//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: Andil dalam membunuh  (Read 45620 times)

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Offline Sunya

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 876
  • Reputasi: -16
  • Nothing, but your perception ONLY
Re: Andil dalam membunuh
« Reply #105 on: 12 January 2013, 03:37:04 PM »
Anda sedang mengigau? Pernyataan saya yang duluan sama sekali tidak bertentangan dengan yang belakangan.

Kalau niat meracuni tikus tapi ternyata salah beli racun dan para tikus sehat-sehat saja, tetap saja yang ditanam kamma buruk.

Rekan Kainyn, Anda tidak bisa berbicara tanpa menyerang personal ya?
Belajarlah berkomunikasi dengan baik. Dalam diskusi jika sebuah pendapat salah atau keliru, cukup berikan klarifikasi atau bantahan. Dengan mengeluarkan argumen di luar substansi malah menunjukkan ketidaksopanan kita dalam berdiskusi.

Itu cuma sekedar saran, dan mungkin juga tidak diterima lagi seperti biasanya. Biarlah begitu.  _/\_

Tentang pendapat Anda, berdasarkan teori karma, tentunya yang bersangkutan belum melakukannya (ingat 4 syarat karma berbuah: ada obyek/makhluk, ada niat baik/buruk, ada usaha/perbuatan, dan ada hasil dari perbuatan). Kalau baru berkehendak meracuni, membeli racun, melakukan upaya pembasmian, dan tikus sehat-sehat saja, tentunya belum termasuk karma yang lengkap. Kalau karma pikiran, itu beda lagi konteks pembahasannya (karma pikiran, tanpa melakukan upaya beli racun pun, sudah menghasilkan vipaka/akibat).

Termasuk pada kasus kabel dan transfer dana teroris yang masuk ke PMI, sebenarnya mereka hanya melakukan karma pikiran. Karma pikiran tidak terkait (berkorelasi) secara langsung dengan perbuatan. Ini bisa dicek/dipelajari lewat guru abidhamma, saya tidak kompeten untuk menjelaskan.

Sekian. Semoga dipahami.

Salam.  _/\_

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: Andil dalam membunuh
« Reply #106 on: 12 January 2013, 03:43:46 PM »
Rekan Kainyn, Anda tidak bisa berbicara tanpa menyerang personal ya?
Belajarlah berkomunikasi dengan baik. Dalam diskusi jika sebuah pendapat salah atau keliru, cukup berikan klarifikasi atau bantahan. Dengan mengeluarkan argumen di luar substansi malah menunjukkan ketidaksopanan kita dalam berdiskusi.

Itu cuma sekedar saran, dan mungkin juga tidak diterima lagi seperti biasanya. Biarlah begitu.  _/\_
Saya hanya tanya mengigau kok anda yang "sudah tidak punya emosi" sensitif sekali merasa diserang?
 :))


Quote
Tentang pendapat Anda, berdasarkan teori karma, tentunya yang bersangkutan belum melakukannya (ingat 4 syarat karma berbuah: ada obyek/makhluk, ada niat baik/buruk, ada usaha/perbuatan, dan ada hasil dari perbuatan). Kalau baru berkehendak meracuni, membeli racun, melakukan upaya pembasmian, dan tikus sehat-sehat saja, tentunya belum termasuk karma yang lengkap. Kalau karma pikiran, itu beda lagi konteks pembahasannya (karma pikiran, tanpa melakukan upaya beli racun pun, sudah menghasilkan vipaka/akibat).

Termasuk pada kasus kabel dan transfer dana teroris yang masuk ke PMI, sebenarnya mereka hanya melakukan karma pikiran. Karma pikiran tidak terkait (berkorelasi) secara langsung dengan perbuatan. Ini bisa dicek/dipelajari lewat guru abidhamma, saya tidak kompeten untuk menjelaskan.

Sekian. Semoga dipahami.

Salam.  _/\_
Hehehe

Saya mah dari awal memang bilang niat itu adalah kamma.
NIAT benerin kabel (=baik), walaupun hasilnya ada orang mati, tetap kamma baik yang ditanam.
NIAT transfer dana ke teroris (=buruk), walaupun hasilnya malah PMI yang dapat, tetap kamma buruk yang ditanam.

Yang bilang niat tidak sama dengan kamma yah cuma anda sendiri di sini.

Niat pasti menghasilkan karma (entah itu pikiran, ucapan/tulisan, maupun perbuatan).
Yang saya sama sekali tidak sependapat: Niat baik menghasilkan karma baik.

