Kemarin Rabu nonton
Life of PiSinopsisPi sama dengan Ip Man, dalam arti dibacanya harus sambung (pai) bukan P dan I, seperti juga Ip dibaca Yip dan bukan Ai Pi (internet protocol).
Pi, bisa berasal dari nama kolam renang di Paris, namun bisa juga berarti komponen lingkaran hasil 22 per 7 (3.14). Namun Pi di sini adalah seorang anak pemilik kebun binatang di India harus ikut keluarganya pindah ke Kanada dengan kapal laut yg membawa mereka sekeluarga berikut binatang2nya.
Di tengah lautan Pasific tiba2 badai yang dahsyat menenggelamkan kapal mereka dan Pi yang tercebur sempat naik ke sekoci yang juga berisikan zebra, hyena, orangutan, dan Richard Parker, seekor harimau benggala. Akhirnya si zebra dimakan sama hyena, juga orangutan, dan hyena dimakan Richard Parker. Tinggalah mereka berdua harus bertahan hidup di perahu di tengah lautan nan luas. Bagaimanakah cara mereka bertahan dan bagaimana Pi bisa berdamai dengan si macan?
Score : 7 of 10 ( 8 of 10 kalau anda percaya tuhan)
Komentar sanjiva:
Meski review luar memberi nilai tinggi untuk film ini, gw merasa ada yang kurang pas :
1. Katanya kapal Jepang, tapi nama Tsim Tsum kayaknya nama Hongkong
2. Orang Jepang yg mengurus tenggelamnya kapal mukanya malah China
banget
Kayak dejavu Memoirs of Geisha, gw ga berminat nonton film ini
sama sekali justru setelah tahu pemeran geisha Jepangnya justru
Zhang Ziyi. Bule mungkin ga bisa membedakan face China, Jepang, dan
Korea, namun bagi kita yang leluhurnya dari sana, terang benderang.
Barat memang susah membedakan karate kid dan kungfu kid, apalagi
mata sipit Jepang dan China.
Penonton juga disuruh memilih versi cerita mana yg mau dipercaya, apakah seperti di awal ataukah versi kedua yang dikatakan Pi kepada tim penyidik Jepang. Lebih masuk akal versi yang kedua tapi sensasi cerita pertama tentu lebih menambah imajinasi kita.
Di bagian depan 'sepertinya' adalah filsafat yg dalam antar agama, mulai dari Hindu, perkenalan dia dengan , dan sholat secara muslim. Namun sekilas dikemukakan pula pemikiran 'modern' sang ayah yg tidak percaya agama, lebih percaya dengan akal sehat dan hasil pemikiran sendiri. Tak mau terkait dengan yang katanya dogma2, yah mirip2 kosong atapi isi, isi tapi kosong di DC lah.
Mungkin ini yang membuat novel dan film ini dapat atensi yang besar di barat, sayang ternyata masih haus akan sang pencipta yang menguji, mengest, mencoba sampai di mana kekuatan hambanya. Itulah yang gw rasakan secara tersirat dan tersurat. Tapi, nikmatilah keindahan lautan Pasific yang bergelora ataupun yang sebening kaca dengan ubur2 bercahaya bak bintang di atasnya. Sungguh suatu pemandangan yang mengesankan buat kita asalkan bukan kita yang berada dalam sekoci itu bersama Richard Parker yang kelaparan.
Satu ungkapan yang berkesan di akhir cerita, bukan perpisahan yang paling menyedihkan, melainkan tak menyampaikan sepatah katapun saat berpisah itulah yang menyakitkan. Ada benarnya sih, karena kita pasti berpisah dengan siapapun yang kita cintai. Derita cinta tiada akhir
(eh salah, itu sih kata penutup untuk review Sun go kong
).