//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: MAKSIM-MAKSIM MASTER HAN SHAN, Oleh Han-Shan De Qing  (Read 3046 times)

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Offline sobat-dharma

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.286
  • Reputasi: 45
  • Gender: Male
  • sharing, caring, offering
MAKSIM-MAKSIM MASTER HAN SHAN, Oleh Han-Shan De Qing
« on: 10 February 2009, 03:49:27 PM »
MAKSIM-MAKSIM MASTER HAN SHAN

Master Ch'an Hanshan Deqing (1546-1623)

(dari Perjalanan ke Dunia Mimpi)


Diterjemahkan oleh Tonny


1.  
Ketika kita membabarkan Dharma kepada mereka yang hanya melihat dunia ilusi ego. Kita layaknya berusaha membabarkannya pada orang mati.

Betapa bodohnya mereka yang beralih dari apa yang riil dan sejati, serta terus menerus dan tetap mengejar wujud berubah-ubah dunia fisik, wujud yang hanya merupakan pantulan dalam cermin ego. Lalai untuk melihat hakikat permukaan, makhluk yang tertipu merasa puas menggenggam pada imaji-imaji. Mereka mengira bahwa enerji yang selalu-mengalir dari dunia material dapat dirubah menjadi wujud yang permanen, bahwa mereka bisa menamainya dan menilai wujud ini, bak penguasa besar, meletakkan kekuasaan atasnya.

Perihal Material sama dengan benda mati dan ego tak bisa menghidupkannya. Layaknya penguasa besar yang identitas utamanya melekat pada kerajaannya, ego ketika melekat pada obyek material, memimpin atas kerajaan yang mati. Dharma ditujukan pada yang hidup.Yang permanen tidak bisa berdiam dalam yang sementara. Kebahagiaan yang sejati dan abadi tidak bisa ditemukan dalam dunia ilusi berubah-ubah dari ego. Tak ada yang bisa menimun air dari sebuah khayalan.

2.   
Ada juga yang mengaku mencapai pencerahan, bersikeras bahwa mereka memahami sifat non-substansial dari kenyataan. Membual bahwa penyakit materialisme tak bisa menjangkitinya, mereka mencoba membuktikan kekebalan mereka dengan secara hati-hati mengelakan diri dari semua kesenangan duniawi. Namun mereka juga berada dalam kegelapan.


3.   
Tidak juga benar, mereka yang mendedikasikan dirinya untuk membongkar penipuan setiap objek sensori yang mereka hadapi. Benar bahwa persepsi objek material menyebabkan munculnya hasrat liar di dalam hati. Benar bahwa sekali dipahami betapa sungguh tak berartinya objek penampakan demikian, hasrat liar akan dikendali oleh pikiran-malu. Tetapi kita tidak seharusnya membatasi praktik spiritual kita hanya pada pengendalian untuk menghilangkan ilusi belaka. Terdapat lebih banyak lagi dalam Dharma ketimbang hanya pemahaman sifat kenyataan.

4.   
Apakah cara terbaik untuk memotong kemelekatan kita pada perihal material?

Pertama, kita membutuhkan sebilah pedang tajam yang baik, sebilah pedang yang memilih-milih, yang memotong tuntas penampakan untuk menyingkap kenyataan. Kita mulai dari suatu titik kesadaran bahwa betapa kita menjadi tidak puas dengan wujud-wujud material dan betapa cepatnya kepuasan inderawi kita juga menipis menjadi ketidakpuasan. Dengan kewaspadaan yang stabil kita mengasah dan menajamkan pedang ini. Tidak lama, kita menemukan bahwa kita berusaha terus menggunakannya. Kita telah memotong habis semua hasrat lama; dan hasrat yang baru tidak akan berani mengganggu kita.

5.   
Pencari Dharma sejati yang hidup di dunia menggunakan kegiatan sehari-hari mereka sebagai alat pengasah. Dari luar mereka tampak sangat sibuk, bak batu api memukul baja, menghasilkan percikan api di mana-mana. Tetapi dari sisi dalam mereka membina dengan diam-diam. Meskipun mereka mungkin bekerja keras, mereka bekerja semata-mata untuk bekerja dan tidak untuk keuntungan yang akan dihasilkan untuk mereka. Tak terikat pada hasil kerja mereka, mereka melampaui hingar bingar untuk mencapai kedamaian fundamental Sang Jalan. Bukankah arus sungai yang kasar dan berguling-guling juga berkelip-kelip seperti halnya pikulan percik api – ketika ia mengasah menjadi halus semua batu yang dilaluinya?

6.   
Dalam dunia ilusi ego, segala sesuatu berubah-ubah. Namun perubahan yang terus menerus merupakan kekacauan yang berkelanjutan. Ketika ego melihat dirinya sebagai pusat dari begitu banyak keramaian aktivitas, ia tidak bisa mengalami kedamaian alam semesta.

Sebagai contoh, betapa ego memutuskan untuk menjadi angin badai, sehingga alam semesta terganggu, sebuah peristiwa alam yang sempurna, sebuah rantai sebab dan akibat tanpa-akhir. Alam semesta, tidak memilik ego, melanjutkan keberadaannya tanpa menilai mengenai angin badai atau napas samudera.

Ketika kita bebas dari ego, kita juga, bisa mempertahankan penerimaan yang tenang terhadap beragam kejadian hidup. Ketika kita berhenti membuat perbedaan penuh prasangka – lembut atau kasar, cantik atau jelek, baik atau buruk – kedamaian yang menetap akan memenuhi pikiran kita. Jika tidak ada ego, tidak ada kecemasan.

7.   
Tubuh dan pikirkan kita pada dasarnya murni; tapi kita menodainya dengan pikiran dan perbuatan yang salah. Dengan tujuan mengembalikan kita sendiri pada kemurnian asal, yang kita butuhkan hanya membersihkan kotoran yang terendap. Namun bagaimana kita mempertahankan proses pembersihan ini? Apakah kita melakukannya dengan memberi batasan antara kita dengan lingkungan kebiasaan buruk kita? Apakah kita melakukannya dengan menjauhkan diri kita dari tempat yang menggoda? Tidak. Kita tidak bisa menyatakan kemenangan dengan menghindar dari pertarungan. Musuhnya bukan lingkungan sekitar kita, ia ada di dalam diri kita sendiri. Kita harus melawan diri kita dan mencoba memahami kelemahan manusiawi kita. Kita harus melihat dengan jujur pada diri kita sendiri, pada hubungan kita, pada kepemilikan kita, dan bertanya alangkah semua pemanjaan-diri kita mengikat diri kita sendiri. Apakah ia memberi kita kebahagiaan? Tentu saja tidak.

