//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Show Posts

This section allows you to view all posts made by this member. Note that you can only see posts made in areas you currently have access to.


Messages - gryn tea

Pages: 1 2 3 [4] 5 6 7 8 9 10 11 ... 76
46
Diskusi Umum / Apa itu jodoh dlm pandangan Buddhis
« on: 25 April 2014, 09:28:40 PM »
Mw nanya a...
1.Dalam pandangan Buddhis jodoh itu apa ya ??
2. Trz koz ada org yg jaat lbh byk n gamapang mendapatkan pasangan , dibandingkan org baik ??
3. Trz napa ada yg murah jodoh n ada yg sulit jodoh, bhkan ada yg mati2an buat cari pasangan tp gx dpt2 jg, trz ada yg cm nyante2, malah byk yg ngejar?
Tq

47
Buddhisme untuk Pemula / Re: Dhammacitta Daily
« on: 23 March 2014, 07:35:46 PM »
Kisah Seekor Induk Babi Muda

Suatu kesempatan, ketika Sang Buddha sedang berpindapatta di Rajagaha, ia melihat seekor induk babi muda yang kotor dan Beliau tersenyum. Ketika ditanya oleh Ananda, Sang Buddha menjawab, “Ananda, babi ini dulunya adalah seekor ayam betina dimasa Buddha Kakusandha. Karena ia tinggal di dekat ruang makan di suatu vihara, ia biasa mendengar pengulangan teks suci dan khotbah Dhamma. Ketika ia mati, ia dilahirkan kembali sebagai seorang putri.

Suatu ketika, saat pergi ke kakus, sang Putri melihat belatung dan ia menjadi sadar akan sifat yang menjijikkan dari tubuh. Ketika ia meninggal dunia, ia dilahirkan kembali di alam Brahma sebagai brahma puthujjana; tetapi kemudian karena beberapa perbuatan buruknya, ia dilahirkan kembali sebagai babi betina. Ananda ! Lihat, karena perbuatan baik dan perbuatan buruk tidak ada akhir dari lingkaran kehidupan.”

Kemudian Sang Buddha membabarkan syair 338 sampai dengan 343 berikut ini :

Sebatang pohon yang telah ditebang
masih akan dapat tumbuh dan bersemi lagi
apabila akar-akarnya masih kuat
dan tidak dihancurkan.
Begitu pula selama akar nafsu keinginan tidak dihancurkan,
maka penderitaan akan tumbuh berulang kali.

Apabila tiga puluh enam nafsu keinginan
di dalam diri seseorang mengalir deras
menuju objek-objek yang menyenangkan,
maka gelombang pikiran yang penuh nafsu
akan menyeret orang yang memiliki
pandangan salah seperti itu.

Di mana-mana mengalir arus (=nafsu-nafsu keinginan);
di mana-mana tanaman menjalar tumbuh merambat.
Apabila engkau melihat tanaman menjalar
(=nafsu keinginan) tumbuh tinggi,
maka harus kau potong akar-akarnya
dengan pisau (=kebijaksanaan).

Dalam diri makhluk-makhluk timbul rasa senang mengejar objek-objek indria,
dan mereka menjadi terikat pada keinginan-keinginan indria.
Karena cenderung pada hal-hal yang menyenangkan
dan terus mengejar kenikmatan-kenikmatan indria,
maka mereka menjadi korban kelahiran dan kelapukan.

Makhluk-makhluk yang terikat pada nafsu keinginan,
berlarian kian kemari seperti seekor kelinci yang terjebak.
Karena terikat erat oleh belenggu-belenggu dan ikatan-ikatan,
maka mereka mengalami penderitaan untuk waktu yang lama.

Makhluk-makhluk yang terikat oleh nafsu-nafsu keinginan,
berlarian kian kemari seperti seekor kelinci yang terjebak.
Karena itu seorang bhikkhu yang menginginkan kebebasan diri,
hendaknya ia membuang segala nafsu-nafsu keinginannya.

(XXIV. Tanha Vagga)


Instagram
http://instagram.com/dhammacitta

Page
http://fb.com/DhammacittaDaily


48
Buddhisme untuk Pemula / Re: Dhammacitta Daily
« on: 16 March 2014, 01:15:15 PM »


Kisah Chattapani, Seorang Umat Awam

Seorang umat awam bernama Chattapani yang merupakan seorang Anagami tinggal di Savatthi. Pada suatu kesempatan, Chattapani menghadap Sang Buddha di Vihara Jetavana mendengarkan khotbah Dhamma dengan penuh hormat dan penuh perhatian.

Ketika itu Raja Pasenadi juga sedang mengunjungi Sang Buddha. Chattapani tidak berdiri sebab dia berpikir bahwa berdiri berarti dia memberikan hormat kepada raja bukan kepada Sang Buddha. Raja menganggap hal ini adalah suatu penghinaan dan melanggar suatu paraturan. Sang Buddha mengetahui pemikiran Raja Pasenadi; maka Beliau memuji Chattapani, yang sangat baik dalam Dhamma dan juga telah mencapai tingkat kesucian Anagami.

