//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: Melaksanakan SILA = KEMELEKATAN?  (Read 22476 times)

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Offline Riky_dave

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.229
  • Reputasi: -14
  • Gender: Male
Re: Melaksanakan SILA = KEMELEKATAN?
« Reply #45 on: 21 June 2009, 02:58:19 PM »
Saya semalam baru mendengarkan kaset ceramah Bhante Ajahn Bram tentang "BAHAGIA"...
Saya jadi bertanya sendiri,"Apakah seseorang yang "bertekad kuat" menjalankan sila,tidak disebut sebuah kemelekatan?"
Mohon bantuannya...  :)

Salah satu kekotoran batin adalah vicikiccha / keragu2an, yang terdiri dari 8 jenis keragu2an

Salah satu dari vicikiccha adalah Keragu2an terhadap Sikkha (Sila, samadhi dan Panna), apakah memang ada?

Jadi kalo utk menjalankan sila aja masih mempertanyakan kemelekatan, sungguh disayangkan

Kemelekatan bukan tergantung dari sila, atau samadhi tapi dari si individunya.

Jika memang sila membuat kemelekatan, jadi org pun bisa melekat pada "samadhi"
:)
Bukankah manusia yang belum tercerahkan selalu melekat terhadap apapun juga?

Salam hangat,
Riky
Langkah pertama adalah langkah yg terakhir...

Offline Riky_dave

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.229
  • Reputasi: -14
  • Gender: Male
Re: Melaksanakan SILA = KEMELEKATAN?
« Reply #46 on: 21 June 2009, 03:14:52 PM »
um..semuanya berasal dari pikiran,bukan dari sila...


Buddha tidak pernah bilang "Semuanya berasal dari pikiran", beliau menyatakan "Pikiran adalah pelopor"

Disini mengandung makna bhw jika bertindak dengan pikiran akusala maka hasilnya adalah akusala,
demikian juga jika bertindak dengan pikiran kusala, hasilnya adalah kusala

Kalau semua berasal dari pikiran (citta niyama), berarti anda mengabaikan niyama2 lainnya seperti utu, dhamma, kamma

Dan yg seperti itu, bukanlah ajaran Buddha

metta
Lho?
hehe...
Bukankah sumber penderitaan adalah pikiran?
Bukankah Raja Deva menciptakan sesuatu dengan "dukungan" kekuatan pikiran atau?
Mohon penjelasannnya :)

Salam hangat,
Riky
Langkah pertama adalah langkah yg terakhir...

Offline kiman

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 348
  • Reputasi: 13
  • Gender: Female
  • HUM !
Re: Melaksanakan SILA = KEMELEKATAN?
« Reply #47 on: 21 June 2009, 03:15:57 PM »
salut bwt ko Hendrako...
_/\_
U CAN GET DHARMA WITHOUT MONEY

Offline Jerry

  • Sebelumnya xuvie
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.212
  • Reputasi: 124
  • Gender: Male
  • Suffering is optional.. Pain is inevitable..
Re: Melaksanakan SILA = KEMELEKATAN?
« Reply #48 on: 21 June 2009, 04:52:03 PM »
um..semuanya berasal dari pikiran,bukan dari sila...

menurutku, stelah kita mengerti melalui pikiran berikutnya adl bagaimana menyinkronkan apa yg dipikirkan dg ucapan dan perbuatan kita. dan sila adl cara utk menyinkronkan apa yg tampak di luar, sedangkan samadhi adlh cara utk menyinkronkan yang di dalam. menyelaraskan pikiran-ucapan-perbuatan dalam hal2 baik. stelahnya baru pantas kita lepaskan. lepaskan saat memang waktunya utk melepaskan (meski ini yg susah utk disadari).
lucu rasanya jika ingin melepaskan saat memegang pun kita tidak tahu (sadar) apa itu. ingat saja analogi rakit. kalau belum sampai, masa mau ditinggalkan rakitnya? tenggelam dalam banjir dan arus (kekotoran batin) dong..
appamadena sampadetha

Offline wen78

  • Sebelumnya: osin
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.014
  • Reputasi: 57
  • Gender: Male
Re: Melaksanakan SILA = KEMELEKATAN?
« Reply #49 on: 21 June 2009, 05:11:31 PM »
Saya semalam baru mendengarkan kaset ceramah Bhante Ajahn Bram tentang "BAHAGIA"...
Saya jadi bertanya sendiri,"Apakah seseorang yang "bertekad kuat" menjalankan sila,tidak disebut sebuah kemelekatan?"
Mohon bantuannya...  :)

anda bertekad untuk membantu seseorang yg sedang kesusahan dan anda membantunya dengan memberikan bantuan dana/sumbangan.
ketika anda memberikan sumbangan/bantuan, anda melakukannya dengan tulus/weles asih ato karena sila/peraturan?

memang diajarkan untuk melakukan sila tsb, tetapi sila tsb hanya sebuah ajaran yg diajarkan untuk di praktekan. ketika kita menyadari atas tindakan kita sewaktu membantu, disanalah kita menyadari asal kita memberikan bantuan tsb, apakah dari hati yg tulus/weles asih ato karena sebuah sila/peraturan/keharusan/kewajiban.

dengan seiringnya menjalankan sila, menyadari tindakan kita, menyadari pikiran kita, dan menyadari ego kita, pada akhirnya akan dengan sendirinya mendapatkan jawabannya. sebuah jawaban yg dapat menjawab dengan sendirinya setelah diri kita mengalaminya. apakah saat itu "tekad" adalah sebuah kemelekatan dan apakah saat ini setelah mengalaminya apakah "tekad" itu adalah sebuah kemelekatan. diri kita sendiri yg akan menjawabnya tergantung diri kitanya sendiri.

 _/\_
segala post saya yg tidak berdasarkan sumber yg otentik yaitu Tripitaka, adalah post yg tidak sah yg dapat mengakibatkan kesalahanpahaman dalam memahami Buddhism. dengan demikian, mohon abaikan semua statement saya di forum ini, karena saya tidak menyertakan sumber yg otentik yaitu Tripitaka.