Jika kita jujur tanpa rasa kasihan, kita akan mengenali bahwa kebodohan egoisme diri kita sendiri yang mencemari diri kita. Pengakuan ini dilakukan dengan menyakitkan. Demikian, jika kita ingin melelehkan es kita harus menggunakan panas. Semakin panas apinya, semakin cepat es tersebut mencair. Jadi demikianlah kebijaksaan. Semakin sering kita meneliti dengan seksama, semakin cepat kita mencapai kebijaksanaan. Ketika kita tumbuh semakin bijaksana, kita mengerdilkan diri-egoistik kita. Dengan demikian pertarungan berakhir.

8.   
Ada kalanya kita bertindak dengan keyakinan tak terguncang dalam Dharma kendatipun kita tidak memahami situasi yang kita hadapi. Di waktu lain ketika kita memahami situasi namun kita takut untuk bersikap penuh keyakinan.

Pada satu kejadian, kita memiliki hati; dan di lain kesempatan kita memiliki pikiran. Kita seharusnya menyatukan keduanya! Pemahaman DAN keyakinan!

9.   
Dengan sebuah tumpuan kecil, sebuah tuas bisa mengangkat berat berton-ton. Dengan satu pikiran serakah, kejujuran bertahun-tahun terkikis habis. Pikiran serakah adalah benih dari ketakutan dan kebingungan. Ia akan tumbuh dengan liar. Keuntungan material yang diperoleh dari tindakan serakah memang merupakan keuntungan kecil. Bertindak tanpa keserakahan dan kehilangan keuntungan material juga, kemudian hanyalah kehilangan remeh. Namun kehilangan kejujuran seseorang! Hal ini merupakan kehilangan yang besar! Orang yang tercerahkan berdiri dalam ketakutan akan tumpuan tersebut.

10.   
Apa yang diperjuangkan oleh manusia? Uang, atau ketenaran, atau keberhasilan dalam hubungan, atau  Dharma. Demikianlah, seseorang mungkin bisa jadi kaya namun dibenci oleh keluarganya. Orang yang lain mungkin sangat dicintai semua orang tapi tidak memiliki ketenaran sama sekali. Demikianlah dengan orang ketiga mungkin dipuja sebagai pahlawan oleh orang senegaranya dan mendapatkan dirinya tidak memiliki uang maupun cinta keluarga. Seringkali, begitu banyak usaha yang dipertaruhkan untuk meraih suatu tujuan, meski tujuan-tujuan yang lain tak tercapai. Namun bagaimana dengan orang yang berjuang untuk mencapai Dharma? Jika berhasil, ia meraih satu tujuan yang berada di atas semua tiga tujuan yang lain disatukan. Ia memperoleh Dharma yang tak kekurangan apapun.

11.   
Taruh ikan di daratan dan ia akan teringat dengan samudera hingga ia mati. Taruh burung dalam sangkar, ia juga tak akan melupakan langit. Masing-masing tetap merindukan rumah sejatinya, tempat di mana sifat-dasarnya memutuskan di mana ia seharusnya berada.

Manusia dilahirkan dalam keadaan tanpa-noda. Sifat aslinya adalah cinta, anggun dan murni. Sejak ia keluar dengan santai tanpa sekalipun berpikir mengenai rumah lamanya. Bukankah ini lebih menyedihkan daripada ikan dan burung?

12.   
Mereka yang mengejar uang selalu diburu-buru, selalu sibuk dengan persoalan yang mendesak. Mereka yang mengejar Dharma, bergerak lambat dan mudah. “Bosan” katamu? Mungkin kejemuan amat sangat ini berhenti dan mencium setangkai bunga atau mendengar kicauan burung. Mungkin kilauan emas benar-benar lebih menyilaukan dibanding pengilhatan seseorang akan Wajah Aseli-nya. Mungkin yang kita butuhkan adalah pengertian lebih baik mengenai apa itu “harta karun.”

13.   
Cuaca sang hati seharusnya selalu bersih, selalu bersinar dan damai. Satu-satunya waktu ketika cuaca bisa merubah menjadi buruk adalah ketika awan nafsu dan kemelekatan terbentuk. Hal ini selalu menyebabkan badai kekhawatiran dan kebingunan.

14.   
Sebuah bercak di mata memburamkan penglihatan yang baik, kita melihat dua atau tiga gambar. Satu pikiran kotor  mengacaukan pikiran rasional. Banyak kesalahan pertimbangan dapat timbul darinya. Hilangkan bercak tersebut dan lihat dengan jernih! Hilangkan pikiran kotor tersebut dan berpikir dengan jernih!

15.   
Pencapaian besar merupakan kesabaran akan detil kecil. Mereka yang berhasil dan mencapai Keseluruhan memperhatikan dengan hati-hati setiap bagian kecil. Mereka yang gagal telah mengabaikan dan memandang terlalu remeh apa yang mereka kira tidak berarti. Orang yang tercerahkan tidak pernah meremehkan apapun.

16.   
Mengapa obyek material tertentu sangat dihargai? Sebuah permata hampir tidak ada gunanya dan sebuah sarung pedang yang disepuh emas tidak lebih baik dari yang biasa.

Manusia menganggap emas itu bernilai karena ia langka, tahan lama dan berkilau. Ia kemudian berpikir bahwa jika ia memiliki emas, ia sendiri, akan menjadi unik, bahwa ia secara individu layak untuk terus abadi, dan bahwa ia juga akan dianggap sebagai warga yang cemerlang. Jadi karena terobsesi oleh keyakinan konyol ini sehingga ia dalam berusaha mendapatkan emas, ia akan menghancurkan hidup berharga yang ia puja-puja.

Dalam kegelapan delusi mereka yang belum tercerahkan meyakini bahwa mereka bisa mengagungkan diri mereka dengan memantulkan kualitas yang mereka capai dengan harta milik mereka. Mereka yang hidup dan kondisi tercerahkan telah menyadari bahwa kualitas sebuah objek tidak bisa dipindahkan pada pemiliknya. Gundukan harta kekayaan yang menggunung di langkah mereka tak akan menghalangi penglihatan mereka. Mereka bisa melihat lurus menembusnya. Emas di dalam kantong bukanlah emas dalam karakternya.

17.   
Lihatlah orang yang memelihara harimau sebagai peliharaan. Meskipun ketika mereka tertawa dan bermain dengan mereka, di balik pikiran, mereka takut jika peliharaan mereka akan sekonyong-konyong berbalik menyerang mereka. Mereka tak akan lupa betapa bahayanya harimau.

