Sdr. Nyana, Sdr. San, bukankah dengan adanya konsep tanpa diri dalam pikiran maka ia akan bisa mengabaikan rasa sakit pada tubuh yang terserang melalui panas dan dingin?
Maaf saya hanya bisa menjawab dari catatan Sutta karena batin saya belum melampaui mereka. Begini, saat Sang Buddha sakit dan akan wafat , Beliau mengatakan pikiran berada dalam kondisi yang tenang namun tubuh ini mengikuti perputaran waktu sehingga ia akan menua dan membusuk dan akhirnya tidak dapat menahan / menopang aktifitas normal.
aku pernah mendengar ceramah seorang bhikkhu mengenai hal yang sama , beliau mengatakan adalah tindakan yang tidak bijaksana bahwa orang berpikir bahwa orang yang tercerahkan tidak akan membutuhkan apa-apa lagi. iya di level pikiran tapi di level tubuh harap mengingat bahwa tubuh ini mengalami proses penuaan yang tidak bisa diganggu gugat karena adalah teratur dalam niyama.
Sakit lahir tua dan mati yang dikatakan dilampaui oleh Sang Buddha adalah perasaan dukkha yang terjadi bukan berarti Sang Buddha setelah mencapai pencerahan,iapun menjadi semacam makhluk abadi,tidak perlu makan,tidak perlu perlindungan,tidak perlu minum dan tidak perlu apa-apa lagi,ingat pada level tubuh,yang ada semua adalah anicca.namun di level pikiran,itu semua telah lenyap.
Jadi apakah ini bisa dikatakan bahwa, Orang yang tercerahkan juga masih memperdulikan hal-hal eksternal, di luar dirinya? Dapatkah dikatakan bahwa Pencerahan, Kebijaksnaan Tertinggi tetap menudukung kebijaksanaan duniawi seperti nilai-nilai kesopanan?
Lokuttara Dhamma termasuk juga dalam Dhamma universal. nilai nilai kesopanan merupakan praktek Sila. karena Sila digariskan sebagai norma menjaga hubungan Bhikkhu dengan masyarakat.