//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Show Posts

This section allows you to view all posts made by this member. Note that you can only see posts made in areas you currently have access to.


Topics - san

Pages: [1]
1
Jurnal Pribadi / Ditolak lagi deh!!!
« on: 13 September 2008, 07:08:47 AM »
Hahaha...
Tau deh bakal banyak peminat klo masalah asmara :))
Yah sharing aja nih, sekalian memindahkan beban yang mengganjal :)
Let's start!!

Sebut aja Nonik, org tabanan. Aku kenal dia sejak 15 Juli yang lalu. Ini juga bukan kenalan langsung, tapi ortunya punya sodara yang kebetulan kenalannya mamaku. Krn mamaku udah pengen ada anaknya yang nikah kali ya :P akhirnya mereka saling tukaran fotoku dgn foto anaknya. Alhasil aku dikasih liat foto itu n dikasih no HP si Nonik. Balasan pertama diterima 2 hari setelahnya. Start deh sms-an.

Dari telpon n sms, aku tau kerja dia tiap hari dari sekitar jam 8-9 pagi sampe jam 7-8 malem kerja di toko elektronik punya sodaranya. Minggu dia kerja ampe jam 4. Setiap malem aku coba sms dia, tanya kabar, lagi ngapain dll deh. Dia ada gsm n flexi ternyata, ga punya ym n jarang internetan. Belum ada ketemuan sama sekali, but aku pernah ke survei rumahnya pas aku ke tabanan. N krn flexi sering telat nyampe smsnya, aku coba call her.

Bicara lewat telpon pertama kali tgl 24 Juli. Cukup lama juga yah.. Yah keliatannya sih di situ ok2 aja. Aku berusaha untuk ga sms or telp dia pas jam kerjanya. Krn aku ngga mau dia terganggu. Dari call itu dia juga banyak cerita tentang keluarga dia. N dari smsan n call itu aku ngajak ketemuan. Dia bilang klo akhir bulan dia sibuk. Dia minta waktu. Ok deh sambil sms n call aku tunggu sampe waktunya. Aku nggak mau dia merasa terganggu klo aku muncul tiba2 di rumahnya, krn aku tau org kerja sampe jam 8 malem butuh istirahat. Krn alasan itu juga aku ga pernah telpon dia klo dah lewat jam 10 mlm, n pasti aku putusin untuk mengakhiri pembicaraan klo sudah cukup lama bicara.

Sempat muncul perasaan dia ga suka aku, krn pas tanya tempat beli rambak di tabanan (rambak babi yang terkenal di tabanan) dia katanya mo kasih tau aku. Tapi dia ga mau pergi sama aku krn takut digosipin katanya. Aneh, masa sih orang mau pacaran ga mau digosipin. Lagian biasa aja kan?? But aku hormati keinginan dia. Ok deh..

Kecurigaan kedua muncul. Mamaku n sodaranya yang kenalan mamaku sempat mencoba atur pertemuan aku dengan dia tanggal 8 Agustus (ortu yang percaya hoki tgl 8-8-2008 :P ), n dia langsung telp aku. Apa aku tau rencana pertemuan ini? Aku bilang aku ga tau. Aku memang sempat denger mamaku bicara lewat telp tentang tgl 8-8-2008 n sebut2 namaku. Tapi aku ga terlalu menanggapi krn aku dah janjian ketemuan n itu tanggal 10 Agustus, bukan tgl 8. Lagian waktu itu aku ada janji dgn mr bond untuk ketemuan ama asunn malem itu.

Ok akhirnya kita janjian ketemuan hari minggu n dia minta off. Gampang soalnya itu toko sodaranya. Ketemuan deh pertama kali tanggal 10 Agustus.

Ok MY FIRST MISTAKES. Aku buat janji yang ga mungkin bisa aku tepati. Aku janji ke rumahnya jam 2 dimana aku tutup toko jam 2. Al hasil aku telat, plus kehujanan krn pas berangkat ujan :P But she welcome me in. Lucky!! Dan ya di situ dia cerita tentang keluarganya, n tanya2 sodaraku yang ada di foto. I'm happy back then. Sejam lamanya aku di sana. Going home krn dia mau pergi vhr ama cie2nya. Nyapa dia malemnya, sms-an n say goodnite.

