//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: [ask]buku marketing  (Read 10363 times)

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Offline johan3000

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 11.552
  • Reputasi: 219
  • Gender: Male
  • Crispy Lotus Root
Re: [ask]buku marketing
« Reply #30 on: 11 November 2008, 12:40:49 PM »
Ada yang bisa recommend buku marketing yang bagus....??
 _/\_

Purple Cow

(Transform Your Business By Being Remarkable)
2002, ISBN: 0-7865-4431-7


Seth Godin

Seth Godin is the author of four worldwide bestsellers including
Permission Marketing, Unleashing the Ideavirus and Survival is Not
Enough. He is a renowned public speaker and is contributing editor at
Fast Company magazine.

Spoiler: ShowHide

10 ways to raise a purple cow
Making and marketing something remarkable means asking new questions — and trying
new practices. Here are 10 suggestions.

1. Differentiate your customers. Find the group that's most profitable. Find the group that's most likely to
influence other customers. Figure out how to develop for, advertise to, or reward either group. Ignore
the rest. Cater to the customers you would choose if you could choose your customers.
2. If you could pick one underserved niche to target (and to dominate), what would it be? Why not launch
a product to compete with your own that does nothing but appeal to that market?
3. Create two teams: the inventors and the milkers. Put them in separate buildings. Hold a formal
ceremony when you move a product from one group to the other. Celebrate them both, and rotate
people around.
4. Do you have the email addresses of the 20% of your customer base that loves what you do? If not, start
getting them. If you do, what could you make for them that would be superspecial?
5. Remarkable isn't always about changing the biggest machine in your factory. It can be the way you answer
the phone, launch a new brand, or price a revision to your software. Getting in the habit of doing the
"unsafe" thing every time you have the opportunity is the best way to see what's working and what's not.
6. Explore the limits. What if you're the cheapest, the fastest, the slowest, the hottest, the coldest, the
easiest, the most efficient, the loudest, the most hated, the copycat, the outsider, the hardest, the oldest,
the newest, or just the most! If there's a limit, you should (must) test it.
7. Think small. One vestige of the TV-industrial complex is a need to think mass. If it doesn't appeal to
everyone, the thinking goes, it's not worth it. No longer. Think of the smallest conceivable market and
describe a product that overwhelms it with its remarkability. Go from there.
8. Find things that are "just not done" in your industry, and then go ahead and do them. For example,
JetBlue Airways almost instituted a dress code — for its passengers! The company is still playing with the
idea of giving a free airline ticket to the best-dressed person on the plane. A plastic surgeon could offer
gift certificates. A book publisher could put a book on sale for a certain period of time. Stew Leonard's
took the strawberries out of the little green plastic cages and let the customers pick their own. Sales
doubled.
9. Ask, "Why not?" Almost everything you don't do has no good reason for it. Almost everything you don't
do is the result of fear or inertia or a historical lack of someone asking, "Why not?"
10. What would happen if you simply told the truth inside your company and to your customers?
« Last Edit: 11 November 2008, 12:58:25 PM by johan3000 »
Nagasena : salah satu dari delapan penyebab matangnya kebijaksanaan dgn seringnya bertanya

Offline johan3000

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 11.552
  • Reputasi: 219
  • Gender: Male
  • Crispy Lotus Root
Re: [ask]buku marketing
« Reply #31 on: 11 November 2008, 12:47:39 PM »
THE TIPPING POINT
How Little Things Can Make a Big Difference
(Bagaimana Hal-Hal Kecil Behasil Membuat Perrubahan Besar)
Gladwell   
http://www.gladwell.com/tippingpoint/

Spoiler: ShowHide

Buku baru selalu menarik karena kebaruannya, tetapi buku yang telah terbukti laris luar biasa dan diterjemahkan dalam berbagai bahasa serta jadi acuan pandangan baru tentu masih menarik untuk disimak dan ditelaah. The Tipping Point bermula dari sebuah artikel yang ditulis oleh Malcolm Gladwell untuk Tina Brown di New Yorker. Sebagai Jurnalis dan penulis Gladwell mampu menyuguhkan sebuah pemikiran dan analisis epidemi menular. Bukan hanya epidemi penyakit tetapi, juga trend-trend mode, bisnis dan kehidupan sosial. Gladwell menerangkan kisah-kisah kecil yang akhirnya bisa mewabah menjadi sebuah kisah yang besar.Buku ini kecil dan ringan. Terbagi dalam delapan bab penuh kisah-kisah nyata mengagumkan.

