oleh Angulimala, Sang Buddha kembali ke Vihara Jetavana.
Sementara itu Raja Pasenadi Kosala didesak untuk menangkap perampok Angulimala. Sudah menjadi kebiasaannya untuk menemui Sang Buddha apabila ada kejadian genting. Setalah Raja Pasenadi Kosala bernamaskara, lalu duduk di salah satu sisi, Sang Buddha bertanya :
“O, Raja, ada hal apakah yang membuat anda risau?
Apakah Raja Seniya Bimbisara dari Magadha menantang anda?
Apakah para Pangeran Licchavi dari Vesali?
Atau para bangsawan sainganmu?”

Raja lalu menjelaskan masalah yang sedang dihadapinya, ia mengakui tidak dapat menangkap Angulimala si perampok yang haus darah itu. Sang Buddha lalu bertanya :
“Apa yang akan anda lakukan kalau perampok itu memakai jubah seorang bhikkhu?”

Raja menjawab :
“Yang Mulia, saya akan menghormatinya seperti saya menghormat kepada seorang bhikkhu.”

Pada saat itu Bhikkhu Angulimala sedang duduk di dekat Sang Buddha. Beliau lalu berkata kepada raja :
“O, Raja, inilah Angulimala.”

Raja Pasenadi Kosala menjadi ketakutan, badannya gemetar, rambutnya berdiri. Sang Buddha lalu menenangkannya dan berkata bahwa ia tidak perlu takut lagi, karena Angulimala telah menjadi seorang bhikkhu. Raja lalu mendekati Bhikkhu Angulimala dan menanyakan tentang orang tuanya, dan menawarkan untuk memenuhi semua kebutuhannya. Pada saat itu Bhikkhu Angulimala telah menjalani latihan hidup di hutan, berpindapatta, memakai jubah dari kain perca yang terdiri dari tiga bagian. Oleh karena itu ia menolak tawaran raja, karena ia sudah tidak memerlukannya lagi. Kemudian Raja Pasenadi Kosala memberi hormat kepada Bhikkhu Angulimala dan menyatakan keheranannya kepada Sang Buddha akan perubahan yang dialami oleh Bhikkhu Angulimala. Ia lalu pulang ke istana dengan hati yang bahagia.
Pada suatu hari, ketika Bhikkhu Angulima sedang berpindapatta di Savatthi, Beliau melihat seorang wanita yang sangat kesakitan karena akan melahirkan. Beliau melihat penderitaan wanita itu, tergerak hatinya, lalu berpikir :
“Betapa menderitanya mahluk hidup, betapa menderitanya mahluk hidup!”

Beliau yang pernah membunuh sembilan ratus sembilan puluh sembilan orang, sekarang merasa amat kasihan melihat seorang wanita menderita kesakitan karena akan melahirkan. Ketika Beliau selesai berpindapatta dan makan pagi, Beliau pergi ke vihara menemui Sang Buddha dan menyampaikan apa yang dilihatnya. Sang Buddha lalu meminta Bhikkhu Angulimala pergi menemui wanita itu dan berkata :
“Saudari, sejak saat saya dilahirkan dalam Keluarga Ariya, saya tidak sadar, dengan sengaja telah membunuh mahluk hidup. Berdasarkan kebenaran ini, semoga anda selamat dan semoga anak anda selamat.”

