//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: Melaksanakan SILA = KEMELEKATAN?  (Read 22678 times)

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Offline marcedes

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.528
  • Reputasi: 70
  • Gender: Male
  • May All Being Happinesssssssss
Re: Melaksanakan SILA = KEMELEKATAN?
« Reply #30 on: 16 June 2009, 09:55:33 AM »
saudara markos
yang saya tahu, dhamma,kamma maupun niyama-niyama lainnya hanya bersumber dari pikiran, karena tanpa pikiran maka kita tidak akan mengenal dhamma,niyama,kamma...
begitu juga gunung,matahari,bulan...tanpa pikiran semua itu tidak ada....yg jelas seperti kata AjahnBrahm...

semua dalam ruang dan waktu hanya ada dalam pikiran....bukan pikiran yang ada dalam ruang dan waktu.


Pikiran yang mengenali niyama, hanyalah kebenaran konseptual/pannati dhamma..... hanya sebagai merek

Pada hakekatnya, mau dikenali sebagai apapun, matahari tetap seperti itu
bulan juga tetap seperti itu

Jadi bukan karena pikiran yg mengenali obyek, lalu berarti semua niyama bersumber dari pikiran

- Apakah jika ada hujan, lalu jika kita berpikir tidak hujan, maka secara hakekat, tidak ada hujan?
- Apakah jika kita berpikir tidak ada gravitasi, lalu berarti hukum gravitasi menjadi nisbi?

Tolong dibedakan antara kebenaran secara pannati dhamma dimana penamaan, merek, dsbnya memang hanya ada di pikiran
Namun pada hakekat sesungguhnya (paramattha dhamma), semuanya tetap eksis sebagai suatu proses timbul, berlangsung dan padam

semoga penjelasan diatas bs dimengerti

metta
wah maksud saya bukan pada pelabelan ataupun konseptual ataupun dikatakan bahwa jika sebuah api lilin jika pikiran kita mengatakan dingin, bukan berarti betul menjadi dingin...


tetapi dimana segala apapun pastilah ada dalam pikiran, bukan di luar dari pikiran...
misalkan saja hukum kamma atau pannati dhamma atau lainnya....apakah bisa diketahui atau di katakan "ada" bagi yang tdk memiliki pikiran?

tentu hanya makhluk yg memiliki pikiran lah mengenal semua itu....tetapi jika tidak ada pikiran semua itu tidak ada pula...

mengenai paramatha dhamma dan samuthi dhamma...semua itu juga hanya ada dalam pikiran...
jika di luar dari pikiran....maka apapun itu semua sudah menjadi "XXX"
baik proses timbul dan tenggelam segala sesuatu itu semua di kenali lewat pikiran.....
dan sekali lagi proses timbul dan tenggelam berada dalam pikiran kita.

ini ibarat bagi benda mati seperti kursi atau meja ( yg tidak memiliki pikiran )
apakah bagi kursi/meja ada hukum niyama? ada matahari? ada bulan? ada paramatha dhamma/samuthi?
memang bagi kita yang memiliki pikiran, kursi/meja akan terkena hukum anicca(paramatha)
akan tetapi bagi kursi/meja sendiri...jangankan paramatha dhamma.
ketidakkekalan pun semua menjadi tidak ada, dan pembentukan/kehancuran juga menjadi tidak ada.

dengan kata lain, dunia ini dan segala isi-nya adalah dunia yang ada dalam pikiran kita...bukan di luar.

dear bro marcedes,

Anda menyebutkan :
Quote
wah maksud saya bukan pada pelabelan ataupun konseptual

Tapi selanjutnya menyebut :
Quote
memang bagi kita yang memiliki pikiran, kursi/meja akan terkena hukum anicca(paramatha)
akan tetapi bagi kursi/meja sendiri...jangankan paramatha dhamma.
ketidakkekalan pun semua menjadi tidak ada, dan pembentukan/kehancuran juga menjadi tidak ada.

Quote
tentu hanya makhluk yg memiliki pikiran lah mengenal semua itu....tetapi jika tidak ada pikiran semua itu tidak ada pula...

Disini sudah dengan jelas menyebutkan mengenai konseptual.

