Pentingnya kemampuan batin untuk melihat persoalan-persoalan gaib
Kejadian-kejadian yang ajaib memang seringkali muncul tak di duga-duga. Seperti ketika saya sedang menulis sebuah artikel yang berjudul "ilusi pikiran yang menembus", kemudian saya istirahat sebentar untuk bermeditasi. Tanpa diduga-duga, saya kedatangan seorang arwah perempuan. Dia mengaku anak dari nenek ku, yang telah meninggal semasa kecil . Arwah ini minta tolong kepada ku. Ia rindu ingin bertemu dengan ibunya dan juga saudara-saudaranya (adik-adiknya yang masih hidup). Serta ada beberapa pesan yang ingin ia disampaikan kepada ibunya.
Beberapa tahun yang lalu, sudah lama sekali. Nenek ku bercerita, bahwa dulu anaknya yang berusia 10 bulan, menderita muntaber. Lalu dia membawanya ke dokter. Dokter memberinya obat dan berpesan, "selama obat ini diberikan, ASI jangan diberikan." selama dua hari, bayi selalu menangis meminta ASI. Tapi ibu yang karena berharap anaknya sembuh, walaupun sangat kasihan, tidak memberinya ASI. Akhirna, esoknya meninggal dunia.
Dikemudian hari, nenek ku baru mengetahui bahwa justru bayi yang terkena mutaber benar-benar membutuhkan asupan ASI. Bahkan seharusnya diberi ASI sebanyak-banyaknya.
Nenek ku sangat menyesal dan menyalahkan dokter yang telah memberinya saran yang salah. Tapi itu sudah lama berlalu. Dokter itupun sudah tidak diketahui lagi dimana tinggalnya. Akhirnya, tidak ada yang bisa dilakukan selain menyesal berulang-ulang.
Sesudah nenekku menceritakan hal tersebut, aku tidak pernah menyangka bahwa dikemudian hari aku akan didatangi oleh arwah tersebut. Ia tidak lagi berwujud seorang bayi, tapi berwujud seperti perempuan dewasa. Seakan-akan ia bertumbuh kembang di alam gaib. Ia menceritakan perihal kerinduan akan pangkuan ibunya, kesedihannya, serta penderitaan yang dia alami semasa dia masih bayi. Katanya, dia ingat sepenuhnya apa yang terjadi di masa-masa bayi tersebut. Oleh karena itu, ia sangat ingin meminjam raga ku, karena ia ingin merasakan sentuhan ibunya melalui ragaku. Serta ingin menceritakan segala isi hatinya melalui lisan ku. Tetapi, aku tidak dapat memenuhi keinginannya. Karena aku tidak terbiasa dirasuki oleh makhluk-makhluk halus. Yang kedua, ini sudah sangat larut malam, pukul 00:37. saya tak dapat pergi menuju rumah nenek di tengah malam begini. Tapi aku berjanji padanya, untuk menceritakan semua yang ingin ia sampaikan kepada ibunya atau nenekku dengan sedetail-detailnya. Walaupun sebenarnya saya merasa berat hati, karena hal itu tentu akan membuat nenek ku bersedih, karena teringat kembali peristiwa yang menyakitkan di masa lalu. Tapi aku yakin, nenek ku pun ingin agar pesan dari arwah tersebut aku sampaikan kepada nya.
Lalu, aku segera berkirim sms ke bibi ku yang tinggal serumah dengan nenekku. Isinya menceritakan soal kedatangan arwah tersebut. Dan mengajaknya untuk membaca doa/mantra serta mengirimkan pahala / jasa nya ke arwah tersebut. Tapi rupanya bibiku sedang tertidur pulas. Karena tak ada balasan sms.
Aku segera menuju komputer untuk menuliskan pengalaman ini. Semoga ini bisa menjadi bahan renungan yang bermanfaat bagi orang lain. Bagi mereka yang tidak pernah bersentuhan dengan persoalan-persoalan gaib, semoga jadi bisa memahami bahwa sebagian orang mengalami hidup senantiasa bersentuhan dengan persoalan-persoalan gaib. Dan semoga mereka menemukan pesan moral dari cerita ini.
Tentang kebenaran adanya arwah tersebut, mungkin seseorang akan berkata, "ah, itu mungkin Cuma mimpi, atau khayalan anda saja atau anda terpengaruh oleh kisah nenek anda." bisa jadi begitu. Tapi bagaimana kalau ia benar-benar arwah yang minta tolong kepadaku? Tidak kah aku kasihan padanya? Tidakkah ia akan menderita karena aku mengabaikan dan menganggapnya sekedar hayalanku saja. Bagaimana rasanya bila diri anda dianggap sesuatu yang tidak nyata oleh orang lain? Bedasarkan ilmu dan kemampuan batinku, maka aku tahu bahwa itu adalah benar-benar arwah, bukan khayalan seperti perkataan orang-orang yang tidak mengetahui.
Disinilah pentingnya kemampuan batin untuk melihat persoalan-persoalan gaib. Gaib di sini, bukan berati seperti meramal masa depan, tetapi sesuatu yang berhubungan dengan dunia halus.