Beliau lalu pergi menemui wanita yang akan melahirkan bayinya. Layar penyekat diletakkan melingkari sang ibu, Bhikkhu Angulimala duduk dan mengulang Paritta yang diajarkan Sang Buddha. Segera saja bayi tersebut lahir dengan mudah dan selamat. (Kemanjuran Paritta Angulimala Sutta ini masih terbukti hingga saat ini).
Tidak lama kemudian, Bhikkhu Angulimala mencapai Tingkat Kesucian Arahat.
Pada suatu hari, ketika Yang Mulia Angulimala sedang berpindapatta di Savatthi, Beliau dilempari bongkahan tanah, tongkat dan batu. Kepalanya terluka, bercucuran darah dan mangkokNya pecah. Beliau pulang kembali ke vihara dan mendekati Sang Buddha yang sedang duduk. Sang Buddha yang melihat keadaanNya lalu menjelaskan, bahwa semua kejadian ini adalah akibat dari perbuatan burukNya, yang sesungguhnya dapat membuatNya menderita di Alam Neraka selama ribuan tahun.
Sekarang Yang Mulia Angulimala hidup menyendiri, menikmati Kebahagiaan dari Kebebasan, mengucapkan pernyataan-pernyataan Kebijaksanaan, meninggal dunia dan mencapai Nibbana.
Para bhikkhu membicarakan tempat kelahiran kembali dari Yang Mulia Angulimala, Sang Buddha memberitahu mereka, bahwa Beliau telah mencapai Nibbana. Para bhikkhu keheranan, bagaimana mungkin seseorang yang telah melakukan begitu banyak pembunuhan dapat mencapai Nibbana. Sang Buddha menjawab bahwa pada masa yang lampau, karena bimbingan yang kurang baik, Angulimala telah melakukan perbuatan-perbuatan buruk namun kemudian ketika Beliau mendapat bimbingan yang baik, Beliau menjalani kehidupan suci. Dengan demikian Beliau dapat mengatasi perbuatan buruk dengan perbuatan baiknya. Setalah berkata demikian, Sang Buddha mengucapkan syair :
“Mereka yang dapat mengatasi perbuatan buruk mereka dengan perbuatan baik, menyinari dunia ini, bagaikan bulan yang terbebas dari awan.” (Dhammapada 173).
VAYADHAMMA SANKHARA APPAMADENA SAMPADETHA
Semua yang berkondisi tdak kekal adanya, berjuanglah dengan penuh kewaspadaan

Offline dilbert

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.935
  • Reputasi: 90
  • Gender: Male
  • "vayadhamma sankhara appamadena sampadetha"
Re: Pertanyaan kritis mengenai theravada menurut pandangan yg berbeda.
« Reply #1469 on: 20 September 2013, 11:34:39 AM »
ANGULIMALA SUTTA

Tentang Angulimala

Majjhima Nikaya 5
Diterjemahkan dari Bahasa Inggris
Oleh : Dra. Wena Cintiawati, Dra. Lanny Anggawati
Penerbit : Vihara Bodhivamsa, Wisma Dhammaguna, 2008

1. DEMIKIAN YANG SAYA DENGAR. Pada suatu ketika Yang Terberkahi sedang berdiam di Savatthi di Hutan Jeta, Taman Anathapindika.

2. Pada saat itu ada seorang bandit bernama Angulimala di wilayah Raja Pasenadi dari kosala. Bandit ini membunuh, bertangan-berlumur-darah, terbiasa memukul dan suka kekerasan, tak kenal ampun kepada makhluk hidup. Berbagai desa, kota,[98] dan daerah dihancurkan olehnya. Dia terus saja membunuh orang dan jari-jari korban digunakannya sebagai untaian kalung.820

3. Suatu pagi, Yang Terberkahi berpakaian, mengambil mangkuk dan jubah luar Beliau, lalu pergi ke Savathi untuk mengumpulkan dana makanan. Setelah Beliau berkelana untuk mengumpulkan dana makanan di Savatthi dan telah kembali, setelah selesai makan Beliau merapikan tempat istirahatnya, mengambil mangkuk dan jubah luarnya, lalu berangkat menuju jalan yang mengarah ke Angulimala. Para penggembala sapi, penggembala kambing, dan pembajak sawah yang lewat melihat Yang Terberkahi berjalan menuju Angulimala dan memberitahu Yang Terberkahi: “Jangan mengambil jalan ini, petapa. Dijalan ini ada bandit Angulimala, membunuh, bertangan-berlumur-darah, terbiasa memukul dan suka kekerasan, tanpa kenal ampun kepada makhluk hidup. Berbagai desa, kota, dan daerah dihancurkan olehnya. Dia terus saja membunuh orang dan jari-jari korban digunakannya sebagai untaian kalung. Orang-orang lewat jalan ini dalam kelompok sepuluh, dua puluh, tiga puluh, dan bahkan empat puluh, tetapi tetap saja mereka menjadi korban tangan Angulimala.” Ketika hal ini disampaikan, Yang Terberkahi meneruskan perjalanannya dengan diam.

Untuk kedua kalinya… Untuk ketiga kalinya para penggemala sapi, penggembala kambing, dan pembajak sawah memberitahukan hal ini kepada Yang Terberkahi, tetapi tetap saja Yang Terberkahi meneruskan perjalanannya dengan diam.

