//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: Tanya ? Jawab untuk Pemula  (Read 618233 times)

0 Members and 2 Guests are viewing this topic.

Offline seniya

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.469
  • Reputasi: 169
  • Gender: Male
  • Om muni muni mahamuni sakyamuni svaha
Re: Tanya ? Jawab untuk Pemula
« Reply #1695 on: 29 April 2013, 03:39:34 PM »
Gara2 lo ngomong begitu entar semua anak yg ortunya masuk RS, meski perlu operasi2 canggih, operasi otak, bypass nafas, mesin jantung, mesin paru, mesin ginjal, dan kemungkinan kecil bisa bertahan, akan terpaksa jual rumah, jual harta benda, tabungan pendidikan anak, jadi gelandangan dan tuna wisma, demi membayar biaya2 tindakan RS seperti di atas.  Kalo masih kurang, masih bisa ambil hutangan.

Kalo ga mau masuk neraka avici.  Semua karena jawaban lo di atas bro.  :whistle:

Maksud gw, pertanyaan apakah euthanasia thd ortu = garuka kamma yg bisa membawa ke avici itu bukan kategori pertanyaan pemula lagi, hampir sejenis dengan pertanyaan yg diajukan pd thread http://dhammacitta.org/forum/index.php/topic,24041.0.html

Soal konsekuensi yg anda sebutkan, terus terang saya tdk kepikiran ke sana krn memang diajarkan dlm pelajaran agama Buddha di bangku sekolah dulu bahwa euthanasia dg alasan apa pun = pembunuhan. Kalo jawaban tsb dirasa tdk tepat, saya rasa anda yg lebih mengerti bisa mengoreksinya. Trims
"Holmes once said not to allow your judgement to be biased by personal qualities, and emotional qualities are antagonistic to clear reasoning."
~ Shinichi Kudo a.k.a Conan Edogawa

Offline ardb

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 259
  • Reputasi: 11
  • Gender: Male
  • Semoga semua mahluk berbahagia
Re: Tanya ? Jawab untuk Pemula
« Reply #1696 on: 01 May 2013, 01:02:56 PM »
newbie nih,mau tanya ya.

kita yang mempelajari dharma/ajaran buddha itu disebut umat buddha atau murid buddha atau umat beragama buddha?

ada = tidak ada

frenky awi dorje tsering

Offline ardb

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 259
  • Reputasi: 11
  • Gender: Male
  • Semoga semua mahluk berbahagia
Re: Tanya ? Jawab untuk Pemula
« Reply #1697 on: 01 May 2013, 02:31:07 PM »
[at] Virya

- Kalau ingin mentraktir teman, hindari saja tempat makan yang menyediakan 'hewan segar' untuk disantap. Kalau ditraktir teman, asalkan Anda tidak berniat membunuh hewan untuk dimakan, maka Anda tidak melanggar sila ke-1.

- Syarat-syarat yang melandasi satu tindakan pencurian adalah (i)adanya sesuatu yang merupakan milik makhluk lain (objek), (ii) kesadaran makhluk yang bersangkutan (subjek) akan hal ini, (iii) niat untuk mencuri, (iv) langkah-langkah perbuatan, dan (v) peralihan benda ke makhluk yang bertindak sebagai akibatnya. Tindakan Anda benar. Jadi lain kali minta izin saja, supaya lebih sopan, halal dan syah. ;D

- Sila ke-5 itu yang ditekankan adalah 'tidak meminum'. Objeknya adalah 'minuman yang dapat melemahkan kesadaran'. Jadi bukan masalah 'mabuknya'. Ketika Anda meminumnya, meski tidak sampai mabuk, Anda tetap sudah melanggar sila ke-5. Kalau Anda ingin teguh dalam menjalankan sila, Anda dapat menolak ajakan ini. Tolaklah tawaran yang baik itu dengan ramah dan tegas.


Pernah dipaksa 'minum' sama Boss,
upasaka

mau tanya yang di bold, apa karena kita ada niat belanja,maka pihak penjual membunuh hewan tersebut tuk dijual. jd blh dikatakan secara tdk langsung kita telah meminta penjual untuk membunuh hewan tsb?