Tapi jika anda menyebutkan bhw Niyama itu sendiri HANYA ADA di pikiran, kembali mengingatkan bhw yg dimaksud Niyama adalah Hukum kesesuaian yang tetap eksis, apakah itu dikenali atau tidak
Tumbuhan akan tetap berkesesuaian dengan Bija Niyama, tidak tergantung apakah dia mempunyai pikiran atau tidak.
Cuaca, iklim, dsbnya juga akan terus berlangsung sesuai Utu Niyama, tidak tergantung pada pikiran anda

Dimana ini sebenarnya sudah saya sebut :

Quote
Jadi bukan karena pikiran yg mengenali obyek, lalu berarti semua niyama bersumber dari pikiran

Coba bro marcedes Lihat kembali ujaran guru Buddha yaitu "Pikiran adalah pelopor", bukan "Pikiran sebagai sumber dari SEGALA SESUATU"

Buddha tidak pernah bilang "Semuanya berasal dari pikiran"

Jadi hendaknya apa yg diucap oleh Ajahn Brahm bisa dilihat dari sisi Buddhism secara holistik, bukannya menurut penafsiran masing2

semoga kali ini bisa cukup menjelaskan

metta

saya mengerti maksud anda, mengenai niyama atau bahkan dikatakan hukum niyama akan tetap eksis baik dikenali maupun tidak dikenali.....tapi bukan itu point-nya.....

saya kasih ibarat de...
pernahkah anda melihat orang buta? semua dunia yang dikenali nya hanya hitam.
walau depan matanya ada warna merah,hijau,kuning....yg di tahu hanya hitam.
sama halnya dengan pikiran kita( apabila pikiran kita buta ) hanya disitu lah dunia....

biarpun terkena hukum apapun, semua menjadi XXX...apakah hukum XX masih bisa dikenali menjadi niyama-niyama......
bagaimana mungkin orang buta mengenal hijau dan merah.....

jadi ketika pikiran ini sudah tidak ada, maka semua itu pun sudah menjadi tidak ada....
semua hal didunia ini, bau, rasa ,pencerapan, persepsi, bentuk-bentuk ide, penglihatan semua itu masuk kepikiran.....

anda mengatakan bahwa hukum niyama itu ada dan tetap eksis walau tanpa dikenali ( ini karena ada memiliki pikiran dimana pencerapan,pengetahuan,dsb-nya)
disitu ada merasakan, disitu ada kesakitan, timbul tenggelam proses.....dan itu semua di rasakan walau tanpa di ketahui.......semua ini ruang lingkup pikiran.

bagaimana dengan pertanyaan apakah pikiran ada dalam hukum ruang dan waktu.?
ataukah hukum ruang dan waktu ada dalam pikiran?

memang segala sesuatu bukan dari pikiran.....akan tetapi segala sesuatu semua nya ada dalam pikiran.

dimengertikah maksud saya?
ini bkn penafsiran masing-masing, akan tetapi yang saya katakan ini bisa disebut paramatha, karena benar pasti secara absolut....

btw, saya tidak pernah membahas bahwa "pikiran adalah sumber segala sesuatu"
seperti nya ada missing de.....

yg saya bahas disini "segala sesuatu pasti ada dalam pikiran"
mohon saudara markos baca postingan saya ulang,

salam metta.
Ada penderitaan,tetapi tidak ada yang menderita
Ada jalan tetapi tidak ada yang menempuhnya
Ada Nibbana tetapi tidak ada yang mencapainya.

TALK LESS DO MOREEEEEE !!!

Offline markosprawira

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.449
  • Reputasi: 155
Re: Melaksanakan SILA = KEMELEKATAN?
« Reply #31 on: 17 June 2009, 09:28:24 AM »
saudara markos
yang saya tahu, dhamma,kamma maupun niyama-niyama lainnya hanya bersumber dari pikiran, karena tanpa pikiran maka kita tidak akan mengenal dhamma,niyama,kamma...
begitu juga gunung,matahari,bulan...tanpa pikiran semua itu tidak ada....yg jelas seperti kata AjahnBrahm...

semua dalam ruang dan waktu hanya ada dalam pikiran....bukan pikiran yang ada dalam ruang dan waktu.


Pikiran yang mengenali niyama, hanyalah kebenaran konseptual/pannati dhamma..... hanya sebagai merek

Pada hakekatnya, mau dikenali sebagai apapun, matahari tetap seperti itu
bulan juga tetap seperti itu

Jadi bukan karena pikiran yg mengenali obyek, lalu berarti semua niyama bersumber dari pikiran

- Apakah jika ada hujan, lalu jika kita berpikir tidak hujan, maka secara hakekat, tidak ada hujan?
- Apakah jika kita berpikir tidak ada gravitasi, lalu berarti hukum gravitasi menjadi nisbi?

