[at] Adi Isa
Udah dijelaskan cukup komplit dan simple ama Upasaka
Saya cuma menghi-lite sedikit saja ya di bagian sini:
jika benar demikian, berarti nggak masalah dong, kalau dalam hidup saat ini,
kita menjadi orang yang selalu berbuat salah, bukankah berbuat salah atau khilaf adalah sifat manusiawi
karena toh nggak akan di just di akherat,
toh, kalaupun kita kembali berinkarnasi ke dunia, bukankah akan lebih baik?
karena kehidupan dunia semakin gemerlap, bisa jadi kehidupan dunia lebih manis dari pada disana.
soalnya kehidupan di nibbana belum ada yang kasih referensi/saksi hidup.
terimakasih atas responnya
salam hangat
Memang benar, JIKA benar demikian ga masalah, tapi hanya sebatas "jika".
Dalam Dhammapada bab 9 ayat 121, dikatakan:
"Jangan meremehkan kejahatan walaupun kecil, dengan berkata
'Perbuatan jahat tidak akan membawa akibat.'
Bagaikan tempayan akan terisi penuh oleh air yang jatuh setetes demi setetes,
demikian pula orang bodoh sedikit demi sedikit memenuhi dirinya dengan kejahatan."
Kesalahan itu memang manusiawi, setelah perbuatan salah dilakukan, dan menyadari itu salah, seyogianya kita memperbaiki yg salah menjadi benar, jadikan hidup itu sbg pembelajaran ke arah yg lebih baik. Bukan membuat
pembenaran atas kesalahan yg ada.
Dalam Buddhisme perbuatan baik yg dilakukan akan membuahkan akibat yg baik dan sebaliknya. Maka tdk mungkin dari perbuatan salah yg dilakukan akan menghasilkan akibat yg baik. Nanam cabe masa ngarepnya duren?
Dalam sistem perbankan aja ngga ada sistem nabung makin dikit dapetnya makin banyak kan?
Jadi kalo ngelakuin kesalahan mulu ntar saat terlahir kembali ke dunia ya sangat susah utk mendapat keadaan yg lebih baik.
Dan karena terlahir dlm keadaan buruk sebagaimana bnyk kesalahan yg pernah dilakukan, dengan kondisi dunia yg makin gemerlap, disitu duka nestapa makin terasa krn banyaknya nafsu keinginan yg tak tergapai. Tidak seimbang antara keinginan dan pemenuhan akan keinginan itu.
Jika seseorang tdk dpt menahan diri dr godaan gemerlap dunia, orang pun berbuat jahat, yg makin mendorongnya terlahir kembali dlm keadaan yg lebih buruk lagi.
Di sini, saat orang merasa jenuh dari semua 'permainan' ini, maka orang pun berusaha melepaskan diri dari 'nafsu akan keinginan-keinginan rendah' itu atau yg dlm bahasa modern kita sebut 'kebahagiaan', 'kesenangan'. Dan saat 'nafsu keinginan' tsb tdk ada lagi, itulah yang dinamakan Nibbana. Seperti saat gak ada penjahat ya dinamakan 'aman'. Jadi jangan salah menganggap Nibbana itu seperti alam Sorga versi Buddhisme.
Salam hangat