Sms n call berlanjut untuk ngajak ketemuan ama dia lagi. Sampe saat ini dia ga mau diajak keluar. Alasan yang sama, takut digosipin. Aku bukan pemaksa, aku menunggu.

KEBOHONGAN YANG PERTAMA...Sewaktu di telp aku ditanyain pacarmu yg dulu ada dimana?? Aku jawab ga tau lagi dmn? Dia tanya mang pacaran waktu kuliah? Aku jawab IYA (kebohonganku yang pertama sama dia). For the truth, AKU BELUM PERNAH PACARAN =)) Alasan aku berbohong? dia cerita punya mantan 7 orang masa aku ga ada?? :P

Mo ketemuan lagi n akhirnya janji ketemuan 17 Agustus. Sabtunya (16 Agustus) dia tanya apa jadi ke rumahnya. Aku bilang jadi. Dia bilang dia bakal di rumah. Ok deh...

PERTEMUAN KEDUA BAAATTTAAAAL!! Paginya aku d sms krn dia belum enakan. Dia mau ngaso aja. Well, aku berharap aku bisa datang untuk nemenin dia, or yah something like that lah.. But aku hormati keputusan dia. Aku berusaha jaga perasaan dia.. Oke. Met istirahat.. :)

Liburan galungan di bali, dia pun ga mau aku dateng krn alasan masih sakit..Org sakit kok ga mau diperhatikan?? Aneh?? Di situ kecurigaanku muncul lagi.

Tapi emang dasar BUDDHIST, pikiran hanyalah ilusi, apa yang kita pikirkan sering kali tidak sesuai dengan kenyataan :)) Yah aku pegang itu, n still hoping.

Setelah dia dah sembuh aku ngajak ketemuan lagi. Kali ini aku berharap dia mau. Dia dah ok. Disepakati tanggal 24 Agustus.. :) Ternyata aku hari itu capek banget. Aku sms dia untuk minta ijin klo aku mundurin jam ketemuannya. Aku mo ngaso dulu. Auch..dia bilang ya udah ngga usah dateng, ngaso aja.. Lagian ga ada yang penting kok. WHHAAATTTT!?!?!?!?!?! AKU MO DATENG GA PENTING ????? Kecurigaanku muncul semakin besar :( Sms itu bener2 membuat aku down. But dasar Buddhist , aku mikir positiflah :)) . Mungkin dia ga pengen sampe aku jatuh sakit n pengen aku istirahat cukup. OKE, aku bisa nerima :) This is the reason why i use my real photo as my avatar that day, and second enter SINGLE BUDDHIST topics.

Sms n call berlanjut. Aku ngajak ketemuan lagi. Ok tanggal 7 September..

UNTUK KEDUA KALINYA AKU MENGULANGI KESALAHAN YANG SAMA. JANJI DATENG JAM 2an. g****k emang, al hasil telat lagi krn waktu itu jam 2 pun masih ada orang belanja. Dan ga mungkin aku paksa tutup. Aku telat but LUCKY dia masih mau welcome in. Seperti pertemuan yang pertama kita share n laugh together.

KEBOHONGANKU YANG KEDUA. Dia bilang ip dia 2.3 waktu kuliah. Dia tanya aku percaya? Aku jawab NGGAK (padahal aku percaya waktu dia ucapin itu ke aku). Alasan krn dia tanya aku percaya ga? n itu membuat aku ragu ama kepercayaanku sendiri.

Ga ada masalah waktu itu n aku ga nyadar, krn pertemuan itu baik2 saja. Ga ada menyinggung perasaan satu n lainnya. Sampe selasa ini.......

SMS n CALLKU GA DIBALES N DIANGKAT SAMA SEKALI!!!! ~X( ~X(

Aku makin curiga, apa yang salah. Aku sms aku minta maaf ama dia klo aku ada salah. But tolong jelasin ke aku dmn salahku... 3 hari aku ga bisa tidur...N jum'atnya aku sempat sms lagi jam 2.45 pagi. Aku terima sms balesan paginya klo dia bakal jelasin. Malemnya aku terima sms klo aku jangan berharap sama dia...  :o  :o  :(  :'(:'(
.......