Pada bab pertama Gladwell bercerita tentang pemahaman pemikiran The Tipping Point. Dia mengatakan bahwa cara terbaik untuk memahami The Tipping Point adalah membayangkan wabah flu yang bisa terjadi kapan saja. Pada saat tertentu ketika rata-rata pembawa flu bertemu dengan 50 orang setiap hari. Namun saat tingkat sosialisasinya meningkat menjadi 55 orang perhari terjadilah Tipping Point. Sebuah titik ketika fenomena biasa berubah menjadi sebuah krisis masyarakat. Apabila anda membuat grafik untuk perkembangan epidemi flu itu, Tipping Point adalah titik ketika grafik tiba-tiba menjulang hampir tegaklurus.

Pada epidemi terdapat tiga prinsip. Prinsip itu ada bukan cuma di epidemi penyakit patologi klinis. Trend mode, perkembangan bisnis ataupun masalah sosial kemasyarakatan juga memiliki tiga prinsip itu. Tiga prinsip untuk Tipping Point adalah : Hukum tentang yang sedikit; Faktor kelekatan dan Kekuatan konteks.

Di bab dua Gladwell mengungkapkan tentang prinsip Tipping Point yang pertama yaitu Hukum tentang yang sedikit. Disini menjelaskan adanya orang-orang yang mempunyai bakat khusus luar biasa berperan sebagai penghubung, orang bijak pandai dan penjaja. Ketiga peran ini dimiliki oleh sedikit orang dari sekian banyak orang yang ada di lingkaran epidemi.

Prinsip kedua adalah Faktor kelekatan dibahas dalam bab tiga. Untuk menyampaikan sebuah paket informasi, biasanya ada suatu cara sederhana yang dalam situasi tepat dapat membuatnya tak terbendung. Hal sederhana itulah diidentifikasi sebagai faktor kelekatan. Bab empat dan bab lima menyajikan seputar peristiwa-peristiwa berlatar belakang Kekuatan konteks. Bab enam berisi studi kasus. Salah satunya adalah sebuah merek sepatu olah raga terkenal Airwalk. Karena program kampanye iklannya yang inspiratif, Airwalk menjadi booming.

Studi kasus lain bisa dijumpai dalam bab tujuh. Bab ini mengulas secara dalam dan lebar Tipping Point yang terjadi pada kasus merokok disertai dengan hasil-hasil penelitian para psikolog. Statistik hasil penelitian memperkuat pemikiran bahwa merokok merupakan epidemi dengan prinsip Tipping Point. Bab delapan adalah kesimpulan. Bab ini menegaskan bahwa tipping point memungkinkan adanya perubahan yang dahsyat dari sebuah langkah kecil yang tepat.

Sebuah wabah penyakit kelamin di Baltimore diangkat oleh Gladwell sebagai epidemi di bab pertama buku ini. Di kawasan tersebut sebenarnya epidemi bisa dilokalisir disatu daerah tertentu. Wabah ini meningkat saat sosialisasi yang terjadi dari orang di kawasan tersebut meningkat pula. Sosialisasi menurun pada saat musim dingin. Pada musim dingin di kawasan tersebut banyak orang yang memilih beraktivitas di rumah. Ini terutama terjadi pada malam hari saat orang membutuhkan hiburan malam. Setidaknya ada salah satu dari tiga prinsip Tipping Point yang menyertai wabah yang terjadi di Baltimore. Hukum tentang yang sedikit ini adalah peran yang dijalankan oleh para penginfeksi. Faktor Kelekatannya adalah cuaca dan dalam konteks pergaulan sosial yang menyimpang.

Pada tahun 1775 ada seorang pemuda bernama Paul Revere. Pemuda ini mendengar kabar bahwa tentara inggris akan menyerang kota Lexington. Dia mengambil inisatif untuk menyebarkan kabar tersebut kepada para milisi agar siap menghadapi tentara Inggris. Revere menempuh jalan menyewa kuda dan menyebarkan berita tersebut secara berantai ke pos-pos yang dituju. Setiap pos yang dituju diminta untuk menyebarkan ke oarang lainnya.Ketika tentara Inggris telah memasuki Lexington, tak terduga para millisi menyambut dengan perlawanan sengit yang terorganisir dengan rapih. Rangakain peristiwa inilah yang kemudian menjadi awal revolusi Amarika. Paul Revere menjalankan epidemi yang sering disebut 'getok tular'. Getok Tular di bahasa pemasaran disebut 'Word Of Mouth' atau'Buzz Marketing'. Mungkin kita bisa menghitung berapa banyak produk yang kita beli atau jasa yang kita nikmati karena direferensikan oleh teman dan kenalan kita beberapa waktu yang lalu. Bahkan di jaman berteknologi informasi-pun metode komunikasi ini masih terasa sangat efektif. Jika seorang dengan bakat tipe penghubung sedang menjalankan proses ini bisa dilihat semakin efektifnya proses komunikasi ini. Saya pikir fenomena inul di negeri kita tak lepas dari hal ini. Orang yang semula melihat aksi Inul di panggung hajatan kampung atau di CD-nya yang murah itu, lalu orang-orang ini dengan sukarela menginformasikan ke orang lain secara ketok tular. Dalam konteks entertainment dangdut yang murah dan menyenangkan serta faktor kelekatan 'goyang ngebor' yang masyur, terjadilah wabah Inul Mania.