4. Bandit Angulimala melihat Yang Terberkahi datang dari kejauhan. Ketika melihat Beliau, dia berpikir. “Ini bagus, ini luar biasa! Orang-orang melewati jalan ini dalam kelompok sepuluh, dua puluh,[99] tiga puluh, dan bahkan empat puluh, dan tetap saja mereka menjadi korban tanganku. Dan sekarang petapa ini datang sendiri, tidak ditemani, seolah-olah, di dorong oleh nasib. Mengapa aku tidak membunuh petapa ini saja?” Angulimala kemudian mengambil pedang dan tamengnya, memasang busur dan tempat anak paahnya, dan mengikuti dari dekat di belakang yang terbekahi.

5. Maka Yang Terberkahi menunjukkan kekuatan supranormal yang sedemikian sehingga bandit Angulimala, walaupun berjalan secepatnya yang dia bisa, tidak sanggup mengejar Yang Terberkahi yang berjalan dengan kecepatan normal. Kemudian bandit Angulimala berpikir; “Ini hebat, ini luar biasa! Aku bisa mengejar bahkan gajah yang cepat dan menangkapnya; aku bisa mengejar bahkan kuda yang cepat dan menangkapnya; aku bisa mengejar bahkan kereta yang cepat dan menangkapnya; aku bisa mengejar bahkan rusa yang cepat dan menangkapnya; tetapi sekarang, walaupun aku berjalan secepat yang aku bisa, aku tidak sanggup mengejar petapa yangberjalan dengan kecepatan normal ini!” Dia pun berhenti dan berteriak kepada Yang Terberkahi: “berhenti, petapa! Berhenti, petapa!”

“Aku telah berhenti, Angulimala, engkau pun berhentilah juga.”

Kemudian bandit Angulimala berpikir: “Petapa-petapa ini, putra -putra Sakya, berbicara kebenaran, menegaskan kebenaran; tetapi walaupun petapa ini masih berjalan, dia mengatakan: ‘Aku telah berhenti, Angulimala, engkau pun berhentilah juga.’ Sebaliknya kutanya petapa ini.”

6. Maka bandit Angulimala berkata kepada Yang Terberkahi dalam bait-bait demikian:

“Sementara engkau sedang berjalan, petapa, kau katakan padaku engkau telah berhenti;
Tetapi sekarang, ketika aku telah berhenti, kau katakan aku belum berhenti.
Aku bertanya kepadamu kini, O petapa, tentang artinya:
Bagaimana bisa engkau telah berhenti dan aku belum?”
“Angulimala, aku telah berhenti selamanya,
Aku bebas dari kekerasan terhadap makhluk hidup;
Tetapi engkau tidak punya pengendalian diri terhadap makhluk-makhluk hidup:
Itulah sebabnya aku telah berhenti dan engkau belum.” [100]

“Oh, akhirnya petapa ini, orang suci yang dihormati,
Telah datang ke hutan besar ini demi aku.821
Setelah mendengar baitmu yang mengajarkan Dhamma kepadaku,
Aku benar-benar akan meninggalkan kejahatan selamanya.”

Setelah berkata demikian, bandit itu mengambil pedang dan senjatanya
Dan melemparkannya ke kedalaman jurang yang menganga;
Si bandit menyembah di kaki Yang Tertinggi,
Dan saat itu dan di sana juga memohon pentahbisan.

Yang tercerahkan, Manusia Suci dengan Kasih Sayang yang Besar,
Sang Guru dunia dengan [semua] dewanya,
Berkata kepadanya dengan kata-kata ini, Datanglah, bhikkhu.”
Dan demikianlah dia menjadi bhikkhu.822

7. Kemudian Yang Terberkahi mulai berkelana kembali ke Savantthi dengan Angulimala sebagai pelayan Beliau. Berkelana secara bertahap, Beliau akhirnya tiba di Savatthi, dan di sana Beliau berdiam di Hutan Jeta, Taman Anathapindika.

