Bukankah tujuan beragama adalah untuk kebaikan dan kesejahteraan. Terutama utk kesejahteraan kita dan orang lain.
Dan biasanya usaha mensejahterakan tsb dimulai dari orang2 sekitar kita seperti keluarga, kerabat dan teman2.
Nah jika hal yg ditimbulkan (terjadi) adalah sebaliknya seperti pertengkaran, permusuhan sampai pemutusan hubungan keluarga, kerabat atau pekerjaan, sy pikir ini sepertinya ada yg salah dengan agama yg kita ikuti.
Saya pikir lebih baik kita mengganti pola dari yg biasanya dengan cara memeluk dan menyakini, menjadi cukup dengan menjalankan dan menerapkan saja.
Karena keyakinan yg berlebihan berpotensi menimbulkan sikap fanatik. Sedangkan sikap fanatik berpotensi menimbulkan konflik (pembelaan mati2an ketika merasa diusik atau diserang).
Ajaran Buddha adalah jalan sehari2. Dapat diterapkan oleh siapapun, di mana saja dan kapan saja. Tak perlu harus dengan masuk sebagai penganutnya.
Jika memang berjodoh maka akan datang sendirinya, jika tidak maka lebih baik jangan dipaksa.
Penerapan/implementasi ajaranNya dlm kehidupan nyata sehari2 (seperti berbakti pada orang tua, tidak membunuh, tidak berbohong, tidak mencuri, dll) lebih penting ketimbang label pada KTP dan ritualnya (seperti cara sembahyangnya, cara berbusana, dll).
Maaf kalau ada salah kata.