Mendengar hal ini, Raja Pasenadi sangat terpesona dan memberikan penghormatan kepada Chattapani.

Pada pertemuan berikutnya, raja bertemu dengan Chattapani dan berkata, “Anda sangat pandai; dapatkah anda datang ke istana dan memberikan pelajaran Dhamma kepada dua orang istriku?” Chattapani menolak tetapi beliau menyarankan untuk meminta izin kepada Sang Buddha agar menugaskan seorang bhikkhu untuk memberikan pelajaran Dhamma. Raja menghampiri Sang Buddha dan menceritakan maksudnya. Sang Buddha memerintahkan Ananda untuk memberikan pelajaran Dhamma secara teratur kepada Ratu Mallika dan Ratu Vasabhakhattiya di istana.

Setelah beberapa waktu, Sang Buddha bertanya kepada Ananda tentang kemajuan dari kedua orang ratu tersebut. Ananda menjawab bahwa Ratu Mallika mendengarkan Dhamma dengan sungguh-sungguh sedangkan Vasabhakhattiya tidak sungguh-sungguh belajar Dhamma. Mendengar ini Sang Buddha berkata bahwa Dhamma akan memberikan manfaat bagi seseorang yang mempelajarinya dengan sungguh-sungguh, penuh hormat, dan penuh perhatian serta rajin mempraktekkan apa yang telah dipelajari.

Kemudian Sang Buddha membabarkan syair 51 dan 52 berikut :

Bagaikan sekuntum bunga yang indah tetapi tidak berbau harum;
demikian pula akan tidak bermanfaat kata-kata mutiara yang diucapkan oleh orang yang tidak melaksanakannya.

Bagaikan sekuntum bunga yang indah serta berbau harum;
demikian pula sungguh bermanfaat kata-kata mutiara yang diucapkan oleh orang yang melaksanakannya.


(IV. Puppha Vagga)

Page
http://www.fb.com/DhammacittaDaily

Instagram
http://instagram.com/dhammacitta

49
Buddhisme untuk Pemula / Re: Dhammacitta Daily
« on: 02 March 2014, 12:29:22 PM »



Dhammacitta Daily
Sumedha ( Therigatha - 73 )

SUMEDHA - PENGANTIN YANG ENGGAN

Dulu saya adalah Putri Sumedha
Anak perempuan Raja Koncha
Terampil dalam Ajaran-Ajaran Sang Buddha
Saya memandang dunia ini dengan mata kebijksanaan

Pada hari pernikahanku,
Saya mendengar genderang dan seruling
Mengumandangkan datangnya pengantin pria
Anikadattha-raja Varanavathi,
Dia adalah pilihan orang tuaku.

Saya menghadap orang tuaku,
mantap sampai kepada intinya,
Saya memberitahu mereka;
'Bebaskanlah saya dari ikatan-ikatan kehidupan duniawi,
Keinginanku adalah mencapai tanpa-kematian - pantai tanpa-kelahiran
Yang dipuji oleh Sang Buddha.

Saya tidak peduli pada kesenangan jasmani yang hanya sekejap;
Jika para makhluk surgawi pun tidak mengalami kebahagiaan yang abadi,
Apa pula yang bisa dikatakan tentang ikatan dan kekayaan duniawi?
Semuanya tidak-kekal, semuanya akan berakhir dengan kematian.

Hanya orang tolol yang bergembira dalam kesenangan jasmani.
Bagaikan memegang ular di kepalanya.
Lepaskanlah; dan ia menggigit. Seperti itu pula
Mereka yang mencari kesenangan indera
Dihancurkan oleh apa yang mereka cari.

Tubuh, ucapan, dan pikiran yang tak-terkendali
Membawa menuju kesengsaraan;
Dan orang tolol bersukacita,
Mata pedang memang berkilau, bersinar, terang
Tetapi siapa yang akan menekan ke sisi badannya?

Ibu, Ayah, biarkanlah saya meninggalkan kehidupan duniawi,
Hentikan musik upacara pernikahan itu, itu bukan untukku,
Biarlah saya pergi mencari jalan kedamaian
Untuk membebaskan diri dari kelahiran dan kematian,
Serta berjuang.

Kesenangan apa yang dapat saya peroleh dalam tubuh yang penuh kotoran ini?
Keyakinan apa yang saya punya dalam gerakan yang memperkuat kelahiran
Bila pikiranku telah terarah pada jalan yang diambil para bijak,
Yang bajik, tanpa-nafsu, dan tenang?

Saya akan berpuasa sampai mati sebelum menyerah,
Jadi hentikan musik pernikahan itu dan biarkanlah saya sendiri.'