Offline Sunya

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 876
  • Reputasi: -16
  • Nothing, but your perception ONLY
Re: Andil dalam membunuh
« Reply #107 on: 12 January 2013, 04:12:51 PM »
Saya hanya tanya mengigau kok anda yang "sudah tidak punya emosi" sensitif sekali merasa diserang?
 :))

Hehehe

Saya mah dari awal memang bilang niat itu adalah kamma.
NIAT benerin kabel (=baik), walaupun hasilnya ada orang mati, tetap kamma baik yang ditanam.
NIAT transfer dana ke teroris (=buruk), walaupun hasilnya malah PMI yang dapat, tetap kamma buruk yang ditanam.

Yang bilang niat tidak sama dengan kamma yah cuma anda sendiri di sini.

Saya tanya, jika logika Anda seperti itu: Jadi orang tidak punya emosi (misalnya Buddha atau Arahat), boleh diserang?
Pikiran, ucapan maupun tulisan yang menyerang pribadi adalah tidak sopan dan tidak beretika, terlepas dari yang diserang itu tersinggung atau tidak. Masa hal demikian Anda tidak paham? Sopan santun, cuma itu kata kuncinya.

Bila ada yang menegur Anda karena berbicara terlalu keras saat rapat, bukan berarti telinga orang itu sensitif atau merasa diserang. Pahami norma dan etika, itu saja.

Wah, saya menulis sudah cukup jelas, ada dua klausul:
1. Niat pasti menghasilkan karma (entah itu pikiran, ucapan/tulisan, maupun perbuatan).
2. Yang saya sama sekali tidak sependapat: Niat baik menghasilkan karma baik.

Masa belum dipahami? Mohon kejelasannya dimana belum dipahami.

Terima kasih.  _/\_

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: Andil dalam membunuh
« Reply #108 on: 12 January 2013, 04:20:54 PM »
Saya tanya, jika logika Anda seperti itu: Jadi orang tidak punya emosi (misalnya Buddha atau Arahat), boleh diserang?
Pikiran, ucapan maupun tulisan yang menyerang pribadi adalah tidak sopan dan tidak beretika, terlepas dari yang diserang itu tersinggung atau tidak. Masa hal demikian Anda tidak paham? Sopan santun, cuma itu kata kuncinya.

Bila ada yang menegur Anda karena berbicara terlalu keras saat rapat, bukan berarti telinga orang itu sensitif atau merasa diserang. Pahami norma dan etika, itu saja.

Wah, saya menulis sudah cukup jelas, ada dua klausul:
1. Niat pasti menghasilkan karma (entah itu pikiran, ucapan/tulisan, maupun perbuatan).
2. Yang saya sama sekali tidak sependapat: Niat baik menghasilkan karma baik.

Masa belum dipahami? Mohon kejelasannya dimana belum dipahami.

Terima kasih.  _/\_
Justru saya sangat paham, makanya saya tidak minat bertanya.

Ada niat ada kamma.
Tapi niat baik belum tentu kamma baik.


Offline M14ka

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.821
  • Reputasi: 94
  • Gender: Female
  • Live your best life!! ^^
Re: Andil dalam membunuh
« Reply #109 on: 12 January 2013, 04:31:59 PM »
Betul, dari sekian postingan saya sudah mendiferensiasikan perbedaan antara kecerobohan dan niat, tapi tampaknya sulit dibedakan.
Kecerobohan berhubungan dengan ketidakarifan (belum cukup belajar), dan sedangkan niat berhubungan dengan maksud (tendensi) baik ataupun buruk.

Tentang kecenderungan membuat asumsi koneksi sebuah perbuatan dengan hasilnya, biarlah yang menulis yang menyadarinya. Tulisan saya netral, tapi disimpulkan sesuai keinginannya. Baiknya, semua terekam jelas di hal. 1:
http://dhammacitta.org/forum/index.php/topic,23701.msg431796.html#msg431796

Dia sendiri yang menyimpulkan membungkus kabel = baik, lalu mencampuradukkan antara kelalaian dan niat baik/buruk. Ketika merasa ada kerancuan (yang berasal dari asumsi sendiri), makhluk lain yang disalahkan (disebut sebagai binatang/hewan).

Biarlah semua demikian. Memang demikian adanya.