8. Pada kesempatan itu, banyak sekali orang yang berkumpul di gerbang-gerbang bagian dalam istana Raja Pasenadi, dengan sangat keras dan bising mereka berteriak: “Baginda, bandit Angilamala ada di wilayahmu; dia membunuh, bertangan-berlumur-darah, terbiasa memukul dan suka kekerasan, tak kenal ampun kepada makhluk hidup. Berbagai desa, kota,[98] dan daerah dihancurkan olehnya. Dia terus saja membunuh orang dan jari-jari korban digunakannya sebagai untaian kalung Raja harus menumpangnya!”

9. Dan di tengah hari, Raja Pasenadi dari Kosala pergi keluar dari Savatthi dengan lima ratus pasukan kuda dan berangkat menuju taman itu. Dia pergi sejauh jalan dapat dilewati kereta dan kemudian turun dari keretanya untuk melanjutkan perjalanan berjalan kaki menuju Yang Terberkahi.[101] Setelah memberi hormat kepada Yang Terberkahi, ia duduk di satu sisi, dan Yang Terberkahi berkata kepadanya: “Ada apa, raja yang agung? Apakah Raja Seniya Bimbisara dari Magadha menyerangmu, atau para Licchavi dari Vesali, atau raja-raja lain yang bermusuhan?”

10. “Bhante, Raja Seniya Bimbisara dari Maghada tidak menyerangku, tidak juga para Licchavi dari Vesali maupun raja-raja lain yang bermusuhan. Tetapi di wilayahku ada seorang bandit bernama Angulimala, yang membunuh, bertangan-berlumuran-darah, terbiasa memukul dan suka kekerasan, tak kenal ampun kepada makhluk hidup. Berbagai desa, kota, dan daerah dihancurkan olehnya. Dia terus saja membunuh orang dan jari-jari korban digunakannya sebagai untaian kalung. Sayaa tidak akan pernah bisa menumpasnya, Bhante.”

11. Raja yang agung, seandainya engkau melihat bahwa Angulimala telah mencukur rambut dan jenggotnya, mengenakan jubah kuning, dan meninggalkan kehidupan berumah menuju tak-berumah, bahwa dia tidak lagi membunuh makhluk hidup tidak lagi, mengambil apa yang tidak diberikan dan tidak lagi bicara bohong; bahwa dia tidak makan di malam hari melainkan makan hanya di satu bagian hari, dan hidup selibat, luhur, dengan watak baik. Seandainya engkau melihat dia demikian, bagaimana raja akan memperlakukannya?”

“Bhante, kami akan memberi hormat dia, atau bangkit untuk menghormati dia, atau mempersilahkan dia duduk; atau kami akan mengundang dia untuk menerima jubah, dana makanan, tempat istirahat, atau kebutuhan-kebutuhan obat; atau kami akan mengatur bagimua penjagaan, pertahanan, dan perlindungan. Tetapi, Bhante, dia adalah manusia yang tak-bermoral, manusia yang berwatak jahat. Bagaimana mungkin dia memiliki moralitas dan pengendalian semacam itu?”

12. Pada saat itu, Angulimala sedang duduk tidak jauh dari Yang Terberkahi. Maka Yang Terberkahi mengulurkan tangan kanannya dan berkata kepada Raja Pasenadi dari Kosala; “Raja Yang agung, inilah Angulimala.”

Raja Pasenadi menjadi ketakutan, khawatir, dan ngeri, ketika mengetahui ini, Yang Terberkahi berkata: “Jangan takut, raja yang agung, jangan takut. Tidak ada yang perlu engkau takuti dari dia.”

Maka rasa takut, [102] khawatir, dan ngeri raja pun mereda, Dia mendekat pada Y.M. Angulimala dan berkata: “Bhante, apakah tuan yang terhormat ini benar-benar Angulimala?”

“Ya, raja yang agung.”

“Bhante, dari keluarga apakah ayah tuan yang terhormat? Dari keluarga manakah ibunya?”

“Ayahku adalah seorang Gagga, raja yang agung; ibuku seorang Mantani.”

“Semoga tuan Gagga Mantaniputta yang terhormat beristirahat dengan tenang. Saya akan menyediakan jubah, dana makanan, tempat istirahat, dan kebutuhan-kebutuhan obat untuk tuan Gagga Mantaniputta yang terhormat.”

13. Pada saat itu Y.M. Angulimala adalah penghuni-hutan, pemakan dana-makanan, pemakai kain-buangan, dan membatasi membatasi diri dengan jubah. Dia menjawab: “Cukup, raja yang agung, tiga jubahku sudah lengkap.”

