//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: antara berdana, meditasi dan orang pelit  (Read 10864 times)

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Offline Peacemind

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 970
  • Reputasi: 74
Re: antara berdana, meditasi dan orang pelit
« Reply #15 on: 22 July 2010, 09:00:38 AM »
berdanalah sesuai kemampuan.
Atau berdanalah dengan spontan
atau berdanalah dengan memprogramkan aktivitas berdana dengan cara menyisihkan xx% penghasilan



perbandingan berdana ke vihar, dengan memberi makan gelandangan yang kelaparan, mana yang lebih baik?

Baik dan buruknya kwalitas berdana tidak hanya ditentukan oleh obyek yang dijadikan tempat berdana saja, tetapi juga ditentukan oleh kondisi batin si pemberi  dan juga kondisi tepat dan tidaknya saat itu. Saya pernah membaca satu sutta (sayang suttanya lupa). Di sana Sang BUddha berkata bahwa ada seseorang yang berdana sesuatu kepada orang2 tertentu saja, dan ada seseorang yang berdana kepada seseorang tanpa pandang bulu ibarat hujan yang menghujani tanah tanpa pandang bulu. Orang kedua sangat dipuji. Meninjau sutta ini, kita pun bisa melihat bahwa saat ini ada beberapa orang yang mempraktikkan dana kepada orang2 atau obyek2 tertentu saja. Alasannya, berdana dengan obyek ini akan lebih tinggi dibandingkan dengan obyek itu.... Berdana demikian justru hanya menimbulkan kemelekatan dan beban tersendiri. Seseorang yang mempraktikkan dana untuk memperindah pikiran tidak akan terpaku dengan konsep besar dan rendahnya buah yang akan diterima ketika berdana dengan obyek ini atau itu. Sebaliknya, ia akan siap melepas kapanpun dan kepada siapapun dan apapun yang memang membutuhkan.

Mettacittena.

Offline Dhamma Sukkha

  • Sebelumnya: Citta Devi
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.607
  • Reputasi: 115
  • kilesaa... .... T__T""" :) _/\_
Re: antara berdana, meditasi dan orang pelit
« Reply #16 on: 22 July 2010, 12:19:20 PM »
setahun yang lalu, saya mengalami kehidupan ekonomi yang sulit. Di tengah penderitaan hidup akibat terpuruknya ekonomi, saya tidak lupa untuk selalu bermeditasi. Paling tidak, meditasi ini dapat melepaskanku dari kegelisahan hidup yang berlebihan, membuat saya tetap tenang dan berpikir jernih walaupun kesusahan hidup menghimpit. Saya tidak bermaksud lari dari kehidupan dengan cara bermeditasi, tapi meditasi dapat saya jadikan sebagai tempat istirahat tubuh batin, setelah begitu lelahnya menghadapi sulitnya kehidupan. Setidaknya saya tidak mengalami mental yang stress. Faktanya, selama masa sulit tersebut, justru saya mengalami berbagai kemajuan yang besar dalam bermeditasi.

Kemudian, kehidupan ekonomi saya bangkit kembali. Kini kehidupan keluarga kami cukup baik. Saya telah mengambil beberapa proyek pekerjaan sebagia proyek yang waktunya tidak mengikat, mendapat cukup banyak order pemrograman dan mendapat jabatan baru di kantor sebagai Tata Usaha. Anggota keluarga pun tampak mengalami kegembiraan karena terpenuhinya kebutuhan hidup. Dan dalam keadaan hidup yang menyenangkan ini, sayapun tak lupa untuk selalu bermeditasi.

Hari ini sepulang bekerja, hati saya cukup riang dan berpikir, "uh… betapa menyenangkannya pekerjaanku, sangat sesuai dengan bidang keahlianku, seturut dengan bakatku, dan aku mencintai pekerjaanku." Bahkan atasan pun gembira, karena aku dipandang berprestasi dan mampu melakukan terobosan-terobosan baru yang bermanfaat bagi lembaga. Pujianpun datang dari sana sini. Tampaknya hal itu bisa menimbulkan kemelekatan di dalam diriku.

Di sore hari ini, saya bisa melakukan banyak hal yang menyenangkan bersama anak-anak, pergi ke mall, nonton bioskop, bersepeda bersama, atau sekedar bersantai ria di ruang tamu. Tapi, saya tidak memilih melakukan hal yang dianggap menyenangkan tersebut. Sebaliknya, saya memilih masuk ke dalam kamar sendirian, mematikan lampu dan bermeditasi.