Tolong dibedakan antara kebenaran secara pannati dhamma dimana penamaan, merek, dsbnya memang hanya ada di pikiran
Namun pada hakekat sesungguhnya (paramattha dhamma), semuanya tetap eksis sebagai suatu proses timbul, berlangsung dan padam

semoga penjelasan diatas bs dimengerti

metta
wah maksud saya bukan pada pelabelan ataupun konseptual ataupun dikatakan bahwa jika sebuah api lilin jika pikiran kita mengatakan dingin, bukan berarti betul menjadi dingin...


tetapi dimana segala apapun pastilah ada dalam pikiran, bukan di luar dari pikiran...
misalkan saja hukum kamma atau pannati dhamma atau lainnya....apakah bisa diketahui atau di katakan "ada" bagi yang tdk memiliki pikiran?

tentu hanya makhluk yg memiliki pikiran lah mengenal semua itu....tetapi jika tidak ada pikiran semua itu tidak ada pula...

mengenai paramatha dhamma dan samuthi dhamma...semua itu juga hanya ada dalam pikiran...
jika di luar dari pikiran....maka apapun itu semua sudah menjadi "XXX"
baik proses timbul dan tenggelam segala sesuatu itu semua di kenali lewat pikiran.....
dan sekali lagi proses timbul dan tenggelam berada dalam pikiran kita.

ini ibarat bagi benda mati seperti kursi atau meja ( yg tidak memiliki pikiran )
apakah bagi kursi/meja ada hukum niyama? ada matahari? ada bulan? ada paramatha dhamma/samuthi?
memang bagi kita yang memiliki pikiran, kursi/meja akan terkena hukum anicca(paramatha)
akan tetapi bagi kursi/meja sendiri...jangankan paramatha dhamma.
ketidakkekalan pun semua menjadi tidak ada, dan pembentukan/kehancuran juga menjadi tidak ada.

dengan kata lain, dunia ini dan segala isi-nya adalah dunia yang ada dalam pikiran kita...bukan di luar.

dear bro marcedes,

Anda menyebutkan :
Quote
wah maksud saya bukan pada pelabelan ataupun konseptual

Tapi selanjutnya menyebut :
Quote
memang bagi kita yang memiliki pikiran, kursi/meja akan terkena hukum anicca(paramatha)
akan tetapi bagi kursi/meja sendiri...jangankan paramatha dhamma.
ketidakkekalan pun semua menjadi tidak ada, dan pembentukan/kehancuran juga menjadi tidak ada.

Quote
tentu hanya makhluk yg memiliki pikiran lah mengenal semua itu....tetapi jika tidak ada pikiran semua itu tidak ada pula...

Disini sudah dengan jelas menyebutkan mengenai konseptual.

Tapi jika anda menyebutkan bhw Niyama itu sendiri HANYA ADA di pikiran, kembali mengingatkan bhw yg dimaksud Niyama adalah Hukum kesesuaian yang tetap eksis, apakah itu dikenali atau tidak
Tumbuhan akan tetap berkesesuaian dengan Bija Niyama, tidak tergantung apakah dia mempunyai pikiran atau tidak.
Cuaca, iklim, dsbnya juga akan terus berlangsung sesuai Utu Niyama, tidak tergantung pada pikiran anda

Dimana ini sebenarnya sudah saya sebut :

Quote
Jadi bukan karena pikiran yg mengenali obyek, lalu berarti semua niyama bersumber dari pikiran

Coba bro marcedes Lihat kembali ujaran guru Buddha yaitu "Pikiran adalah pelopor", bukan "Pikiran sebagai sumber dari SEGALA SESUATU"

Buddha tidak pernah bilang "Semuanya berasal dari pikiran"

Jadi hendaknya apa yg diucap oleh Ajahn Brahm bisa dilihat dari sisi Buddhism secara holistik, bukannya menurut penafsiran masing2

semoga kali ini bisa cukup menjelaskan

metta

saya mengerti maksud anda, mengenai niyama atau bahkan dikatakan hukum niyama akan tetap eksis baik dikenali maupun tidak dikenali.....tapi bukan itu point-nya.....

saya kasih ibarat de...
pernahkah anda melihat orang buta? semua dunia yang dikenali nya hanya hitam.
walau depan matanya ada warna merah,hijau,kuning....yg di tahu hanya hitam.
sama halnya dengan pikiran kita( apabila pikiran kita buta ) hanya disitu lah dunia....

biarpun terkena hukum apapun, semua menjadi XXX...apakah hukum XX masih bisa dikenali menjadi niyama-niyama......
bagaimana mungkin orang buta mengenal hijau dan merah.....

jadi ketika pikiran ini sudah tidak ada, maka semua itu pun sudah menjadi tidak ada....
semua hal didunia ini, bau, rasa ,pencerapan, persepsi, bentuk-bentuk ide, penglihatan semua itu masuk kepikiran.....

anda mengatakan bahwa hukum niyama itu ada dan tetap eksis walau tanpa dikenali ( ini karena ada memiliki pikiran dimana pencerapan,pengetahuan,dsb-nya)
disitu ada merasakan, disitu ada kesakitan, timbul tenggelam proses.....dan itu semua di rasakan walau tanpa di ketahui.......semua ini ruang lingkup pikiran.

bagaimana dengan pertanyaan apakah pikiran ada dalam hukum ruang dan waktu.?
ataukah hukum ruang dan waktu ada dalam pikiran?