Orangtuaku yang panik tidak mau mendengarku
Mereka memohon sambil berlutut dan menangis.
"Engkau dijanjikan untuk seorang raja, gadis tolol,
Dia tampan, berkuasa, dan sangat mencintaimu.
Mengapa menyia-nyiakan kemudaanmu dalam jubah kafan yang kasar?
Jika kain-kain sutera menunggu bentukmu yang belia?"

'Bentukku, katamu? Tubuhku?
Wadah terbungkus kulit yang penuh dengan kotoran bau yang sering meresap kedalam sari-sari busuk yang menyengat ini?
Apakah selendang sutera akan menekan bau itu? Kotoran itu?

Saya menolak sangkar berkulit ini, makanan belatung ini, gumpalan daging yang menjadi makanan burung nasar, bahkan kalian pun akan menolak barang berantakan yang menjijikkan ini ketika ia mati tergeletak seperti sebatang kayu.

Kalian akan membawa -tubuh- ini ke rumah mayat
Kemudian kalian pun mandi agar bebas dari bau menyengat dari -tubuh- ini, yang sekarang mayat.
Ibu, Ayah, apakah kalian masih akan memelukku?

Apa yang disebut tubuh ini hanyalah satu wadah kotoran
Semuanya melapuk, tak satu pun yang tidak berubah dalam proses menjadi bau. Dan orang tolol memanjakan apa yang tersembunyi dibalik bungkusnya, seandainya saja mereka dapat membalik tubuh ini yang didalam berada di luar..

Mengapa memaksaku mencari kesenangan-kesenangan daging jasmani?
Bila saya percaya bahwa daging ini menjijikkan, busuk
Dan membawa mereka yang merindukan api sensual
Menuju kelahiran-kelahiran, kerusakan, dan kematian tanpa-henti.'

Kemudian saya mendengar musik menggelegar dan berputar,
Gembreng ditepukkan dalam kegirangan yang menggilakan,
Genderang menghasilkan harmoni yang tidak selaras, Raja Anikadhatta telah tiba!

Saya menutup pintu dan memotong rambut hitamku yang panjang dengan pedang yang ditinggalkan ayahku karena tergesa-gesa, saya menutup mata dan masuk dengan bahagia ke dalam tingkat penyerapan penuh yang pertama.

Anikadhatta, megah dengan mahkota dan permata
Menaiki anak tangga; wewangian, karangan bunga, musik, tarian mendahului dia; saya duduk merenungkan mayat-mayat yang menjijikkan, gembung, tergerogoti, dipenuhi belatung, busuk.

Raja, yang melihat pengantinnya gundul, duduk bersila, menerawang dalam pemikiran, berkata
"Kerajaanku adalah milikmu, nikmatilah kekayaannya, berdanalah, jadilah luhur, tetapi menikahlah dengan saya hari ini."

Dan Sumedha menjawab
'Kaisar Mandhatu dari cerita kuno berpesta pora dalam semua kesenangan yang dikenal manusia, tetapi apakah dia puas? Tidak. Dia mati sebagai orang yang merindukan lebih banyak lagi. Kesenangan sensual membosankan, kosong, sekejap, tidak pernah terpenuhi. Itu adalah racun yang menggerogoti hati dan pikiran; suatu mimpi, khayalan belaka, jubah pinjaman, api, tombak, kepala ular yang menggigit ketika dilepas.

Tak satu pun dalam kehidupan ini yang saya sebut milikku, bahkan tidak juga tubuh ini. Apalagi barang-barang dan kekayaan dunia. Saya tidak punya apa-apa untuk diberikan kepadamu; tidak tubuh tidak pikiran, silakan pergi, Anikadhatta, hentikan musik itu dan pergilah.

Kepalaku terbakar, waktuku tinggal sedikit. Kelapukan dan kematian datang terengah-engah, bergegas mendekat, saya harus menemukan jalannya, saya harus membebaskan ikatan yang menghasilkan kelahiran untuk memenangjan kematian satu kali terakhir ini.

Kematian sudah selalu menjadi pemenang, berzaman-zaman, saya yang terkalahkan; selalu mati, selalu lahir untuk diperangkap dalam pelukannya yang beku. Tidak ada kekayaan maupun kehidupan yang telah menyelamatkanku dari cakar-cakarnya yang tak diharapkan.

Begitu banyak ibu, begitu banyak ayah, begitu banyak suami, yang sudah saya punyai dalam perjalanan panjang melalui kehidupan-kehidupan, siapa yang mengambil semuanya? Siapa yanh memisahkan mereka dariku? Kematian yang kejam. Dan saya menangis setiap kali kehilangan. Air mata untuk mengisi samudera, darah untuk membasahi seluruh bumi telah ditumpahkan atas namaku.

Wahai peminang agung, Ayah Bunda, dengarlah permohonanku, jangan pernah memanjakan tubuh ini, barang kotor yang memperkaya kuburan, hewan yang selalu rakus, yang tak pernah puas ini.