Setelah satu jam bermeditasi, terasa olehku bahwa aku tidak mengalami banyak kemajuan. Kemurungan mulai muncul. Keriangan menjadi hilang. Dan ketika meditasi telah lebih dari 2 jam, mulai muncul pemikiran di dalam batinku, "aku telah banyak menyia-nyiakan waktu dengan duduk meditasi ini. Apa artinya duduk berjam-jam dengan memperhatikan nafas keluar masuk keluar masuk, tak tentu akhirnya, dan tak jelas hasilnya."

lalu, aku menyudahi meditasi dan merenung sendiri, "mengapa aku harus menyulitkan diri dan membuat masalah dalam hidup dengan cara bermeditasi. Hidupku sudah cukup baik, menyenangkankan, dan dengan uang yang kumiliki, aku bisa membeli banyak hal yang menyenangkan di dunia ini. Lalu kenapa aku menyusahkan diri dengan duduk menyendiri di kamar ini?"

lalu ku jawab sendiri pertanyaan itu. "ya, di dunia ini banyak hal yang menyenangkan. Dan ku tau, semua hal yang menyenangkan itu adalah potensi bagi penderitaan, seperti pegas atau seperti anak panah yang ditekan pada tali busurnya. Semakin keras menariknya, maka akan semakin kencang panah itu melesat menuju pada penderitaan. Oleh karena itu, aku tidak dapat membiarkan diriku terlena di dalam kesenangan hidupku, aku tidak akan bersenang-senang walaupun aku bisa melakukannya."

lalu terpikir olehku, "mungkinkah, sulitnya aku mengalami kemajuan dalam meditasi saat ini, justru karena aku mengalami hidup yang menyenangkan? Kenapa dulu, sewaktu aku mengalami kehidupan yang sulit, justru aku mudah mengalami kemajuan di dalam meditasi? Apakah justru kesulitan hidup itulah yang menjadi kekuatan bagiku untuk bisa mengembangkan batin melalui meditasi? Ya mungkin begitu."

aku juga teringat tentang prinsip landasan konsentrasi, bahwasannya konsentrasi itu memerlukan landasan. Meditasi sulit berkembang, karena konsentrasi sulit berkembang. Konsentrasi sulit berkembang karena mungkin landasannya lemah. Dan apa yang menjadi landasan konsentrasi ini? Yakni moralitas. Karena mengingat prinsip ini, berarti tidak seharusnya aku memaksakan untuk terus duduk bermeditasi bila meditasi sulit mengalami kemajuan. Sebaliknya, aku harus melatih dan mengembangkan moralitas di dalam kehidupan. Dan prinsip lain mengatakan "seseorang yang tidak dapat mengendalikan tubuhnya, maka ia tidak akan dapat mengendalikan pikirannya." dan latihan moralitas adalah latihan kedisiplinan tubuh. Dan latihan kedisiplinan tubuh ini merupakan latihan pengendalian tubuh. Dan latihan pengendalian tubuh merupakan langkah awal dari latihan pengendalian pikiran."

di dalam budhisme dikenal dengan tiga unsur, Sila Samadhi Panna. Dalam sebuah sutta, saya pernah membaca bahwa sang Budha bersabda, "Sila menjadi samadhi, dan samadhi menjadi panna. Panna menjadi samadhi, dan samadhi menjadi sila". Dan berdana merupakan bagian dari sila. Rupanya, berdana itu juga dapat menolong kita dalam mengembangkan batin di dalam meditasi. Mmh… tapi rupanya untuk berdana, aku termasuk "orang yang pelit". Menyadari bahwa diriku termasuk "orang yang pelit" aku merasa takut. Karena pelit berarti tanda kemelekatan di dalam diriku masih kuat. Dan di dalam sutta-sutta, sang Budha menjelaskan bahwa orang yang pelit, kelak akan menjadi orang miskin sebagai buah karma nya. Owh.. Sungguh menakutkan. Karena aku takut menjadi orang yang miskin. Tapi bukankah rasa takut menjadi orang yang miskin ini juga merupakan tanda kemelekatan? Maka, apakah aku akan berdana karena terdorong oleh kemelekatan? Dan aku juga tidak tau, apakah aku bekerja karena takut miskin, atau karena hal lainnya? Pemikiran ini pula yang akhirnya membuatku tetap menjadi "orang pelit". Terlebih lagi, mungkin aku trauma, karena dulu aku telah jatuh miskin, karena kata istriku aku terlalu dermawan ke sesama, menolong banyak orang sampai membuat hidup keluargaku sendiri menjadi sengsara. Tapi ketika aku jatuh miskin, tak seorangpun datang untuk menolong. Semua itu telah mengajariku agar aku tetap menjadi orang yang pelit.