Raja Pasenadi kemudian kembali kepada Yang Terberkahi, dan setelah memberi hormat, dia duduk di satu sisi dan berkata:

“Sungguh luar biasa, Bhante, sungguh hebat bagaimana Yang Terberkahi menjinakkan yang tak-terjinakkan, membawa kedamaian bagi yang tidak-damai, dan membimbing menuju Nibbana mereka yang belum mencapai Nibbana. Bhante, kami sendiri tidak bisa menjinakkannya dengan kekuatan dan senjata, tetapi Yang Terberkahi menjinakkannya tanpa kekuatan atau pun senjata. Dan sekarang, Bhante, kami berangkat. Kami sibuk dan banyak yang harus dilakukan.”

“Sekaranglah waktunya, raja yang agung, untuk melakukan apa yang kau anggap sesuai.”

Kemudian Raja Pasenadi di Kosala bangkit dari tempat duduknya. Setelah memberi hormat kepada Yang Terberkahi, dengan tetap menjaga agar Beliau di sisi kanannya, dia pergi.

14. Suatu pagi, Y.M. Angulimala berpakaian, mengambil mangkuk dan jubah luarnya, lalu pergi ke Savatthi untuk mengumpulkan dana makanan. Ketika beliau berkelana untuk dana makanan dari rumah ke rumah di Savatthi, dia melihat seorang perempuan sedang melahirkan anak cacat. [103] Ketika melihat ini, dia berpikir: “Betapa menderitanya para makhluk! Sungguh, bepata menderitanya para makhluk!”

Setelah berkelana untuk mengumpulkan dana makanan di Savathi dan kembali, setelah makan Y.M. Angulimala menemui Yang Terberkahi. Setelah memberi hormat kepada Beliau, dia duduk di satu sisi dan berkata: “Bhante, di pagi hari saya berpakaian, mengambil mangkuk dan jubah luar saya, dan pergi ke Savathi untuk mengumpulkan dana makanan. Ketika saya berkelana untuk mengumpulkan dana makanan dari rumah ke rumah di Savatthi, saya melihat seorang perempuan sedang melahirkan anak cacat. Ketika melihat ini, saya berpikir: “Betapa menderitanya para makhluk! Sungguh, betapa menderitanya para makhluk!”

15. “Kalau begitu, Angulimala, pergilah ke Savatthi dan katakan kepada perempuan itu: ‘Saudari, sejak saya terlahir di dalam kelahiran mulia, saya tidak ingat pernah dengan sengaja membunuh makhluk hidup. Dengan kebenaran ini, semoga Anda sejahtera dan bayi Anda sejahtera!’”

“Bhante, apakah saya tidak menceritakan kebohongan yang disengaja, karena toh dengan sengaja saya telah membunuh banyak makhluk hidup?”

“Kalau begitu, Agulimala, pergilah ke Savatthi dan katakan kepada perempuan itu: ‘Saudari, sejak saya terlahir dengan kelahiran mulia, saya tidak ingat pernah dengan sengaja membunuh makhluk hidup. Dengan kebenaran ini, semoga Anda sejahtera dan bayi Anda sejahtera!’”823

“Ya. Bhante,” Jawab Y.M. Angulimala, dan setelah pergi ke Savatthi dia berkata kepada perempuan itu: “Saudari, sejak saya terlahir dengan kelahiran mulia, Saya tidak ingat pernah dengan sengaja membunuh makhluk hidup. Dengan kebenaran ini, semoga Anda sejahtera dan bayi Anda sejahtera!” Kemudian perempuan dan bayinya itu menjadi sejahtera.

16. Tak lama kemudian, dengan berdiam sendiri, melihat ke dalam diri, rajin, bersemangat, dan mantap, Y.M. Angulimala, dengan merealisasikan bagi dirinya sendiri melalui pengetahuan langsung, di sini dan kini masuk dan berdiam di dalam tujuan tertinggi kehidupan suci yang untuknya para pria baik-baik dengan benar meninggalkan kehidupan berumah menuju tak-berumah. Dia langsung mengetahui: “Kelahiran telah dihancurkan, kehidupan suci telah dijalani, apa yang harus dilakukan telah dilakukan, tidak lagi ada kelahiran di alam mana pun juga.”[104] Dan Y.M. Angulimala menjadi salah satu Arahat.

