//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: Buddhist FUndamentalis  (Read 2572 times)

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Offline Tekkss Katsuo

  • Sebelumnya wangsapala
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.611
  • Reputasi: 34
  • Gender: Male
Buddhist FUndamentalis
« on: 01 July 2010, 04:52:10 PM »
Artikel menarik nichh. copos dari tetangga



    Buddhis Fundamentalis

    Definisi fundamentalis yang biasanya diberikan di kamus adalah kepercayaan penuh terhadap semua isi dari kitab suci, yakni makna dari isi kitab suci tersebut dianggap literal (dianggap benar kata per katanya). Pemberian label ‘fundamentalis’ telah memberikan kesan yang sangat negatif di masa moderen kita ini. Rasanya tidak ada orang yang senang dicap ‘fundamentalis’ baik itu umat kr****n, Islam, Yahudi, Hindu, maupun Buddha.

    Sebagai umat Buddha Indonesia, kita tentu pernah berinteraksi langsung dengan para fundamentalis, kr****n maupun Islam. Kesan kita terhadap mereka kiranya bukanlah kesan yang dapat dikatakan ‘baik.’ Hal ini adalah wajar adanya karena para fundamentalis telah menutup semua kemungkinan yang ada. Tidak ada lagi yang dapat dibahas dengan mereka karena apapun argumennya, mereka akan menolak semua kritikan negatif terhadap kitab suci mereka. Inilah yang dimaksud dengan tertutupnya semua kemungkinan. Karena bila seseorang benar-benar ingin mengetahui kebenaran, maka ia harus mampu melepaskan kepercayaan secara literal terhadap kitab sucinya bila saja argumen/kritikan terhadap kitab sucinya tersebut bersifat kuat. Ia harus mampu menganalisa kenyataan-kenyataan yang ada di depan matanya dan tak bersifat ‘memihak sebelah.’ Hanya orang-orang yang bersedia melepaskan kepercayaan mereka inilah yang dapat melihat kenyataan yang sebenarnya.

    Kritikan negatif yang paling umum terhadap para umat beragama di masa moderen kita ini adalah umat beragama berpandangan satu dimensi. Apa maksudnya berpandangan satu dimensi? Maksudnya semua kebenaran yang dilihat oleh umat beragama dihubungkan dengan kitab sucinya. Kata kasarnya: brain wash. Kata halusnya: tak berpandangan luas.

    Contoh nyatanya adalah kepercayaan literal bahwa manusia dan binatang adalah hasil ciptaan, yakni manusia dan binatang bukanlah produk dari evolusi. Cukup aneh kiranya di zaman semoderen sekarang ini masih saja ada orang yang tidak mempercayai tentang evolusi. Cukup ironis kiranya kalau masih ada orang yang percaya semua binatang dan isi bumi ini diciptakan satu per satu secara unik oleh Sang Pengcipta. Tapi kenyataannya ajaran para fundamentalis yang tidak didukung bukti selain dari otoritas kitab suci itu sendiri kadang mengalahkan ajaran sains yang didukung oleh banyak bukti-bukti yang kuat. Tetapi menangnya ajaran fundamentalis ini tidaklah dapat berlangsung lama karena seiring berjalannya waktu, generasi muda akan semakin terpelajar dan mampu melihat kenyataan sesungguhnya.