Kembangkan kewaspadaan_ dan engkau akan melihat keadaan dari hal-hal sebagaimana adanya. Jangan biarkan kegembiraan duniawi mengalahkan keadaan kebahagiaan ini.
Dalam kehidupan yang tanpa-nafsu, tanpa apa-apa.'

Anikadhatta pun teryakinkan, dia menapak kesamping dan memohon kepada orangtuanya : "Biarkan dia, biarkan dia menemukan pembebasan yang hanya dapat kita nikmati didalam apa yang dia temukan."

Sumedha_ dengan restu orangtuanya hari itu melepaskan jeratan-jeratan pengantin untuk jubah kuning sederhana.
Dia kenakan dengan keanggunan kerendahan hati, dan hidup menjadi Pemenang Kematian _ Yang Tidak Kembali Lagi pada waktunya..



Instagram
http://instagram.com/dhammacitta

Page
http://www.fb.com/DhammacittaDaily


50
Buddhisme untuk Pemula / Re: Dhammacitta Daily
« on: 03 February 2014, 02:11:31 PM »




Kisah Bhikkhu-bhikkhu yang Berjumlah Banyak

Terdapatlah seorang perempuan yang sangat kaya bertempat tinggal di kota Kuraraghara, kira-kira berjarak 120 yojana dari kota Savatthi. Ia mempunyai seorang putera yang telah menjadi bhikkhu, namanya Sona. Pada suatu kesempatan, bhikkhu Sona berjalan melewati kota kelahirannya.

Pada waktu bhikkhu Sona pulang menuju Vihara Jetavana, ia bertemu dengan ibunya, dan ibunya mengundang bhikkhu Sona untuk menerima sejumlah besar persembahan. Mengetahui bhikkhu Sona dapat menguraikan Dhamma dengan baik, ibunya juga memohon bhikkhu Sona untuk membabarkan Dhamma kepadanya dan orang-orang lain di kota kelahirannya itu.

Bhikkhu Sona menerima permohonan tersebut. Ibunya membangun sebuah bangsal Dhamma yang dapat menampung banyak orang untuk mendengarkan khotbah Dhamma. Ibu itu juga mengundang banyak teman, tetangga, dan anggota keluarganya untuk hadir dalam pembabaran Dhamma tersebut. Ibu kaya itu meninggalkan rumahnya yang hanya dijaga oleh seorang perempuan pembantu rumah tangga.

Ketika pembabaran Dhamma sedang berlangsung, datanglah kawanan pencuri yang berjumlah sangat banyak ke rumah ibu kaya itu. Pemimpin dari kawanan pencuri itu sengaja pergi ke bangsal Dhamma, tempat pembabaran Dhamma sedang berlangsung, dan pemimpin itu berada dekat serta memperhatikan gerak-gerik si ibu kaya. Dengan melakukan hal itu sang pemimpin bermaksud agar dapat memberi kabar kepada anak buahnya untuk segera melarikan diri apabila ibu kaya itu pulang ke rumahnya.

Ketika pembantu rumah tangga si ibu kaya mengetahui banyak pencuri datang memasuki rumah majikannya, ia segera melaporkan hal itu kepada si ibu kaya, tetapi si ibu hanya menjawab: “Biarkan pencuri-pencuri itu mengambil seluruh uangku, saya tidak peduli, tetapi engku jangan kemari lagi, jangan mengganggu saya saat saya sedang mendengar Dhamma. Engkau sebaiknya kembali saja.”

Pembantu rumah tangga itu kembali ke rumah majikannya. Kemudian pembantu rumah tangga itu melihat para pencuri sedang mengambil barang-barang berharga terbuat dari perak milik majikannya. Pembantu rumah tangga itu kembali pergi menemui si ibu kaya di bangsal Dhamma, memberitahukan apa yang sedang dilakukan oleh para pencuri. Tetapi, pembantu rumah tangga itu mendapatkan jawaban yang sama seperti semula. Ia pulang kembali ke rumah majikannya.

Selanjutnya pembantu rumah tangga melihat para pencuri sedang mengambil barang-barang emas dan permata milik majikannya. Ia pergi kembali melaporkan hal itu kepada majikannya. Saat itu si ibu mengatakan : “O sayang, biarkanlah pencuri-pencuri itu mengambil apa yang mereka sukai; mengapa engkau datang kemari lagi dan mengganggu saya saat sedang mendengarkan Dhamma ? Mengapa engkau tidak pulang dan tinggal di rumah saja seperti apa yang sudah saya katakan padamu ? Janganlah engkau mengganggu kembali mendekati saya dan mengatakan perihal barang-barang atau pencuri-pencuri itu lagi.”