:)) :))

Ga sampe nangis kok. Perasaan ditolak yang muncul agak berbeda. Aku ga marah. Tapi perasaan yang muncul lebih mirip merasa kehilangan sesuatu.

Kemudian aku mikir. Sebenarnya apakah seseorang untuk mengejar kebahagiaan? harus rela mengorbankan/ melepaskan segalanya? Contoh untuk mencapai kebuddhaan, sang Buddha melepaskan keluarga, istana n harta, kedudukan n dll.

Apakah seseorang (aku) harus mengorbankan segalanya untuk memperoleh tujuanku (cinta)? Misal hari minggu toko tutup, ga peduli ada orang yang mau jagain or ga pokoknya aku mau kencan??? Atau membuang semua prasangka dengan dateng malem2 kayak jaman kuliahan tongkrongin tempat tinggalnya tanpa ngomong dulu??? Ga perduli dia terganggu atau nggak, telpon terus?? Ga perduli kesehatanku sendiri yang penting ketemu si DIA???

Seberapa besar pengorbanan yang dibutuhkan untuk memperoleh CINTA?? Dan apakah layak pengorbanan itu dilakukan untuk sesuatu yang bersifat ANICCA??

Just sharing :)

Thanks

_/\_

2
Selamat pindah ke tempat yang baru. Semoga di rumah baru ini Dhammacitta dan kita semuanya bisa berbagi lebih baik daripada sebelumnya. _/\_

3
Diskusi Umum / Apakah kita harus percaya?
« on: 18 October 2007, 10:51:24 AM »
Mungkin hal ini sudah ditanyakan berulang-ulang. Kita sudah sering mendengar/ baca tentang Kalama Sutta yaitu mengenai bagaimana kita mempercayai/ menolak suatu ajaran.
Sebelum sutta itu diucapkan oleh sang Buddha, suku kalama bukanlah penganut ajaran buddha. Dan atas alasan itulah sang Buddha memberikan pedoman bagaimana memilih suatu ajaran kebenaran.
Salah satunya yaitu untuk melihat terlebih dahulu apakah ajaran tersebut membawa kebaikan atau justru membawa keburukan bagi diri sendiri maupun orang lain.
Dalam bacaan yang lain juga disebutkan bagaimana kita memilih guru pembimbing yang baik, yakni dengan melihat ucapan dan perbuatannya, apakah patut dicontoh atau tidak.

Nah, setelah suku kalama/ orang lain meyakini (mungkin telah membuktikan atau memahami) kebenaran ajaran sang Buddha, mereka mengucapkan tiga perlindungan, kepada Buddha, Dhamma, dan Sangha.

Pertanyaannya, setelah kita mengucapkan tiga perlindungan, dimana kita mengakui Buddha, Dhamma, dan Sangha sebagai guru, ajaran dan pembimbing, "apakah kita masih boleh bersikap tidak percaya/ tidak yakin terhadap ajaran sang Guru? apakah sang Buddha pernah menyatakan bahwa "kewajiban murid adalah yakin terhadap ajaran gurunya?"
Ini saya tanyakan karena mengingat dasar keyakinan terhadap sang guru dan ajaran seharusnya sudah kita tetapkan pada saat memilih sang guru dan ajarannya yaitu sang guru memiliki ucapan dan perbuatan yang tidak tercela dan ajaran tersebut mengajarkan untuk terbebas dari keserakahan, kebencian dan kegelapan batin.

Terima kasih buat tanggapannya :)

4
Diskusi Umum / The One Way - 1
« on: 12 October 2007, 11:57:15 AM »
The One Way - by Ven. Piyasilo

Makalah ini ditulis oleh Venerable Piyasilo dari Damansara Buddhist Vihara dan dipersembahkan khusus utk Unisains Buddhist dari Universiti Sains Malaysia, Pulau Pinang. Makalah ini juga dipresentasikan pada
Singapore Dharma Interaction Ketiga (22 - 26 Oktober 1981), dan merupakan working-paper pada seminar mengenai Theravada dan Mahayana (19 - 20 Desember 1981), di Pulau Pinang.