memang segala sesuatu bukan dari pikiran.....akan tetapi segala sesuatu semua nya ada dalam pikiran.

dimengertikah maksud saya?
ini bkn penafsiran masing-masing, akan tetapi yang saya katakan ini bisa disebut paramatha, karena benar pasti secara absolut....

btw, saya tidak pernah membahas bahwa "pikiran adalah sumber segala sesuatu"
seperti nya ada missing de.....

yg saya bahas disini "segala sesuatu pasti ada dalam pikiran"
mohon saudara markos baca postingan saya ulang,

salam metta.

dear marcedes,

sedikit koreksi bhw buta warna tidak semata tahu hanya hitam putih saja namun ada juga buta warna selektif dimana dia hanya tidak mengenali 1 atau beberapa warna saja

Pun "pikiran adalah sumber segala sesuatu" adalah topik yg sedang dibahas di depan dari bro Riky selaku TS, coba anda baca ulang lagi ke depan yah


Baiklah, jadi anda membahas "segala sesuatu pasti ada dalam pikiran" sebagai paramattha dhamma

Jika benar demikian, saya ingin bertanya apakah Nibbana juga ada dalam pikiran, sebagai salah satu dari nama khandha?

mohon penjelasan karena sampai saat ini, saya berkeyakinan bhw "TIDAK semua ada dalam pikiran"

metta
« Last Edit: 17 June 2009, 09:32:47 AM by markosprawira »

Offline marcedes

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.528
  • Reputasi: 70
  • Gender: Male
  • May All Being Happinesssssssss
Re: Melaksanakan SILA = KEMELEKATAN?
« Reply #32 on: 17 June 2009, 06:11:36 PM »
"Nibbana itu ada, O Baginda, dan dapat dikenali lewat pikiran.
Seorang siswa Arya yang pikirannya murni, mulia, tulus, tidak terhalang, dan
bebas dari kemelekatan dapat mencapai nibbana."
( milinda panha )

saya tidak terlalu banyak tahu masalah abhidhamma,
sekarang saya balik bertanya....kalau nibbana terlalu kan jauh....bicara soal pemahaman biasa saja...ketika kita mau melakukan pemeriksaan terhadap penembusan kilesa-kilesa katakanlah menghancurkan atau melemahkan kemarahan.
itu lewat mana dikenali?
semua perasaan,pencerapan,kesadaran itu lewat mana dikenali? apakah di luar pikiran?

di abhidhamma pikiran dibagi menjadi banyak segi dan kelompok...akan tetapi semua kelompok itu dapat dikenali bukan dan dikenali lewat mana? kalau bukan dari pikiran...

 _/\_
salam metta.
« Last Edit: 17 June 2009, 06:20:52 PM by marcedes »
Ada penderitaan,tetapi tidak ada yang menderita
Ada jalan tetapi tidak ada yang menempuhnya
Ada Nibbana tetapi tidak ada yang mencapainya.

TALK LESS DO MOREEEEEE !!!

Offline markosprawira

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.449
  • Reputasi: 155
Re: Melaksanakan SILA = KEMELEKATAN?
« Reply #33 on: 18 June 2009, 09:33:00 AM »
dear marcedes,

dari milinda panha itu saja udah jelas, bahwa "hanya dikenali", berarti sudah jelas hanya berupa konsep saja
dari pernyataan anda selanjutnya, juga jelas menyatakan mengenai "dikenali"

Ini sebenarnya sudah dengan jelas saya sebutkan mengenai "konseptual", termasuk konsep tentang paramattha dhamma
Konseptual yang juga disebut Pannati Dhamma sesungguhnya adalah "sarana" utk dapat mengenal Paramattha Dhamma, tapi bukan Paramattha Dhamma itu sendiri
Seperti telunjuk yang digunakan utk menunjuk bulan tapi bukan bulan itu sendiri

Demikian juga lah pikiran. Hanya sebagai sarana, tapi bukan berarti semuanya ada di dalam sarana itu.

Secara abhidhamma,Nibbana disebut dengan berbagai sebutan namun yg berkaitan dengan pikiran sebagaimana yg dimaksud diatas adalah :

1. sebagai Khandha vimutti : terbebas dari Khandha.
Pernyataan ini sudah jelas bhw Nibbana sudah bukan merupakan konsep yg ada dalam pikiran lagi, yg sudah tidak timbul, berlangsung dan padam melainkan kondisi seperti yg ada pada Udana VIII:3
Pernyataan Khandha Vimutti ini dapat dilihat di Dhammasangani

2. Dalam abidhammattasangaha juga disebutkan sebagai "Keadaan yang terbebas dari tanha"

Dari pernyataan2 diatas, sudahlah jelas bhw sesungguhnya Tipitaka hendaknya dipelajari secara menyeluruh, tidak hanya separuh2 karena dapat membuat pengertian yg keliru