Offline markosprawira

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.449
  • Reputasi: 155
Re: Melaksanakan SILA = KEMELEKATAN?
« Reply #50 on: 22 June 2009, 09:11:45 AM »
um..semuanya berasal dari pikiran,bukan dari sila...


Buddha tidak pernah bilang "Semuanya berasal dari pikiran", beliau menyatakan "Pikiran adalah pelopor"

Disini mengandung makna bhw jika bertindak dengan pikiran akusala maka hasilnya adalah akusala,
demikian juga jika bertindak dengan pikiran kusala, hasilnya adalah kusala

Kalau semua berasal dari pikiran (citta niyama), berarti anda mengabaikan niyama2 lainnya seperti utu, dhamma, kamma

Dan yg seperti itu, bukanlah ajaran Buddha

metta
Lho?
hehe...
Bukankah sumber penderitaan adalah pikiran?
Bukankah Raja Deva menciptakan sesuatu dengan "dukungan" kekuatan pikiran atau?
Mohon penjelasannnya :)

Salam hangat,
Riky

Sumber derita adalah diri anda sendiri, pikiran hanya alat, panca indera hanyalah alat.......

tolong jgn dibalik, seolah2 pikiran itu yg menjadi sumber derita......

Offline markosprawira

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.449
  • Reputasi: 155
Re: Melaksanakan SILA = KEMELEKATAN?
« Reply #51 on: 22 June 2009, 09:14:39 AM »
Saya semalam baru mendengarkan kaset ceramah Bhante Ajahn Bram tentang "BAHAGIA"...
Saya jadi bertanya sendiri,"Apakah seseorang yang "bertekad kuat" menjalankan sila,tidak disebut sebuah kemelekatan?"
Mohon bantuannya...  :)

Salah satu kekotoran batin adalah vicikiccha / keragu2an, yang terdiri dari 8 jenis keragu2an

Salah satu dari vicikiccha adalah Keragu2an terhadap Sikkha (Sila, samadhi dan Panna), apakah memang ada?

Jadi kalo utk menjalankan sila aja masih mempertanyakan kemelekatan, sungguh disayangkan

Kemelekatan bukan tergantung dari sila, atau samadhi tapi dari si individunya.

Jika memang sila membuat kemelekatan, jadi org pun bisa melekat pada "samadhi"
:)
Bukankah manusia yang belum tercerahkan selalu melekat terhadap apapun juga?

Salam hangat,
Riky

dear Riky,

itu gunanya sila...... utk mengendalikan diri, utk mengurangi kemelekatan, kebencian/dosa dan kebodohan batin
Bahkan dengan sila, bisa menekan/mengikis kilesa yg kasar.....

Logika simpel : kalau kita bisa menambah LDM, tentunya kita sendiri juga yang bisa mengikis LDM

Offline markosprawira

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.449
  • Reputasi: 155
Re: Melaksanakan SILA = KEMELEKATAN?
« Reply #52 on: 22 June 2009, 09:24:22 AM »
dear marcedes,

Kita kembali ke pernyataan anda yaitu "segala sesuatu pasti ada dalam pikiran".... dgn contoh misalnya Nibbana pun ada dalam pikiran

Sedangkan yg saya tekankan disini "TIDAK semua ada dalam pikiran"

Tolong dilihat bedanya bhw objek itu mempunyai hakekat yg sesungguhnya, tidak tergantung dari KONSEP apapun yg ada dalam pikiran anda

Bahkan saat objek tertentu mengenai panca indera (diluar indera pikiran), SAMA SEKALI TIDAK melibatkan pikiran.
Misal saat mata lihat bunga, maka di cakkhu dvara (retina) terbentuk bayangan bunga dan ini TIDAK melibatkan pikiran[/b]

Pikiran baru terlibat saat muncul kesan, proses mengarahkan indera, proses memutuskan dsbnya ..... Karena sudah ada konsep/persepsi bhw itu adl BUNGA, maka kita melihat itu sebagai BUNGA, yg merupakan proses Kesadaran Melihat Bunga
Tapi BUNGA itu sesungguhnya seperti itu, apa adanya seperti yg ditangkap oleh retina kita

Coba bro marcedes baca kembali mengenai citta vitthi/proses kesadaran, juga mengenai Rupa dan cetasika agar dapat mengetahui bagaimana mahluk hidup berproses

semoga bermanfaat
pada saat itu apakah tidak melibatkan pikiran?
lalu anda tahu darimana kalau proses nya demikian, kemudian memakai apa mengetahui-nya?
kita memakai pikiran mencerna hal itu, dari sini lah timbul dan dikatakan segala sesuatu itu pasti ada dalam pikiran....

saya harap bisa dimengerti maksud saya...

salam metta.

Sepertinya pembahasan sudah OOT.

Sekedar ikut berpendapat...

Mano, citta dan vinnana bila diterjemahkan ke Bahasa Indonesia menjadi "pikiran"; yang digunakan sesuai dengan konteksnya masing-masing. Penjelasan Bro Markos mengenai wujud bunga yang tertangkap oleh indria penglihatan, memang benar tidak melibatkan pikiran (citta). Dalam tahap ini, yang bekerja adalah tahap kesadaran. Kesadaran penglihatan hanya menangkap suatu wujud dari dunia luar. Di tahap ini pun belum muncul persepsi (pencerapan), sehingga wujud yang ditangkap oleh mata belum bisa dipersepsikan sebagai wujud bunga.

Dari sini sudah jelas, bahwa "tidak semua hal ada dalam pikiran".

Sebaiknya jangan menerjemahkan kata "pikiran" dari Bahasa Indonesia secara harafiah. Karena perbedaan minor antara "mano", "citta" dan "vinnana" itu bisa jauh sekali nilai kontekstualnya; meski ketiganya diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia sebagai "pikiran".