Pemimpin para pencuri yang berada dekat dengan si ibu itu mendengarkan semua perkataan yang sudah diucapkan oleh si ibu, dan ia benar-benar mengagungi keyakinan ibu itu terhadap Dhamma. Kata-katanya juga menjadikan dirinya berpikir, “Jika kami mengambil barang-barang orang yang bijaksana seperti ibu ini, kami benar-benar akan terkutuk, kehidupan kami akan mengalami kehancuran, dan bisa jadi badan kami akan hancur berkeping-keping.”

Pemimpin itu memperoleh penerangan batin, segera ia pergi ke rumah si ibu dan menyuruh anak buahnya untuk mengembalikan seluruh barang milik si ibu yang telah mereka ambil. Kemudian ia mengajak pengikut-pengikutnya ke tempat si ibu berada. Ibu itu sedang mendengarkan Dhamma dengan sepenuh hati di bangsal Dhamma.

Sona Thera mengakhiri pembabaran Dhamma-nya ketika hari menjelang pagi hari. Ia turun dari tempat pembabaran Dhamma (Dhamma-asana), dan menuju ke tempat duduk yang telah disediakan.

Pemimpin para pencuri mendekati si ibu kaya, perempuan bijaksana, memberi hormat kepadanya dan memperkenalkan dirinya. Ia juga mengatakan kepada si ibu bahwa ia bersama kawan-kawannya telah memasuki rumah si ibu dan mengambil barang-barang berharga tetapi ia telah mengembalikan seluruh barang itu sesudah ia mendengar kata-kata si ibu kepada pembantu rumah tangganya yang melaporkan kejadian pencurian itu. Sang pemimpin beserta para pengikutnya memohon si ibu untuk memaafkan segala perbuatan buruk yang telah mereka lakukan.

Selanjutnya mereka memohon kepada Sona Thera untuk diterima sebagai anggota Pasamuan Bhikkhu (Sangha). Setelah mereka ditahbiskan menjadi bhikkhu, sembilan ratus bhikhhu baru itu menjadi bimbingan meditasi dari Sona Thera, dan mereka pergi ke hutan untuk melatih diri bermeditasi di tengah-tengah kesunyian.

Dari jarak 120 yojana, Sang Buddha mengetahui kisah para bhikkhu itu, dan memberikan sinar kebijaksanaan kepada mereka sehingga seolah-olah Beliau berada di tengah-tengah mereka.

Kemudian Sang Buddha membabarkan syair 368 sampai dengan 376 berikut :

Apabila seorang bhikkhu hidup dalam cinta kasih,
dan memiliki keyakinan terhadap ajaran Sang Buddha,
maka ia akan sampai pada keadaan damai (nibbana),
yang merupakan berhentinya hal-hal yang berkondisi (sankhara).

O bhikkhu, kosongkanlah perahu (tubuh) ini.
Apabila telah dikosongkan maka perahu ini akan melaju dengan pesat.
Setelah memutuskan nafsu keinginan dan kebencian,
maka engkau akan mencapai nibbana.

Putuskanlah lima kelompok belenggu pertama (dari sepuluh belenggu),
dan singkirkanlah lima kelompok kedua dari sepuluh belenggu).
Serta kembangkan lagi lima kekuatan (keyakinan, perhatian, semangat,
konsentrasi, dan kebijaksanaan) secara sempurna.
Apabila seorang bhikkhu telah bebas dari lima belenggu,
maka ia disebut seorang “Penyeberang Arus” (sotapanna).

Bersemadilah, O bhikkhu! Jangan lengah!
Jangan biarkan pikiranmu diseret
oleh kesenangan-kesenangan indria!
Jangan karena lengah maka engkau harus
menelan bola besi yang membara!
Dan jangan karena terbakar maka engkau meratap,
“O, hal ini sungguh menyakitkan!”

Tak ada samadi dalam diri orang yang tidak memiliki kebijaksanaan.
Dan tidak ada kebijaksanaan dalam diri orang yang tidak bersamadi.
Orang yang memiliki samadi dan kebijaksanaan
sesungguhnya sudah berada di ambang pintu Nibbana.

Apabila seorang bhikkhu pergi ke tempat sepi,
telah menenangkan pikirannya,
dan telah dapat melihat Dhamma dengan jelas,
akan merasakan kegembiraan yang
belum pernah dirasakan oleh orang-orang biasa.

Bila seseorang dapat melihat dengan jelas
akan timbul dan lenyapnya kelompok kebidupan (khandha),
maka ia akan merasakan kegembiraan dan ketentraman batin.
Sesungguhnya, bagi mereka yang telah mengerti
tak akan ada lagi kematian.

Pertama-tama inilah yang harus dikerjakan
oleh seorang bhikkhu yang bijaksana, yaitu :
Mengendalikan indria-indria, merasa puas dengan apa yang ada,
menjalankan peraturan-peraturan (patimokkha),
serta bargaul dengan teman kehidupan suci (sabrahmacari)
yang rajin dan bersemangat.

Hendaklah ia bersikap ramah dan sopan tingkah lakunya.
Karena merasa gembira
dalam menjalankan hal-hal tersebut,
maka ia akan bebas dari penderitaan.