Judul           :"The One Way - A Comparative Study of Mahayana and
                  Theravada"
Penulis         :Ven. Piyasilo - Damansara Buddhist Vihara
Penerjemah      :Ir. Edij Juangari
Penerbit        :Yayasan Penerbit Karaniya
Jalan Tunggal(Tentang kesatuan spritual aliran-aliran dlm agama Buddha)

Telah lebih dari satu dekade saya menjadi seorang misionaris yg aktif. Memiliki latar pendidikan yg berbahasa Inggris, saya mulai mengenal Buddhisme Theravada, dimana saat itu saya sulit membedakan antara Taoisme  modern yg menyimpang (Taoisme awal lebih cenderung batiniah) dgn Mahayana. Karenanya saya mengalami kesalahpahaman dan prasangka seperti yg dimiliki kaum 'Theravada fanatik" thd  Mahayana.

Setelah ditahbiskan oleh Sesepuh Agung XVII dari Thailand, kemudian saya melanjutkan latihan dan studi kebhikkuan di Thailand dimana selesai dlm waktu lima tahun yg merupakan masa yg sangat vital bagi perkembangan pengertian dan semangat kebhikkuan saya.

Orang Thailand mengajarkan kpd saya cara hidup Buddhis yg ceria dan penuh toleransi. Vihara mengajarkan bagaimana menjadi mandiri dan bertenggang rasa. Sebagai orang yg bukan berasal dari Thailand, saya cukup beruntung tidak perlu lebih banyak terikat pada aspek kultural yg melekat dlm agama ini.

Dilema

Seperti semua Theravadin yg baik, saya diajar dan percaya bahwa hanya  kearahatan, bahwa perempuan tak akan bisa menjadi Buddha, dsb. Mahayana, sebaliknya, berbicara mengenai banyak Buddha, cita-cita Bodhisattva, dan bahwa perempuan punya sedikit kesulitan saja utk menjadi Buddha. Ketidkserupaan yg tampak jelas ini meninggalkan keresahan bagi saya. Saya menerima Theravada sbag ajaran yg cukup 'murni', namun pada saat yg sama tidak pernah terbesit dlm pikiran saya utk mengesampingkan tradisi Mahayana sbg agama Buddha yg 'menyimpang' atau ' belakangan'. Ini merupakan misteri yg menurut hemat saya mesti disingkapkan.

Hadiah Dharma di hari lahir

Di pertengahan tahun 1979 saya mendapatkan keberuntungan mengikuti Dharma tour ke Eropa Barat dan menghabiskan masa vassa di Belanda. Peristiwa paling berkesan adalah perjumpaan dgn rekan-rekan dari Friends of the Western Buddhist Order dan pertemuan dgn Y.A. Sangharakshita.

Saya mendengarkan ceramah Y.A. Sangharakshita ttg Vimalakirti Nirdesa dgn judul 'Pembebasan Yg Tak Tercerapi', 'Kegaiban dari sebuah Sutra Mahayana' (dari kaset), 'Membangun Tanah Buddha' dan ' Tentang Segala Sesuatu Utk Semua Orang'.  Setelah mendengarkan ceramah tsb, saya terpesona oleh kejelasan sang pembicara dan kedalaman tradisi Buddhis.  Sekarang terbukalah misteri kuno itu - Bodhisattva, Tanah Suci, Buddha Semesta dsb. Itu merupakan kado ulang tahun (ketiga puluh) terbaik yg pernah saya dapatkan - kado pemahaman thd Mahayana.