NB : "vinnana" pun kadang diterjemahkan sebagai "kesadaran"

saudara upasaka menemukan point-nya. ^^

karena kalau membahas perasaan dan bentuk-bentuk pikiran memang tidak sama jika di teliti lebih dalam.
seperti membandingkan gula merah dan gula pasir.

tetapi yg saya maksudkan disini secara universal saja....apakah nibbana yang disebutkan itu tidak dapat dirasakan melalui pikiran?

jadi pikiran yang dimaksudkan saya disini secara universal.....
bukan bentuk-bentuk pikiran ( sankhara )saja....

Jadi, apa yang anda maksud dengan pikiran? tolong tulis bhs pali biar jelas apa yg anda maksud

Mengenai Nibbana, sudah saya tulis di depan bhw Nibbana adalah Khandha Vimutti atau Terbebas dari Khandha. Itu yg bro gacchapin sebut dengan "accinteya".

Anda menyebut tahu dan tidak tahu, itu aja udah jelas bhw anda merujuk ke "konsep"

ada hal-hal yang di luar pikiran, acinteyya.
dari mana anda tahu acinteyya atau bukan acinteyya.?

Padahal diatas, saya udah jelas menyebut :

Tolong dilihat bedanya bhw objek itu mempunyai hakekat yg sesungguhnya, tidak tergantung dari KONSEP apapun yg ada dalam pikiran anda

TAHU mengenai hakekat sesungguhnya adalah melalui batin (TIDAK hanya PIKIRAN/citta) tapi batin secara keseluruhan yg terdiri dari Citta dan Cetasika
Tapi hakekat sesungguhnya itu sendiri tetap eksis, tetap seperti apa adanya walau TIDAK ada PIKIRAN

jadi tolong dibedakan, antara anda yg mengenali dengan proses kesadaran secara batin, dengan objek yg mempunyai hakekat sesungguhnya masing2.

Offline markosprawira

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.449
  • Reputasi: 155
Re: Melaksanakan SILA = KEMELEKATAN?
« Reply #53 on: 22 June 2009, 09:30:42 AM »
orang yg telah terlepas dari kemelekatan otomatis ga perlu sila2 itu lagi, karena SEHARUS nya perilaku nya sudah sesuai dngan sila2 tersebut (saya tulis seharusnya karena saya sendiri jg masi belooooooooooooooooom terlepas dari kemelekatan)
Sila pertama PANATIPATA..
ada kisah Bhikkhu suci yang menginjak mati semut secara tidak sengaja selama vassa...
Bhikkhu lain melihat sebagai "pelanggaran sila 1",sedangkan SB berkata,"Dia telah terbebaskan,dan bla2..."
disini jelas menunjukkn bahwa bukan "sila" menjadi tolak ukur,malahan sila bisa menyebabkan pandangan yang "salah"...

Salam hangat,
Riky

Dari cerita itu, justru menunjukkan bhw "Pikiran adl Pelopor"dimana Kamma/tindakan yg tidak didahului dengan cetana, tidak akan menghasilkan akibat/vipaka

Menganggap Melaksanakan Sila = kemelekatan, sama dengan menganggap karena TV bnyk menyajikan kekerasan, lalu org dilarang nonton TV

Selama anda bertanya dengan asumsi "Tidak perlu Sila, cukup samadhi aja", selama itu pula pelaksanaan Sila menjadi sesuatu "yang dianggap tidak perlu"

Itu juga bukti "Pikiran adalah pelopor"

Offline marcedes

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.528
  • Reputasi: 70
  • Gender: Male
  • May All Being Happinesssssssss
Re: Melaksanakan SILA = KEMELEKATAN?
« Reply #54 on: 22 June 2009, 10:32:00 AM »
dear marcedes,

Kita kembali ke pernyataan anda yaitu "segala sesuatu pasti ada dalam pikiran".... dgn contoh misalnya Nibbana pun ada dalam pikiran

Sedangkan yg saya tekankan disini "TIDAK semua ada dalam pikiran"

Tolong dilihat bedanya bhw objek itu mempunyai hakekat yg sesungguhnya, tidak tergantung dari KONSEP apapun yg ada dalam pikiran anda

Bahkan saat objek tertentu mengenai panca indera (diluar indera pikiran), SAMA SEKALI TIDAK melibatkan pikiran.
Misal saat mata lihat bunga, maka di cakkhu dvara (retina) terbentuk bayangan bunga dan ini TIDAK melibatkan pikiran[/b]

Pikiran baru terlibat saat muncul kesan, proses mengarahkan indera, proses memutuskan dsbnya ..... Karena sudah ada konsep/persepsi bhw itu adl BUNGA, maka kita melihat itu sebagai BUNGA, yg merupakan proses Kesadaran Melihat Bunga
Tapi BUNGA itu sesungguhnya seperti itu, apa adanya seperti yg ditangkap oleh retina kita

Coba bro marcedes baca kembali mengenai citta vitthi/proses kesadaran, juga mengenai Rupa dan cetasika agar dapat mengetahui bagaimana mahluk hidup berproses

semoga bermanfaat
pada saat itu apakah tidak melibatkan pikiran?
lalu anda tahu darimana kalau proses nya demikian, kemudian memakai apa mengetahui-nya?
kita memakai pikiran mencerna hal itu, dari sini lah timbul dan dikatakan segala sesuatu itu pasti ada dalam pikiran....

saya harap bisa dimengerti maksud saya...

salam metta.

Sepertinya pembahasan sudah OOT.

Sekedar ikut berpendapat...

Mano, citta dan vinnana bila diterjemahkan ke Bahasa Indonesia menjadi "pikiran"; yang digunakan sesuai dengan konteksnya masing-masing. Penjelasan Bro Markos mengenai wujud bunga yang tertangkap oleh indria penglihatan, memang benar tidak melibatkan pikiran (citta). Dalam tahap ini, yang bekerja adalah tahap kesadaran. Kesadaran penglihatan hanya menangkap suatu wujud dari dunia luar. Di tahap ini pun belum muncul persepsi (pencerapan), sehingga wujud yang ditangkap oleh mata belum bisa dipersepsikan sebagai wujud bunga.