Setiap akhir satu syair di atas dibabarkan, seratus dari sembilan ratus bhikkhu mencapai tingkat kesucian arahat.

Dhammapada
(XXV. Bhikkhu Vagga)

page
http://www.fb.com/DhammacittaDaily

Instagram
http://instagram.com/dhammacitta

51
Cb pertnyaan na dibalik,

"Pantas gx org tua menaruh anak na di panti asuhan , klo org tua na mampu ?? "

52
Jd bhikku az

53
Buddhisme untuk Pemula / Re: Manusia malang
« on: 20 December 2013, 09:19:12 AM »
Wow apa salahku???? saya cuma main film untuk sesuap nasi.  :whistle:

Salah mu, krn cm buat sesuap nasi Z

54
Buddhisme untuk Pemula / Re: Manusia malang
« on: 19 December 2013, 03:17:52 PM »
menurut saya sih, di saat sebuah tulisan dipost ke sebuah forum terbuka, tentunya post itu bebas untuk dibaca, dikomentari dan didiskusinya oleh orang banyak... kecuali kalo tulisannya ditulis disebuah diary pribadi, dikunci dalam lemari.

kalo saya pribadi sih malah senang ada yang mengomentari dan memperdebatkan post saya...


Lain anda , lain jg saya,,


Jd klo mw berdebat ama yg lain az, gryn gx mw berdebat lg, percuma, gx berguna buat perkembangan batin gryn ,, ,,


Jd gx usa buang [size=78%]wktu n buat tenaga n pikiran utk berdebat ama gryn , anggap az kamu memang lbh pintar dr gryn, n gryn bego, [/size]


Postingan ini cm utk di share, jd kembali diri masing2,, suka gx suka kembali pd diri sendiri,,


Aplg disini byk org berumur, dpd gryn berdebat ama org berumur, ntar dblg gx menghormati org yg lbh tua lg,


Dan buat gryn pribadi, berdebat mulu buat gryn malah memicu kemerosotan batin gryn..


Dan cm utkn"pamer" kepintaran doanx, tp hasil na mgkn nol






Owwce,,

55
Buddhisme untuk Pemula / Re: Manusia malang
« on: 19 December 2013, 01:40:44 PM »
Uda ya mwlas debat ama org tua, n gx guna jg, klo gx suka , gx usa coment, gampang kan,, n klo mw ribut cari org lain az, lmao

56
Buddhisme untuk Pemula / Re: Manusia malang
« on: 19 December 2013, 01:39:55 PM »
berarti lain kali kalau buat postingan panjang ya harus disummary dulu apa yang hendak disampaikan ;D
sekarang sudah tahu kepanjangan, terus hanya copas dan kasih link tujuannya buat apa ? ;D


Klo gt kamu kasi pmeberitahuan  az kpd semua member yg mw posting, n pm semua member n  blg gt,,,




57
Buddhisme untuk Pemula / Re: Manusia malang
« on: 19 December 2013, 01:28:30 PM »
Lain kali dibaca dulu link yg dikasi, biar lgkp baca na,



Itu cm satu point dr bbrp point.. Krn gx bisa di copas semua, kpanjangan


https://www.facebook.com/notes/u-sikkhananda-andi-kusnadi/manusia-malang/10151586752897609