Sejak saat itu saya tidak begitu sulit memahami dan mengerti berbagai Sutra dan tulisan Mahayana. Selama bertahun-tahun saya selalu berbicara mengenai Sutta Pali, dan orang yg saya latih telah mampu membabarkan Sutta itu dgn fasih. Telah tiba waktunya bagi saya utk beralih ke Sutra Mahayana seperti yg kemudian saya lakukan. Dalam Second National Dharma Interaction April 1980, saya mengawali dgn memberikan dua buah khotbah Dharma ttg Sutra Intan. Setelah itu, saya juga mulai membicarakan Sutra Hati, Sutra Sesepuh Keenam, Sutra Amitabha, dan Sutra Empat Puluh Dua Bagian, serta Sutra Teratai.

Membabarkan atau tidak?

Saya memerlukan waktu sekitar satu dekade utk memahami tradisi Mahayana - sesungguhnya tradisi Buddhis. Tahun-tahun yg saya lalui di vihara Theravada banyak membantu terbentuknya pengertian saya pd Mahayana. Sekarang telah tumbuh keyakinan dlm diri saya bahwa jika seseorang mengerti satu tradisi sekalipun - apakah itu Theravada, Mahayana, atau Vajrayana - ia juga akan memahami semua tradisi yg lain. Namun ia harus berusaha dan membuka pikirannya. Mereka yg mengutuk tradisi Buddhis manapun tidak memahami tradisinya sendiri.

Setelah memahami misteri yg indah ini, dorongan pertama saya adalah secepatnya menurunkan hal ini kpd teman Buddhis lainnya. Tugas ini terbukti lebih sulit dari yg saya perkirakan. Bagaimana mereka bisa mengerti - dgn semua keterbatasan intektual, prasangka, kesalahpahaman, dan prioritas yg salah? Godaan utk membiarkan semuanya seperti semula besar adanya - namun setelah mengetahui begitu banyak tentang Dharma yg demikian indah itu, bagaimana mungkin kita berdiam diri? Hal itu tentu terlalu mementingkan diri sendiri - oleh karena itulah saya pikir betapa harus berterima kasihnya kita kepada Sang Buddha yg telah begitu berwelas asih membabarkan Dharma.

Purama menolak hasil Konsili Pertama

Tujuan saya dlm penelitian sederhana ini adalah utk mencoba menjawab persoalan berikut : Adakah satu aliran agama Buddha yg merupakan satu-satunya Ajaran yg benar dan lengkap? Jika ada, aliran yg mana itu? Jika tidak ada, adakah paling tidak sesuatu ajaran dan praktik yg umum di antara berbagai aliran dlm agama Buddha? Ketika Sang Buddha masih hidup, masalah ini tidak muncul. Masalah ini muncul segera setelah Parinirvana Beliau dan menjadi jejak yg mencirikan perkembangan agama Buddha melintas keluar India sepanjang sejarah.

Diskusi manapun yg berkenaan dgn sejarah dan ajaran berbagai aliran dlm  agama Buddha harus dimulai dgn Konsili Buddhis Pertama - yg dikatakan diketuai oleh Sesepuh Maha Kassapa diGua Sattapanni, di sebelah Karang Vebhara di Rajagaha (India Utara) tiga bulan setelah Sang Buddha Parinirvana. Konsili dikatakan telah mengumpulkan semua dan menjernihkan - atau ' mengkanonkan', utk menggunakan istilah yg lebih teknis - ajaran ortodoks dari Sang Buddha. Metode yg digunakan merupakan pengulangan (sangiti) dari Dhamma dan Vinaya.

Pertanyaan ttg sejarah dan keaadan Konsili Pertama telah menjadi subyek perdebatan yg ramai di antara para cendekiawan sejak permulaan abad ini. Di sini cukuplah dinyatakan bahwa tdp bukti yg bisa dipercaya utk mendukung sejarah keberadaan Konsili Pertama ini. Cukup menarik bahwa di dlm Vinaya tercatat adanya paling sedikit satu bhikkhu yg memilih berbeda pendapat dgn hasil Konsili ini dan mengingat Dhamma miliknya sendiri, seperti yg telah ia terima dari Sang Buddha. Orang ini adalah Purana yg kembali dari daerah selatan sesudah berakhirnya Konsili.

