Rasanya, saya punya masalah dengan “ketenangan”. Maksudnya, bukannya saya selalu gelisah dan tidak tenang, tapi justru sering merasakan efek negatif dari ketenangan. Sudah sering saya mengemukakan permasalahan tersebut, tapi dari tanggapan teman-teman, baik di forum muslim maupun budha, tampaknya dampak negatif dari ketenangan ini tidak mereka alami. Seolah-olah hanya saya sendirilah yang punya problem seperti itu. Apakah mungkin saya telah salah dalam menggunakan “keterampilan ketenangan”?
Salah seorang teman diskusi di dhammacitta telah memberikan masukan kepada saya, bahwa saya terlalu melekat terhadap ketenangan yang ada di dalam jhana-jhana, sehingga menimbulkan kebencian (dosa) terhadap kehidupan. Dan dia menyarankan saya untuk terampil melatih diri keluar masuk jhana, sehingga antara samatha dan vipasanna dapat maju berkembang bersama-sama. Saran teman di dhammacitta tersebut telah banyak membantu saya, sehingga saya tidak lagi terlalu melekat terhadap jhana-jhana, dan tidak lagi membenci kehidupan. Walaupun demikian, saya masih punya masalah yang dihadapi.
Selama ini, saya menggunakan suatu teknik meditasi untuk mencapai ketenangan. Sehingga saya menjadikan meditasi tersebut sebagai “senjata sakti” untuk mengatasi segala bentuk problem yang dihadapi. Selama ini, saya menganggap bahwa ketenangan itu dapat membuat masalah-masalah teratasi, baik masalah internal (mental), maupun masalah external (problem dalam kehidupan). Tapi mungkin anggapan saya tersebut salah atau berlebihan. Pada kenyataannya, ketenangan hanya menyelesaikan masalah internal, tetapi tidak menyelesaikan masalah external.
Ketenangan membantu saya untuk tetap tenang ketika saya berupaya mengatasi permasalahan-permasalahan external. Tetapi yang menjadi masalah, ketenangan seringkali membuat saya mengabaikan persoalan-persoalan external tersebut, sehingga mereka tetap menjadi problem yang tidak teratasi. Sebagai contoh, saya punya banyak masalah diperkuliahan, uang semester yang belum dibayar, atau skripsi yang belum selesai. Dimana pada mulanya hal-hal seperti itu cukup membuat saya gelisah. Tapi dengan menenangkan diri dalam meditasi, saya jadi gak peduli dengan semua itu. Dan saya dapat memfokuskan diri dengan bersemangat untuk mengerjakan hal-hal lain yang ingin saya kerjakan. Dengan demikian, saya dapat terus berkarya di bidang yang lain, tetapi tidak tergerak untuk menyelesaikan masalah-masalah di kampus.
Ini adalah rumusan permasalahan yang membutuhkan suatu penelitian. Meditasi ketenangan bagi saya seperti usaha melupakan segala bentuk problem yang menggelisahkan hati dengan memusatkan perhatian ke satu titik konsentrasi sampai muncul ketenangan. Dan ketenangan seperti itu dapat tetap dipertahankan dalam kehidupan selama saya dapat mengabaikan masalah-masalah tersebut. Bila saya dapat mencapi jhana-jhana, kemudian saya dapat memikirkan semua problem tersebut dengan tenang tanpa menjadi rusuh hati. Tetapi, saya tidak mengambil jalan untuk mencapai jhana-jhana, ketika konsentrasi saya mencapai upacara samadhi, saya menghentikan meditasi dan melanjutkan kehidupan. Pada tahapan ini, kegelisahan dapat muncul kembali bila saya memikirkan persoalan-persoalan tertentu yang sebelumnya menggelisahkan hati. Tetapi, upacara samadhi tersebut bagi saya cukup menjadi alat yang membantu saya melupakan problem, tenang dan bersemangat dalam mengerjakan hal-hal lainnya.
Selain dari mengabaikan problem hidup, ketenangan tersebut membuat saya berani melakukan perbuatan buruk dan tidak takut terhadap akibat perbuatan buruk. Contoh dari permasalahan ini telah saya posting dalam judul, “Tuhan menjaga aku”.