3. Di pesta pernikahan sih, saya ga pernah dipaksa utk minum yg beralkohol tuh, kecuali atas kemauan sendiri. Jika memang "dipaksa", bisa anda akali dgn pura2 minum khan?
Sebaiknya tidak memulai "perbuatan yg buruk" walau sekecil apapun karena lambat laun akan jadi kebiasaan

semoga bermanfaat

metta

yg di bold melanggar sila " membohong" kah?
« Last Edit: 01 May 2013, 02:38:33 PM by ardb »
ada = tidak ada

frenky awi dorje tsering

Offline CintaViolet

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 536
  • Reputasi: 21
  • Gender: Female
  • Semoga semua mahluk berbahagia
Re: Tanya ? Jawab untuk Pemula
« Reply #1698 on: 26 May 2013, 10:03:21 PM »
Tidak semua orang jahat akan terlahir kembali (pergi) ke neraka. Neraka merupakan salah satu dari alam-alam rendah, yang terdapat penderitaan hebat di sana. Penderitaan yang dirasakan para penghuni neraka bukan datang dari penyiksaan para algojo atau juru siksa. Makhluk-makhluk penghuni neraka merasakan penderitaan, karena memang kondisi alam neraka yang amat sengsara dan menyedihkan. Coba Anda bayangkan hidup di istana dengan hidup di daerah kumuh. Perbedaan kontras seperti itu adalah sebagai simbolisasi perbedaan alam kehidupan manusia dengan kehidupan para penghuni neraka.

Niraya
Niraya biasa sering disebut sebagai “neraka”. Alam Niraya adalah alam kehidupan yang penuh dengan penderitaan hebat. Makhluk-makhluk yang berada di alam ini akan selalu merasa dirinya tersiksa, menderita, kesakitan, kepanasan, dan berbagai penderitaan lainnya yang tanpa henti. Terdapat delapan Maha Niraya (Neraka Besar), yang masing-masingnya terbagi lagi sehingga keseluruhannya terdapat 136 Neraka. Delapan Maha Niraya itu antara lain :

<1> Sanjiva Niraya
      Makhluk yang berada di alam ini akan merasakan penderitaan tubuhnya terpotong-potong menjadi kepingan-kepingan tiada putusnya. Makhluk di alam ini akan mati dan bertumimbal lahir lagi di alam ini lagi, sampai berkali-kali hingga kamma buruknya telah habis. Kata “Sanjiva” itu berarti “hidup lagi dan hidup lagi”.
<2> Kalasuta Niraya
      “Kalasuta” berarti “benang hitam”. Penghuni alam ini akan merasakan seluruh tubuhnya terjerat oleh benang hitam dan selalu merasakan hantaman dan pukulan ke arah tubuh mereka.
<3> Sanghata Niraya
      Sanghata Niraya (Neraka Penghancur) adalah neraka yang penghuninya merasakan dirinya dihantam dan dihancurkan oleh batu karang raksasa yang menyala-nyala.
<4> Roruva Niraya
      Penghuni Neraka Roruva (daerah Tartarus) merasakan nyala api dan asap memasuki tubuh mereka melalui sembilan lubang seperti telinga, hidung, mulut, mata, dan sebagainya.
<5> Maha Roruva Niraya
      Sementara itu di Neraka Maha Roruva (Roruva Besar), penghuninya merasakan dipanggang dalam nyala api yang besar sekali.
<6> Tapana Niraya
      Makhluk yang menghuni alam ini akan berada dalam satu keadaan dimana mereka terikat dan melekat pada batang yang menyala, dan di seluruh lantai dan sekelilingnya pun menyala kobaran api yang luar biasa.
<7> Patapa Niraya
      Sementara itu di Patapa Niraya (pembakaran yang hebat), penghuninya merasa dipaksa oleh pukulan “senjata otomatis” dan menyala-nyala, untuk mendaki gunung yang diliputi api, dan api itu menyerangnya kembali dengan kuat sehingga mereka terjatuh ke bawah dan kembali terikat pada `batang besi menyala, dan menderita demikian serta tidak dapat bergerak.
<8> Avici Niraya
      Neraka Avici (yang berarti tanpa penghentian), yang merupakan neraka terbesar dan neraka yang paling menakutkan dan amat sengsara. Penghuni neraka ini akan merasakan semua penderitaan yang ada di 7 neraka lainnya, dan dengan frekuensi dan kualitas yang lebih dashyat.