Penolakan Purana utk mengikuti pengulangan kembali Dhamma dan Vinaya dlm Konsili Pertama membuktikan dua point penting. Pertama, kisah penolakannya tidak dpt dijelaskan tanpa menerima penyucian Ajaran Sang Buddha yg tidak diterima olehnya. Tidak juga mungkin utk menganggap episode ini sebagai rekaan belaka, karena hal itu sukar memenuhi keinginan utk meninggikan nilai penyucian ini; ia lebih mengurangi kekuasaan para tetua (sthavira/thera) dlm Konsili Pertama.

Point kedua yg dibuktikan oleh penolakan Purana adalah bahwa agama Buddha itu demokratis dari akarnya. Terdapat ruang utk keraguan dan kemerdekaan memilih dan percaya. Sesungguhnya, jika tdp sejumlah bhikkhu yg sedang berada di tempat yg jauh sehingga tidak dapat mengikuti Konsili itu, sangat mungkin tdp sejumlah wejangan yg diingat mereka dan diturunkan kpd murid-murid mereka, yg tidak terkumpulkan dlm Konsili itu meskipun autentik. Di bawah kondisi ini, tampaknya cukup beralasan utk memasukkan wejangan itu ke dalam kitab suci Tripitaka di kemudian hari. Sang Buddha sendiri sebenarnya juga telah menurunkan satu seri aturan utk menghadapi situasi seperti ini. Misalanya saja, jika seseorang menyatakan memiliki sebuah naskah asli yg tdk tdp di dalam Sutta (Dhamma) atau di dlm Vinaya, maka naskah itu harus diuji silang thd Sutta dan Vinaya dan dapat diterima hanya jika ia selaras dengannya.

Apa yang sebenarnya terjadi dalam Konsili Pertama?

Apakah Kitab Suci Pali yg kita miliki saat ini sama dgn yg diperdengarkan ulang dlm Konsili Pertama? Pada saat berlangsungnya Konsili Pertama, tercatat bahwa Ananda menyuarakan kembali Vinaya tidak disebut soal Abhidhamma. Dua aliran awal dlm agama Buddha - Sthaviravada (asal mula Theravada) dan Mahasanghika (pendahulu dari Mahayana) - tidak menyebutkan soal penyuaraan kembali Abhidhamma, dan karena persetujuan dari kedua aliran inilah yg semestinya mengadakan tradisi tekstual yg paling tua, tampak oleh kita bahwa pada mulanya hanya tdp dua Kumpulan (pitaka) - Sutta dan Vinaya.

Masalah seterusnya adalah apakah mungkin bahwa dua bagian utama dari Tripitaka - Sutta dan Vinaya - ada di sana dan akhrinya disusun di Konsili Pertama itu sendiri (apalagi utk memikirkan penyusunan Abhidhamma ke dalam Kumpulan seperti yg disebutkan di dlm Komentar Digha Nikaya). Vinaya menyatakan bahwa bulan pertama vassavasa dihabiskan utk memperbaiki tempat tinggal para bhikkhu. Lalu kemudian bagaimana dlm sisa dua bulan keseluruhan Sutta dan Vinaya dpt diperdengarkan kembali, yg dlm Konsili Ketiga dibutuhkan waktu sembilan bulan penuh (bersama dgn Abhidhamma) . Karenanya dianggap bahwa Konsili Pertama paling-paling bersetuju mengenai point-point utama dari doktrin dan disiplin Persamuan. Ini boleh membentuk landasan bagi pertumbuhan Kitab Suci. (Boleh dicatat di sini bahwa Kathavatthu, buku mengenai Abhidhamma, dan yg disusun oleh Moggaliputta Tissa dimasukkan ke dalam Kitab Suci Pali hanya di Konsili Ketiga yg dipimpinnya sendiri).

Sang Buddha tidak berbahasa Pali

Tidak satupun bagian dari Kitab Suci Pali ada menyebutkan bahwa Sang Buddha berbahasa Pali. Kata 'Pali' tidak ditemukan dlm Tripitaka. Kemunculannya yg pertama ada di masa belakangan di dalam Komentar-Komentar. Dalam Komentar-Komentar kata 'Pali' sering berarti suatu ' naskah kitab suci'. Sedangkan utk bahasa dari Kitab Suci 'Pali', Komentar-Komentar memberitahu kita bahwa itu adalah bahasa Magadhi.