Sampai saat ini, aku telah melihat "jalan kebenaran" seperti jalan-jalan diperkotaan yang rumit, bersaling silang, berliku-liku dan bisa menyesatkan orang kampung yang baru datang. Aku tidak tau dengan pasti, jalan mana yang harus ku tempuh untuk sampai pada suatu tujuan yang kuharapkan. Semuanya hanyalah "coba kulakukan". Banyak orang memberi petunjuk, tapi setelah dipraktikan, ternyata tidak selau benar. Bahkan justru banyak yang menyesatkan. Membuat aku tidak percaya lagi pada kata-kata orang. Dan aku berusaha sendiri untuk mencarinya.
mantap broo ceritanya.. \;D/ \;D/ \;D/

w baru aja baca RAPB, di sana ada tertulis, "perbuatan dana terlihat menguntungkan si penerima, namun sebenarnya akulah yang beruntung \;D/ \;D/ \;D/ "

saya pikir, sila samadhi dan panna itu tidak terpisahkan. tapi selama ini, saya mengenali samadhi sebagai suatu kondisi batin yang terjadi ketika bermeditasi. apakah samadhi juga bisa terjadi diluar meditasi formal? kalau menurut pendapat saya sih, samadhi bisa terjadi di luar meditasi formal. bagaimana menurut pendapat anda?
meditasi gak hanya duduk diam, tutup mata, tetapi juga menyadari apa yang sedang terjadi \;D/ \;D/ \;D/
May All being Happy in the Dhamma ^^ _/\_

Karena Metta merupakan kebahagiaan akan org lain yg tulus \;D/

"Vinayo ayusasanam"
sasana/ajaran Buddha akan bertahan lama karena vinaya yg terjaga... _/\_ \;D/

Offline williamhalim

  • Sebelumnya: willibordus
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.869
  • Reputasi: 134
  • Gender: Male
Re: antara berdana, meditasi dan orang pelit
« Reply #17 on: 22 July 2010, 12:51:27 PM »
pengen tau aja,

dapatkah kita mengembangkan kebijaksaan tanpa bermeditasi?

lebih jauhnya, apakah nibbana dapat direalisasi tanpa praktik meditasi formal?

'meditasi formal', sangat bermanfaat karena kita mengkondisikan situasi agar praktik kesadaran penuh dapat maksimal dilatih tanpa banyak gangguan. Misalnya, kita kunci kamar dan bersila diam minim gangguan..

berarti dapat kita simpulkan bahwa, tanpa 'meditasi formal', akan sangat sulit bagi kita untuk dapat melatih 'konsentrasi' dan 'kesadaran penuh' kita. Segala macam vipaka menerpa 6 landasan indera kita secara bertubi-tubi, dan kita akan sangat sibuk merespon terpaan vipaka2 tsb... kita akan sulit dan tidak sempat lagi melatih sati.

maka, menurut saya, kita perlu mengkondisikan diri kita/situasi kita, untuk perlahan-lahan, sedikit demi sedikit menguatkan konsentrasi agar dapat terbiasa. Caranya, yaitu: meditasi formal. Ciptakan kondisi untuk itu.

Cerita ini tentu akan berbeda bagi orang yg konsentrasinya telah expert, yg kesadaran penuhnya telah terlatih. Bagi orang2 ini, bentuk latihannya pun akan berbeda.

::
Walaupun seseorang dapat menaklukkan beribu-ribu musuh dalam beribu kali pertempuran, namun sesungguhnya penakluk terbesar adalah orang yang dapat menaklukkan dirinya sendiri (Dhammapada 103)

Offline fabian c

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.095
  • Reputasi: 128
  • Gender: Male
  • 2 akibat pandangan salah: neraka atau rahim hewan
Re: antara berdana, meditasi dan orang pelit
« Reply #18 on: 22 July 2010, 05:51:21 PM »
Bro Deva yang baik, Sang Buddha pernah mengatakan,

- Perbuatan jahat terasa manis bagai madu selama perbuatan jahatnya belum berbuah,
  bila perbuatan jahatnya telah berbuah ia akan merasakan pahit.
- Perbuatan baik terasa pahit bagi pembuatnya selama perbuatan baiknya belum berbuah
  Tetapi bila perbuatannya telah berbuah, maka ia akan merasakan manisnya.

