Bhavana
Oleh Hananto
Banyak istilah-istilah asing yang diusahakan untuk diterjemahkan ke dalam
bahasa Indonesia.
Usaha itu dilakukan guna memudahkan para pembaca mengerti saat membaca suatu
tulisan maupun mendengar suatu pembicaraan. Namun, banyak pula
istilah-istilah asing yang sulit, bahkan amat sulit dicari padanan yang
telak ke dalam bahasa Indonesia. Sehingga terpaksa diambil jalan tengah,
yaitu 'meng-Indonesia- kan' istilah asing tersebut walau jadinya
kadang-kadang terdengar aneh. Istilah-istilah yang masih enak didengar
karena sama atau hampir sama dengan aslinya misalnya ' sorry' yang
dilafalkan sebagai sori, career yang dilafalkan sebagai karir, business yang
dilafalkan sebagai bisnis, dan lain-lain. Rasanya tak begitu aneh. Tapi, ada
pula istilah asing dilafalkan agak melenceng dari aslinya, misalnya chaos
(kerusuhan) dilafalkan sebagai caos, bukan keies. Pasca dilafalkan sebagai
pasca, bukan paskah. Beijing dilafalkan sebagai beijing, bukan peicing dan
masih banyak contoh lainnya.
Entah bagaimana tanggapan si empunya bahasa mendengar bahasanya
dipelencengkan begitu.
Tulisan ini penulis dahului dengan membicarakan tentang bahasa karena di
lingkungan agama Buddha juga terdapat istilah-istilah asing yang diusahakan
untuk diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia.
Usaha ini telah digalakkan oleh penulis Buddhis Jan Sanjivaputta. Suatu niat
yang baik untuk memberi pengertian yang benar pada para pembaca. Tapi, niat
baik itu belum mendapat respon yang sama dari penulis atau pembaca yang
lainnya yang akhirnya akan tetap menjadi polemik.
Seperti pada istilah Sati yang oleh Jan Sanjivaputta diterjemahkan sebagai '
penyadaran jeli' - masih ada yang menterjemahkan sebagai perhatian murni
oleh Ir. Ariya Chandra, begitu pun Sampajanna yang diterjemahkan sebagai
pengertian benar. Begitu pun istilah-istilah lain yang belum berhasil
mencapai kesamaan dalam menterjemahkannya. Termasuk istilah 'meditasi' yang
berasal dari kata 'Bhavana' yang di-Indonesia Inggris-kan. Penulis katakan
di-Indonesia Inggris-kan karena istilah meditasi berasal dari istilah
Inggris ' meditation' yang dalam kamus lengkap Inggris-Indonesia oleh Prof.
Drs. S. Wojowasito, Drs. Tito Wasito W diterjemahkan sebagai renungan (yang
juga diterjemahkan sebagai meditasi dan samadi, bukan samadhi dalam The
Contemporary English-Indonesian Dictionary).
Terjemahan tersebut tetap kurang telak bagi kata Bhavana yang berarti
pengembangan, mengembangkan sesuatu, membuat sesuatu menjadi berkembang
maju. Dalam hal ini, sesuatu berarti batin. (Apakah penulis juga kurang
telak dalam menterjemahkan ?)
Berhubung penulis bukanlah seorang ahli bahasa, maka dalam tulisan-tulisan
selanjutnya, akan lebih banyak digunakan istilah aslinya sebagai istilah
agama yang layak diketahui dan digunakan oleh umat Buddha. Seperti umat
agama lain menggunakan istilah agamanya. Bila ada istilah yang kurang
dimengerti oleh pembaca, penulis akan berusaha menerangkannya. Penulis
memilih hal ini karena tidak ingin membuat pembaca lebih bingung dengan
banyaknya ketidaksamaan dalam menterjemahkan.
Seperti judul dalam tulisan ini, Bhavana. Bukan diberi judul: Meditasi.
Dalam masyarakat umum, Bhavana dibagi menjadi dua macam, yaitu Sadharana
Bhavana (Bhavana umum) dan Buddha Bhavana (Bhavana Buddhis). Sadharana
Bhavana atau Bhavana umum bisa dilakukan oleh semua orang dari pemeluk agama
apapun. Hasil akhir dari Sadharana Bhavana ini ialah kebahagiaan batin
karena mencapai ketenangan, tingkat awal, menengah maupun tingkat tinggi
hingga mencapai jhana. Jadi Sadharana Bhavana ini, hanya mengacu pada
Samatha Bhavana yang sifatnya masih labil dan goyah karena masih bersifat
duniawi (lokiya).
Sedangkan Buddha Bhavana atau Bhavana Buddhis, selain Samatha Bhavana juga
dilengkapi dengan Vipassana Bhavana, yaitu suatu teknik Bhavana untuk
mengembangkan pandangan terang untuk mengerti atau menembus kesunyataan dari
dunia ini, dari kehidupan ini melalui perenungan-perenung an dan
penganalisaan. Selain mendapatkan kebahagiaan dari ketenangan, juga mendapat
kebahagiaan lebih tinggi dan luhur yang sifatnya kekal (lokuttara), tak
tergoyahkan lagi. Kebahagiaan semacam inilah yang menjadi tujuan akhir dari
ajaran Sang Tathagata. Sebagai dambaan bagi semua umat Buddha.
Jadi, perbedaan dari Sadharana Bhavana dan Buddha Bhavana terletak pada
Vipassana Bhavana itu sendiri. Dalam ajaran agama apapun, selain
Buddhasasana, tak terdapat Vipassana Bhavana yang ditemukan dan diajarkan
oleh Sang Buddha.
(berlanjut)