Saya melihat banyak arwah yang menderita dan bertambah penderitaannya, karena ketika mereka mendatangi keluarganya, tak satupun anggota keluarga yang mengetahui keberadaannya. Semua orang mengabaikannya. Itu menjadi sesuatu yang sangat menyakitkan baginya. Ia berusaha berbicara pada keluarganya, tapi tak satupun yang mendengar apalagi yang melihat. Mereka seperti buta dan tuli. Bahkan penganut agama tertentu berkeyakinan "mustahil arwah gentayangan". Itu tak lain karena mata (batin) mereka buta. Akibatnya mereka enggan atau bahkan tak percaya bahwa orang hidup dapat mengirimi sesuatu yang bermanfaat bagi orang yang telah mati. Mereka sama sekali tidak tahu bahwa orang hidup bisa berinteraksi dengan orang yang telah mati.
Beberapa kesaksian saya secara langsung terhadap kehidupan alam arwah telah membawa saya kepada suatu perenungan yang dalam. Betapa pilunya hati, karena melihat bagaimana menderita sebagian orang yang berada di alam arwah. Penderitaan mereka bergam bentuknya dan sebabnya. Sebagiannya memang hidup di alam yang indah. Apa yang mereka alami selalu terkait dengan apa yang mereka lakukan di dunia.
Tidaklah akan sama, perasaan orang yang melihat langsung dengan perasaan orang yang hanya mendengar atau membaca dari tulisan orang lain tentang peri kehidupan alam arwah. Orang yang melihat langsung kehidupan mereka akan segera merasa tertusuk hatinya, dan segera sadar bahwa semua orang, termasuk dirinya tak lama lagi akan mati, dan akan dihadapkan pada alam pertanggung jawaban, yaitu alam kebahagiaan atau alam penderitaan.
Komputer yang biasa saya hadapi sehari-hari, rumah yang aku tinggali, gedung-gedung, kota-kota, kendaraan, jalan-jalan, pasar, mall, dan lain sebagainya, semua itu kelak akan aku tinggalkan dan aku akan memasuki alam yang asing sendirian. Tidak ada komputer, mall, jalan-jalan, tv, rumah, gedung-gedung, dan semua yang biasanya dilihat di dunia. Semua yang ada di sana, benar-benar asing buat kita. Sebagian orang tak tahu arah perjalanan yang harus ditempuh.
Walaupun para nabi menggambarkan alam akhirat dengan bentuk-bentuk duniawi, tetapi itu hanyalah perumpamaan. Apa yang ada dan terjadi di sana, sungguh tidak akan pernah bisa dimengerti oleh orang yang tidak melihat langsung. Disinilah pentingnya kemampuan batin untuk melihat persoalan gaib. Bahwa kebenaran yang sesungguhnya hanya bisa difahami oleh orang yang bisa melihat ke alam gaib, bukan oleh orang-orang yang tahu akhirat hanya dari membaca kitab.
Siapapun yang melihat langsung, kehidupan alam akhirat, maka ia akan segera menganggap bahwa kehidupan duniawi ini tidaklah berarti. Ia sadar bahwa ia dihadapkan kepada sesuatu yang besar dari persoalan duniawi. Dan ia sadar, ia tidak punya banyak waktu lagi, harus segera mengerjakan sesuatu untuk menghadapi sesuatu yang besar tersebut.
Orang-orang yang melihat kehidupan akhirat secara langsung, maka akan tumbuh di dalam dirinya suatu kebijaksanaan. Tetapi kebijaksanaan ini tidak tumbuh di dalam diri orang yang telah melhat kehidupan akhirat secara langsung. Jadi, bukan orang yang "telah melihat" yang memiliki kebijaksaan, melainkan orang yang "sedang melihat". Ini faktanya.
Faktanya, ada orang yang telah memiliki kemampuan untuk melihat secara langsung kehidupan akhirat, melihat peri kehidupan surga dan neraka. Tetapi, sekembalinya dari sana, ia tak segan berbuat dosa. Seandainya orang-orang jahat dihidupkan kembali dari kuburnya, maka tak akan segan-segan ia mengulangi perbuatan jahatnya. Karena kini ia sedang melihat objek-objek dunia yang indah, yang membangun nafsu keserakahan di dalam dirinya. Bukannya ia tak ingat dengan pedihnya siksaan api neraka, tapi ia pun tak sanggup menahan godaan dunia.
Dengan mengalami penderitaan hidup, sabar dan konsentrasi, maka alam akhirat itu akan terlihat. Tapi, bagaimana seseorang dapat dikatakan "sabar", bila ia berada dalam kesenangan hidup duniawi? Tanpa penderitaan hidup, orang tidak belajar sabar. Tanpa belajar sabar, orang tidak berusaha berkonsentrasi. Oleh karena itu penderitaan hidup ini merupakan landasan bagi sabar. Dan sabar (moralitas) merupakan landasan bagi konsentrasi. Dan konsentrasi merupakan alat yang bisa digunakan untuk melihat kehidupan akhirat.