58
Buddhisme untuk Pemula / Manusia malang
« on: 18 December 2013, 02:22:54 PM »
3. Para Buddhis KTP
Mereka, baik yang suka datang ke vihara ataupun tidak. Mereka, walaupunmempunyai kesempatan yang baik untuk mempelajari Dhamma, tetapi karenakebodohan,  kemalasan, dan terbelengguoleh keserakahan, mereka tidak mempelajarinya. Walaupun mereka tidak menjalanikehidupannya seperti orang-orang dalam kelompok kedua, tetapi mereka juga dalammenjalani hidupnya – ketika berusaha mencari kebahagiaan – sangat seringmelakukan pelanggaran sila. Mereka tidak banyak tahu tentang Dhamma, bahkanpengetahuan mengenai Dana dan Sila saja sangat minim sekali. Bagi mereka yangsuka pergi ke vihara, kebanyakan hanya sebatas hafal Tisaraṇa, Pañcasīla, danbeberapa paritta, tanpa mengetahui artinya. Hal ini sungguh sangat menyedihkan.
Akibat pengetahuan Dhamma yang sangat minim, walaupun mereka mempunyai niatyang baik, mereka sering kali menyalurkan niat baiknya dengan cara yang salah.Contoh yang umum terjadi di lapangan adalah praktik berdana uang, mereka mendanakan uang secara langsung kepadapara bhikkhu, sangha, atau sekelompok bhikkhu yang mengaku sebagai sangha,misalnya pada saat selesai ceramah Dhamma dari suatu kebaktian biasa ataupunpada saat perayaan hari besar umat Buddha (baik itu dipimpin oleh para ketuadan pengurus vihara ataupun para romo pandita). Contoh lain lagi adalah paraumat yang membantu para bhikkhumenjualkanjubah yang mereka dapat saat perayaan kathina. Mereka ini, juga disebutsebagai Manusia Malang, karena walaupun sudah mengeluarkan sumber daya (uang,tenaga, dll.) yang mereka dapatkan bukanlah karma baik, melainkan karma buruk.Sehingga, tidaklah berlebihan bila dikatakan “Sudah Jatuh, Tertimpa Tangga.” [ix]
Masalah praktik berdana dengan cara yang salah ini sudah begitu kuat,karena sudah lama dilakukan. Hal ini bukan hanya terjadi pada orang dewasa ataupara orang tua, bahkan para mahasiswa juga mengira hal ini adalah hal yangbenar. Contohnya adalah ketika penulis selesai berceramah Dhamma untuk paramahasiswa Universitas Bina Nusantara, Jakarta (11/03/2011), mereka berusaha memberikanuang dalam amplop kepada penulis dan ketika ditolak, mereka kebingungan. Yanglebih parah lagi adalah para guru (bahkan guru pelajaran agama Buddha) mengajarkanpara muridnya untuk melakukan cara berdana yang salah ini. Pada tanggal19/05/2011 penulis diminta berceramah Dhamma dalam rangka menyambut perayaanWaisak di sekolah PaHoa, Gading Serpong, TNG. Ketika selesai ceramah, anak-anakSMP & SMA diminta oleh guru mereka untuk berdana dan ternyata itu ditujukanuntuk penulis. Guru yang berusaha memberikan dana tersebut merasa kaget ketikaditolak. Padahal, ketika ceramah belum dimulai, penulis sempat berdiskusidengan guru agama tersebut dan menjelaskan bahwa seorang bhikkhu tidak bolehmenerima uang; bahkan kira-kira satu minggu sebelumnya, keponakan penulis telahmemberikan buku DANA kepadanya. Satu contoh lagi, belum lama ini (14/11/2013),ada orang tua murid yang memberitahu penulis bahwa anaknya yang masih SD yangbersekolah di sekolah Ehipassiko, BSD, TNG, diminta oleh gurunya untuk menabungdi celengan dan hasilnya akan didanakan langsung ke bhikkhu/sangha pada saatperayaan kathina di sekolah tersebut.
  • Dari kejadian ini, terlihat bahwa ternyata bukan hanya para umat awam biasa,tetapi bahkan banyak para guru agama, ketua dan pengurus vihara, serta pararomo pandita[xi]yang termasuk dalam kategori Buddhis KTP. Oh, betapa menyedihkannya!
Pengambilan Tisaraṇa, para Buddhis KTP ini juga tidak mengerti apa itu yang dimaksud berlindungkepada Buddha, Dhamma, dan (Ariya) Sangha. Mereka, pada umumnya, berpikir bahwadengan melakukannya mereka akan dilindungi oleh Tiratana. Bahkan penulismengetahui (dari pengakuan para umat) bahwa banyak dari mereka yang berdoamemohon perlindungan kepada Sang Buddha, mohon dapat berkah, umur panjang,jodoh, kesembuhan, dll. Hal ini juga sangat mudah dilihat, misalnya pada saatperayaan Waisak atau ulang tahun, banyak para umat yang mengirimkan ucapanselamat kepada sesama Buddhis yang berbunyi, “Semoga Sang Tiratana selalumelindungimu.” Sang Buddha telah wafat dan tidak terlahir kembali karena tidakada lagi pendambaan (taṇhā) yangdapat membuat fenomena mental ataupun fenomena jasmaninya berlanjut kembali.Bagaikan api-lilin yang telah kebahisan baik lilin maupun sumbunya, lenyaptanpa jejak. Jangankan setelah Beliau wafat, bahkan ketika Beliau masih hidup,Beliau tidak bisa menolong sanak-saudaranya yang akan dibunuh oleh RajaVidūdabha (Viṭaṭūbha).[xii]Selain itu, Beliau juga tidak bisa menolong Āḷāra Kālāma danUddaka Rāmaputta dengan mengajarkan Dhamma kepada mereka karena keduanya telahterlahir di alam arupa brahma (tidak punya jasmani, contohnya tidak punyatelinga untuk mendengar Dhamma).[xiii] Dengan demikian, mengacupada hal itu, bagaimana Sang Buddha yang fenomena mental dan jasmani telahlenyap dapat mendengar doa atau permohonan anda? [xiv]
Pengambilan Pañcasīla, seperti pada pengambilanTisaraṇa,sebagian besar dari para Buddhis KTP hanya bisa mengucapkan bahasa Pāli-nyatanpa mengetahui artinya, bahkan banyak juga yang tidak tahu sama sekali. Karena ketidaktahuan inilah, walaupunsetiap kali kebaktian membacakan pancasila, tetapi pelanggaran sila jalanterus. Maka, pengambilan silanya hampir tidak ada manfaatnya sama sekali. Contohyang lain adalah banyaknya Buddhis yang menyukai dan mengidolakan tokoh JamesBond, seorang pelanggar semua sila dari pancasila. Bahkan, banyak para wanita –yang merupakan objek permainannya –  jugamenyukainya, bukankah ini merupakan suatu hal yang sudah keterlaluan! Contohlain, penulis mengenal seorang umat Buddhis KTP yang berdasarkan pandangan umumdapat dikatakan sebagai orang yang cukup baik. Dia sering melanggar silapertama dari pancasila Buddhis yaitu membunuh serangga, selain itu dia jugacepat marah. Walaupun dia adalah orang kaya, tetapi karena pikirannya kasar dansering melakukan perbuatan tidak baik ini, hidupnya sangat menderita – selaludihantui oleh ketakutan. Mengapa bisa demikian?, karena pikirannya sering atauselalu diliputi dengan pikiran yang kejam dan kasar. Orang yang demikian, jugaakan berpikir bahwa orang lain pun sama seperti dirinya, kejam dan kasar. Olehkarena itu, dia selalu dihantui oleh kecemasan dan ketakutan akan dijahati ataudicelakai oleh orang lain. Untuk dapat mengalami hal ini, seseorang tidak perlumenjadi seperti orang-orang dalam kelompok kedua.
Kelompok ketiga ini bagaikan orang yang lahir dan tinggal di area tambangpermata. Karena malas dan bodoh mereka tidak banyak mendapatkan manfaat dariterlahir dan tinggal di tambang permata tersebut. Mereka tidak berusahamenggali dan menambangnya, mereka hanya bersantai-santai di rumahnya dengansesekali berkeliling atau berjalan-jalan untuk melihat-lihat area tempat parapenambang bekerja. Ini bagaikan sesekali datang ke vihara, mungkin hanya untukmenghilangkan rasa bosan di rumah atau untuk bercengkerama dengan teman-teman,atau pada saat peringatan hari raya umat Buddha, tanpa ada niat untuk belajarDhamma. Sesekali mungkin mereka menemukan batu kerikil atau akik yang terdapatdi permukaan tanah saat berjalan-jalan di tambang. Maksudnya adalah merekaberdana atau mengambil sila (ini pun mungkin karena terpaksa atau sekedarikut-ikutan) ketika berkunjung datang ke vihara, tetapi hal itu sangat jarangsekali terjadi, seperti jarangnya mereka pergi ke vihara atau mempraktikkanDhamma.
Dari uraian di atas, terlihat jelas bahwa menjadi Buddhis KTP sangatlahrugi, karena mereka tidak bisa mendapatkan manfaat dan berkah dari keberadaanDhamma yang sungguh mulia ini. Selain itu, bila mereka tetap tidak mau berusahauntuk mempelajari Dhamma, mereka akan menjadi seperti orang-orang pada kelompokpertama dan kedua. Maka, mereka pun pantas dikatakan sebagai para ManusiaMalang.