kalau alam Niraya sebegitu mengerikannya, apakah yang terlahir di alam Niraya dapat terlahir di alam lain yang lebih baik?
lalu bagaimana para makhluk di alam Niraya mendapatkan karma baik untuk bisa terbebas dari Dukkha?
 _/\_

Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
Re: Tanya ? Jawab untuk Pemula
« Reply #1699 on: 26 May 2013, 10:16:36 PM »
kalau alam Niraya sebegitu mengerikannya, apakah yang terlahir di alam Niraya dapat terlahir di alam lain yang lebih baik?
lalu bagaimana para makhluk di alam Niraya mendapatkan karma baik untuk bisa terbebas dari Dukkha?
 _/\_

semua makhluk pasti punya timbunan kamma baik dan buruk, kamma buruknya telah mengantarkan seseorang ke alam niraya, tapi setelah akibat dari kamma buruk itu habis, maka ia selanjutnya akan terlahir kembali ke alam yg lebih baik sebagai akibat dari timbunan kamma baiknya sebelumnya.

Offline CintaViolet

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 536
  • Reputasi: 21
  • Gender: Female
  • Semoga semua mahluk berbahagia
Re: Tanya ? Jawab untuk Pemula
« Reply #1700 on: 26 May 2013, 10:53:24 PM »
semua makhluk pasti punya timbunan kamma baik dan buruk, kamma buruknya telah mengantarkan seseorang ke alam niraya, tapi setelah akibat dari kamma buruk itu habis, maka ia selanjutnya akan terlahir kembali ke alam yg lebih baik sebagai akibat dari timbunan kamma baiknya sebelumnya.

berarti lamanya suatu makhluk terlahir di alam Niraya itu tergantung dari seberapa banyak kamma buruknya yah?
dan juga timbunan kamma baiknya menentukan lamanya ia berada di dalam Niraya? betul begitu?

lalu apakah makhluk yg hidup itu terlahir di alam Niraya, persis setelah mati dari kehidupan dimana ia melakukan kamma buruk (yg mengakibatkan ia terlahir di Niraya)??
« Last Edit: 26 May 2013, 10:55:11 PM by CintaViolet »

Offline CintaViolet

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 536
  • Reputasi: 21
  • Gender: Female
  • Semoga semua mahluk berbahagia
Re: Tanya ? Jawab untuk Pemula
« Reply #1701 on: 26 May 2013, 10:58:14 PM »
mau tanya lagi nih man teman,

saya sudah 2 x ke Vihara dan Dhamma nya dibabarkan oleh Romo. baru tau kalo ada Romo di Buddhis..

nah, Romo itu sebenarnya siapa/pangkatnya apa dalam Buddhisme?? bedanya dengan Bhante/Bhikkhu?
dan bagaimana seseorang itu menjadi Romo? menjalankan sila seperti Bhikkhu juga kah??

thx u..

oya, Bhante dan Bhikkhu itu sama saja kan? cuma beda di istilah? benar tidak?

Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
Re: Tanya ? Jawab untuk Pemula
« Reply #1702 on: 27 May 2013, 12:17:50 AM »
berarti lamanya suatu makhluk terlahir di alam Niraya itu tergantung dari seberapa banyak kamma buruknya yah?
dan juga timbunan kamma baiknya menentukan lamanya ia berada di dalam Niraya? betul begitu?


berapa lamanya suatu buah kamma berlangsung tergantung dari kondisi2nya, jika kamma baiknya memiliki kondisi yg sesuai untuk berbuah maka kamma baiknya itu bisa berbuah dalam bentuk kelahiran kembali yg lebih baik. secara pastinya hal ini hanya bisa diketahui oleh seorang Buddha, kita orang2 biasa hanya bisa berspekulasi.