Semoga bs memperjelas

metta

Offline marcedes

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.528
  • Reputasi: 70
  • Gender: Male
  • May All Being Happinesssssssss
Re: Melaksanakan SILA = KEMELEKATAN?
« Reply #34 on: 18 June 2009, 06:20:04 PM »
dear marcedes,

dari milinda panha itu saja udah jelas, bahwa "hanya dikenali", berarti sudah jelas hanya berupa konsep saja
dari pernyataan anda selanjutnya, juga jelas menyatakan mengenai "dikenali"

Ini sebenarnya sudah dengan jelas saya sebutkan mengenai "konseptual", termasuk konsep tentang paramattha dhamma
Konseptual yang juga disebut Pannati Dhamma sesungguhnya adalah "sarana" utk dapat mengenal Paramattha Dhamma, tapi bukan Paramattha Dhamma itu sendiri
Seperti telunjuk yang digunakan utk menunjuk bulan tapi bukan bulan itu sendiri

Demikian juga lah pikiran. Hanya sebagai sarana, tapi bukan berarti semuanya ada di dalam sarana itu.

Secara abhidhamma,Nibbana disebut dengan berbagai sebutan namun yg berkaitan dengan pikiran sebagaimana yg dimaksud diatas adalah :

1. sebagai Khandha vimutti : terbebas dari Khandha.
Pernyataan ini sudah jelas bhw Nibbana sudah bukan merupakan konsep yg ada dalam pikiran lagi, yg sudah tidak timbul, berlangsung dan padam melainkan kondisi seperti yg ada pada Udana VIII:3
Pernyataan Khandha Vimutti ini dapat dilihat di Dhammasangani

2. Dalam abidhammattasangaha juga disebutkan sebagai "Keadaan yang terbebas dari tanha"

Dari pernyataan2 diatas, sudahlah jelas bhw sesungguhnya Tipitaka hendaknya dipelajari secara menyeluruh, tidak hanya separuh2 karena dapat membuat pengertian yg keliru

Semoga bs memperjelas

metta
saudara markos,
walau sebutan konsep atau apa,tetapi pada saat pikiran ini masih ada, nibbana itu tecakup oleh pikiran...
berarti boleh saya katakan "nibbana pun masih ada dalam pikiran"

karena seseorang pasti lah hidup terlebih dahulu(memiliki pikiran) kemudian mencapai pengertian tanpa kemelekatan maka disebut mencapai nibbana sisa atau dengan kata lain
nibbana ini di masih dicakup oleh pikiran...
inilah sebab-nya ada-nya visudhi-magga,atau bahkan tipitaka...dimana para ariya mengenal jalan menuju nibbana dan menuliskannya melalui proses berpikir.

tetapi ketika pikiran ini off, maka semua menjadi XXX(tak terkatakan) maka semua bisa disebut nibbana juga atau sudah padam.
disini nibbana tidak lagi ada diluar pikiran maupun didalam pikiran.......
dan yang anda kutip abhidhamma itu adalah nibbana sepenuhnya....dimana pikiran sudah off/padam...

maka ketika telah off, apakah dapat dikatakan "nibbana(padam off) masih ada dalam pikiran"?
se-iring pikiran telah off, sudah tidak berlaku lagi pernyataan tentang nibbana masih ada dalam pikiran.
karena pikirannya juga telah off.
nibbana dalam pikiran atau nibbana diluar pikiran semua nya sudah tidak berlaku....

ibarat ketika PT.ABC mengetahui telah mencapai kebangkrutan,PT.ABC dan pemerintah memiliki data-data kebangkrutan...
akan tetapi ketika PT.ABC telah rata dengan tanah, beserta pemerintahan juga telah hancur rata dengan tanah....
maka semua data-data kebangkrutan dari PT.ABC maupun pemerintah semuanya menjadi tidak valid.
jadi ketika ditanya apakah "kebangkrutan" ada pada PT.ABC atau tidak pada PT.ABC...
maka dari PT.ABC saja sudah menjadi XXX.

salam metta.
« Last Edit: 18 June 2009, 06:27:30 PM by marcedes »
Ada penderitaan,tetapi tidak ada yang menderita
Ada jalan tetapi tidak ada yang menempuhnya
Ada Nibbana tetapi tidak ada yang mencapainya.

TALK LESS DO MOREEEEEE !!!