Namun bagaimana orang yang haus akan kepemilikan, memanjakan diri mereka dengan satu pendapatan demi pendapatan yang lain, mereka tetapi tidak sadar dengan bahaya.

Meskipun, harimau hanya dapat memakan daging manusia. Keserakahan mengkonsumsi jiwa manusia.

18.   
Mudah untuk melakukan hal yang benar ketika kita mengetahui hal benar yang akan dilakukan. Kita tidak bisa bergantung pada naluri untuk menemukan Sang Jalan. Kita membutuhkan tuntunan.

Namun sekali kita ditunjukkan jalannya dan mulai mendakinya, kita menemukan bahwa dengan setiap langkahnya kita tumbuh dalam kebijaksanaan dan ketabahan. Melihat ke bawah kita melihat alangkah banyaknya hasrat keinginan lama jatuh mati di sisi. Mereka terlihat sangat lemah berbaring di sana sehingga kita bertanya-tanya bagaimana kita pernah mengira bahwa kita kurang memiliki keberanian untuk melawannya.

Gunung Kebijaksanaan berbeda dari gunung lainnya. Semakin tinggi kita mendaki semakin kuat kita tumbuh.


19.   
Orang-orang selalu mencari jalan mudah. Semakin sulit jalan– yang dipelajari dengan pengalaman sulit dan realisasi yang menyakitkan – tidak menarik untuk mereka. Mereka menginginkan jalan pintas. Pencari Dharma Sejati khawatir dengan jalan pintas. Mereka tahu yang lebih baik. Mereka tahu bahwa tanpa usaha, tidak ada pengertian yang dicapai. Pengertian tersebut yang mempertahankan mereka terus melangkah.

Orang yang tidak menghargai perjuangan mendaki kurang memahami di mana mereka berada, kesadaran siapa mereka, dan kekuatan untuk terus mendaki. Itulah sebabnya mereka tidak pernah mencapai Dharma.

20.   
Apa dua tujuan yang paling umum bagi manusia yang hidup di dunia? Sejahtera dan tenar. Untuk meraih tujuan ini manusia siap untuk kehilangan apapun, termasuk kesejahteraan tubuh, pikiran dan jiwa mereka. Bukan barter yang yang baik, bukan? Kesejahteraan dan ketenaran menghilang dengan cepat sehingga apa yang kita kagumi tidak lagi tersisa, uang, ketenaran ataupun manusia tersebut.

Namun pertimbangkanlah tujuan pencerahan, mencapai kesejahteraan Dharma. Mereka yang mencapai tujuan ini adalah kuat dalam segi fisik, bersemangat dalam pikiran, dan tenang dalam jiwa …selalu demikian hingga selama-lamanya.

21.   
Terdapat orang yang, meskipun tidak mencapai apapun, berkomplot untuk menerima penghargaan tinggi atau posisi kekuasaan. Orang yang meraih jabatan tinggi tanpa kerja keras bak pohon tanpa akar. Mereka hidup dalam ketakutan bahwa angin paling ringan pun akan menumbangkan mereka.

Penghargaan yang tidak layak adalah awal dari aib.

22.   
Orang kaya dikagumi karena mereka memiliki uang simpanan. Tetapi apa yang telah disimpan bisa dihabiskan. Kekaguman hilang bersama uangnya. Seorang raja menerima pengabdian karena melihatnya sebagai orang yang mulia. Jika mereka menganggap perilakunya buruk, ia mungkin kehilangan lebih dari sekadar mahkotanya. Mereka yang kaya akan Dharma dan mulia dalam Jalan Buddha selalu mempertahankan – kesejahteraan mereka dan pengabdian dari orang lain.

23.   
Dengan berhasil menutupi kejahatannya seseorang tidak bisa menganggap dirinya layak dimuliakan Ia tahu yang dilakukannya salah. Dengan terus menerus membual seseorang tidak bisa mengaku menjadi terkenal meskipun ia tidak mendengar namanya dikenal ke manapun ia pergi. Dengan berlagak meniru perilaku orang suci bhiksu mungkin menerima pemujaan, namun menampilkan sikap saleh tidak membuat siapapun menjadi seorang suci. Apakah kemulian, penghargaan dan kesalehan yang sejati itu? Mereka adalah kualitas internal, bukan tindakan atau penampilan palsu. Ketika hati nurani seseorang bersih dari debu, ia layak dimuliakan.  Ketika reputasinya akan kejujuran mendahuluinya, ia menjadi terkenal. Jika kerendah hatian dan pemujaannya untuk Dharma mengalir keluar dengan wajar dari karakternya, ia akan dihargai.

24.   
Jika orang tidak bisa mengelak dari permintaan ayah dan kaisar mereka, apa yang bisa mereka lakukan ketika Maut memberikan perintah pada mereka? Mereka memprotes dengan pahit dan berteriak pada Langit, namun mereka harus mematuhinya. Mereka yang meratap paling keras adalah yang berpikir bahwa ia barusan meraih puncak kesuksesan duniawi.

Yang tercerahkan memahami hidup dan mati. Mereka selalu hidup dengan baik dan tidak pernah mengeluh.

25.   
Manusia mengira bahwa jika mereka memiliki semua pengetahuan duniawi mereka akan tahu segalanya. Namun hal tersebut tidak benar. Bahkan ketika semua bidang telah dikuasai selalu ada ruang untuk kesalahan. Bahkan jika pemanah terbaik seringkali tak pernah luput sasarannya, bagaimana jika yang biasa-biasa saja? Ketika kita mengetahui Dharma, kita memiliki semua informasi yang kita butuhkan. Tak peduli betapa fakta lain yang kita pelajari sebagai tambahan, gudang simpanan pegetahuan, meskipun dalam dan luas, telah penuh.

26.   
Segala sesuatu di dunia tunduk pada perubahan. Hanya terdapat satu perkecualian: kematian selalu menyertai kehidupan. Bukankah aneh manusia tidak menyadarinya, mereka bertindak dalam hidup mereka seolah-olah mereka akan hidup selamanya, bahwa kematian tidak perlu dikhawatiran? Tentu saja jika mereka benar-benar ingin hidup selama yang tak pelak mereka lagi, mereka sebaiknya mengikuti Dharma. Hidup, mati, dan perubahan itu sendiri dilampui di dalam Dharmakaya.