Usaha Wunderman di tahun 1978 untuk meningkatkan penjualan majalah Parade dan TV Guide menggunakan prinsip Tipping Point. Wunderman mengiklankan semacam pemicu berupa kotak emas majalahnya di TV. Siapapun yang mendapatkan kotak emas di majalah itu berhak atas hadiah sebuah rekaman musik. Rekaman yang diminta bisa musik apa saja asal tercamtum di daftar yang ada. Teknik ini disebut 'Treasure Hunt' yang mengajak penonton berinteraksi. Harapannya adalah setelah iklan tersebut tampil, penonton punya keinginan menyaksikan kotak emas sebenarnya yang ada di majalah itu. Unsur yang menjadi gagasan dari iklan ini adalah hal kecil yang merupakan faktor kelekatan bernama 'kotak emas'.

Bernie Goetz adalah seorang penembak dalam kasus pemalakan dirinya di kereta bawah tanah. Goetz diminta memberikan uang sejumlah lima dolar oleh empat pemuda preman. Keempat pemuda ini selalu dijauhi orang karena profesinya itu. Tapi yang terjadi justru sebaliknya. Keempat pemuda itu sama sekali tak menyanga jika korbannya berani melawan. Goetz menembak keempat pemuda preman itu dengan lima kali tembakan. Peristiwa ini menjadi kajian menarik para kriminolog dan psikolog di kota New York. Yang menarik pada peristiwa ini adalah pada saat itu angka kriminalitas di New York sedang meningkat tajam. Pada kasus Bernie Goetz, kriminolog James. Q Wilson dan George Kelling mengungkapkan teori Broken Windows.

Teori ini mengatakan : Jika ada jendela yang pecah karena tindakan kejahatan atau anarki lalu dibiarkan saja, maka orang yang lewat disitu cenderung beranggapan bahwa rumah itu tak berpenghuni atau tak ada yang peduli. Hal ini akan memicu adanya jendela yang pecah lagi dan cenderung mengundang peningkatan angka kriminalitas di daerah tersebut. Lepas dari adanya penjahat disitu atau tidak, kondisi lingkungan yang mendukung atau tak menghalangi munculnya tindakan kriminalitas maka disitulah akan terjadi wabah peningkatan angka kriminalitas. Jadi wabah atau epidemi itu terjadi bukan hanya karena ada yang menyebarkan, tetapi didukung oleh adanya kesempatan yang tercipta oleh lingkungan sekelilingnya. Tipping Point menyebut hal ini sebagai Kekuatan konteks. Kekuatan konteks adalah prinsip ketiga dari Tipping point.

Gladwell juga menulis tentang aturan 150 atau the rule of 150. Angka 150 menyatakan sebuah rentang dimana seseorang masih mampu berhubungan sosial secara baik dengan orang lain. Apabila seorang pemimpin mempunyai 150 anak buah maka secara umum komunikasi yang efektif masih mungkin terjadi. Tentu ada kekhususan-kekhususan dalam peristiwa tertentu yang tidak masuk dalam aturan ini. Rule of 150 dapat diberlakukan pada Span of Control sebuah struktur organisasi. Contoh yang menarik adalah Gore Associates, sebuah perusahaan yang membuat Kabel Komputer, Baju tahan air, Dental Floss, pipa untuk otomotif, semikonduktor, farmasi, isolator dan perlatan kesehatan. Organisasi di buat datar dengan rentang kendali tidak lebih dari 150 orang. Bahkan setiap lahan parkir untuk tiap associate-nya tidak lebih cukup untuk 150 mobil. Apabila karyawan dalam satu pabriknya telah mencapai lebih dari 150, maka Gore membentuk pabrik lagi yang independen. Gore berpendapat apabila tiap orang memiliki tanggung jawab atas tugas atau informasi tertentu dan mendapat pengakuan dari seluruh kelompok, masing-masing menjadi efisien dengan sendirinya.

Agar bisa membuat perubahan besar dari hal-hal kecil, carilah kekuatan konteks sekaliling anda, lalu dapatkan hukum yang sedikit (orang yang berperan sebagai konektor, penasihat bijak, dan penjaja atau salesman) dan bangun faktor kelekatan. Power of network, buzz marketing, dan kesuksesan dengan memanfaatkan jalur tidak resmi, dapat anda manfaatkan untuk kesuksesan anda.


Selamat menikmatin....
Nagasena : salah satu dari delapan penyebab matangnya kebijaksanaan dgn seringnya bertanya

 

anything