Offline marcedes

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.528
  • Reputasi: 70
  • Gender: Male
  • May All Being Happinesssssssss
Re: Melaksanakan SILA = KEMELEKATAN?
« Reply #35 on: 18 June 2009, 06:36:04 PM »
Quote
Ini sebenarnya sudah dengan jelas saya sebutkan mengenai "konseptual", termasuk konsep tentang paramattha dhamma
Konseptual yang juga disebut Pannati Dhamma sesungguhnya adalah "sarana" utk dapat mengenal Paramattha Dhamma, tapi bukan Paramattha Dhamma itu sendiri
seperti telunjuk yang digunakan utk menunjuk bulan tapi bukan bulan itu sendiri
kalau pikiran masih "ada" paramatha dan samuthi juga masih ada.
tetapi kalau pikiran telah off, maka paramatha dan samuthi juga semua nya sudah tidak ada lagi....semua menjadi X.

dari awal saya mengerti apa yang anda katakan bahwa mengenai niyama maupun nibbana berada di luar pikiran...ini adalah pandangan dimana pikiran masih ada....
akan tetapi saya melihat nya dengan cara berbeda...dimana pandangan demikian adalah pikiran yang masih berfungsi melihat bahwa ini di luar ini di dalam karena itu anda masih bisa menulis penjelasan abhidhamma dan kutipan udanna melalui proses pikiran.
sedangkan coba renungkan jika anda tidak memiliki pikiran lagi, apakah anda masih bisa berkata ini di luar ini didalam?
ini samuthi ini paramatha? ini nibbana ini bukan nibbana?
inilah paramatha dhamma yg saya maksud dari paramatha yang biasa disimpulkan.
yakni kebenaran absolut kalau semua itu ada dalam pikiran ketika pikiran ini ada.^^

sedangkan kutipan dari abhidhammattasangha mengenai "bebas dari tanha"
apakah proses mengatakan ini dan merasakan ini tidak melibatkan pikiran? jelas pasti melibatkan pikiran.

metta
« Last Edit: 18 June 2009, 06:38:47 PM by marcedes »
Ada penderitaan,tetapi tidak ada yang menderita
Ada jalan tetapi tidak ada yang menempuhnya
Ada Nibbana tetapi tidak ada yang mencapainya.

TALK LESS DO MOREEEEEE !!!

Offline markosprawira

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.449
  • Reputasi: 155
Re: Melaksanakan SILA = KEMELEKATAN?
« Reply #36 on: 19 June 2009, 04:14:43 PM »
dear marcedes,

Kita kembali ke pernyataan anda yaitu "segala sesuatu pasti ada dalam pikiran".... dgn contoh misalnya Nibbana pun ada dalam pikiran

Sedangkan yg saya tekankan disini "TIDAK semua ada dalam pikiran"

Tolong dilihat bedanya bhw objek itu mempunyai hakekat yg sesungguhnya, tidak tergantung dari KONSEP apapun yg ada dalam pikiran anda

Bahkan saat objek tertentu mengenai panca indera (diluar indera pikiran), SAMA SEKALI TIDAK melibatkan pikiran.
Misal saat mata lihat bunga, maka di cakkhu dvara (retina) terbentuk bayangan bunga dan ini TIDAK melibatkan pikiran

Pikiran baru terlibat saat muncul kesan, proses mengarahkan indera, proses memutuskan dsbnya ..... Karena sudah ada konsep/persepsi bhw itu adl BUNGA, maka kita melihat itu sebagai BUNGA, yg merupakan proses Kesadaran Melihat Bunga
Tapi BUNGA itu sesungguhnya seperti itu, apa adanya seperti yg ditangkap oleh retina kita

Coba bro marcedes baca kembali mengenai citta vitthi/proses kesadaran, juga mengenai Rupa dan cetasika agar dapat mengetahui bagaimana mahluk hidup berproses

semoga bermanfaat

Offline marcedes

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.528
  • Reputasi: 70
  • Gender: Male
  • May All Being Happinesssssssss
Re: Melaksanakan SILA = KEMELEKATAN?
« Reply #37 on: 19 June 2009, 10:39:14 PM »
dear marcedes,

Kita kembali ke pernyataan anda yaitu "segala sesuatu pasti ada dalam pikiran".... dgn contoh misalnya Nibbana pun ada dalam pikiran

Sedangkan yg saya tekankan disini "TIDAK semua ada dalam pikiran"

Tolong dilihat bedanya bhw objek itu mempunyai hakekat yg sesungguhnya, tidak tergantung dari KONSEP apapun yg ada dalam pikiran anda

Bahkan saat objek tertentu mengenai panca indera (diluar indera pikiran), SAMA SEKALI TIDAK melibatkan pikiran.
Misal saat mata lihat bunga, maka di cakkhu dvara (retina) terbentuk bayangan bunga dan ini TIDAK melibatkan pikiran


Pikiran baru terlibat saat muncul kesan, proses mengarahkan indera, proses memutuskan dsbnya ..... Karena sudah ada konsep/persepsi bhw itu adl BUNGA, maka kita melihat itu sebagai BUNGA, yg merupakan proses Kesadaran Melihat Bunga
Tapi BUNGA itu sesungguhnya seperti itu, apa adanya seperti yg ditangkap oleh retina kita