27.   
Saya mengumpulkan semua apa yang dilupakan atau ditolak penuai hasil panen. Kemudian mengapa keranjang mereka kosong sementara persediaan berlimpah dengan makanan berkualias baik? Mereka hanya tidak mengenali Sifat Kebuddhaan mereka ketika melihatnya.

Segala sesuatu dalam hidup tergantung pada pilihan yang kita buat.

Mereka yang melihat-Ku dari wujud dan mengikuti-Ku dari suara terlibat dalam upaya salah. Mereka takkan melihat Aku. Dari Dharma-lah mestinya ia melihat Para Buddha. Dari Dharmakaya datang tuntunan baginya. Namun hakikat sejati Dharma tak terlihat dan tiada seorangpun bisa menyadarinya sebagai obyek

Offline sobat-dharma

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.286
  • Reputasi: 45
  • Gender: Male
  • sharing, caring, offering
Re: MAKSIM-MAKSIM MASTER HAN SHAN, Oleh Han-Shan De Qing
« Reply #1 on: 10 February 2009, 03:50:36 PM »
28.   
Dalam masyarakat berada setiap orang mengenali jika tangan seseorang kotor. Ia akan ditatapi dengan penuh hinaan. Mengapa? Para warga akan merasa tidak senang hingga ia membersihkan tangannya.

Tetapi bukankah lucu betapa seseorang bisa memiliki karakter yang dipenuhi oleh keserakahan dan kebencian namun tak seorangpun akan menaruh perhatian sesaat? Ia akan naik jenjang dengan tanpa usaha sama sekali. Pembuktian, karakter yang kotor tidak begitu layak diperhatikan seperti memperhatikan tangan kotor.  

Sangat mudah untuk mengembalikan tangan kotor kembali ke keadaan bersih. Cukup bersihkan mereka. Tapi bagaimana dengan karakter yang rusak? Hal tersebut benar-benar masalah berbeda…

29.   
Jika manusia membawa terlalu banyak beban duniawi, tubuhnya akan segera lelah. Jika ia cemas tentang masalah duniawi, pikirannya akan segera lumpuh. Menjadi sangat dikuasai oleh perihal material merupakan cara hidup yang berbahaya, pemborosan enerji yang sia-sia. Seorang manusia seharusnya menyederhanakan kebutuhannya dan menggunakan kekuatannya untuk meraih tujuan spiritual. Tak seorang pun akan merusak tubuh dan pikirannya dengan melakukan kendali-diri.

30.   
Apakah perbedaan mendasar antara kesulitan dan kesenangan? Penderitaan adalah kesulitan dan sebuah penderitaan adalah tantangan dan sebuah tantangan adalah cara untuk seseorang melatih kekuatan Dharma. Apa yang lebih menyenangkan daripada hal tersebut?

Manusia selalu takut dengan kesulitan. Mereka dalam menjalani hidup mencoba menghindari kesulitan dan merengkuh yang mudah. Bagiku, ini hanyalah [dua hal yang ber-] oposisi. Saya sama sekali tidak membedakan antara kesulitan dan kesenangan. Apakah jalan yang di depan saya sulit atau mudah, saya tidak ragu-ragu melaluinya.

31.   
Orang-orang menghukum dengan marah pencuri yang mencuri benda-benda material. Saya cemas mengenai pencuri yang mencuri jiwa. Orang-orang bertindak melindungi harta benda mereka. Mereka membangun tembok dan membuat sistem keamanan. Mereka menggantung setiap pencuri yang mereka tangkap. Tindakan apa yang diambil untuk melindungi pikiran mereka dari kerusakan dan kehilangan?

32.   
Seorang manusia dengan karakter yang baik, lembut, rendah hati dan bebas dari keinginan material. Seorang manusia dengan karakter yang buruk, kasar, tinggi hati, dan diperbudak oleh keserakahan. Kelembutan menandakan kekuatan yang lebih besar daripada kekasaran. Kerendah-hatian lebih dikagumi daripada keangkaraan. Kebebasan selalu lebih disukai daripada perbudakan.

Hal ini jelas. Seorang manusia dengan karakter baik memiliki hidup yang lebih baik.

33.   
Ada pencapaian material dan pencapaian spiritual. Untuk memperoleh obyek material yang diinginkan, pikiran mencari ke dunia eksternal. Ketika ia mencari pencapaian spiritual, ia mengalihkan perhatiannya ke hati.

Seseorang yang mengabaikan hatinya menjadi melekat dengan dunia material. Pencari Dharma melihat ke dalam dan memperhatikan hatinya; yang merupakan tempat di mana ia ingin lekat.

34.   
Engkau tidak akan nyaman jika engkau mendapatkan serpihan di kulit. Lebih buruk lagi, jika engkau tidak bisa mengeluarkannya, kulit menjadi terinfeksi. Kulit yang terinfeksi menjadi mati.  

Hal ini memalukan. Engkau tidak bisa nyaman jika serpihan keserakahan menancap padanya. Dan jika kamu tidak dapat mengeluarkannya, hatimu akan terinfeksi. Apa yang akan engkau lakukan jika spiritmu mati?

35.   
Bencana alam, yang biasanya disebut Kehendak Dewa, tidak membeda-bedakan korbannya. Ia menghancurkan setiap orang  –kaya dan miskin, baik dan buruk.

Kapanpun kamu memiliki kekuasaan atas orang lain, bawalah bencana alam di dalam pikiran. Jadilah seperti dewa dalam keadilanmu.

36.   
Cara terbaik untuk mengalihkan orang lain ke Jalan Dharma, adalah dengan merubah dirimu terlebih dahulu. Jadilah contoh untuk ditiru mereka. Sebuah tindakan alamiah yang mengalir keluar dari karakter yang baik lebih berpengaruh dibandingkan pidato yang paling mengesankan.

37.   
Lebih mudah beralih dari miskin menjadi kaya daripada beralih dari kaya menjadi miskin. Semua orang tahu hal ini. Kemiskinan seperti terombang ambing di dalam air yang teraduk. Jika seseorang waspada, ia bisa menemukan jalan keluar. Tetapi kemewahan layaknya berperahu dengan tenang mengikuti arus sungai. Ia akan jatuh terlelap dan tidak akan bangun hingga berada di samudera. Selamat datang kesulitan. Mendapatkan hujan yang setipis embun pagi. Takut akan siang hari. Sulit mendaki dengan matahari yang membakar di punggungmu.

38.   
Sifat Kebuddhaan kita selalu bersih dan cemerlang. Jika kita tak bisa melihatnya karena mata kita diselubungi dengan gelap oleh debu emosional. Kita tidak bisa membersihkan debu dengan debu dan kita tidak bisa menenangkan emosi dengan emosi. Jadi bagaimana kita menghilangkan selubung tersebut? Kita menggunakan kebijaksanaan Dharma. Pencerahan mengangkat selubung tersebut dan menerangi Wajah Buddha kita.