https://www.facebook.com/notes/u-sikkhananda-andi-kusnadi/manusia-malang/10151586752897609


59
Buddhisme untuk Pemula / Re: Transformasi saudari kembar
« on: 16 December 2013, 01:11:20 PM »
tanya:
apakah menurut Buddhisme/ secara dhamma mereka salah?



anggap anda adalah orang yang paling terdekat dengan kedua gadis tersebut (misal ortu- atau terserah). kira2 nasehat apa yang akan anda berikan kepada mereka? (hal ini terjadi sebelum operasi dilakukan)

pertimbangan:
1. keluarga anda kaya sehingga budget tidak menjadi masalah.
2. keluarga anda berada dalam negara dimana operasi plastik adalah hal yang wajar bahkan sedang populer.
3. dll

take your time ;D


Sebenar bgung mw bilng slag ato gx, cuz di dlm dhamma gx pena ada larangan manusia dilarang ini itu, cm. stiap perbuatan yg dilakukan dtangung sendiri kamma na...


Dan klo secara konsep pelepasan dlm ajaran Buddha , tentu hal spt itu membawa dmpak pada kemerosotan .. Malah menimbulkan kemelekatan thdp lobha, dosa, moha...


Dan bukan kah oplas ibarat kyk org ber make up utk terliat menarik,,


Klo buat nasehat no coment d, masing2 punya pilihan hidup, klo dilarang pun malah dia yg menderita, cm plg2 kasi masukkan dampak2 ato efek samping dr oplas doanx


60
Buddhisme untuk Pemula / Re: Transformasi saudari kembar
« on: 14 December 2013, 07:58:42 PM »
bukan semata2 cinta saja yang dipenuhi nafsu ...


Yupht

Pages: 1 2 3 [4] 5 6 7 8 9 10 11 ... 76
anything