Quote
lalu apakah makhluk yg hidup itu terlahir di alam Niraya, persis setelah mati dari kehidupan dimana ia melakukan kamma buruk (yg mengakibatkan ia terlahir di Niraya)??

suatu akibat dari kamma dapat berbuah jika kamma itu telah masak dan memiliki kondisi yg sesuai untuk berbuah. berbuahnya itu bisa dalam kehidupan ini juga, bisa dalam kehidupan berikutnya, dan bisa juga dalam beberapa atau banyak kehidupan berikutnya.

Offline CintaViolet

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 536
  • Reputasi: 21
  • Gender: Female
  • Semoga semua mahluk berbahagia
Re: Tanya ? Jawab untuk Pemula
« Reply #1703 on: 27 May 2013, 12:59:33 AM »
thx u, ko indra..



Offline CintaViolet

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 536
  • Reputasi: 21
  • Gender: Female
  • Semoga semua mahluk berbahagia
Re: Tanya ? Jawab untuk Pemula
« Reply #1704 on: 27 May 2013, 01:17:13 AM »
mau tanya,

kan kalau di agama lain, misalnya seseorang melakukan yang dianggap salah oleh orang lain, tapi bagi diri yg melakukan itu benar, maka orang tersebut dan orang yang pro akan berkata "biar saja, yang menentukan/menilai dosa(sin) itu kan tuhan, bukan orang."


nah, kalau di Buddhis, berarti diri kita sendiri ya yang menilai segala sesuatu perbuatan kita, karena kita kan sudah diajarkan tentang hukum Kamma?? tapi sebijaksana nya manusia, apakah penilaian manusia tentang dirinya akan bisa 100% benar?? atau hanya yang mencapai pencerahan yang bisa begitu? atau Bhikkhu? (eh, tapi bikkhu aja bisa melanggar vinaya ya??) binun..  ::)
atau pada akhirnya ya kamma nya itu yg nantinya akan menilai... ketika kamma perbuatannya berbuah..

Offline CintaViolet

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 536
  • Reputasi: 21
  • Gender: Female
  • Semoga semua mahluk berbahagia
Re: Tanya ? Jawab untuk Pemula
« Reply #1705 on: 27 May 2013, 06:08:23 PM »
mau nanya lagi..

apa bedanya:

Sabbe Satta Sukhita Hontu

dan

Sabbe Satta Bhavantu Sukhitatta ??

itu artinya sama-sama "Semoga Semua Makhluk Berbahagia" ??

thx u..

Offline seniya

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.469
  • Reputasi: 169
  • Gender: Male
  • Om muni muni mahamuni sakyamuni svaha
Re: Tanya ? Jawab untuk Pemula
« Reply #1706 on: 27 May 2013, 06:41:28 PM »
mau tanya,

kan kalau di agama lain, misalnya seseorang melakukan yang dianggap salah oleh orang lain, tapi bagi diri yg melakukan itu benar, maka orang tersebut dan orang yang pro akan berkata "biar saja, yang menentukan/menilai dosa(sin) itu kan tuhan, bukan orang."


nah, kalau di Buddhis, berarti diri kita sendiri ya yang menilai segala sesuatu perbuatan kita, karena kita kan sudah diajarkan tentang hukum Kamma?? tapi sebijaksana nya manusia, apakah penilaian manusia tentang dirinya akan bisa 100% benar?? atau hanya yang mencapai pencerahan yang bisa begitu? atau Bhikkhu? (eh, tapi bikkhu aja bisa melanggar vinaya ya??) binun..  ::)
atau pada akhirnya ya kamma nya itu yg nantinya akan menilai... ketika kamma perbuatannya berbuah..


Menurut ajaran Buddha, suatu perbuatan dapat dikategorikan baik (kusala) atau buruk (akusala) bergantung pada 3 faktor:

1. Motivasi atau dorongan yang melandasi perbuatan tersebut, yang dikenal sebagai akar kejahatan atau kebaikan. Jika akar kejahatan (akusala-mula) yang terdiri dari keserakahan (lobha), kebencian (dosa), dan kebodohan batin (moha) yang melandasi perbuatan tersebut, maka perbuatan itu dikatakan perbuatan buruk (akusala kamma). Jika yang melandasi adalah akar kebajikan (kusala-mula) yang terdiri dari tanpa keserakahan (alobha), tanpa kebencian (adosa), dan tanpa kebodohan batin (amoha), maka dikatakan sebagai perbuatan baik (kusala kamma). Pedoman untuk menilai apakah suatu perbuatan itu baik atau buruk berdasarkan motivasi ini dapat kita temukan dalam Kalama Sutta:

Quote
4. "Sekarang, bagaimana pendapatmu, warga suku Kalama? Kalau keserakahan (lobha) timbul dalam diri seorang manusia, apakah itu membawa keuntungan atau kerugian?"
"Akan membawa kerugian, Yang Mulia."
"Sekarang, warga suku Kalama, seseorang yang serakah dicengkeram oleh keserakahan dan tidak dapat mengendalikan dirinya lagi; apakah orang itu tidak mungkin akan membunuh makhluk hidup, mengambil sesuatu yang tidak diberikan, melakukan perzinahan, mengucapkan kata-kata yang tidak benar, dan juga menyebabkan orang lain berbuat demikian; bukankah hal itu akan mengakibatkan kerugian dan penderitaan baginya untuk waktu yang lama?"
"Memang demikian, Yang Mulia."

5. "Sekarang, bagaimana pendapatmu, warga suku Kalama? Kalau kebencian (dosa) timbul dalam diri seorang manusia, apakah itu akan membawa keuntungan atau kerugian?"
"Akan membawa kerugian, Yang Mulia."
"Sekarang, warga suku Kalama, seseorang yang membenci, dicengkeram oleh kebencian dan tidak dapat mengendalikan dirinya lagi; apakah orang itu tidak mungkin akan membunuh makhluk hidup, mengambil sesuatu yang tidak diberikan, melakukan perzinahan, mengucapkan kata-kata yang tidak benar, dan juga menyebabkan orang lain berbuat demikian; bukankah hal itu akan mengakibatkan kerugian dan penderitaan baginya untuk waktu yang lama?"
"Memang demikian, Yang Mulia."

6. "Sekarang, bagaimana pendapatmu, warga suku Kalama? Kalau kegelapan batin (moha) timbul dalam diri seorang manusia, apakah itu akan membawa keuntungan atau kerugian?"
"Akan membawa kerugian, Yang Mulia."
"Sekarang, warga suku Kalama, seseorang yang diliputi kegelapan batin (moha), dicengkeram oleh kegelapan batin dan tidak dapat mengendalikan dirinya lagi; apakah orang itu tidak mungkin akan membunuh makhluk hidup, mengambil sesuatu yang tidak diberikan, melakukan perzinahan, mengucapkan kata-kata yang tidak benar, dan juga menyebabkan orang lain berbuat demikian; bukankah hal itu akan mengakibatkan kerugian dan penderitaan baginya untuk waktu yang lama?"
"Memang demikian, Yang Mulia."

7. "Kalau begitu, warga suku Kalama, bagaimana pendapatmu? Apakah hal-hal tersebut baik atau tidak baik?"
"Tidak baik, Yang Mulia."
"Apakah hal-hal tersebut tercela atau tidak tercela?"
"Tercela, Yang Mulia."
"Apakah hal-hal tersebut dibenarkan atau tidak dibenarkan oleh para Bijaksana?"
"Tidak dibenarkan, Yang Mulia."
"Kalau terus dilakukan, apakah itu akan mengakibatkan kerugian dan penderitaan?"
"Akan mengakibatkan kerugian dan penderitaan, Yang Mulia. Demikianlah pendapat kami."

8. "Karena itu, warga suku Kalama, itulah yang Kumaksud dengan mengatakan, 'Janganlah percaya begitu saja berita yang disampaikan kepadamu; atau oleh karena sesuatu yang merupakan tradisi; atau sesuatu yang didesas-desuskan. Janganlah percaya begitu saja apa yang dikatakan di dalam kitab-kitab suci; juga apa yang katanya sesuai dengan logika atau kesimpulan belaka; juga apa yang katanya merupakan hasil dari suatu penelitian; juga apa yang katanya telah direnungkan dengan seksama; juga apa yang terlihat cocok dengan pandanganmu; atau karena ingin menghormat seorang pertapa yang menjadi gurumu.'
Tetapi, warga suku Kalama, kalau setelah diselidiki sendiri, kamu mengetahui, 'Hal ini tidak berguna, hal ini tercela, hal ini tidak dibenarkan oleh para Bijaksana; hal ini kalau terus dilakukan akan mengakibatkan kerugian dan penderitaan,' maka sudah selayaknya kamu menolak hal-hal tersebut."

