oh ya ada analisa yg cukup logis:
Redenominasi secara teknis hanya menghilangkan 3 angka nol, sedangkan secara nilai sebenarnya tetap.
Uang kita tidak berkurang, belanja dan pemasukan tetap seperti biasa.
Secara teknis: memang iya.
Namun perlu dipertimbangkan faktor lainnya, sbb:
-
secara psikologis orang2 akan "merasa" harga barang2 cukup murah. Mau beli handphone yg biasanya 1.000.000,- kini hanya 1.000,-.. Rumah yg biasanya 200.000.000 kini hanya 200.000 dan cicilan perbulan KPR yg biasanya 5.000.000 kini hanya 5.000,-... Ditambah lagi 'sifat dasar' manusia yg konsumtif, jika sudah kebelet sesuatu, akan dicari segala pembenaran... Selama ini sudah hidup lebih basar pasak daripada tiang, ditambah dengan "angka yg kelihatan kecil/murah" akan semakin memperkuat pembenaran untuk membelajakan uangnya...
- Kan pendapatan 10.000.000 jadi 1.000,- .. Memang benar, tapi -seperti yg dijelaskan diatas-
sifat manusia yg konsumtif dan mencari segala pembenaran jika sudah pengen membeli sesuatu akan semakin termotivasi dengan label barang yg "murah" ini
- Akhirnya
belanja barang jauh meningkat-
Harga barang2 cenderung NAIK- artinya:
INFLASI semakin CEPATJadi kesimpulannya:
Redenominasi mata uang Rupiah diperkirakan akan semakin mempercepat inflasiSolusinya?
- Bbrp orang sudah berjaga2 tidak mau memegang uang dalam bentuk rupiah
- mereka cenderung memegang dolar USD, atau mata uang lain atau Emas, atau Tanah..
- analisa saya: menginvestasikan aset dalam bentuk tanah (atau bangunan/property) lebih sip, krn tanah adalah objek yg paling cepat dipengaruhi oleh inflasi... kalau dollar dan emas masih dipengaruhi oleh faktor2 luar negri
Jika orang2 berebut beli tanah yg bahagia adalah para tuan tanah, developer dan yg bisnis property...
*lirik Sis Hemawati... * ditunggu sarannya maksudnya...
::