Konsep Amitabha memang tidak dipungkiri memang memiliki kemiripan dengan Kristianitas. Namun dari semua itu ada perbedaan fundamental yang mendasari keduanya.
Konsep Amitabha sepenuhnya berevolusi dalam aliran Jodo Shinshu, di mana merupakan aliran Buddhis paling "devosional".
Berabad-abad yang lalu, Bapa Khatolik Francis Xavier yang bertandang ke Jepang pernah salah menduga bahwa aliran Jodo Shinshu adalah "Lutheran heresy" yang berrati Bapa Xavier menemukan ada kemiripan antara Jodo Shinshu dengan Protestantisme.
Paul Williams, seorang intelektual Buddhis Mahayana yang berubah menjadi penganut Khatolik pernah mengatakan bahwa satu-satunya aliran Buddhis yang mampu memuaskan dan menjawab pertanyaan-pertanyaan batinnya adalah aliran Jodo Shinshu. Namun beliau tetap berubah menjadi ka****k karena menganggap Amitabha bukanlah tokoh historikal seperti Yesus. Baginya, seandainya Amitabha adalah tokoh historikal, mungkin beliau akan tetap stay sebagai Buddhis dan memeluk aliran Jodo Shinshu.
Pendapat Paul Williams itu tidak sepenuhnya benar, karena dalam teks-teks Jodo Shinshu selalu ditekankan bahwa Sakyamuni dan Amitabha keduanya adalah Ayah dan Ibu kita. Keyakinan Sakyamuni sebagai Guru Utama pembabar ajaran Sukhavati dan Amitabha sebagai Penyelamat adalah sentral dalam keyakinan Jodo Shinshu, maka dari itu aliran Shinshu juga mendasarkan pada tokoh historikal yaitu Sakyamuni Buddha.
"Amitabha Buddha.... muncul di Istana Gaya [Bodhgaya], mewujudkan diri-Nya sebagai Sakyamuni Buddha" (Shoshinge, Jodo Wasan)Dari sini kita lihat bahwa aliran Jodo Shinshu memenuhi kebutuhan spiritual individu-individu yang kurang cocok dengan ajaran self-power dalam agama Buddha seperti Zen (Chan) dan Theravada. Banyak dari mereka masih membutuhkan sandaran sehingga ajaran Chan dan Theravada yang mengajarkan untuk sepenuhnya berdikari terasa kurang cocok.
Tidak dipungkiri saya menemukan beberapa orang yang seperti ini, namun karena di Indonesia paham Amitabha ini belum sepenuhnya dipahami dan tersebar luas, maka umat2 Buddhis yang seperti itu merasa tidak puas akan ajarannya sendiri, merasa dingin dan sendiri. Intelektual terpenuhi tapi batin dan keyakinan goyah, krn tetap saja manusia juga memiliki perasaan, tidak hanya intelektual saja.
84000 pintu Dharma untuk 84000 tipe orang / kecenderungan yang berbeda pula.
Namun perbedaan signifikan tetap ada di antara Jodo Shinshu dan Kristianitas, di antaranya sudah disebutkan bro. sobat_dharma.
1. Bahwa di Kristianitas, "TA" membiarkan umatnya yang tidak yakin pada-Nya terjerumus ke dalam neraka, sedangkan Amitabha sebaliknya, selalu berusaha menyelamatkan para umat dari neraka.
"I am doomed to fall into hell; Amitabha Tathagata is sure to save me; The Power of the Primal Vow takes me to the Pure Land."I feel I will fall into hell." "If so, I (Amitabha) will go there with you." (Horai's Dharmapada)2. Kristianitas mengajarkan atman (diri), sedangkan Jodo Shinshu, seperti semua ajaran Buddhis, mengajarkan anatman (tanpa diri).
3. Tuhan dalam Kristianitas terpisah dari individu dan merupakan suatu Sosok. Sedangkan Ketuhanan dalam Jodo Shinshu yaitu Dharmakaya melampaui Makhluk maupun bukan Makhluk, serta berada dalam diri setiap makhluk, Ke-Buddhaan yang mencakup semua.
4. Dalam kristianitas, iman adalah CARA untuk mendpatakan keselamatan, sedangkan dalam Jodo Shinshu, keyakinan (shinjin) - citta prasada merupakan GOL itu sendiri.
Saya sendiri menganut pandangan bhiksu Yongming Yanshou:
"Dengan Chan dan Tanah Suci bersama-sama, bagaikan macan yang bertanduk."Yaitu gabungan (union) self power dan other power.
The Siddha Wanderer