Coba bro marcedes baca kembali mengenai citta vitthi/proses kesadaran, juga mengenai Rupa dan cetasika agar dapat mengetahui bagaimana mahluk hidup berproses

semoga bermanfaat
pada saat itu apakah tidak melibatkan pikiran?
lalu anda tahu darimana kalau proses nya demikian, kemudian memakai apa mengetahui-nya?
kita memakai pikiran mencerna hal itu, dari sini lah timbul dan dikatakan segala sesuatu itu pasti ada dalam pikiran....

saya harap bisa dimengerti maksud saya...

salam metta.
« Last Edit: 19 June 2009, 10:42:40 PM by marcedes »
Ada penderitaan,tetapi tidak ada yang menderita
Ada jalan tetapi tidak ada yang menempuhnya
Ada Nibbana tetapi tidak ada yang mencapainya.

TALK LESS DO MOREEEEEE !!!

Offline Sunkmanitu Tanka Ob'waci

  • Sebelumnya: Karuna, Wolverine, gachapin
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 5.806
  • Reputasi: 239
  • Gender: Male
  • 会いたい。
Re: Melaksanakan SILA = KEMELEKATAN?
« Reply #38 on: 19 June 2009, 10:58:26 PM »
ada hal-hal yang di luar pikiran, acinteyya.
HANYA MENERIMA UCAPAN TERIMA KASIH DALAM BENTUK GRP
Fake friends are like shadows never around on your darkest days

Offline marcedes

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.528
  • Reputasi: 70
  • Gender: Male
  • May All Being Happinesssssssss
Re: Melaksanakan SILA = KEMELEKATAN?
« Reply #39 on: 20 June 2009, 09:43:59 AM »
ada hal-hal yang di luar pikiran, acinteyya.
dari mana anda tahu acinteyya atau bukan acinteyya.?

Ada penderitaan,tetapi tidak ada yang menderita
Ada jalan tetapi tidak ada yang menempuhnya
Ada Nibbana tetapi tidak ada yang mencapainya.

TALK LESS DO MOREEEEEE !!!

Offline Nevada

  • Sebelumnya: Upasaka
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.445
  • Reputasi: 234
Re: Melaksanakan SILA = KEMELEKATAN?
« Reply #40 on: 20 June 2009, 10:00:17 AM »
Sepertinya pembahasan sudah OOT.

Sekedar ikut berpendapat...

Mano, citta dan vinnana bila diterjemahkan ke Bahasa Indonesia menjadi "pikiran"; yang digunakan sesuai dengan konteksnya masing-masing. Penjelasan Bro Markos mengenai wujud bunga yang tertangkap oleh indria penglihatan, memang benar tidak melibatkan pikiran (citta). Dalam tahap ini, yang bekerja adalah tahap kesadaran. Kesadaran penglihatan hanya menangkap suatu wujud dari dunia luar. Di tahap ini pun belum muncul persepsi (pencerapan), sehingga wujud yang ditangkap oleh mata belum bisa dipersepsikan sebagai wujud bunga.

Dari sini sudah jelas, bahwa "tidak semua hal ada dalam pikiran".

Sebaiknya jangan menerjemahkan kata "pikiran" dari Bahasa Indonesia secara harafiah. Karena perbedaan minor antara "mano", "citta" dan "vinnana" itu bisa jauh sekali nilai kontekstualnya; meski ketiganya diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia sebagai "pikiran".


NB : "vinnana" pun kadang diterjemahkan sebagai "kesadaran".


Offline marcedes

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.528
  • Reputasi: 70
  • Gender: Male
  • May All Being Happinesssssssss
Re: Melaksanakan SILA = KEMELEKATAN?
« Reply #41 on: 20 June 2009, 03:45:52 PM »
Sepertinya pembahasan sudah OOT.

Sekedar ikut berpendapat...

Mano, citta dan vinnana bila diterjemahkan ke Bahasa Indonesia menjadi "pikiran"; yang digunakan sesuai dengan konteksnya masing-masing. Penjelasan Bro Markos mengenai wujud bunga yang tertangkap oleh indria penglihatan, memang benar tidak melibatkan pikiran (citta). Dalam tahap ini, yang bekerja adalah tahap kesadaran. Kesadaran penglihatan hanya menangkap suatu wujud dari dunia luar. Di tahap ini pun belum muncul persepsi (pencerapan), sehingga wujud yang ditangkap oleh mata belum bisa dipersepsikan sebagai wujud bunga.

Dari sini sudah jelas, bahwa "tidak semua hal ada dalam pikiran".

Sebaiknya jangan menerjemahkan kata "pikiran" dari Bahasa Indonesia secara harafiah. Karena perbedaan minor antara "mano", "citta" dan "vinnana" itu bisa jauh sekali nilai kontekstualnya; meski ketiganya diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia sebagai "pikiran".


