Mana lebih berat karma buruk, menggugurkan kandungan agar janin bisa tumimbal lahir lagi ato membiarkannya lahir cacat dan menderita ?
Seperti penjelasan sdr.Forte... bahwa karma buruk itu pasti akan diterima (selama seseorang itu masih bertumimbal lahir), walaupun tidak pada kehidupan sebagai janin yang dimaksud sekarang, dan apabila jika di aborsi / digugurkan, dan "entitas" tersebut yang seharusnya terlahir cacat (menerima karma buruknya) itu akan kembali terlahirkan di rahim orang lain "mungkin" dengan kondisi yang sama (cacat)...
Point yang ingin saya sampaikan adalah
1. Dari sisi si calon bayi, bahwa si calon bayi itu yang ternyata harus dan pasti menjalani karma buruknya untuk terlahir sebagai anak cacat dan memiliki keterbatasan, dimanapun dilahirkan, baik sebagai anak kita, ataupun anak orang lain akan tetap terlahir cacat (jika konsep hukum karma tetap konsisten, dan menurut saya tetap konsisten).
2. Dari sisi kita sebagai calon orang tua, bahwa memiliki anak yang cacat (si anak menderita), dan kita sebagai orang tua juga akan mengalami penderitaan juga (penderitaan mental dsbnya), adalah juga sebagai karma buruk kita. Si anak menerima karma buruk terlahir sebagai anak cacat, sedangkan kita sebagai orang tua menerima karma buruk mendapat anak cacat (yang mungkin butuh ekstra perhatian dan ekstra materi). Jadi ketika kita sebagai orang tua menerima karma buruk kita (katakanlah balasan), menurut hemat saya, janganlah lagi berbuat kesalahan lagi (dengan melakuan penghilangan kehidupan / melanggar sila ke-1), dimana ketika kita meng-aborsi dan menghilangkan nyawa si anak, dengan demikian kita terhindari dari penerimaan karma buruk sebagai orang tua dari anak cacat pada kehidupan ini, mungkin akan kita terima lagi di kehidupan kehidupan yang lain PLUS dengan karma buruk kita dari melakukan pembunuhan.
Bagaimana jika janin tersebut terus dilanjutkan kehidupannya dan terlahir cacat (walaupun kita sudah mengetahuinya)... Adalah suatu sikap penerimaan yang sangat baik, dimana kita menerima karma vipaka (balasan) atas perbuatan kita dimasa lampau sehingga berbuah dengan memiliki anak cacat, dan dengan pemahaman kita atas hukum karma dan ajaran buddha, kita dapat memberikan suatu kehidupan yang baik baik si calon anak (mungkin kalau si anak terlahir di keluarga yang tidak mengenal ajaran yang baik, akan lebih menderita lagi).
dan kembali lagi... SEMOGA SAYA TIDAK DIHADAPKAN PADA PERSOALAN YANG SULIT SEPERTI INI... SADHU SADHU SADHU...