Dari sini sudah jelas, bahwa "tidak semua hal ada dalam pikiran".

Sebaiknya jangan menerjemahkan kata "pikiran" dari Bahasa Indonesia secara harafiah. Karena perbedaan minor antara "mano", "citta" dan "vinnana" itu bisa jauh sekali nilai kontekstualnya; meski ketiganya diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia sebagai "pikiran".


NB : "vinnana" pun kadang diterjemahkan sebagai "kesadaran"

saudara upasaka menemukan point-nya. ^^

karena kalau membahas perasaan dan bentuk-bentuk pikiran memang tidak sama jika di teliti lebih dalam.
seperti membandingkan gula merah dan gula pasir.

tetapi yg saya maksudkan disini secara universal saja....apakah nibbana yang disebutkan itu tidak dapat dirasakan melalui pikiran?

jadi pikiran yang dimaksudkan saya disini secara universal.....
bukan bentuk-bentuk pikiran ( sankhara )saja....

Jadi, apa yang anda maksud dengan pikiran? tolong tulis bhs pali biar jelas apa yg anda maksud

Mengenai Nibbana, sudah saya tulis di depan bhw Nibbana adalah Khandha Vimutti atau Terbebas dari Khandha. Itu yg bro gacchapin sebut dengan "accinteya".

Anda menyebut tahu dan tidak tahu, itu aja udah jelas bhw anda merujuk ke "konsep"

ada hal-hal yang di luar pikiran, acinteyya.
dari mana anda tahu acinteyya atau bukan acinteyya.?

Padahal diatas, saya udah jelas menyebut :

Tolong dilihat bedanya bhw objek itu mempunyai hakekat yg sesungguhnya, tidak tergantung dari KONSEP apapun yg ada dalam pikiran anda

TAHU mengenai hakekat sesungguhnya adalah melalui batin (TIDAK hanya PIKIRAN/citta) tapi batin secara keseluruhan yg terdiri dari Citta dan Cetasika
Tapi hakekat sesungguhnya itu sendiri tetap eksis, tetap seperti apa adanya walau TIDAK ada PIKIRAN

jadi tolong dibedakan, antara anda yg mengenali dengan proses kesadaran secara batin, dengan objek yg mempunyai hakekat sesungguhnya masing2.
pikiran yang saya maksud disini adalah dimana ketika SangBuddha membahas tentang 3 tongkat dengan upali....
pikiran yang saya maksud disini mungkin bisa dikatakan batin......alias 4 khandha.
atau dalam bahasa inti ajaran buddha "Sabbapassa akaranam....... mengenai sucikan hati dan pikiran."

benda memang memiliki hakekat sesungguhnya atau sifat alamiah asli-nya bukan buatan dari PIKIRAN.
ketika anakkecil mengkonsepkan api sebagai mainan bisa di pegang-pegang dan enak dimakan, walaupun pikiran-nya mengatakan demikian, akan tetapi pasti menjerti kepanasan dan tidak mungkin enak dimakan lagi >>> ini memang konsep pikiran....
ini saya pahami dengan baik.....sekali lagi bukan ini yang saya maksudkan.

akan tetapi darimana anak kecil ini mengkonsepkan semua itu? apakah anak kecil bisa mengkonsepkan sesuatu ataupun perpahaman tanpa pikiran?

memang dalam hakekat nya benda tidak ada hubungannya dalam pikiran yang satu sendiri dan yang satunya sendiri.
akan tetapi > darimana persepsi atau pemahaman seperti ini?
coba di renungkan...pasti dari hasil proses berpikir....

ketika kita merenungkan setiap hal baik mengenai nibbana ataupun lainnya, kita selalu menggunakan pikiran,
ketika kita melihat segala hal menggunakan indria, memang dalam proses terlihat bahwa mata sebagai alat untuk menyampaikan gambar ke pikiran,
sekali lagi dengan kesimpulan dari mana hal ini terjadi.>>lagi lagi dari proses berpikir.
anda bisa membayangkan melihat tanpa pikiran?...apa jadinya penglihatan itu?
mungkin seperti kamera yang menangkap objek tetapi tidak ada penyaluran gambar-nya...jadi apapun yang sedang kamera tangkap pastilah X hasilnya.

pemahaman bahwa nibbana di luar pikiran...kemudian ttg acintteya semua itu dari mana anda ketahui?
sekali lagi karena adanya proses berpikir/merenungkan..

dari sini diketahui bahwa segala sesuatu yg terlintas...apapun yang anda ketik disini pun,pasti melalui pikiran, jadi jika saya katakan
"Segala sesuatu pasti ada dalam pikiran"

kalau anda bilang "tidak" sekarang saya tanyakan pada anda semua, dari mana jawaban "tidak" itu berasal...> bukankah dari proses berpikir dimulai melihat tulisan saya(sudah masuk ke pikiran), kemudian berpikir ( mengolah ) dan lagi-lagi mengetik "tidak" itu menggunakan apa?

silahkan di renungkan.

 _/\_
salam metta.
Ada penderitaan,tetapi tidak ada yang menderita
Ada jalan tetapi tidak ada yang menempuhnya
Ada Nibbana tetapi tidak ada yang mencapainya.

TALK LESS DO MOREEEEEE !!!