Kita tidak memiliki bukti konkrit mengenai bahasa apa yg dipakai Sang Buddha. Sangat mungkin, menimbang berbagaiwilayah yg dicakupnya, Beliau menggunakan lebih dari satu dialek.  Satu petunjuk mengenai ini diberikan dlm Vinaya di mana diceritakan bagaimana dua orang bhikkhu mengeluh kpd Sang Buddha bahwa bhikkhu-bhikkhu lain dari daerah-daerah yg berbeda mengubah kata-kata Sang Buddha ke dalam dialek mereka sendiri (sakaya niruttiya). Mereka kemudian mengusulkan agar Ajaran diterjemahkan ke dalam syair-syair Veda (chandaso). Namun Sang Buddha menolak memberikan restuNya dan menambahkan, "Aku mengizinkan kalian, wahai Bhikkhu, utk mempelajari Kata-kata Sang Buddha dlm dialek masing-masing." (Vin 2:129).  Dalam Arana-vibhanga Sutta , Sang Buddha menasihati para bhikkhu utk menyesuaikan diri dgn bahasa-bahasa setempat di mana mereka memberikan ajaran. Lebih lanjut dalam Kinti Sutta, Sang Buddha menekankan bahwa orang seharusnya lebih memperhatikan makna dan jiwa daripada hanya kata-kata.

Sebelumnya, saya menyebutkan bahwa Komentar-Komentar menjelaskan istilah 'Pali' merujuk kepada lidah 'Magadhi' - yaitu bahasa yg diduga digunakan dlm Konsili Ketiga di Pataliputra di bahwa lindungan Asoka. 'Magadhi' ini dan bahasa dari Kitab Suci Pali seperti yg kita miliki menunjukkan identitas linguistik yg sedikit. Sekarang Magadhi jaman Asoka menunjukkan paling sedikit dua dari tiga tanda pembedaan dari 'bahasa' Magadhi, yiatu, nominatif dalam 'e' sebagai 'o' (misalanya, Maghadi menggunakan 'deve' sementara Pali 'devo', "dewa"), dan penggunaan 'l' sebagai pengganti 'r' (misalnya 'laja' menjadi 'raja'). Banyak sarjana karenanya menyimpulkan bahwa Kitab Suci Pali kita yg sekarang bukanlah yg disusun dlm Konsili Ketiga meskipun keduanya sangat mirip.

Telah sering dianggap bahwa bahasa Pali merupakan dealek Ujjeni di daerah Barat karena ia paling dekat dgn bahasa inskripsi-inskripsi Asoka dari Girnar (Gujerat) dan juga karena dialek Ujjeni dikatakan sbag bahasa ibu dari Mahinda yg membawa agama Buddha ke Srilanka. Beberapa sarjana menyatakan bahwa Kitab Suci Pali diterjemahkan dari beberapa dialek yg lain (dari Ardha-Magadhi kuno). Kekhasan bahasanya dpt dijelaskan sepenuhnya dgn hipotesis dari (a) perkembangan dan integrasi berlanjut dari berbagai unsur dari berbagai daerah di India, (b) suatu tradisi oral yg panjang yg merentang lebih dari beberapa abad, dan (c) kenyataan bahwa naskah-naskah itu ditulis di negeri lain (yakni di Srilanka), menyatakan bahwa Kitab Suci Pali yg sekarang kemungkinan merupakan suatu salinan yg cukup baik dari risensi Ujjeni, dalam bentuk dialek Avanti.

Sumber awal yang sama dari Theravada dan Mahayana

Di masa Asoka (abad ketiga sebelum Masehi), paling sedikit tiga Kitab Suci diselesaikan: Theravada, Sarvastivada, dan Mahasanghika. Dua yg pertama sangat dekat hubungannya. Kitab Suci Pali yg diwariskan kpd kita oleh Theravada tidak diragukan tumbuh secara bertahap di sekitar init dari naskah kuno dari beragam jenis Sutta panjang, sedang dan pendek, Gatha (sajak), Geyya (nyanyian), Jataka (kisah-kisah kelahiran), Udana (ungkapan hening), dsb - sama halnya dgn Kitab Suci lain, yg mengandung kategori naskah yg sama.