..... [omitted]

10. "Bagaimana pendapatmu, warga suku Kalama? Apabila seseorang telah terbebas dari keserakahan (lobha), apakah hal ini merupakan keuntungan atau kerugian?"
"Keuntungan, Yang Mulia."
"Bukankah orang ini, yang telah terbebas dari keserakahan dan tidak lagi dicengkeram oleh keserakahan, dan oleh karena ia dapat mengendalikan dirinya dengan baik, akan berhenti membunuh makhluk hidup, berhenti mengambil sesuatu yang tidak diberikan (mencuri), berhenti melakukan perzinahan berhenti mengucapkan kata-kata yang tidak benar, berhenti menjadi penyebab yang menyesatkan orang lain, tidak akan mendapatkan kerugian dan penderitaan untuk waktu yang lama?"
"Memang demikian halnya, Yang Mulia."

11. "Sekarang, bagaimana pendapatmu, warga suku Kalama? Apabila seseorang telah terbebas dari kebencian (dosa), apakah hal ini merupakan keuntungan atau kerugian?"
"Keuntungan, Yang Mulia."
"Bukankah orang ini, yang telah terbebas dari kebencian tidak lagi dicengkeram oleh kebencian….., berhenti menjadi penyebab yang menyesatkan orang lain, tidak akan mendapatkan kerugian dan penderitaan untuk waktu yang lama?"
"Memang demikian halnya, Yang Mulia."

12. "Sekarang, bagaimana pendapatmu, warga suku Kalama? Apabila seseorang telah terbebas dari kegelapan batin (moha), apakah hal ini merupakan keuntungan atau kerugian?"
"Keuntungan, Yang Mulia."
"Bukankah orang ini, yang telah terbebas dari kegelapan batin dan tidak lagi dicengkeram oleh kegelapan batin ….., berhenti menjadi penyebab yang menyesatkan orang lain, tidak akan mendapat kerugian dan penderitaan untuk waktu yang lama?"
"Memang demikian halnya, Yang Mulia."

13. "Kalau begitu, warga suku Kalama, bagaimana pendapatmu? Apakah hal-hal tersebut menguntungkan atau tidak menguntungkan?"
"Menguntungkan, Yang Mulia."
"Apakah hal-hal tersebut tercela atau tidak tercela?"
"Tidak tercela, Yang Mulia."
"Apakah hal-hal tersebut dibenarkan atau tidak dibenarkan oleh para Bijaksana?"
"Dibenarkan, Yang Mulia."
"Kalau terus dilakukan, apakah akan membawa kebahagiaan atau tidak?"
"Tentu akan membawa kebahagiaan. Demikianlah pendapat kami."

14. "Demikianlah, warga suku Kalama, itulah yang Kumaksud dengan mengatakan, 'Janganlah percaya begitu saja….., Tetapi apabila setelah diselidiki sendiri, kamu mengetahui hal ini berguna; hal ini tidak tercela; hal ini dibenarkan oleh para Bijaksana; hal ini kalau terus dilakukan akan membawa keberuntungan dan kebahagiaan, maka sudah selayaknya kamu menerima dan hidup sesuai dengan hal-hal tersebut.' Itulah sebabnya, mengapa Aku mengucapkan kata-kata tersebut."