Offline markosprawira

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.449
  • Reputasi: 155
Re: Melaksanakan SILA = KEMELEKATAN?
« Reply #55 on: 22 June 2009, 01:19:43 PM »
dear marcedes,

Kita kembali ke pernyataan anda yaitu "segala sesuatu pasti ada dalam pikiran".... dgn contoh misalnya Nibbana pun ada dalam pikiran

Sedangkan yg saya tekankan disini "TIDAK semua ada dalam pikiran"

Tolong dilihat bedanya bhw objek itu mempunyai hakekat yg sesungguhnya, tidak tergantung dari KONSEP apapun yg ada dalam pikiran anda

Bahkan saat objek tertentu mengenai panca indera (diluar indera pikiran), SAMA SEKALI TIDAK melibatkan pikiran.
Misal saat mata lihat bunga, maka di cakkhu dvara (retina) terbentuk bayangan bunga dan ini TIDAK melibatkan pikiran[/b]

Pikiran baru terlibat saat muncul kesan, proses mengarahkan indera, proses memutuskan dsbnya ..... Karena sudah ada konsep/persepsi bhw itu adl BUNGA, maka kita melihat itu sebagai BUNGA, yg merupakan proses Kesadaran Melihat Bunga
Tapi BUNGA itu sesungguhnya seperti itu, apa adanya seperti yg ditangkap oleh retina kita

Coba bro marcedes baca kembali mengenai citta vitthi/proses kesadaran, juga mengenai Rupa dan cetasika agar dapat mengetahui bagaimana mahluk hidup berproses

semoga bermanfaat
pada saat itu apakah tidak melibatkan pikiran?
lalu anda tahu darimana kalau proses nya demikian, kemudian memakai apa mengetahui-nya?
kita memakai pikiran mencerna hal itu, dari sini lah timbul dan dikatakan segala sesuatu itu pasti ada dalam pikiran....

saya harap bisa dimengerti maksud saya...

salam metta.

Sepertinya pembahasan sudah OOT.

Sekedar ikut berpendapat...

Mano, citta dan vinnana bila diterjemahkan ke Bahasa Indonesia menjadi "pikiran"; yang digunakan sesuai dengan konteksnya masing-masing. Penjelasan Bro Markos mengenai wujud bunga yang tertangkap oleh indria penglihatan, memang benar tidak melibatkan pikiran (citta). Dalam tahap ini, yang bekerja adalah tahap kesadaran. Kesadaran penglihatan hanya menangkap suatu wujud dari dunia luar. Di tahap ini pun belum muncul persepsi (pencerapan), sehingga wujud yang ditangkap oleh mata belum bisa dipersepsikan sebagai wujud bunga.

Dari sini sudah jelas, bahwa "tidak semua hal ada dalam pikiran".

Sebaiknya jangan menerjemahkan kata "pikiran" dari Bahasa Indonesia secara harafiah. Karena perbedaan minor antara "mano", "citta" dan "vinnana" itu bisa jauh sekali nilai kontekstualnya; meski ketiganya diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia sebagai "pikiran".


NB : "vinnana" pun kadang diterjemahkan sebagai "kesadaran"

saudara upasaka menemukan point-nya. ^^

karena kalau membahas perasaan dan bentuk-bentuk pikiran memang tidak sama jika di teliti lebih dalam.
seperti membandingkan gula merah dan gula pasir.

tetapi yg saya maksudkan disini secara universal saja....apakah nibbana yang disebutkan itu tidak dapat dirasakan melalui pikiran?

jadi pikiran yang dimaksudkan saya disini secara universal.....
bukan bentuk-bentuk pikiran ( sankhara )saja....

Jadi, apa yang anda maksud dengan pikiran? tolong tulis bhs pali biar jelas apa yg anda maksud

Mengenai Nibbana, sudah saya tulis di depan bhw Nibbana adalah Khandha Vimutti atau Terbebas dari Khandha. Itu yg bro gacchapin sebut dengan "accinteya".

Anda menyebut tahu dan tidak tahu, itu aja udah jelas bhw anda merujuk ke "konsep"

ada hal-hal yang di luar pikiran, acinteyya.
dari mana anda tahu acinteyya atau bukan acinteyya.?

Padahal diatas, saya udah jelas menyebut :

Tolong dilihat bedanya bhw objek itu mempunyai hakekat yg sesungguhnya, tidak tergantung dari KONSEP apapun yg ada dalam pikiran anda

TAHU mengenai hakekat sesungguhnya adalah melalui batin (TIDAK hanya PIKIRAN/citta) tapi batin secara keseluruhan yg terdiri dari Citta dan Cetasika
Tapi hakekat sesungguhnya itu sendiri tetap eksis, tetap seperti apa adanya walau TIDAK ada PIKIRAN

jadi tolong dibedakan, antara anda yg mengenali dengan proses kesadaran secara batin, dengan objek yg mempunyai hakekat sesungguhnya masing2.
pikiran yang saya maksud disini adalah dimana ketika SangBuddha membahas tentang 3 tongkat dengan upali....
pikiran yang saya maksud disini mungkin bisa dikatakan batin......alias 4 khandha.
atau dalam bahasa inti ajaran buddha "Sabbapassa akaranam....... mengenai sucikan hati dan pikiran."

benda memang memiliki hakekat sesungguhnya atau sifat alamiah asli-nya bukan buatan dari PIKIRAN.
ketika anakkecil mengkonsepkan api sebagai mainan bisa di pegang-pegang dan enak dimakan, walaupun pikiran-nya mengatakan demikian, akan tetapi pasti menjerti kepanasan dan tidak mungkin enak dimakan lagi >>> ini memang konsep pikiran....
ini saya pahami dengan baik.....sekali lagi bukan ini yang saya maksudkan.

akan tetapi darimana anak kecil ini mengkonsepkan semua itu? apakah anak kecil bisa mengkonsepkan sesuatu ataupun perpahaman tanpa pikiran?

memang dalam hakekat nya benda tidak ada hubungannya dalam pikiran yang satu sendiri dan yang satunya sendiri.
akan tetapi > darimana persepsi atau pemahaman seperti ini?
coba di renungkan...pasti dari hasil proses berpikir....

ketika kita merenungkan setiap hal baik mengenai nibbana ataupun lainnya, kita selalu menggunakan pikiran,
ketika kita melihat segala hal menggunakan indria, memang dalam proses terlihat bahwa mata sebagai alat untuk menyampaikan gambar ke pikiran,
sekali lagi dengan kesimpulan dari mana hal ini terjadi.>>lagi lagi dari proses berpikir.
anda bisa membayangkan melihat tanpa pikiran?...apa jadinya penglihatan itu?
mungkin seperti kamera yang menangkap objek tetapi tidak ada penyaluran gambar-nya...jadi apapun yang sedang kamera tangkap pastilah X hasilnya.

pemahaman bahwa nibbana di luar pikiran...kemudian ttg acintteya semua itu dari mana anda ketahui?
sekali lagi karena adanya proses berpikir/merenungkan..

dari sini diketahui bahwa segala sesuatu yg terlintas...apapun yang anda ketik disini pun,pasti melalui pikiran, jadi jika saya katakan
"Segala sesuatu pasti ada dalam pikiran"

kalau anda bilang "tidak" sekarang saya tanyakan pada anda semua, dari mana jawaban "tidak" itu berasal...> bukankah dari proses berpikir dimulai melihat tulisan saya(sudah masuk ke pikiran), kemudian berpikir ( mengolah ) dan lagi-lagi mengetik "tidak" itu menggunakan apa?

silahkan di renungkan.