39.   
Kualitas yang agung dari kebijaksanaan ialah selalu merespon dengan sesuai apa yang dibutuhkan. Bak pedang yang diasah dengan tajam, dirancang dengan baik –ia selalu mengenai sasaran. Ketika kita tumbuh dalam pemahaman kebijaksanaan dan mampu mengendalikan pikiran kita.  

Manusia bijak selalu baik dan penuh perhatian. Ia selalu melihat pada yang dibutuhkan. Ia membiarkan serpih salju jatuh di atas tubuh yang kepanasan. Ia menyediakan air dingin untuk memuaskan haus yang membuat putus asa.

40.   
Jalan yang mudah selalu menggoda. Jadi mengapa kita selalu menyukai jalan yang sulit? Di jalan yang mudah kita mengecilkan segala sesuatu. Kita menjadi malas dan bosan. Ini merupakan formula bagi masalah dan kehilangan. Ketika kita menempuh jalan yang sulit, kita tahu tidak bisa membiarkan pengawasan kita lengah bahkan untuk sesaat. Kita harus terus awas menghadapi tantangan. Menyelesaikan masalah membuat pikiran kita lebih bersemangat dan karakter kita lebih kuat. Ini merupakan prestasi! Ini merupakan pencapaian sejati!

41.   
Kita cenderung menyukai mereka yang mendengarkan saran kita dan tidak menyukai mereka yang mengabaikan kita. Kita seharusnya menjaga diri kita melawan kecenderungan ini.

Jika kita membiarkan emosi mempengaruhi, kita bersalah atas mengabaikan tuntunan Dharma. Cinta dan benci bisa mencemari kesadaran dan  mengganggu kemampuan kita dalam melihat dengan jernih, melihat dengan mata yang tanpa-prasangka. Dalam kegelapan kita mungkin tersesat. Ketika kita mengendalikan emosi, kita mempertahankan cahaya.

42.   
Manusia kecanduan akan rangsangan inderawi. Mereka menikmati kegairahan eksternal yang demikian. Tetapi saya  menilai bahwa kecanduan demikian adalah salah satu wujud penderitaan. Rangsangan inderawi mengenyangkan dirinya sendiri, tumbuh membesar dan terus lebih besar, serta menciptakan hasrat yang bahkan semakin membesar. Manusia akan menghancurkan diri mereka sendiri dan juga orang lain dalam usaha memuaskannya. Kesenangan yang dihasilkan dari kebijaksanaan Dharma merupakan kesenangan internal. Kebahagiaan tumbuh bersama dengan kemampuan untuk menikmatinya. Ketika diberi pilihan antara kedua kesenangan tersebut, orang yang tercerahkan selalu memilih Dharma.

43.   
Lihat, semua kesuksesan duniawi memiliki sisi buruknya. Semakin kaya kamu, semakin besar keangkuhan yang kamu miliki. Semakin tinggi jabatanmu, semakin sewenang-wenang tindak tandukmu. Semakin besar ambisimu, semakin egois dirimu.

Berhasil dalam Dharma berfungsi secara berbeda. Semakin berkembang dirimu, semakin baik kamu jadinya.

44.   
Ombak meliarkan laut dan kincir angin berputar karena angin. Hilangkan angin dan laut menjadi tenang serta kincir angin berhenti. Setiap akibat memiliki penyebab.

Gelombang hasrat akan hal-hal dalam dunia material mengaduk-aduk pikiran kita, mempertahankan menetapnya kondisi bergejolak, kacau balau pada segala arah. Apa yang kamu duga akan terjadi jika kita menyingkirkan hasrat keinginan?

45.   
Aliran arus menjadi lambat jika dasarnya dangkal; sebuah kincir air tidak akan berputar karenanya. Sebuah gedung tinggi tidak akan bertahan jika pondasinya tidak stabil; tembok pecah dan segera lantai-lantainya runtuh. Dalam dan kokoh, vital untuk kerja dan ketahanan yang baik. Para orang suci mengetahuinya. Itulah sebabnya mereka mengakarkan diri mereka dalam Dharma. Mereka menjadi menara kebajikan yang tidak bisa diruntuhkan apapun. Pencerahan mereka menjadi mercusuar  yang menuntun dan menginspirasi orang lain untuk beberapa generasi.

Jangan puas dalam mempelajari Dharma [secara intelektual], mengingat permukaannya belaka. Terjun di dalamnya. Masuklah sedalam mungkin.

Mereka yang melihat-Ku dari wujud dan mengikuti-Ku dari suara terlibat dalam upaya salah. Mereka takkan melihat Aku. Dari Dharma-lah mestinya ia melihat Para Buddha. Dari Dharmakaya datang tuntunan baginya. Namun hakikat sejati Dharma tak terlihat dan tiada seorangpun bisa menyadarinya sebagai obyek

Offline sobat-dharma

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.286
  • Reputasi: 45
  • Gender: Male
  • sharing, caring, offering
Re: MAKSIM-MAKSIM MASTER HAN SHAN, Oleh Han-Shan De Qing
« Reply #2 on: 10 February 2009, 03:51:05 PM »
46.   
Langit yang tak terbatas dan bumi yang luas dapat dapat dilihat dengan mudah oleh mata; namun seutas rambut tipis dapat menghalangi penglihatan. Hati yang penuh dengan cinta bisa menyebar ke alam semesta; namun sebuah pikiran penuh benci bisa mengempiskan hati tersebut dan membiarkan cinta mengering. Jangan meremehkan kekuatan dari sesuatu yang kecil. Orang suci selalu memberikan perhatian sepenuhnya pada pikiran yang paling remeh.

47.   
Meskipun ratusan orang terpelajar diperkirakan gagal, orang bijak yang yakin dengan kemampuan dirinya akan bertahan dan berhasil. Bahkan jika ratusan orang yang sama diperkirakan akan berhasil, hanya orang yang memiliki pengetahuan serta tidak memiliki keyakinan-diri yang timbul alamiah dari kebijaksanaan akan gagal.

Pengetahuan hanya dari buku menumbuhkan keraguan dan keraguan menyebabkan kebingungan. Dalam keadaan demikian, tidak ada keyakinan-diri yang bisa terbangun. Namun kebijaksanaan menuntun pada keyakinan dan keyakinan membangkitkan wawasan dan pemikiran jernih. Pengikut Dharma berjalan pada jalan kebijaksanaan dengan tujuan menghilangkan keraguan dan menggunakan pengetahuan untuk manfaat yang baik.