Salam. :)

 _/\_

Maaf kk aku ms ga ngerti, jd niat baik tp kl ceroboh maka dpt karma buruk aja y, ga ad karma baiknya?

Offline Sunya

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 876
  • Reputasi: -16
  • Nothing, but your perception ONLY
Re: Andil dalam membunuh
« Reply #110 on: 12 January 2013, 04:35:54 PM »
Cuma saya masih bingung dengan ambiguitas ini:

Tapi niat baik belum tentu kamma baik.

NIAT benerin kabel (=baik), walaupun hasilnya ada orang mati, tetap kamma baik yang ditanam.
NIAT transfer dana ke teroris (=buruk), walaupun hasilnya malah PMI yang dapat, tetap kamma buruk yang ditanam.

Yang mana yang benar, mohon diklarifikasi.

Terima kasih. _/\_

Offline Sunya

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 876
  • Reputasi: -16
  • Nothing, but your perception ONLY
Re: Andil dalam membunuh
« Reply #111 on: 12 January 2013, 04:40:20 PM »
Maaf kk aku ms ga ngerti, jd niat baik tp kl ceroboh maka dpt karma buruk aja y, ga ad karma baiknya?

Sudah dijelaskan rekan Kainyn dengan baik, karma memiliki niat baik tentu ada (hasilnya karma baik).
Karma memasang kabel dengan teledor, hingga menyebabkan orang lain cedera, tentu juga ada (karma apa, tentu sudah bisa disimpulkan).

Jadi, Jalan Tengah: Niat baik dan kecakapan dalam berbuat juga penting. Sisi positifnya (mengutip Om Hadi): Kita bisa lebih berhati-hati dalam bekerja (tidak teledor dan senantiasa mau belajar).

Itu saja.

Semoga menjadi jelas.

Salam.  _/\_

Offline Sunya

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 876
  • Reputasi: -16
  • Nothing, but your perception ONLY
Re: Andil dalam membunuh
« Reply #112 on: 12 January 2013, 04:54:50 PM »
Ini masalah sosiologi anak.

Banyak orang tua mengira, mendidik anak dengan niat baik saja sudah cukup. Anak melakukan kesalahan kerap dibentak, dimarahi atau disakitii (secara mental walaupun fisik).

Orang tua mengira, cara dan metode tidaklah penting, yang penting niat saya baik: Mendidik anak.

Apakah hal di atas benar?

:)

Tak jarang, bila saja mau jujur, terkadang di antara kita ada yang berpendapat orang tua kita kurang bijaksana, salah di sisi ini dan keliru disana, serta yang lainnya.

Tidak jarang juga, karena salah didik atau metodenya yang keliru, anak jadi terjebak dalam pergaulan salah dan tidak mendengar apa kata orang tuanya.

Ini yang sering kita hadapi. Benar? :)

Karena itu, bila cara dan kecakapan dalam melakukan sesuatu tidak penting, yang penting niat, maka lihatlah banyak hasil yang tidak optimal yang bisa kita amati.

Niat baik, ditambah pengetahuan (kebijaksanaan) dalam melakukan, adalah yang terbaik.
Dijamin hasilnya jauh lebih baik dari sekedar berniat baik.

Salam.  _/\_

Offline Sunya

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 876
  • Reputasi: -16
  • Nothing, but your perception ONLY
Re: Andil dalam membunuh
« Reply #113 on: 12 January 2013, 04:57:41 PM »
Biasanya banyak yang bertanya pada saya tentang cara mendidik anak. Maaf agak di luar topik.

Kalau ada yang perlu, kita bisa buka thread baru.

Banyak contoh kasus yang perlu diketahui, terutama orang tua muda yang masih perlu bimbingan dalam membesarkan anak dan mendidiknya agar sayang dan bisa berbakti pada orang tua (saya kira ini harapan semua orang tua).

Mari kita berbagi pengalaman bila bisa mendatangkan manfaat.

Salam.  _/\_

Offline williamhalim

  • Sebelumnya: willibordus
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.869
  • Reputasi: 134
  • Gender: Male
Re: Andil dalam membunuh
« Reply #114 on: 12 January 2013, 05:33:06 PM »


Wah, saya menulis sudah cukup jelas, ada dua klausul:
1. Niat pasti menghasilkan karma (entah itu pikiran, ucapan/tulisan, maupun perbuatan).
2. Yang saya sama sekali tidak sependapat: Niat baik menghasilkan karma baik.