2. Akibat langsung dari perbuatan tersebut terhadap diri sendiri dan orang lain
apakah menyebabkan kebahagiaan atau penderitaan. Hal ini dijelaskan dalam Ambalatthika-rahulovada Sutta sebagai berikut:

Quote
“Kapan pun kamu ingin melakukan perbuatan melalui jasmani, kamu harus bercermin: ‘Perbuatan melalui jasmani yang ingin kulakukan ini – akankah ia membawa pada penderitaan bagi diri sendiri, orang lain, atau keduanya? Apakah ia suatu perbuatan jasmani yang tidak baik, dengan akibat yang menyedihkan, hasil yang menyakitkan?’ Jika, dalam bercermin, kamu mengetahui bahwa ia akan membawa pada penderitaan bagi diri sendiri, orang lain, atau keduanya; ia adalah perbuatan jasmani yang tidak baik dengan akibat yang menyedihkan, hasil yang menyakitkan, maka segala perbuatan jasmani yang semacam itu sesungguhnya tidak pantas kamu lakukan. Namun jika dalam bercermin kamu mengetahui bahwa ia tidak akan mengakibatkan penderitaan… ia adalah perbuatan jasmani yang baik dengan akibat yang membahagiakan, hasil yang menyenangkan, maka segala perbuatan jasmani yang semacam itu pantas kamu lakukan.”

“Saat kamu melakukan suatu perbuatan jasmani, kamu harus bercermin: ‘Perbuatan jasmani yang kulakukan ini – apakah membawa pada penderitaan bagi diri sendiri, orang lain, atau keduanya? Apakah ia suatu perbuatan jasmani yang tidak baik, dengan akibat yang menyedihkan, hasil yang menyakitkan?’ Jika, dalam bercermin, kamu mengetahui bahwa ia membawa pada penderitaan bagi diri sendiri, orang lain, atau keduanya… kamu harus menghentikannya. Namun jika dalam bercermin kamu mengetahui bahwa ia bukan… kamu dapat melanjutkannya.”

“Setelah melakukan suatu perbuatan jasmani, kamu harus bercermin padanya…. Jika, dalam bercermin, kamu mengetahui bahwa ia membawa pada penderitaan bagi diri sendiri, orang lain, atau keduanya; ia adalah perbuatan jasmani yang tidak baik dengan akibat yang menyakitkan, hasil yang menyedihkan, maka kamu harus mengakuinya, mengungkapkannya, mengatakannya secara terbuka kepada Sang Guru atau kepada seorang sahabat yang berpengetahuan dalam kehidupan suci. Setelah mengakuinya… kamu harus berlatih mengendalikan diri pada masa yang akan datang. Namun jika dalam bercermin kamu mengetahui bahwa ia tidak membawa pada penderitaan… ia adalah perbuatan jasmani yang baik dengan akibat yang menyenangkan, hasil yang membahagiakan, maka kamu harus tetap tersegarkan secara mental dan bergembira, dengan berlatih siang dan malam dalam kualitas mental yang baik.”

..... [dst berlaku juga untuk perbuatan melalui ucapan dan pikiran]

Sumber: Ambalatthika-rahulovada Sutta

3. Kontribusi atau pengaruh perbuatan tersebut pada kemajuan batin, yaitu apakah perbuatan tsb bisa membawa pada pelenyapan dukkha, Pencerahan, dan Nibbana atau tidak. Perbuatan yang bermanfaat (kusala) adalah perbuatan yang dapat membawa pada kemajuan batin, yaitu sesuai dengan Jalan Mulia Berunsur Delapan; perbuatan yang tidak bermanfaat adalah kebalikannya.

Berdasarkan ketiga faktor di atas, suatu perbuatan dikatakan benar-benar perbuatan baik jika dilandasi oleh alobha, adosa, dan amoha, menyebabkan kebahagiaan orang lain dan diri sendiri, serta membawa kemajuan batin hingga tercapainya Nibbana.

mau nanya lagi..

apa bedanya:

Sabbe Satta Sukhita Hontu

dan

Sabbe Satta Bhavantu Sukhitatta ??

itu artinya sama-sama "Semoga Semua Makhluk Berbahagia" ??

thx u..


