Menurut pendapat pribadi saya(yang merasa bahwa saya lebih cocok dengan ajaran Buddha versi Theravada), pertama-tama adalah bahwa penganut aliran Theravada bukanlah yang tidak menerima bahwa ada "kekuatan" tertentu pada doa yang kita ucapkan, jika iya maka pastilah umat aliran Theravada tidak dianjurkan utk baca doa(Paritta), tetapi lebih ditekankan bahwa semua makhluk adalah pemilik perbuatan mereka sendiri, terwarisi oleh perbuatan mereka sendiri, lahir, berkerabat dengan perbuatan mereka sendiri. Jadi apapun yang terjadi pada mereka pasti ada hubungannya dengan apa yang telah mereka perbuat.
Jadi, bila saya mendapatkan pertanyaan seperti dalam contoh kasus TS, maka :
1.Pertama saya akan tanyakan apa keyakinan teman tersebut, bagaimana dia bisa mengetahui dengan pasti bahwa dia diguna-guna orang.
2.Berikutnya akan tanyakan apakah akhir-akhir ini, sebelum dia merasa diguna-guna orang dia pernah berbuat sesuatu yang secara sadar atau tidak sadar menyakiti orang tertentu?
3. Jika iya, maka bisa disarankan untuk minta maaf pada orang tersebut, jika tidak atau tidak memungkinkan dia untuk minta maaf, bisa saja dia melakukan meditasi Metta dan memancar cinta kasih kepada orang tersebut juga makhluk-makhluk lain(karena saya pernah dengar bahwa, guna-guna/santet dan sejenisnya bisa dilakukan dengan bantuan makhluk tertentu).
Dan juga, tidak ada larangan dalam diri saya(mungkin juga teman-teman yang lebih cocok dengan aliran Theravada lainnya) untuk meminta bantuan pihak lain dalam hal ini adalah mungkin seorang Suhu/Bhante atau juga seorang hypnoterapis/psikolog, karena dalam banyak kasus, "
merasa" diguna-guna hanyalah masalah paranoid yang berlebihan atau masalah psikis yang tidak disadari.
Tentu saja, senantiasa kita melakukan meditasi agar selalu sadar dan mengamalkan sila(minimal Pancasila) dalam kehidupan sehari-hari, sehingga kedepannya tidak melakukan sesuatu hal yang mungkin bisa mengakibatkan kita "
dikerjai" orang dengan ilmu hitam.
Maaf kepanjangan merespon.. Salam metta,