Masa belum dipahami? Mohon kejelasannya dimana belum dipahami.


Rekan Sunya,

Pernyataan anda yg saya bold merah tersebut bukankah bertentangan langsung dengan Ajaran Buddha.

Buddha mengatakan: "cetanam bhikkhave kammam vadaami ...." (Para Bhikkhu, NIAT inilah yg kunyatakan sebagai KAMMA) ...dstnya...

Niat (yg mendahului suatu tindakan) adalah Kamma.
Niat Baik adalah kamma baik, niat jahat adalah kamma jahat.

Pernyatan ini sangat jelas dan terang benderang, kenapa anda bisa berpendapat lain, rekan Sunya?

::

Walaupun seseorang dapat menaklukkan beribu-ribu musuh dalam beribu kali pertempuran, namun sesungguhnya penakluk terbesar adalah orang yang dapat menaklukkan dirinya sendiri (Dhammapada 103)

Offline Sunya

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 876
  • Reputasi: -16
  • Nothing, but your perception ONLY
Re: Andil dalam membunuh
« Reply #115 on: 12 January 2013, 06:13:04 PM »
 :backtotopic:

Teringat suatu ketika, seorang bhante pernah ditanya, "Bagaimana dengan Robin Hood, apakah perbuatannya benar ditinjau dari ajaran Buddha?"

Bhante itu menjawab, "Niatnya baik tapi caranya tidak benar. Menolong orang miskin itu adalah niat/pikiran yang baik. Direalisasikan dengan cara mencuri, ini yang tidak benar."

Saya kurang lebih sependapat dengan jawaban bhante tersebut.

Bhante tersebut bukan saya lho.

 _/\_

Offline williamhalim

  • Sebelumnya: willibordus
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.869
  • Reputasi: 134
  • Gender: Male
Re: Andil dalam membunuh
« Reply #116 on: 12 January 2013, 06:22:17 PM »
Ini masalah sosiologi anak.

Banyak orang tua mengira, mendidik anak dengan niat baik saja sudah cukup. Anak melakukan kesalahan kerap dibentak, dimarahi atau disakitii (secara mental walaupun fisik).

Orang tua mengira, cara dan metode tidaklah penting, yang penting niat saya baik: Mendidik anak.

Apakah hal di atas benar?

:)

Tak jarang, bila saja mau jujur, terkadang di antara kita ada yang berpendapat orang tua kita kurang bijaksana, salah di sisi ini dan keliru disana, serta yang lainnya.

Tidak jarang juga, karena salah didik atau metodenya yang keliru, anak jadi terjebak dalam pergaulan salah dan tidak mendengar apa kata orang tuanya.

Ini yang sering kita hadapi. Benar? :)

Karena itu, bila cara dan kecakapan dalam melakukan sesuatu tidak penting, yang penting niat, maka lihatlah banyak hasil yang tidak optimal yang bisa kita amati.

Niat baik, ditambah pengetahuan (kebijaksanaan) dalam melakukan, adalah yang terbaik.
Dijamin hasilnya jauh lebih baik dari sekedar berniat baik.

Salam.  _/\_

Dari contoh yg anda berikan diatas, bisa saya simpulkan terjadi miskomunikasi disini.

Kembali ke penjelasan awal saya, bahwa konsep Kamma-Vipaka kelihatan mudah, namun sungguh sulit dalam perenungan mana yg kamma dan mana yg vipaka. Hingga di diskusi ini terjadi juga kebingungan menentukan antara tindakan dan niat yg mendahuluinya.

Rekan Sunya memberi contoh sbb:
1. ingin anak menjadi berbakti: niat baik
2. dengan cara marah2 dan maen pukul: perbuatan salah
Jadi dengan korelasi ini, disimpulkan bahwa: Niat baik, kamma jelek.

Ini yg saya jelaskan diawal, bahwa kita seringkali tergoda untuk menghubungkan kamma-vipaka ala kita (dalam kasus ini cetana-kamma ala kita)..

Padahal, kedua hal diatas tidak dapat dikatakan cetana dan kamma yg sama. Kedua contoh yg diambil rekan Sunya tsb seharusnya adalah sbb:
1. ingin anak menjadi berbakti: adalah TUJUAN baik
2. dengan cara marah2 dan maen pukul: adalah CARA salah
Jadi sebenarnya bukan Niat Baik diikuti oleh Kamma Buruk, melainkan Tujuan yg baik diikuti oleh cara yg salah.