 _/\_
salam metta.

Jadi jelas, yg anda maksud adalah "asal konseptual" khan?

Quote
darimana anak kecil ini mengkonsepkan semua itu? apakah anak kecil bisa mengkonsepkan sesuatu ataupun perpahaman tanpa pikiran?

ok, jadi udah clear yg anda maksudkan.......

Kalau boleh saya jelaskan secara tipitaka
1. Konsep/persepsi ada di dalam sanna/pencerapan.
2. Sanna adalah salah satu dari 7 cetasika yg selalu ada dalam setiap citta. Jadi jelas bhw ini adalah cetasika, yang merupakan unsur2 batin, bukan PIKIRAN itu sendiri loh

Pikiran hanyalah satu bagian dari batin, dimana citta/pikiran dan cetasika bersama membentuk menjadi batin



Dan mengenai pernyataan "segala sesuatu" yang anda maksud adalah "Segala sesuatu yg terlintas, betul"?

Jika betul anda merujuk ke segala sesuatu yg terlintas, pasti ada dalam pikiran maka jawabnya adalah Iya dan Tidak karena
1. Jawaban "Iya" karena memang itu melibatkan pikiran.
2. Jawaban "Tidak" karena sesungguhnya citta/pikiran tidak bisa berdiri sendiri, HARUS bersama dengan cetasika.
Jadi pernyataan anda hendaknya dilengkapi menjadi "Segala sesuatu yg terlintas, PASTI ada dalam batin"

Semoga bisa memperjelas mengenai pikiran/citta dan cetasika/faktor batin dalam hubungannya dengan "segala sesuatu yg terlintas"

metta
« Last Edit: 22 June 2009, 01:22:29 PM by markosprawira »

Offline marcedes

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.528
  • Reputasi: 70
  • Gender: Male
  • May All Being Happinesssssssss
Re: Melaksanakan SILA = KEMELEKATAN?
« Reply #56 on: 22 June 2009, 05:34:31 PM »
dear marcedes,

Kita kembali ke pernyataan anda yaitu "segala sesuatu pasti ada dalam pikiran".... dgn contoh misalnya Nibbana pun ada dalam pikiran

Sedangkan yg saya tekankan disini "TIDAK semua ada dalam pikiran"

Tolong dilihat bedanya bhw objek itu mempunyai hakekat yg sesungguhnya, tidak tergantung dari KONSEP apapun yg ada dalam pikiran anda

Bahkan saat objek tertentu mengenai panca indera (diluar indera pikiran), SAMA SEKALI TIDAK melibatkan pikiran.
Misal saat mata lihat bunga, maka di cakkhu dvara (retina) terbentuk bayangan bunga dan ini TIDAK melibatkan pikiran[/b]

Pikiran baru terlibat saat muncul kesan, proses mengarahkan indera, proses memutuskan dsbnya ..... Karena sudah ada konsep/persepsi bhw itu adl BUNGA, maka kita melihat itu sebagai BUNGA, yg merupakan proses Kesadaran Melihat Bunga
Tapi BUNGA itu sesungguhnya seperti itu, apa adanya seperti yg ditangkap oleh retina kita

Coba bro marcedes baca kembali mengenai citta vitthi/proses kesadaran, juga mengenai Rupa dan cetasika agar dapat mengetahui bagaimana mahluk hidup berproses

semoga bermanfaat
pada saat itu apakah tidak melibatkan pikiran?
lalu anda tahu darimana kalau proses nya demikian, kemudian memakai apa mengetahui-nya?
kita memakai pikiran mencerna hal itu, dari sini lah timbul dan dikatakan segala sesuatu itu pasti ada dalam pikiran....

saya harap bisa dimengerti maksud saya...

salam metta.

Sepertinya pembahasan sudah OOT.

Sekedar ikut berpendapat...

Mano, citta dan vinnana bila diterjemahkan ke Bahasa Indonesia menjadi "pikiran"; yang digunakan sesuai dengan konteksnya masing-masing. Penjelasan Bro Markos mengenai wujud bunga yang tertangkap oleh indria penglihatan, memang benar tidak melibatkan pikiran (citta). Dalam tahap ini, yang bekerja adalah tahap kesadaran. Kesadaran penglihatan hanya menangkap suatu wujud dari dunia luar. Di tahap ini pun belum muncul persepsi (pencerapan), sehingga wujud yang ditangkap oleh mata belum bisa dipersepsikan sebagai wujud bunga.

Dari sini sudah jelas, bahwa "tidak semua hal ada dalam pikiran".

Sebaiknya jangan menerjemahkan kata "pikiran" dari Bahasa Indonesia secara harafiah. Karena perbedaan minor antara "mano", "citta" dan "vinnana" itu bisa jauh sekali nilai kontekstualnya; meski ketiganya diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia sebagai "pikiran".


NB : "vinnana" pun kadang diterjemahkan sebagai "kesadaran"

saudara upasaka menemukan point-nya. ^^

karena kalau membahas perasaan dan bentuk-bentuk pikiran memang tidak sama jika di teliti lebih dalam.
seperti membandingkan gula merah dan gula pasir.

tetapi yg saya maksudkan disini secara universal saja....apakah nibbana yang disebutkan itu tidak dapat dirasakan melalui pikiran?

jadi pikiran yang dimaksudkan saya disini secara universal.....
bukan bentuk-bentuk pikiran ( sankhara )saja....