Tidaklah mungkin utk mengatakan apakah suatu syair Pali dlm bentuknya sekarang berasal dari masa Sang Buddha . Perubahan teknik di dalam kitab suci menyiratkan suatu masa perkembangan yg cukup panjang sebelum abad kedua SM. Bagaimanapun juga, penting utk diingat bahwa kesamaan formal antara Kitab Suci Pali dan Kitab Suci aliran lain yg lebih awal menunjukkan asal usul yg sama dari 'benih' asal di masa sebelum pemisahan sektarian telah terlalu jauh memisahkan mereka. Perlu ditekankan juga bahwa semua kitab suci tertulis adalah sektarian dari luar. Penemuan modern atas sisa-sisa naskah kuno seperti Udanavarga dan Dhammapada Gandhari, dan penelitian yg mengikutinya membuktikan bahwa naskah-naskah ini bukan merupakan terjemahan dari Kitab Suci Pali. Sebuat riset yg mendalam telah mengungkapkan bahwa baik Kitab Suci Pali maupun Sanskerta dapat ditelusuri ke asal yg sama yg diyakini berasal dari dialek Timur, yg dipakai sbg idiom di wilayah kerajaan Buddha.

5
Jadwal Kathina Puja 2551/2007 Daerah Bali dan Lombok
Disusun oleh Upapadesa Nayaka STI Daerah Bali, Y.M. Bikkhu Sucirano
Diterbitkan oleh PD MAGABUDHI, Bali

Sabtu, 27 Oktober 2007
                                 pk. 18.00 di Vihara Asoka Rama, Denpasar
Minggu, 28 Oktober 2007
                                 pk. 08.30 di Vihara Buddha Sakyamuni, Denpasar
                                 pk. 17.00 di Wisma istana Regenci (Y.M. Thittaketuko Thera)
                                 pk. 19.00 di Vihara Dharmayana, Kuta
Sabtu, 03 November 2007
                                 pk. 18.30 di Vihara Buddha Ratana, Karangasem
Minggu, 04 November 2007
                                 pk. 13.00 di Vihara Dharma Giri, Pupuan
Kamis, 08 November 2007
                                 pk. 18.30 di Vihara Dharma Ratna, Klungkung
Sabtu, 10 November 2007
                                 pk. 18.00 (SIRIPADA) di Vihara Amurva Bhumi, Blahbatuh
Minggu, 11 November 2007
                                 pk. 18.00 di MC. Dharma Dana Baturiti
Jum'at, 16 November 2007
                                 pk. 18.00 di Vihara Buddha Guna, Nusa Dua
Sabtu, 17 November 2007
                                 pk. 18.00 di Vihara Dharma Cattra, Tabanan
Minggu, 18 November 2007
                                 pk. 13.00 (bakti sosial kesehatan) di Vihara Mpu Astapaka, Gilimanuk
Sabtu, 24 November 2007
                                 pk. 17.00 di Vihara Buddha Vamsa, Singaraja
Minggu, 25 November 2007
                                 pk. 09.00 & 17.00 di Giri Metta Bhavana Arama, Lombok

6
Mau tanya nih di Buddhis kan dijelaskan bahwa perjudian itu membawa dampak negatif yakni kemalasan. Apa investasi, reksadana, jual beli saham dan forex itu termasuk berjudi? Apakah ada sila yang dilanggar? Atau mungkin bukan penghidupan yang benar?

Anumodana buat yang kasih pendapatnya :)
Terima kasih!

7
Perkenalan / Met kenal, saya San
« on: 14 September 2007, 07:51:59 PM »
Met kenal temen2x. Saya San (28), domisili Bali.
Forum ini bagus, cuman saya lebih suka baca daripada posting.
Klo ngobrol lebih suka pake chatting.
Ok deh, semoga bisa diterima di sini.
Thanks all.

Pages: [1]
anything