Dalam kesempatan yang lain Sang Buddha pernah berkata,

"Andaikan mereka mengetahui apa yang Kuketahui, maka mereka tak akan makan sebelum memberi."

Salah satu kesempatan yang lain Sang Buddha mengatakan, "selama 90 kappa terakhir saya melihat tidak ada satupun mahluk yang jatuh karena memberi/berdana"

Coba pehatikan sekeliling bro Deva, mereka yang kaya atau berkecukupan umumnya tidak pelit, mungkin ada beberapa kekecualian, disebabkan berbagai hal, tapi kasusnya agak jarang.

 _/\_
Tiga hal ini, O para bhikkhu dilakukan secara rahasia, bukan secara terbuka.
Bercinta dengan wanita, mantra para Brahmana dan pandangan salah.

Tiga hal ini, O para Bhikkhu, bersinar secara terbuka, bukan secara rahasia.
Lingkaran rembulan, lingkaran matahari serta Dhamma dan Vinaya Sang Tathagata

Offline Deva19

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 821
  • Reputasi: 1
Re: antara berdana, meditasi dan orang pelit
« Reply #19 on: 22 July 2010, 06:08:49 PM »
apakah ada orang yang jatuh miskin karena berdana?

tidak.

Quote from: febianc
Salah satu kesempatan yang lain Sang Buddha mengatakan, "selama 90 kappa terakhir saya melihat tidak ada satupun mahluk yang jatuh karena memberi/berdana"

http://dhammacitta.org/forum/index.php/topic,17330.msg278441.html#msg278441

walaupun ada yang tampaknya jatuh miskin karena berdana

Quote from: deva19
Terlebih lagi, mungkin aku trauma, karena dulu aku telah jatuh miskin, karena kata istriku aku terlalu dermawan ke sesama, menolong banyak orang sampai membuat hidup keluargaku sendiri menjadi sengsara.

http://Http://dhammacitta.org/forum/index.php/topic,17330.msg278441/topicseen.html#msg278441

tapi akhirnya..

Quote from: deva19
Kemudian, kehidupan ekonomi saya bangkit kembali. Kini kehidupan keluarga kami cukup baik. Saya telah mengambil beberapa proyek pekerjaan sebagia proyek yang waktunya tidak mengikat, mendapat cukup banyak order pemrograman dan mendapat jabatan baru di kantor sebagai Tata Usaha. Anggota keluarga pun tampak mengalami kegembiraan karena terpenuhinya kebutuhan hidup. Dan dalam keadaan hidup yang menyenangkan ini, sayapun tak lupa untuk selalu bermeditasi.

benar apa kata sang Budha.

Offline Mr.Jhonz

  • Sebelumnya: Chikennn
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.164
  • Reputasi: 148
  • Gender: Male
  • simple life
Re: antara berdana, meditasi dan orang pelit
« Reply #20 on: 22 July 2010, 07:29:57 PM »
Tanya soal berdana;
Apakah berdana dengan niat yg tidak baik(keserakahan) tetap akan menghasilkan buah kamma yang manis?
*apakah buah kamma dari berdana tadi di pengaruhi unsur cettana juga?
Thank
buddha; "berjuanglah dengan tekun dan perhatian murni"

Offline andry

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.117
  • Reputasi: 128
Re: antara berdana, meditasi dan orang pelit
« Reply #21 on: 22 July 2010, 08:26:16 PM »
saya pikir berdana itu, berbeda dengan kemurahan hati.
jadi lebih baik berdana atau kemurahan hati?
Samma Vayama

Offline Jerry

  • Sebelumnya xuvie
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.212
  • Reputasi: 124
  • Gender: Male
  • Suffering is optional.. Pain is inevitable..
Re: antara berdana, meditasi dan orang pelit
« Reply #22 on: 23 July 2010, 07:05:47 AM »
Sekedar tambahan: dana bukan bagian dari sila.
appamadena sampadetha