Jadi, apa yang anda maksud dengan pikiran? tolong tulis bhs pali biar jelas apa yg anda maksud

Mengenai Nibbana, sudah saya tulis di depan bhw Nibbana adalah Khandha Vimutti atau Terbebas dari Khandha. Itu yg bro gacchapin sebut dengan "accinteya".

Anda menyebut tahu dan tidak tahu, itu aja udah jelas bhw anda merujuk ke "konsep"

ada hal-hal yang di luar pikiran, acinteyya.
dari mana anda tahu acinteyya atau bukan acinteyya.?

Padahal diatas, saya udah jelas menyebut :

Tolong dilihat bedanya bhw objek itu mempunyai hakekat yg sesungguhnya, tidak tergantung dari KONSEP apapun yg ada dalam pikiran anda

TAHU mengenai hakekat sesungguhnya adalah melalui batin (TIDAK hanya PIKIRAN/citta) tapi batin secara keseluruhan yg terdiri dari Citta dan Cetasika
Tapi hakekat sesungguhnya itu sendiri tetap eksis, tetap seperti apa adanya walau TIDAK ada PIKIRAN

jadi tolong dibedakan, antara anda yg mengenali dengan proses kesadaran secara batin, dengan objek yg mempunyai hakekat sesungguhnya masing2.
pikiran yang saya maksud disini adalah dimana ketika SangBuddha membahas tentang 3 tongkat dengan upali....
pikiran yang saya maksud disini mungkin bisa dikatakan batin......alias 4 khandha.
atau dalam bahasa inti ajaran buddha "Sabbapassa akaranam....... mengenai sucikan hati dan pikiran."

benda memang memiliki hakekat sesungguhnya atau sifat alamiah asli-nya bukan buatan dari PIKIRAN.
ketika anakkecil mengkonsepkan api sebagai mainan bisa di pegang-pegang dan enak dimakan, walaupun pikiran-nya mengatakan demikian, akan tetapi pasti menjerti kepanasan dan tidak mungkin enak dimakan lagi >>> ini memang konsep pikiran....
ini saya pahami dengan baik.....sekali lagi bukan ini yang saya maksudkan.

akan tetapi darimana anak kecil ini mengkonsepkan semua itu? apakah anak kecil bisa mengkonsepkan sesuatu ataupun perpahaman tanpa pikiran?

memang dalam hakekat nya benda tidak ada hubungannya dalam pikiran yang satu sendiri dan yang satunya sendiri.
akan tetapi > darimana persepsi atau pemahaman seperti ini?
coba di renungkan...pasti dari hasil proses berpikir....

ketika kita merenungkan setiap hal baik mengenai nibbana ataupun lainnya, kita selalu menggunakan pikiran,
ketika kita melihat segala hal menggunakan indria, memang dalam proses terlihat bahwa mata sebagai alat untuk menyampaikan gambar ke pikiran,
sekali lagi dengan kesimpulan dari mana hal ini terjadi.>>lagi lagi dari proses berpikir.
anda bisa membayangkan melihat tanpa pikiran?...apa jadinya penglihatan itu?
mungkin seperti kamera yang menangkap objek tetapi tidak ada penyaluran gambar-nya...jadi apapun yang sedang kamera tangkap pastilah X hasilnya.

pemahaman bahwa nibbana di luar pikiran...kemudian ttg acintteya semua itu dari mana anda ketahui?
sekali lagi karena adanya proses berpikir/merenungkan..

dari sini diketahui bahwa segala sesuatu yg terlintas...apapun yang anda ketik disini pun,pasti melalui pikiran, jadi jika saya katakan
"Segala sesuatu pasti ada dalam pikiran"

kalau anda bilang "tidak" sekarang saya tanyakan pada anda semua, dari mana jawaban "tidak" itu berasal...> bukankah dari proses berpikir dimulai melihat tulisan saya(sudah masuk ke pikiran), kemudian berpikir ( mengolah ) dan lagi-lagi mengetik "tidak" itu menggunakan apa?

silahkan di renungkan.

 _/\_
salam metta.

Jadi jelas, yg anda maksud adalah "asal konseptual" khan?

Quote
darimana anak kecil ini mengkonsepkan semua itu? apakah anak kecil bisa mengkonsepkan sesuatu ataupun perpahaman tanpa pikiran?

ok, jadi udah clear yg anda maksudkan.......

Kalau boleh saya jelaskan secara tipitaka
1. Konsep/persepsi ada di dalam sanna/pencerapan.
2. Sanna adalah salah satu dari 7 cetasika yg selalu ada dalam setiap citta. Jadi jelas bhw ini adalah cetasika, yang merupakan unsur2 batin, bukan PIKIRAN itu sendiri loh

Pikiran hanyalah satu bagian dari batin, dimana citta/pikiran dan cetasika bersama membentuk menjadi batin



Dan mengenai pernyataan "segala sesuatu" yang anda maksud adalah "Segala sesuatu yg terlintas, betul"?

Jika betul anda merujuk ke segala sesuatu yg terlintas, pasti ada dalam pikiran maka jawabnya adalah Iya dan Tidak karena
1. Jawaban "Iya" karena memang itu melibatkan pikiran.
2. Jawaban "Tidak" karena sesungguhnya citta/pikiran tidak bisa berdiri sendiri, HARUS bersama dengan cetasika.
Jadi pernyataan anda hendaknya dilengkapi menjadi "Segala sesuatu yg terlintas, PASTI ada dalam batin"

Semoga bisa memperjelas mengenai pikiran/citta dan cetasika/faktor batin dalam hubungannya dengan "segala sesuatu yg terlintas"

metta
well, seperti-nya point nya didapatkan...maaf kalau salah bahasa indonesia...^^
setidaknya menjadi pembelajaran bahasa agar tidak terjadi miss comunication di kemudian hari.
Ada penderitaan,tetapi tidak ada yang menderita
Ada jalan tetapi tidak ada yang menempuhnya
Ada Nibbana tetapi tidak ada yang mencapainya.