    Di Amerika, contohnya, mayoritas kaum kr****n fundamentalis biasanya ditemukan di daerah rural (daerah perdesaan) yang penduduknya umumnya kurang berpendidikan dibanding daerah perkotaan. Selama ekonomi suatu negara kuat dan kwalitas pendidikan negara tersebut dapat diandalkan, maka kaum fundamentalis, baik itu kr****n, Islam, Yahudi, Hindu, maupun Buddha, tak akan dapat berkembang pesat. Inilah salah satu alasan mengapa pendidikan itu begitu penting. Jadi tujuan utama pendidikan bukanlah untuk mendapatkan gaji yang lebih tinggi, tetapi membentuk pemikiran yang lebih luas. Dengan demikian, kwalitas pendidikan juga dapat dinilai dari kesuksesannya dalam membentuk watak-watak yang tak sempit, yang memampukan seseorang mengumpulkan fakta-fakta nyata, menganalisa fakta-fakta tersebut, dan menarik kesimpulan yang tak sepihak berdasarkan fakta-fakta nyata yang ada. Memang metode terdidik ini tidak terlepas dari kesalahan, tetapi umumnya kesalahan itu muncul karena fakta-fakta nyata belum lengkap terkumpul di tangan. Bila saja telah lengkap, maka kesimpulan yang diambil cenderung adalah jitu dan tak meleset jauh. Ketidaklengkapan fakta ini dapat disebabkan oleh terbelakangnya teknologi yang diperlukan untuk memperoleh fakta tersebut. Jadi jelas hubungan antara teknologi dan pendidikan adalah sangat erat dan saling menyokong satu sama lainnya.

    Jadi mengapa kalau kita mengkritik para kr****n maupun Islam fundamentalis, kita tak mengkritik para Buddhis fundamentalis? Ingat bahwa metode yang terdidik seharusnya terbebas dari sifat ‘memihak sebelah.’ Buddhis fundamentalis adalah mereka yang tak mampu menerima kritikan terhadap kitab suci agama Buddha, yang menganggap apapun yang tertera di sana pasti berasal dari Buddha. Dengan demikian, Buddhis fundamentalis menganggap kitab suci agama Buddha memegang otoritas tertinggi. Ironisnya bila kita meneliti isi dari sabda Buddha, kita akan melihat bahwa Buddha tak berkehendak agar kita menjadi seorang fundamentalis yang sedemikian rupa. Dari dialog-dialog yang tercatat di dalam kitab suci agama Buddha, justru kebalikan dari sifat fundamentalis inilah yang dibina dan dikembangkan oleh Buddha di dalam diri pengikut-pengikutnya. Di antara semua dialog Buddha, dialog yang tercatat di dalam Digha Nikaya 13 adalah salah satu yang patut kita perhatikan. Di sana tercatat bahwa Buddha mempertanyakan kepercayaan-kepercayaan literal kaum Brahminisme terhadap kitab suci Veda mereka. Secara sistematis Buddha menuntun dialog tersebut agar sifat-sifat fundamentalis yang telah kita jelaskan, yakni mempercayai secara keseluruhan apa yang tertera di dalam kitab suci, dapat tersingkirkan. Mungkin ada yang merasa bahwa Buddha hanya mengkritik sifat fundamentalis umat lain dan tidak mengkritik sifat fundamentalis dari umatnya sendiri. Akan tetapi hal ini tidaklah benar adanya. Di Digha Nikaya 16, Bhikkhu Sariputta menyanjung Buddha dengan mengatakan bahwa tidak ada yang dapat melebihi dirinya. Buddha bertanya kepada Bhikkhu Sariputta apakah ia memiliki kemampuan khusus untuk melihat semua makhluk hidup yang berkwalitas mulia, dan ia mengaku dirinya tidak memiliki kemampuan tersebut. Jadi Buddha sendiri menolak tafsiran-tafsiran yang tidak berdasarkan bukti-bukti yang kuat, walaupun tafsiran-tafsiran tersebut bersifat menyanjungi dirinya.