17. Suatu pagi, Y.M. Angulimala berpakaian, mengambil mangkuk serta jubah luarnya, dan pergi ke Savatthi untuk mengumpulkan dana makanan. Pada waktu itu, seseorang melempar tongkat yang mengenai tubuhnya, lalu orang lain melempar pecahan tembikar yang mengenai tubuhnya. Kemudian, dengan darah yang mengalir dari kepalanya yang terluka, dengan mangkuknya yang pecah dan jubah luarnya yang robek, Y.M. Angulimala menemui yang Terberkahi. Yang Terberkahi melihat dia datang dari kejauhan dan berkata: “Tanggunglah, brahmana! Tanggunglah, brahmana! Engkau mengalami di sini dan kini akibat tindakan-tindakan yang karenanya engkau mungkin di siksa di neraka selama bertahun tahun selama beratus-ratus tahun, selama beribu-ribu tahun.”824

18. Pada suatu saat, ketika Y.M. Angulimala sedang sendirian bermeditasi dan mengalami kebahagiaan pembebasan, beliau mengucapkan ungkapan ini:825

“Dia yang pernah hidup lalai
Dan kemudian tidak lalai,
Dia menyinari dunia
Bagaikan rembulan yang terbebas dari awan

Yang menghentikan perbuatan-perbuatan jahat yang telah dilakukannya
Dengan melakukan perbuatan-perbuatan bajik sebagai gantinya
Dia menyinari dunia
Bagaikan rembulan yang terbebas dari awan

Bhikku muda yang mengerahkan
Usaha-usahanya untuk Ajaran Buddha,
Dia menyinari dunia
Bagaikan rembulan yang terbebas dari awan.

Semoga musuh-musuhku mendengar khotbah Dhamma,
Semoga mereka tekun dalam Ajaran Buddha,
Semoga musuh-musuhku melayani orang-orang baik itu
Yang membimbing orang lain untuk menerima Dhamma.

[105] Semoga musuh-musuhku mau memasang telinga dari saat ke saat
Dan mendengar Dhamma dari mereka yang mengkotbahkan kesabaran,
Dari mereka yang juga menyampaikan pujian tentang kebaikan hati
Dan semoga mereka menjalankan Dhamma itu dengan perbuatan-perbuatan baik.

Karena tentu kemudian mereka tidak akan ingin menyakitiku,
Tidak juga mereka berpikir untuk merugikan makhluk lain,
Maka, mereka yang mau melindungi semuanya, yang lemah dan kuat,
Semoga mereka mencapai kedamaian yang melebihi semuanya.

Pembuat saluran mengarahkan air
Pembuat panah meluruskan batang anak-panah,
Tukang kayu meluruskan kayu,
Tetapi orang bijak berusaha untuk menjinakkan diri sendiri.

Ada beberapa yang menjinakkan dengan pukulan,
Beberapa dengan tongkat dan beberapa dengan cambuk;
Tetapi aku dijinakkan hanya oleh
Dia yang tidak memiliki tongkat maupun senjata.

‘Tak menyakiti’ adalah nama yang kini kutanggung,
Walaupun aku berbahaya di masa lalu.826
Nama yang kutanggung hari ini sungguh benar:
Aku sama sekali tidak menyakiti makhluk hidup.

Dan walaupun aku dulu hidup sebagai bandit
Dengan nama ‘Untaian-Jari,’
Orang yang disapu banjir deras,
Aku telah pergi untuk perlidungan kepada Buddha.

Dan walaupun aku dulu memiliki tangan yang terlumur darah
Dengan nama “Untaian-jari,”
Lihatlah perlindungan yang telah kutemukan:
Ikatan dumadi telah terpotong.

Walaupun aku dulu melaukan banyak perbuatan yang membawa
Menuju kelahiran di alam-alam yang jahat,
Namun akibatnya telah sampai padaku sekarang,
Maka kini aku makan bebas dari  hutang.827

Mereka adalah orang-orang tolol dan tidak punya akal sehat
Yang menyerahkan diri mereka  pada kelalaian,
Tetapi mereka yang punya kebijaksanaan menjaga ketekunan
Dan memperlakukannya sebagai kebaikan terbesar.

