Mod yang bijaksana, salam kenal
meskipun saya tidak sependapat soal makna tersiratnya dari Fb Riky, tetapi saya setuju bahwa Ajaran Buddha yang notabene mengajarkan bagaimana bebas dari penderitaan, boleh di pelajari oleh siapa saja terlepas dari apakah mereka punya diorientasi seksual atau tidak.
Saya mengerti bahwa komunitas agama berdasarkan orientasi seksual memang agak kurang lazim, tetapi tidak salah. menurut saya Gay/Lesbi itu hanyalah perbedaan orientasi. tidak lebih. selesai.
Jika ada pihak yang menganggap gay atau lesbi itu (misalnya): harus di musuhi; layak di kucilkan; pantas untuk di cemooh; bahan lelucon negatif; manusia rendah; menjijikan, dsb... mungkin kita boleh melihat bahwa itu adalah indikator yang baik bagi kita untuk intropeksi kedalam diri. Mengenal kembali mengapa kita belajar Dhamma.
Karena saya tidak percaya, bahwa persoalan Gay/ Lesbi ini sebegitu seriusnya untuk di bahas di bandingkan pembelajaran dan pendalaman kita dalam menyelami Dhamma.
Salam metta
Salam kenal juga, william36!
Kalau saya pribadi, saya memang tidak masalah mau dinamakan apa. Tapi masalahnya, dalam masyarakat tidak semua orang menyikapi hal tersebut dengan cara yang sama. Ada yang bisa tersinggung, bahkan kalau kita lihat kasus-kasus "istimewa", ada orang bisa bunuh-bunuhan hanya karena merasa agamanya disinggung. Karena itu ada baiknya walaupun kita berniat baik, kita juga bijaksana dalam bertindak, salah satunya memilih kata-kata.
Komunitas agama berdasarkan orientasi seksual tertentu memang tidak salah, namun kurang tepat dalam koridor Buddha-dhamma. Mengapa saya katakan demikian? Bagaimana orang melihat dhamma sebagai ajaran toleran jika gay/lesbian saja sedemikian "dipojokkan" sehingga harus buat group sendiri? Seperti ada komunitas agama tertentu yang rumah ibadahnya khusus orang kulit hitam, apakah bisa mencerminkan ajaran yang non-diskriminasi? Jika anda gay/lesbian/fetish/apa pun, belajarlah bersama dengan orang yang heteroseksual ataupun aseksual (selibat). Sama seperti jika ada yang masih mencuri, tidak perlu membentuk "Thief Buddhism" dan sebagainya, nanti akan menyiratkan ada Buddhism yang mendukung pencurian. Semua sama saja dalam kacamata Buddhis, yaitu kita masih dikuasai kelahiran, ketuaan, dan kematian. Jadi menurut pendapat saya, tidaklah perlu membagi-bagi pengajaran dhamma ke dalam kategori tersebut.