    Jadi bagaimana seorang Buddhis dapat dikatakan tidak fundamentalis? Yakni bila ia cukup menguasai ajaran Buddha (dengan mempelajarinya), mampu mengumpulkan fakta-fakta (kritikan-kritikan) yang menentang secara langsung maupun tak langsung ajaran Buddha tersebut, dan mampu menilai secara seksama fakta-fakta yang terkumpul tersebut untuk mengambil kesimpulan yang tak sepihak pada akhirnya. Metode ini tak menjamin seorang Buddhis akan mengetahui kebenaran yang sesungguhnya, tetapi setidaknya ia akan berkembang terus selama ia menggunakan metode ini. Ia akan menjadi lebih matang seiring berjalannya waktu, tak berdimensi satu sehingga kebenaran akan terbuka kepada dirinya suatu saat, dengan syarat ia tekun dan bersedia melepaskan keyakinan literalnya terhadap isi kitab suci agama Buddha (tidak percaya begitu saja terhadap keseluruhan dari isi kitab suci). Seperti yang tertera di Majjhima Nikaya 22, Buddha menyarankan agar kita hanya menggunakan ajarannya untuk meraih kebenaran/kebahagiaan, dan bukan untuk digenggam erat-erat. Dan setelah meraih manfaat tertingginya, kita pada akhirnya juga patut melepaskan ajarannya secara tuntas. Yakni ajarannya bukan untuk sekedar dipercayai tanpa diuji, bukan untuk diyakini tanpa dianalisa dan dipertimbangkan. Tapi manfaat tertinggi dari ajarannya itu diambil dan kemudian ajarannya itu sendiri harus kita tinggalkan. Seandainya Buddha sendiri menyuruh kita untuk meninggalkan ajarannya pada akhirnya dan memperbolehkan peraturan-peraturan kecil para petapa Buddhis untuk dihapus (Digha Nikaya 16), kiranya sulit dibayangkan bila kita diajari olehnya untuk menjadi Buddhis fundamentalis.

    Sumber: Buddhis Fundamentalis

« Last Edit: 01 July 2010, 04:56:09 PM by Tekkss Katsuo »

Offline pannadevi

  • Samaneri
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.960
  • Reputasi: 103
  • Gender: Female
Re: Buddhist FUndamentalis
« Reply #1 on: 01 July 2010, 11:27:33 PM »
hari ini baru pesta GRP, buat ongkos copas nya....
tumben nih posting ada beginian...

btw, memang kita sebaiknya tidak fanatik, berarti menjalani extreem view, tidak akan mencapai pencerahan, jalan tengah seperti yg dibabarkan sang Buddha itulah yg seharusnya kita jalani, walau demikian, tidak berarti murid sang Buddha pun tidak ada pertentangan dg pandangan2 ajaran sang Buddha sendiri, contohnya Dhammadhara dan Vinayadhara yg sulit diredam, sulit dihentikan oleh bahkan sang Buddha sendiri sehingga beliau pergi ke hutan Parileyya (kisah dhp.330 yg syairnya : "better it is to live alone. there is no fellowship with the ignorant. Let one live alone doing no evil, care free, like an elephant, in the forest").

mettacittena,

Offline Edward

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.968
  • Reputasi: 85
  • Gender: Male
  • Akulah yang memulai penderitaan ini.....
Re: Buddhist FUndamentalis
« Reply #2 on: 02 July 2010, 12:42:37 AM »
Yahhh...memank dasarnya manusia butuh pegangan yg terlihat pasti sih...sulit juga jadinya..
“Hanya dengan kesabaran aku dapat menyelamatkan mereka....."

Offline johan3000

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 11.552
  • Reputasi: 219
  • Gender: Male
  • Crispy Lotus Root
Re: Buddhist FUndamentalis
« Reply #3 on: 02 July 2010, 06:03:39 AM »
jadi secara seingkat Buddhist FUndamentalis itu seperti apa ya?
dapat kah ditemukan di Indonesia?................
Nagasena : salah satu dari delapan penyebab matangnya kebijaksanaan dgn seringnya bertanya

Offline sukuhong

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 279
  • Reputasi: 8
Re: Buddhist FUndamentalis
« Reply #4 on: 02 July 2010, 07:27:52 AM »
terlahir jadi manusia karena LDM masih 'tebal', jadi tidaklah heran manusia bisa punya sifat seperti itu
kamsia

Offline ryu

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 13.403
  • Reputasi: 429
  • Gender: Male
  • hampir mencapai penggelapan sempurna ;D
Re: Buddhist FUndamentalis
« Reply #5 on: 02 July 2010, 07:41:16 AM »
ya sebaiknya tipitaka dibuang semua karena tidak berguna, lebih baik tisutta yang dipakai buat melestarikan agama buddha =)) =)) =))
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

 

anything