mari kita saling membuka diri......
pertama tama.... judul : "Kosong = Isi, Isi = Kosong" (KIIK)
1. kenapa judul tsb dipilih ?
2. apa manfaat bagi pembaca bila mengetahui kosong=isi, isi=kosong ?
3. judul tsb dibahas dlm Buddhist secara genaral atau pada aliran tertentu
(Theravada, Tantra, Mahayana, etc) ?
4. adakah sutta2/buku2 sebagai referensi dlm pembahasan judul tsb ?
5. apakah yg ingin dicapai dari judul diatas KIIK (adakah goal dari penulisan ini) ?
6. tentukan apakah penulisan anda berupa/secara argumentative atau analitical tentang KIIK ?
7. adakah guru/biksu/bhikuni yg udah pernah membahas KIIK secara baik ?
8. adakah bukti dlm keseharian tentang keberadaan KIIK ?
9. konklusi tentang penulisan/pencarian anda, dan apa manfaat mengetahui KIIK utk umat awam atau Buddhist ?
sementara kira2 itu dulu... mohon dijawab satu persatu...
Baik, semoga Sdr. Cumi juga bisa menjawab, apa pandangan rekan Cumi terhadap konsep kosong (selama ini), dan benarkah kesimpulan saya di atas, bahwa para pemirsa forum khususnya (dan umat Buddha aliran tertentu pada umumnya) sulit menerima konsep ini (sunyata), serta juga punya saddha/keyakinan yang bertentangan dengan sutta pegangan mereka sendiri (Kalama Sutta)?
Bahkan umat Buddha sendiri, walau yakin terhadap kebenaran Tiratana, tetap harus menganalisa dengan kewaspadaan dan penuh perhatian, bukan menolak mentah-mentah sesuatu yang belum diketahui/dipahami, betul?
Jika alibi bahwa dharma lain diluar "segenggam daun" yang diajarkan oleh Siddharta Gautama semasa hidup adalah tidak bermanfaat, tidak membawa pada pencerahan, bukankah hal ini tiada beda dengan sikap menutup diri? Mohon koreksi serta keterangan sikap Buddhis (pada umumnya) sekarang ini. Saya maklum dan mahfum ini jaman kemerosotan dharma, tapi juga bukan lantas membuat kita (umat Buddha) bersikap skeptis berlebihan (alias sinis) terhadap pemikiran-pemikiran di luar kepercayaan kita 'kan?
Saya katakan 'kepercayaan', sebab rata-rata umat Buddha masih 'membeo' (mengikuti tanpa memahami, apalagi membuktikan). Jadi selama ini konsep ehipassiko (pembuktian) yang digadang-gadang sebagai metode belajar umat Buddha, tampaknya harus tetap menjadi introspeksi yang mendalam lagi.
Sudahkah saya obyektif, sudahkah saya terbuka dan bersifat
open-minded dalam menerima sesuatu?
Moga-moga ini menjadi perenungan bersama (termasuk saya).
1. Meneruskan thread lama (agar thread lama tidak OOT). Istilah KIIK itu sudah ada di thread sebelumnya, saya hanya menyalin (mengikuti), bukan menciptakan/membuat.
2. Memahami hidup dan kehidupan.
3. Aliran tertentu (sudah saya tempatkan pada sub-forum Tradisi Mahayana sejak awal).
4. Tentu, dalam hal ini sutra aliran tertentu, seperti saya jelaskan di poin 3.
5. Tidak ada.
Semua adalah upaya, tanpa mengharapkan (dan terikat) dengan hasil.
Hasil adalah usaha setiap makhluk, bukan dari siapapun, karena guru (dan dharma) pun bersifat sunya.
6. Yang jelas bukan teoritis, tapi bersifat analistis dan dapat saya pertanggungjawabkan. Yang sedikit disayangkan, hanya sanggahan dan komentar yang berdasar pada tulisan/teks belaka, tanpa pembuktian serta analisis pribadi. Maka dari itu saya katakan terlalu banyak umat (dan pemirsa) yang bersifat skeptis hingga sinis (tergantung kadar keterikatannya pada dogma/bacaan/ceramah yang diterimanya), hingga sulit untuk berdiskusi/mendiskusikan pemikiran/pandangan yang sekiranya baru (belum pernah didengar dan diterima sebelumnya). Semoga dengan adanya tulisan ini, dapat memberi perubahan dan perkembangan berarti.
7. Saya tidak berkomentar, jawaban dan pertanyaan ini relatif dan subyektif.
8 dan 9 saya sambung di bawah (agar tidak kepanjangan).