Jangan menyerah pada kelalaian
Jangan pula mencari sukacita dalam kesenangan-kesenangan indera,
Tetapi bermeditasilah dengan tekun
Agar supaya mencapai kebahagiaan sempurna.

Jadi silakan datang pada pilihanku itu
Dan biarlah hal itu bertahan, karena ia tidak salah dibuat;
Dari semua Dhamma yang diketahui manusia
Aku telah datang yang paling baik.

Jadi silakan datang pada pilihanku itu
Dan biarlah hal itu bertahan, karena ia tidak salah dibuat;
Aku telah mencapai tiga pengetahuan
Dan melaksanakan semua yang diajarkan Sang Buddha.”

Catatan

820
Nama “Angulimala” merupakan julukan yang berarti “untaian (mala) jari (anguli).” Dia adalah putra brahmana Bhaggava, pendeta bagi Raja Pasenadi dari Kosala. Nama yang diberikan sekarang adalah Ahimsaka, yang artinya “yang tidak merugikan.” Dia belajar di Takkasila, di mana dia menjadi kesayangan gurunya. Sesama siswa, karena iri kepadanya, memberitahu gurunya bahwa Ahimsaka telah melakukan perselingkuhan dengan istri gurunya itu. Dengan maksud menghancurkan Ahimsaka, guru itu memerintahkan dia untuk membawakan seribu jari sebagai bayaran. Ahimsaka hidup di hutan Jalini, menyerang para pelancong, memotong satu jari setiap korban, dan memakainya sebagai untaian kalung di lehernya. Pada saat sutta itu bermula, dia hanya kurang satu jari dan telah bertekad untuk membunuh orang berikutnya yang datang. Sang Buddha melihat ibu Angulimala sedang dalam perjalanan untuk mengunjungi dia, dan sadar bahwa Angulimala mempunyai kondisi-kondisi pendukung untuk menjadi Arahat. Maka Beliau mencegat dia sebelum ibunya keburu tiba.

821
MA menjelaskan bahwa Angulimala baru saja menyadari bahwa bhikkhu di hadapannya adalah Sang Buddha sendiri dan bahwa Beliau telah datang ke hutan dengan tujuan yang jelas yaitu untuk mengubahnya.

822
MA: karena jasa kebajikannya di masa lalu, Angulimala memperoleh mangkuk dan jubah melalui kekuatan spiritual dari Sang Buddha segera setelah Sang Buddha berkata, “Datanglah, bhikkhu.”

823
Bahkan sampai sekarang cetusan ini sering diulang oleh para bhikkhu sebagai mantra pelindung (paritta) untuk perempuan-perempuan hamil yang mendekati masa melahirkan.

824
MA Menjalankan bahwa tindakan berkehendak apa pun (kamma) mampu menghasilkan tiga jenis akibat: akibat yang dialami di sini dan kini, yaitu, dalam kehidupan yang sama ini dimana perbuatan itu dilakukan; akibat yang dialami di kehidupan yang akan datang; dan akibat yang dialami di kehidupan mana pun setelah yang berikutnya, selama perjalanan seseorang di lingkaran samsara masih berlanjut. Karena telah mencapai tingkat arahat, Angulimala lolos dari dua jenis akibat yang terakhir, tetapi tidak bisa lolos dari yang pertama, karena bahkan Arahat pun masih mengalami akibat-akibat tindakan kehidupan masa-kini yang mereka lakukan sebelum mereka mencapai tingkat arahat.

825
Beberapa syair berikutnya juga muncul di Dhammapada Syair-syair Angulimala ditemukan utuh di Thag 866-91.

826
Walaupun MA mengatakan bahwa Ahimsaka, “Tidak merugikan,” adalah nama Angulimala sekarang, kitab Komentar untuk Theragatha mengatakan bahwa nama aslinya adalah Himsaka, yang artinya “berbahaya”.

827
Sementara bhikkhu-bhikkhu mulia yang belum Arahat dikatakan makan dana makanan negeri itu sebagai warisan dari Sang Buddha, para Arahat makan “bebas dari hutang” karena dia telah membuat dirinya sepenuhnya pantas untuk menerima dana makanan. Lihat Vism 125-27.
VAYADHAMMA SANKHARA APPAMADENA SAMPADETHA
Semua yang berkondisi tdak kekal adanya, berjuanglah dengan penuh kewaspadaan