Godaan mis-korelasi ini sering sekali terjadi, Kita cenderung menghubung2kan hal yg general. Seyogyanya pengamatan harus dilatih moment-per-moment. Dalam bbrp kasus, intisari Ajaran Abhidhamma dapat membantu menginspirasi kita untuk mengubah konsep berpikir kita dari yg selama ini 'justifikasi-general' menjadi 'pengamatan moment-per-moment'. Krn menurut teori Abhidhamma 1 jentikan kita terdapat moment pikiran sekian trilyun detik (termasuk didalamnya cetana-kamma yg sangat banyak), teori ini mungkin ya-mungkin tidak, dan mungkin hanya dpt terbukti bagi yg memasuki jhana ke sekian, namun setidaknya bagi kita dpt menginspirasi usaha pengamatan batin kita menjadi lebih detil.

Kembali ke contoh diatas, mana cetana-kamma yg sesungguhnya (atau tepatnya, yg lebih detil-lah):

1. ingin anak menjadi berbakti: TUJUAN BAIK(Harapan yg baik)
1.1 Jika kita MELEKATI harapan anda ini, dan kenyataannya anak anda menjadi tidak berbakti nanti, anda akan sangat menderita
1.2 sangat banyak faktor yg menentukan apakah HARAPAN kita ini bisa terealiasai atau tidak, Mis: kemampuan kita mendidik, kondisi lingkungan, keuangan, makanan, keluarga, sekolah, dstnya... semua saling mengkondisikan (meski pengkondisi dominan adalah "cara kita mendidik")

dan point ke 2 berikut adalah kondisi yg sama sekali berbeda dengan kondisi pertama diatas

2. Kita memukul anak
2.1 NIAT untuk memukul objek: NIAT jelek
2.2 terjadi pemukulan objek: KAMMA jelek
Dapat dilihat, KAMMA JELEK Selalu sama dengan NIATnya..

Jadi yg benar adalah:

Kegiatan memukul anak, niatnya memang untuk "memukul anak"
bukan oleh ingin anak menjadi berbakti, krn keinginan ini sesungguhnya adalah harapan, bukan cetana

::
Walaupun seseorang dapat menaklukkan beribu-ribu musuh dalam beribu kali pertempuran, namun sesungguhnya penakluk terbesar adalah orang yang dapat menaklukkan dirinya sendiri (Dhammapada 103)

Offline williamhalim

  • Sebelumnya: willibordus
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.869
  • Reputasi: 134
  • Gender: Male
Re: Andil dalam membunuh
« Reply #117 on: 12 January 2013, 06:36:57 PM »
:backtotopic:

Teringat suatu ketika, seorang bhante pernah ditanya, "Bagaimana dengan Robin Hood, apakah perbuatannya benar ditinjau dari ajaran Buddha?"

Bhante itu menjawab, "Niatnya baik tapi caranya tidak benar. Menolong orang miskin itu adalah niat/pikiran yang baik. Direalisasikan dengan cara mencuri, ini yang tidak benar."

Saya kurang lebih sependapat dengan jawaban bhante tersebut.

Bhante tersebut bukan saya lho.

 _/\_

Sering Terjadi salah paham antara harapan dan niat. Bahasa Indonesia dan Inggris seringkali tidak mampu menerjemahkan dengan tepat apa yg disampaikan Sutta2.

Cetana adalah "batin pendorong (=niat) yg mendahului suatu perbuatan"

Sy pikir ada kacau balau antara HARAPAN dan NIAT...

Kasus Robinhood:

VISI (PASIF):
- Ingin rakyat miskin tertolong > ini adalah kondisi yg diharapkan

MISI (AKTIF):
- melakukan pencurian > niat jelek-kamma jelek
- membagikan hasil curian ke rakyat miskin (berdana) > niat baik, kamma baik

Jadi, tidak ada niat baik, kamma jelek kan?