TALK LESS DO MOREEEEEE !!!

Offline Riky_dave

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.229
  • Reputasi: -14
  • Gender: Male
Re: Melaksanakan SILA = KEMELEKATAN?
« Reply #57 on: 22 June 2009, 07:24:14 PM »
um..semuanya berasal dari pikiran,bukan dari sila...


Buddha tidak pernah bilang "Semuanya berasal dari pikiran", beliau menyatakan "Pikiran adalah pelopor"

Disini mengandung makna bhw jika bertindak dengan pikiran akusala maka hasilnya adalah akusala,
demikian juga jika bertindak dengan pikiran kusala, hasilnya adalah kusala

Kalau semua berasal dari pikiran (citta niyama), berarti anda mengabaikan niyama2 lainnya seperti utu, dhamma, kamma

Dan yg seperti itu, bukanlah ajaran Buddha

metta
Lho?
hehe...
Bukankah sumber penderitaan adalah pikiran?
Bukankah Raja Deva menciptakan sesuatu dengan "dukungan" kekuatan pikiran atau?
Mohon penjelasannnya :)

Salam hangat,
Riky

Sumber derita adalah diri anda sendiri, pikiran hanya alat, panca indera hanyalah alat.......

tolong jgn dibalik, seolah2 pikiran itu yg menjadi sumber derita......
Dear marko,
Bukankah anda sedang berusaha memilah2 antara pikiran,alat,panca indera?
Padahal sang Buddha berkata soal Anatta/tanpa inti atau aku lagi..
Bagaimana anda menyikapi hal tersebut?

Salam hangat,
Riky
Langkah pertama adalah langkah yg terakhir...

Offline Riky_dave

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.229
  • Reputasi: -14
  • Gender: Male
Re: Melaksanakan SILA = KEMELEKATAN?
« Reply #58 on: 22 June 2009, 07:28:57 PM »
Saya semalam baru mendengarkan kaset ceramah Bhante Ajahn Bram tentang "BAHAGIA"...
Saya jadi bertanya sendiri,"Apakah seseorang yang "bertekad kuat" menjalankan sila,tidak disebut sebuah kemelekatan?"
Mohon bantuannya...  :)

Salah satu kekotoran batin adalah vicikiccha / keragu2an, yang terdiri dari 8 jenis keragu2an

Salah satu dari vicikiccha adalah Keragu2an terhadap Sikkha (Sila, samadhi dan Panna), apakah memang ada?

Jadi kalo utk menjalankan sila aja masih mempertanyakan kemelekatan, sungguh disayangkan

Kemelekatan bukan tergantung dari sila, atau samadhi tapi dari si individunya.

Jika memang sila membuat kemelekatan, jadi org pun bisa melekat pada "samadhi"
:)
Bukankah manusia yang belum tercerahkan selalu melekat terhadap apapun juga?

Salam hangat,
Riky

dear Riky,

itu gunanya sila...... utk mengendalikan diri, utk mengurangi kemelekatan, kebencian/dosa dan kebodohan batin
Bahkan dengan sila, bisa menekan/mengikis kilesa yg kasar.....

Logika simpel : kalau kita bisa menambah LDM, tentunya kita sendiri juga yang bisa mengikis LDM
"Jika memang sila membuat kemelekatan, jadi org pun bisa melekat pada "samadhi" "
kenapa ditambahkan kalimat ini?padahal memang sudah menjadi kenyataan bahwa manusia itu bisa "melekat" terhadap apapun bahkan yang sehalus butiran pasir pun...

Salam hangat,
Riky
Langkah pertama adalah langkah yg terakhir...

Offline markosprawira

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.449
  • Reputasi: 155
Re: Melaksanakan SILA = KEMELEKATAN?
« Reply #59 on: 24 June 2009, 08:47:54 AM »
um..semuanya berasal dari pikiran,bukan dari sila...


Buddha tidak pernah bilang "Semuanya berasal dari pikiran", beliau menyatakan "Pikiran adalah pelopor"

Disini mengandung makna bhw jika bertindak dengan pikiran akusala maka hasilnya adalah akusala,
demikian juga jika bertindak dengan pikiran kusala, hasilnya adalah kusala

Kalau semua berasal dari pikiran (citta niyama), berarti anda mengabaikan niyama2 lainnya seperti utu, dhamma, kamma

Dan yg seperti itu, bukanlah ajaran Buddha

metta
Lho?
hehe...
Bukankah sumber penderitaan adalah pikiran?
Bukankah Raja Deva menciptakan sesuatu dengan "dukungan" kekuatan pikiran atau?
Mohon penjelasannnya :)

Salam hangat,
Riky

Sumber derita adalah diri anda sendiri, pikiran hanya alat, panca indera hanyalah alat.......

tolong jgn dibalik, seolah2 pikiran itu yg menjadi sumber derita......
Dear marko,
Bukankah anda sedang berusaha memilah2 antara pikiran,alat,panca indera?
Padahal sang Buddha berkata soal Anatta/tanpa inti atau aku lagi..
Bagaimana anda menyikapi hal tersebut?

Salam hangat,
Riky

Loh, bro Riky ini gimana sih?

Justru anda yg memilah dengan menyebutkan bhw "HANYA" pikiran yang menjadi sumber derita

Bukankah sumber penderitaan adalah pikiran?

Salam hangat,
Riky


padahal secara alat, panca khandha akan menjadi sumber derita, sumber kemelekatan bagi mereka yang bodoh

namun bagi mereka yg mempunyai "pengertian benar", panca khandha juga bisa menjadi alat untuk mengetahui kebenaran sejati dari segala sesuatu

Mahluk hidup selain arupabrahma dan asannasatta terdiri dari panca khandha (saya ga tau kalo anda merasa anatta lalu ga merasa punya panca khandha)
Sedangkan jika anda mengerti esensi dari panca khandha sebagai proses maka anda akan mengerti juga mengenai Anatta