48.   
Tidak terlalu lama yang lalu, ketika seseorang jatuh dalam selokan, ia merasa sedemikian malunya sehingga ia bersumpah dengan darahnya untuk mmperbaiki kebiasaannya dan tidak akan jatuh lagi. Masa kini, ketika seseorang mendapatkan dirinya dalam selokan ia mengirim undangan pada orang lain untuk datang dan bergabung dengannya. Hal ini benar-benar menyedihkan bukan?

49.   
Satu-satunya hal yang bisa kita pastikan adalah bahwa kita tidak bisa memastikan apapun. Hanya fakta yang tidak berubah adalah fakta bahwa segala sesuatu terus menerus berubah. Orang suci membina kesabaran, tidak peduli situasi apapun yang terjadi padanya, mereka menunggu dengan tenang. Mereka juga memahami bahwa dalam persoalan hati bukan hanya obyek saja yang berubah, namun subjek juga, yang terbukti tidak pasti. Hasrat keinginan mungkin saja adalah hal yang paling mudah di rubah dibandingkan semuanya.

50.   
Binalah kebiasaan tidur lebih awal. Ini merupakan rutinitas untuk mempertahankan pikiran yang kuat dan damai. Orang yang masih bangun hingga larut butuh memamerkan dan menghibur teman mereka. Atau pada kasus lain mereka merasa bosan dan membutuhkan kesenangan. Meskipun mereka tidur lebih lama, mereka tetap lelah ketika bangun, mereka tetap loyo pada tubuh dan pikirannya. Mereka tidak bisa bekerja atau berpikir dengan baik lagi. Orang yang mengikuti Dharma menemupuh hidup yang lebih penuh dan kaya. Mereka tidak membutuhkan orang lain sebagai dukungan. Kebiasaan baik seperti otot, semakin mereka diasah, semakin kuat jadinya.

51.   
Semua sungai, besar dan kecil, jernih atau berlumpur, mengalir ke samudera dan samudera bereaksi dengan menghasilkan uap yang menjadi awan hujan dan memenuhi sungai.  Demikianlah siklusnya.

Orang suci menunjukkan cinta dan penghargaan pada semua orang, kaya atau miskin, baik atau buruk. Orang-orang melihat keadilan yang sedemikian menyenangkannya, membalasanya dengan memuja orang suci tersebut dan berusaha meniru mereka. Ini, juga, merupakan siklus.

Melihat Dharma seperti sungai melihat samudera, sumber asalnya sangat alami dan ditakdirkan terus menerus diperbaharui. Melihat Dharma layaknya orang suci melihat orang-orang, obyek dari cinta dan balasan untuk mencintai.

52.   
Jika kamu memperlakukan orang lain sebagai yang lain, sebagai terpisah, atau orang yang berbeda dengan dirimu, kamu tidak akan menjadi adil atau pengasih dalam penilaianmu terhadap mereka. Namun jika kamu memperlakukan orang lain seperti jika mereka terjemahan dari dirimu, kamu akan memahami kesalahan mereka dan menghargai kualitas mereka.

Apa kita tidak mujur, bahwa ini merupakan cara Langit melihat bumi.

53.   
Jika seseorang hanya melihat wujud permukaan dari materi dan tidak menembus sifat sejati dari realitas visual, ia buta secara spiritual.

Jika seseorang hanya mendengar makna sementara dari kebisingandan tidak menembus sifat sejati realitas pendengaran, ia tuli secara spiritual.

Bentuk dan suara hanyalah ilusi. Kita menggunakan penglihatan dan pendengaran untuk mencari esensi mereka dan memahami sifat sejati dari realitas.

54.   
Arus pikiran sadar ego yang-tak-terhentikan tidak bisa menetap cukup lama untuk memahami kebenaran. Meski orang selalu mencoba menemukan ide untuk menghalangi arus tersebut, menggunakan pemikiran untuk menghentikan pikiran. Pemikiran seperti kucing liar. Kita tidak bisa menggunakan kucing liar untuk mengikat yang lain.

Bagaimana kemudian kita memasuki kondisi tanpa-pikiran? Kita memahami sifat tanpa-substansi baik yang-berpikir ataupun pikiran itu sendiri. Kita memahami dalam realitas tidak terdapat bahkan satu pun pikiran kecil dari suatu pemikiran, atau si pemikir juga. Ketika kita menjadi saksi atas kenyataan ini,  penyaksian diri kita membebaskan kita dari belenggu pikiran tanpa-pikiran.

55.   
Sifat paling mendasar dari tubuh itu jernih, damai dan tidak memiliki bahkan satu pikiran pun. Egolah yang berpikir; seperti halnya ego juga yang berpikir bahwa ia ingin tidak berpikir. Ego menyebabkan masalah dalam usaha menyelesaikannya. Untuk menghilangkan ego adalah mendengarkan suara tanpa-suara, melihat pandangan yang tak-terlihat, berpikir pemikiran yang tanpa-pemikiran.

56.   
Ketika kita mencapai tahap pemkiran tanpa-pemikiran, seseorang mengira ia telah menyadari Dharma. Ia berpikir tentang pengalaman meditasinya dan bagaimana hal ini akan merubah cara berpikirnya mengenai lingkungannya. Ia berpikir bahwa hal ini benar-benar luar biasa bahwa ia telah mengendalikan pikirannya. Tidak tepat berkata bahwa ia memiliki lebih banyak untuk dipikirkan. Sebenarnya, ia berkurang [yang dipikirkannya]

57.   
Semakin jernih tubuhnya, semakin terang Sifat Kebuddhaan seseorang bersinar. Pada awalnya, kita masih membutuhkan tubuh. Hal ini seperti lampu. Sifat Kebuddhaan seperti nyalanya. Namun kita masih tetap sadar akan bayangan-bayangan. Semakin kita mengalami kemajuan kita merasakan tubuh merupakan alam semesta itu sendiri dan Diri-Buddha kita bersinar meliputinya seperti matahari.

58.   
Tidak ada awal untuk yang datang sebelumnya, dan tak ada akhir untuk yang datang kemudian. Inilah pemikiran yang menghentikan arus waktu dan menyesuaikannya. Inilah pemikiran yang menentukan bahwa malam mengikuti siang, dan mati mengikuti hidup, sesuatu kecil ketika yang lain besar. Apakah untuk alam semesta, besar atau kecil, terang atau gelap, masa depan atau masa lalu itu?