Tetap yg ada: niat baik, kamma baik dan niat jelek, kamma jelek

Dan Bhante tsb sudah menjelaskan yg benar, anda yg salah menangkapnya.
Bhante menjelaskan niat/pikiran si Robinhood (visi-nya) adalah baik, hanya direalisasikan (realisasi adalah misi/tindakan, yg ada cetana-kamma) dengan cara yg salah

Anda menangkap visi sebagai cetana dan misi sebagai kamma...ya, weis makanya jadi kacau begini...
preteli secara moment per moment, jangan lihat secara general

::


Walaupun seseorang dapat menaklukkan beribu-ribu musuh dalam beribu kali pertempuran, namun sesungguhnya penakluk terbesar adalah orang yang dapat menaklukkan dirinya sendiri (Dhammapada 103)

Offline Sunya

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 876
  • Reputasi: -16
  • Nothing, but your perception ONLY
Re: Andil dalam membunuh
« Reply #118 on: 12 January 2013, 06:57:26 PM »
Rekan William yang berbahagia, saya sepenuhnya setuju dengan diferensiasi antara harapan dan niat (cetana), juga definisi Anda bahwa cetana adalah batin pendorong yg mendahului suatu perbuatan.

Tapi dalam kasus keteledoran, sama sekali tidak ada ide-ide pikiran bahwa perbuatan yang dilakukannya bisa membahayakan atau menciderai makhluk lain.

Apakah ini tidak menimbulkan karma (buruk)?

Contoh: Menyiram api dengan bensin, sehingga mengakibatkan orang kehilangan rumah dan harta benda. Dalam kepanikan, bisa saja orang teledor mengambil bensin atau minyak tanah yang disangka adalah air. Apa tindakan seperti ini tidak membuahkan karma buruk?

Juga contoh kabel dan guru yang menabrak murid, niat si subyek sesungguhnya relatif baik, yakni mau memudahkan pihak lain. Tapi karena teledor (lalai), lalu berbuah jadi bencana (malapetaka).

Mohon pandangan Anda terkait hal di atas.

Terima kasih sebelumnya atas tambahan dan koreksinya.

Salam.  _/\_

Offline will_i_am

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 5.163
  • Reputasi: 155
  • Gender: Male
Re: Andil dalam membunuh
« Reply #119 on: 12 January 2013, 07:51:58 PM »
Bab I-YAMAKA VAGGA (Syair Berpasangan)

Syair 1 (I:1. Kisah Cakkhupala Thera )

Suatu hari, Cakkhupala Thera berkunjung ke Vihara Jetavana untuk melakukan penghormatan kepada Sang Buddha. Malamnya, saat melakukan meditasi jalan kaki, sang thera tanpa sengaja menginjak banyak serangga sehingga mati. Keesokan harinya, pagi-pagi sekali serombongan bhikkhu yang mendengar kedatangan sang thera bermaksud mengunjunginya. Di tengah jalan, di dekat tempat sang thera menginap mereka melihat banyak serangga yang mati.

"Iiih, mengapa banyak serangga yang mati di sini ?" seru seorang bhikkhu. "Aah, jangan jangan ...," celetuk yang lain. "Jangan-jangan apa?" sergah beberapa bhikkhu. "Jangan-jangan ini perbuatan sang thera!" jawabnya. "Kok bisa begitu?" tanya yang lain lagi. "Begini, sebelum sang thera berdiam di sini, tak ada kejadian seperti ini. Mungkin sang thera terganggu oleh serangga-serangga itu. Karena jengkelnya ia membunuhinya."

"Itu berarti ia melanggar vinaya, maka perlu kita laporkan kepada Sang Buddha!" seru beberapa bhikkhu. "Benar, mari kita laporkan kepada Sang Buddha, bahwa Cakkhupala Thera telah melanggar vinaya," timpal sebagian besar dari bhikkhu tersebut.

Alih-alih dari mengunjungi sang thera, para bhikkhu itu berubah haluan, berbondong-bondong menghadap Sang Buddha untuk melaporkan temuan mereka, bahwa ‘Cakkhupala Thera telah melanggar vinaya !’

Mendengar laporan para bhikkhu, Sang Buddha bertanya, "Para bhante, apakah kalian telah melihat sendiri pembunuhan itu ?"

"Tidak Bhante," jawab mereka serempak.

Sang Buddha kemudian menjawab, "Kalian tidak melihatnya, demikian pula Cakkhupala Thera juga tidak melihat serangga-serangga itu, karena matanya buta. Selain itu Cakkhupala Thera telah mencapai kesucian arahat. Ia telah tidak mempunyai kehendak untuk membunuh."
Apakah Cakkhupala Thera menanam kamma buruk karena kelalaiannya?
hiduplah hanya pada hari ini, jangan mengkhawatirkan masa depan ataupun terpuruk dalam masa lalu.
berbahagialah akan apa yang anda miliki, jangan mengejar keinginan akan memiliki
_/\_