Itu pun tidak begitu benar(50 : 50 ) jika kita "bertamu",dan masalahnya sekarang MMD bukan "bertamu" di DC,tapi DIUNDANG,ketika anda mengundang orang lain menginap dirumah anda,apakah anda mengusirnya sesuka hati anda dan semena2?Memperlakukan dia semena2?
Saat ini, kita memasuki suasana Bulan Suci Ramadhan, dimana umat muslim menunaikan ibadah berpuasa, yakni berpantang terhadap kenikmatan nafsu indera. Makna berpuasa sendiri adalah "memupuk pahala dengan berpantang dari nafsu". Apa implementasinya? Implementasinya, umat muslim berpantang dari makan minum di waktu yg telah ditentukan, berpantang seksual, menjaga pikiran, ucapan dan perbuatan dan meningkatkan taqwa thp Tuhan YME. Jadi umat muslim diharapkan menahan diri di tengah kondisi duniawi.
Itu teorinya. Namun kenyataan yg terjadi di banyak daerah di Indonesia adalah, dikeluarkan aturan untuk memudahkan 'puasa' dijalankan. Warung-warung dilarang berjualan, umat lain agama diharapkan tidak makan dan minum di depan umum. Bahkan implikasi terparah, warung nasi yg ketahuan berjualan akan diporak-porandakan oleh Satpol PP atau front tertentu.
Warung2 nasi yg berjualan DITUDUH mengundang selera, DITUDUH sbg pihak yg bertanggung jawab atas batalnya puasa umat. Apa benar begitu? Padahal mereka telah menutup warungnya rapat-rapat demi menghormati masa puasa.
Mereka memang berjualan, tapi
orang yang MEMUTUSKAN melangkahkan kaki dan masuk serta memesan dan memakan makanan disitu adalah yg paling bertanggungjawab.
Senada dengan kejadian ributnya FPI di Monas. FPI menyalahkan massa lain sebagai 'pemancing' tindakan mereka. Kata pentolan FPI:
"Kami hanya bereaksi atas aksi yg mereka lakukan, mereka yg memancing yg seharusnya dihukum."Senada lagi, penampilan kaum perempuan disalahkan atas nafsu bejat lelaki. Ketika pihak lelaki tak kuasa menahan nafsunya, yg disalahkan adalah perempuan yg berbusana -yg menurut mereka- seksi. Kalau mau jujur, ketika pikiran kotor, tiang-pun bisa dibayangkan perempuan cantik.
Jadi, sudah menjadi kecenderungan kita untuk menyalahkan pihak yg mengundang sebagai pihak yg bertanggung jawab dan kita lupa bahwa, kita juga bertanggung jawab atas keputusan kita melangkahkan kaki kesitu.
::