59.   
Tindakan itu kecil; Pinsip itu besar. Tindakan itu beragam; Prinsip itu satu. Mereka yang hidup dalam prinsip, yang membiarkan maknanya mengalir melalui urat nadi utamanya, tidak pernah menyimpang darinya. Dalam apapun yang mereka lakukan, mereka mewujudkan prinsip tersebut. Apakah sibuk atau dalam istirahat mereka tidak pernah berdusta, tidak pernah manipulatif. Mereka tidak memiliki motif tersembunyi dan tidak membutuhkannya.

60.   
Tak ada satu pun di dunia ini diperoleh tanpa hasrat keinginan, tanpa motivasi. Engkau bisa melalui jalur kejujuran dan ketulusan dalam mengejar keinginanmu atau engkau bisa melalui jalur dusta dan memperoleh apa yang engkau inginkan dengan kepura-puraan salah. Cara yang satu atau yang lain, ketika engkau memperoleh obyek yang kamu inginkan engkau akan melekat padanya – setidaknya selama hingga engkau mulai menginginkan yang lain. Namun antara jalur ketulusan dan tipu muslihat terdapat suatu jalan di mana kedua cara tersebut dibutuhkan. Ini adalah jalur yang membimbing pada pemahaman hasrat keinginan duniawi sebagaimana adanya. Pada jalur ini motivasimu mati di dalam langkahnya sementara kamu bergerak maju dengan yakin.

61.   
Kalau engkau memikirkan sesuatu, engkau memberikan keberadaan padanya. Obyek yang menimbulkan hasrat-keinginan hilang ketika mata pikiran tertutup untuknya. Mereka menyatu dengan sekitarnya.

Hal yang sama dengan emosi. Harapan, ketakutan, penilaian baik dan salah, dan perasaan senang atau sedih juga menghilang ketika pikiran tetap tidak terlibat dalam kejadian duniawi terjadi padanya. Kala keteraturan duniawi ditolak, pikiran kosong bisa mengenggam ruang yang tak terbatas. Kedamaian memperkuat getaran kemurnian, sinar surgawi, dan harmoni lingkungan ke segala penjuru.

62.   
Semakin seseorang berusaha menggunakan paksaan untuk menghapus sebuah hasrat keinginan, semakin mereka memperkuat hasrat keinginan tersebut. Kekuatan tambahan hanya menambah kekacauan mereka. Mereka menjadi terobsesi dengan masalah tersebut. Semakin banyak orang berbicara tentang Dharma tanpa mengetahuinya, semakin mereka menambah kebodohan mereka. Mereka tumbuh dalam kebodohan ini dan menetapkan diri mereka sebagai menara kebenaran. Mereka seperti ikan yang berada di luar air yang berusaha mengajarkan yang lain untuk berenang, atau burung dalam sangkar yang menawarkan pelajaran cara terbang.

Jika kamu ingin menaklukkan sebuah hasrat keinginan, lepaskan topengnya. Segera, ia menjadi tidak penting – tak berharga untuk dipikir dua kali. Jika kamu ingin membincangkan Dharma, jadikan [Dharma] sebagai kebiasaan sehari-harimu. Tinggallah di dalamnya. Akrabkan dirimu dengan sifat dasar manusia dengan mengenali kesalahan dan pondasi hasrat keinginanmu. Dengan sendirinya, kamu akan memaafkan orang lain atas kesalahan mereka. Jadilah rendah hati dan lembut dalam cinta-mu demi kemanusiaan. Itu merupakan cara membuat sebuah contoh agar orang lain menirunya. Pembenaran-diri yang kaku tidaklah benar. Hal ini merupakan keterbatasan kaku spiritual.

63.   
Mereka yang serius tentang Dharma mencari wawasan kebijaksanaan dalam segala sesuatu yang mereka lakukan. Apakah sedang sibuk atau istirahat, apakah sendirian atau di antara keramaian, dalam setiap situasi mereka menyadari diri mereka, mereka berjuang untuk tetap waspada dengan sadar . Keawasan demikian tidak mudah. Namun sekali mereka terbiasa mempraktikkannya, hal ini menjadi begitu alamiah; aktivitas yang tak seorangpun di sekitarnya bahkan menyadari apa yang mereka capai.

64.   
Jika kamu mengulangi sebilah rumput dari alam semesta, alam semesta tidak bisa lagi dikatakan lagi sebagai meliputi semuanya. Jika kamu menaruh sebuah pikiran kecil yang serakah atau bernapsu  dalam pikiran yang murni, pikiran itu tidak bisa lagi dianggap tak-tercermar.

Waspadalah dengan hal yang kecil. Kehadiran atau ketiadaan mereka merubah segala sesuatu.

65.   
Pikiran meluas hingga ke alam semesta; tubuh menciut hingga ukuran seperti tikus. Menjadi tercerahkan adalah menghargai dinamika Dharma.

Ketika pikiran membubung hingga ruang tanpa batas, tubuh tetap terkurung dalam lingkungan fisik. Ia seringkali ditemukan bergegas-gegas dalam kegelapan.

66.   
Betapa memboroskan waktu dan tenaga berjuang demi memperoleh obyek material yang dinginkan. Tak ada kepuasan akhir yang bisa dihasilkan dari memperolehnya sebab ketika pada puncak pencapaiannya, mereka tidak lagi menjadi obyek yang diinginkan. Mereka dihabiskan seperti kayu bakar dan “persembahan yang dibakar”. Kita meludahkan abu dalam mulut kita dan mencari pohon lain untuk ditebang.

Orang suci berjuang demi wawasan spiritual. Mereka mempertanyakan makna hidup. Memperoleh wawasan ini, mereka memperolah alam semesta. Di sini tak ada apapun yang tersisa untuk diinginkan, mereka diterangi tanpa [membutuhkan] api pengorbanan.

67.   
Sebesar-besarnya alam semesta, ia dapat ditampung dalam pikiran. Sekecil-kecilnya tubuh, tidak ada isi dunia yang cukup untuk memuaskannya.

68.   
Segala sesuatu di alam semesta memiliki Satu Sifat-Dasar. Manusia yang hidup di dalam Sifat-Dasar tersebut memiliki segala sesuatu yang mereka inginkan. Yang tercerahkan memiliki. Yang belum-tercerahkan berhasrat

69.   
Orang yang menganggap dirinya lebih tinggi dibandingkan yang lain terus-menerus membuat penilaian dan melihat perbedaan. Ia secara kaku terikat pada pertentangan-pertentangan: baik atau buruk, benar atau salah. Jika ia mengikuti standar keadilan dirinya sendiri, ia akan terpaksa menolak setidaknya separuh dari isi dunia.