Offline tesla

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.426
  • Reputasi: 125
  • Gender: Male
  • bukan di surga atau neraka, hanya di sini
Re: antara berdana, meditasi dan orang pelit
« Reply #23 on: 23 July 2010, 07:18:40 AM »
Tanya soal berdana;
Apakah berdana dengan niat yg tidak baik(keserakahan) tetap akan menghasilkan buah kamma yang manis?
*apakah buah kamma dari berdana tadi di pengaruhi unsur cettana juga?
Thank

imo, seperti bro Deva begitu jujurnya mengatakan bahwa berdana demi kesejahterahan di masa mendatang adalah didasari niat yg serakah (no flaming). & kebanyakan org berdana juga mengharapkan sesuatu kok. hanya segelintir kecil yg berdana secara ikhlas. dan menurut saya, berdana dg mengharapkan kesejahterahan di masa depan yah sah2 aja & masih berbuah baik. (maybe)
Lepaskan keserakahan akan kesenangan. Lihatlah bahwa melepaskan dunia adalah kedamaian. Tidak ada sesuatu pun yang perlu kau raup, dan tidak ada satu pun yang perlu kau dorong pergi. ~ Buddha ~

Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
Re: antara berdana, meditasi dan orang pelit
« Reply #24 on: 23 July 2010, 07:59:59 AM »
Tanya soal berdana;
Apakah berdana dengan niat yg tidak baik(keserakahan) tetap akan menghasilkan buah kamma yang manis?
*apakah buah kamma dari berdana tadi di pengaruhi unsur cettana juga?
Thank

IMO, niat yg tidak baik, kurang baik, baik akan menentukan kualitas buah kurang manis, manis, sangat manis. tapi yg penting buah yg tidak pahit

Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
Re: antara berdana, meditasi dan orang pelit
« Reply #25 on: 23 July 2010, 08:01:06 AM »
saya pikir berdana itu, berbeda dengan kemurahan hati.
jadi lebih baik berdana atau kemurahan hati?

kemurahan hati aka kedermawanan adalah watak seseorang, manifestasinya dengan berdana

Offline Nevada

  • Sebelumnya: Upasaka
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.445
  • Reputasi: 234
Re: antara berdana, meditasi dan orang pelit
« Reply #26 on: 23 July 2010, 08:12:32 AM »
Tanya soal berdana;
Apakah berdana dengan niat yg tidak baik(keserakahan) tetap akan menghasilkan buah kamma yang manis?
*apakah buah kamma dari berdana tadi di pengaruhi unsur cettana juga?
Thank
Berdana dapat dilakukan dengan 2 motivasi, yaitu:
1) mengharapkan sesuatu
2) melepas

Poin nomor 1 di atas, jika dilakukan dengan niat baik; maka disebut sebagai perbuatan baik. Biasanya orang berdana dengan motivasi ini. Namun jika poin nomor 1 di atas dilakukan dengan niat buruk, itu disebut sebagai perbuatan buruk.

Poin nomor 2 di atas adalah dana yang dilakukan sebagai sarana melepas kemelekatan. Di kisah Jataka, diceritakan bahwa Bodhisatta sering melakukan hal ini. Dana yang sesuai dengan poin nomor 2 ini yang lebih mendukung seseorang untuk menuju pencapaian Nibbana.

Offline Ingyastuti

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 213
  • Reputasi: 6
  • Semoga semua mahluk berbahagia
Re: antara berdana, meditasi dan orang pelit
« Reply #27 on: 23 July 2010, 04:11:43 PM »
Marilah kita berdana === Meditasi === dan Tidak menjadi orang pelit....

Offline hengki

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 741
  • Reputasi: 49
Re: antara berdana, meditasi dan orang pelit
« Reply #28 on: 10 August 2010, 10:52:58 AM »
Mw Berbuat Baik kan gak selalu harus dengan uang...dengan tenaga misalnya ada Baksos Tzu Chi kita membantu jadi Sukarelawan, atau ada Perayaan Waisak atau Kathina di Vihara...kita menjadi Sukarelawan, memungut pecahan kaca, kulit pisang, sampah dan memasukannya di tempat sampah agar tidak mencelakakan orang lain. Itu semua juga Berbuat Baik tanpa harus keluar uang.
Berbuat Baik gak usah mikir2 mana yg lebih besar Pahalanya..... Kalau kita lihat ada gelandangan yg kelaparan atau ada hewan yg terancam nyawanya maka kita bisa langsung menolongnya. Ini menurut saya sangat bagus karena kita memberikan pertolongan kepada yg benar2 membutuhkannya. Daripada kita menimbang-nimbang mana yg lebih besar Pahalanya :)
Berbuat Baik dan Melatih Diri sebaiknya dilakukan sedari muda. Jangan menunggu sudah bungkuk, pikun, mata rabun, jalan pakai tongkat baru mau Berbuat Baik dan Melatih Diri