Kalo gak salah:

sabbe = semua
sattā = makhluk
bhavantu = semoga (mereka) menjadi
 sukhitattā = sukhita + attā = bahagia dalam hati.
hontu = menjadi

Sabbe satta sukhita hontu = Semoga semua makhluk berbahagia
Sabbe satta bhavantu sukhitatta = Semoga semua makhluk berbahagia dalam hatinya

Cmiiw
"Holmes once said not to allow your judgement to be biased by personal qualities, and emotional qualities are antagonistic to clear reasoning."
~ Shinichi Kudo a.k.a Conan Edogawa

Offline CintaViolet

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 536
  • Reputasi: 21
  • Gender: Female
  • Semoga semua mahluk berbahagia
Re: Tanya ? Jawab untuk Pemula
« Reply #1707 on: 27 May 2013, 09:51:07 PM »
thx u, bro ariyakumara atas penjelasan dan referensi sutta nya..  ^:)^


mau nanya lagi..

kalau kita berusaha melepaskan sesuatu atau seseorang, tapi sesuatu atau seseorang itu masih membuat kita kepikiran atau masih membuat kita beremosi, berarti belum benar-benar melepaskan ya?

lalu bagaimana caranya agar emosi itu hilang? walau kita tau emosi itu tidak baik, tapi tetap masih nyangkut, kesal.. walau kita juga tau, itu cuma bikin diri kita cape.. tapi kok ya belum bisa berhadapan dengan sesuatu atau seseorang itu tanpa emosi apapun (terutama dosa/benci, karena akhirnya dosa yg dirasakan) lagi...

pada prakteknya susah sekali melepaskan dosa itu...  :'(

Offline CintaViolet

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 536
  • Reputasi: 21
  • Gender: Female
  • Semoga semua mahluk berbahagia
Re: Tanya ? Jawab untuk Pemula
« Reply #1708 on: 27 May 2013, 09:55:51 PM »
Kalo gak salah:

sabbe = semua
sattā = makhluk
bhavantu = semoga (mereka) menjadi
 sukhitattā = sukhita + attā = bahagia dalam hati.
hontu = menjadi

Sabbe satta sukhita hontu = Semoga semua makhluk berbahagia
Sabbe satta bhavantu sukhitatta = Semoga semua makhluk berbahagia dalam hatinya

Cmiiw

hontu = menjadi

tapi kalau di

niddukha hontu
avera hontu
abyapajjha hontu
*dari Brahmaviharapharana*

sepertinya hontu = bebas, ya??

Offline seniya

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.469
  • Reputasi: 169
  • Gender: Male
  • Om muni muni mahamuni sakyamuni svaha
Re: Tanya ? Jawab untuk Pemula
« Reply #1709 on: 28 May 2013, 06:20:26 AM »
thx u, bro ariyakumara atas penjelasan dan referensi sutta nya..  ^:)^


mau nanya lagi..

kalau kita berusaha melepaskan sesuatu atau seseorang, tapi sesuatu atau seseorang itu masih membuat kita kepikiran atau masih membuat kita beremosi, berarti belum benar-benar melepaskan ya?

lalu bagaimana caranya agar emosi itu hilang? walau kita tau emosi itu tidak baik, tapi tetap masih nyangkut, kesal.. walau kita juga tau, itu cuma bikin diri kita cape.. tapi kok ya belum bisa berhadapan dengan sesuatu atau seseorang itu tanpa emosi apapun (terutama dosa/benci, karena akhirnya dosa yg dirasakan) lagi...

pada prakteknya susah sekali melepaskan dosa itu...  :'(

Berusahalah berlatih terus sampai emosi (kekesalan) tsb hilang/lenyap. Bagaimana caranya? Ini pernah dibahas oleh om Indra di http://dhammacitta.org/forum/index.php/topic,23886.0.html

hontu = menjadi

tapi kalau di

niddukha hontu
avera hontu
abyapajjha hontu
*dari Brahmaviharapharana*

sepertinya hontu = bebas, ya??

"Hontu" itu sinomin dengan "bhavantu". Selengkapnya bisa dilihat di kamus Pali-English: http://dsalsrv02.uchicago.edu/cgi-bin/philologic/getobject.pl?c.2:1:3509.pali

Nidukkha = ni (tanpa) + dukkha (penderitaan)
Avera = a (tanpa) + vera (kebencian)
Abyāpajjha = a (tanpa) + byāpajjha (kesulitan)
"Holmes once said not to allow your judgement to be biased by personal qualities, and emotional qualities are antagonistic to clear reasoning."
~ Shinichi Kudo a.k.a Conan Edogawa