Orang yang mengikuti Dharma berjuang menyatukan dirinya dengan kemanusiaan lainnya. Ia tidak membeda-bedakan dan tidak memperhatikan perbedaan kualitas. Ia tahu bahwa Sifat Kebuddhaan adalah Satu, Kenyataan yang Tak-terceraikan. Orang yang mengikuti Dharma berjuang untuk tepat senantiasa sadar akan kesatuan dirinya dengan Yang Satu.

70.   
Gunung, sungai dan bumi itu sendiri adalah bagian dari Yang Satu. Pikiran yang jernih bersifat transparan; semua keberadaan dapat dilihat melaluinya. Pikiran yang dikerumuni awan ilusi ego tidak melihat apapun kecuali dirinya sendiri.

Berjuanglah untuk menyadari bahwa engkau termasuk di dalam Yang Satu! Tubuhmu boleh berdiam dalam dunia material, namun pikiranmu akan memahami bahwa tidak ada apapun yang terpisah darinya sehingga bisa ia inginkan.

71.   
Dalam ketenangan sempurna Dharma, hati melihat dan memahami segala sesuatu. Tidak ada kata-kata yang diucapkan oleh lidah, tidak ada suara yang didengar oleh telinga, tidak ada penglihatan yang dilihat oleh mata. Mereka yang hidup dalam Dharma hidup dalam hatinya. Sungguh aneh bahwa meskipun tubuh mereka akan membusuk, napas mereka selalu seperti harum angin sepoi yang sejuk. Alangkah menakjubkan berada di dekat mereka!

72.   
Saya telah belajar sangat banyak dari orang-orang yang ditolak oleh masyarakat. Ya, ini benar. Terimalah saranku. JIka kamu ingin menemukan guru yang baik, carilah mereka yang telah ditolak karena buta, tuli atau bodoh.

73.   
Obyek dunia material adalah tiang pentas, seting dan karakter dalam sebuah drama-mimpi. Ketika seseorang terbangun, panggung menghilang. Aktor dan penonton juga menghilang. Bangun bukanlah mati. Apa yang berada dalam mimpi bisa mati dalam mimpi; naumun si pemimpi yang memiliki keberadaan nyata tidak akan hilang bersama mimpi. Semua yang dibutuhkan olehnya adalah berhenti bermimpi, tidak lagi dibuai oleh imaji mimpi, dan menyadari bahwa ia hanyalah seorang pemimpi.

74.   
Kebanyakan orang hanya melihat perubahan. Untuk mereka segala sesuatu datang dan pergi keberadaannya. Sebentar atau lama, apa yang baru menjadi lama, apa yang berharga menjadi tidak berarti. Ego mereka menentukan sifat hakikat segala sesuatu.

Ketika keberadaan dibatasi dalam keterbatasan demikian, dalam masa sesaat, kekuatan untuk mengendalikan manusia dan benda-benda dilihat secara alamiah sebagai penghikmatan ego. Dan mengapa tidak? Bukankah ego adalah penguasa soal perubahan? Tentu saja, ketika ia mendatangi Satu Hal Yang Tidak Pernah Berubah, ego secara ajaib menjadi tidak peduli. Mereka berlarian untuk mengikuti setiap mode dan gaya. Mereka menyukai pelawak, mencoba dengan susah payah mendapatkan lelucon baru. Hidup mereka tergantung pada menjaga penonton [agar tetap] tertawa.

Benar-benar lucu pengakuan mereka bahwa mereka bebas, berkuasa dan terkendali. Dalam kenyataannya mereka tidak lebih dari budak tak berdaya sebuah ilusi.

75.   
Terdapat dua cara melihat Dharma: Cara Langsung, yaitu jalan di mana ilusi yang menghalangi dihancurkan dengan kesadaran yang menghantam; dan Cara Bertahap, yaitu jalan di mana ilusi dihilangkan secara akumulasi, dengan usaha berkelanjutan. Dengan cara yang satu ataupun yang lain, halangan pasti dihancurkan.

76.   
Pikiran Kebuddhaan memuat alam semesta. Dalam alam semesta ini hanya ada satu substansi Kebenaran yang murni, absolut dan tak-ceraikan. Konsep dualitas tidak ada.

Pikiran kecil hanya berisi ilusi keterpisahan, atau bagian-bagian. Ia membayangkan obyek yang banyak sekali dan memaknai kebenaran dalam kata-kata pertentangan relatif. Besar dimaknai oleh kecil, baik oleh jahat, murni oleh tercemar, tesembunyi oleh terungkap, penuh oleh kosong. Apakah pertentangan itu? Ini merupakan arena kekejaman, konflik dan kekacauan. Di mana dualitas dilampaui kedamaian bertahta. Ini adalah kebenaran definitif Dharma.

77.   
Meskipun, pada kenyataannya, Kebenaran Dharma tidak bisa dinyatakan dalam kata-kata, para guru terus berbicara dan berbicara, mencoba menjelaskannya. Saya menyimpulkan bahwa menjadi sifat manusia untuk mengatakan bahwa sesuatu tidak bisa dijelaskan dan kemudian menghabiskan beberapa jam mencoba menjelaskannya. Tidak heran jika orang-orang pergi menjauhi. Baik, kita bisa menjadi lebih menghibur. Kita bisa menambah kisah-kisah memukau dan menarik perhatian pendengar kita dengan jaminan yang merayu. Tentu saja, kita hanya menumpuk ilusi demi ilusi. Namun apa yang akan hal itu lakukan dengan Dharma?

78.   
Seseorang yang sedang sendirian tidak bisa melakukan percakapan. Sebuah drum  harus dikosongkan isinya agar suaranya menggema. Ketiadaan jumlah. Kata-kata terbatas. Penafsiran berbeda. Apa yang tak dikatakan juga berkaitan. Kebenaran absolut tidak bisa dinyatakan dalam kata-kata. Ia harus dialami.

Dan kemudian, dalam kesunyian yang menggugah, kita mengungkapkan dengan baik bahwa kita telah dibangunkan oleh Dharma.




Mereka yang melihat-Ku dari wujud dan mengikuti-Ku dari suara terlibat dalam upaya salah. Mereka takkan melihat Aku. Dari Dharma-lah mestinya ia melihat Para Buddha. Dari Dharmakaya datang tuntunan baginya. Namun hakikat sejati Dharma tak terlihat dan tiada seorangpun bisa menyadarinya sebagai obyek

 

anything