NB : "vinnana" pun kadang diterjemahkan sebagai "kesadaran"

saudara upasaka menemukan point-nya. ^^

karena kalau membahas perasaan dan bentuk-bentuk pikiran memang tidak sama jika di teliti lebih dalam.
seperti membandingkan gula merah dan gula pasir.

tetapi yg saya maksudkan disini secara universal saja....apakah nibbana yang disebutkan itu tidak dapat dirasakan melalui pikiran?

jadi pikiran yang dimaksudkan saya disini secara universal.....
bukan bentuk-bentuk pikiran ( sankhara )saja....
Ada penderitaan,tetapi tidak ada yang menderita
Ada jalan tetapi tidak ada yang menempuhnya
Ada Nibbana tetapi tidak ada yang mencapainya.

TALK LESS DO MOREEEEEE !!!

Offline Riky_dave

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.229
  • Reputasi: -14
  • Gender: Male
Re: Melaksanakan SILA = KEMELEKATAN?
« Reply #42 on: 21 June 2009, 02:42:45 PM »
orang yg telah terlepas dari kemelekatan otomatis ga perlu sila2 itu lagi, karena SEHARUS nya perilaku nya sudah sesuai dngan sila2 tersebut (saya tulis seharusnya karena saya sendiri jg masi belooooooooooooooooom terlepas dari kemelekatan)
Sila pertama PANATIPATA..
ada kisah Bhikkhu suci yang menginjak mati semut secara tidak sengaja selama vassa...
Bhikkhu lain melihat sebagai "pelanggaran sila 1",sedangkan SB berkata,"Dia telah terbebaskan,dan bla2..."
disini jelas menunjukkn bahwa bukan "sila" menjadi tolak ukur,malahan sila bisa menyebabkan pandangan yang "salah"...


Quote
lah terus kenapa di buat sila2 ? sebagai manusia awam dan belum terbebas dari kemelekatan dan jg (ada) yg emang ga minat utk bebas dari kemelekatan (enak gila, mungkin gitu kali mikirnya), yahhh paling kaga ga ciptain karma buruk lah .. yah paling gak next time buah nya lebih bagus lah ...

so ... menurut tula, gada acarana jalanin sila terus jadi lepas dari kemelekatan, yg ada, sambil berlatih utk melepas kemelekatan, kita jg jalanin sila2 tsb.

cmiiw pemikiran maklum awam

berlatih melepas "kemelekatan"?
boleh dijelaskan lebih lanjut saudara tula?

Salam hangat,
Riky
Langkah pertama adalah langkah yg terakhir...

Offline Riky_dave

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.229
  • Reputasi: -14
  • Gender: Male
Re: Melaksanakan SILA = KEMELEKATAN?
« Reply #43 on: 21 June 2009, 02:44:34 PM »
saat ini gw melekat dengan sila dan kemelekatan tersebut membawa saya pada kehidupan yang lebih baik...
Kemelekatan yang membawa pada kehidupan yang lebih baik?
hehe...
berbeda dengan ucapan sang Buddha,Buddha berkata,"Melekat berati derita"...

Salam hangat,
Riky
Langkah pertama adalah langkah yg terakhir...

Offline Riky_dave

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.229
  • Reputasi: -14
  • Gender: Male
Re: Melaksanakan SILA = KEMELEKATAN?
« Reply #44 on: 21 June 2009, 02:48:44 PM »
Sila itu kan latihan tuk mendukung samadhi.. :D
Boleh minta dijelaskan lebih rinci?

Quote
kalo untuk pertanyaaan apakah melaksanakan sila = melekat

kalo dijawab iya .. maka kondisinya orang itu kalo gak melaksanakan sila bakal menderita....
:)

Quote
tetapi orang yg melaksanakan sila... bila dijalankan dengan benar akan memperkuat konsentrasinya sehingga dapat berpikir jernih (Samadhi). Bila ia dapat berpikir jernih, maka untuk membedakan yg mana yg salah dan yg mana yg benar akan lebih mudah, sehingga kebijaksanaan akan muncul dalam pikirannya (Panna).
Mana yang salah mana yang benar?
Apakah ada yang salah dan ada yang benar?
Tidakkah itu sumber dari pandangan yang salah?dan permainan pikiran?

Quote
maka itu seseorang yg melaksanakan Sila dengan baik tentu akan berbuah pada Kebijaksanaan...
Sila berbuah "kebijaksanaan"?
Kebijaksanaan apakah yang saudara maksudkan?
Bolehkah dijelaskan? :)


Quote
dan saya rasa orang yg bijak gak akan melaksanakan sila berdasar ketagihan atau kemelekatan... melainkan sebuah habbit... :-?
orang bijak melaksanakan sila?
:D

Salam hangat,
Riky
Langkah pertama adalah langkah yg terakhir...

 

anything