//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: Bagaimana Menjadi Bahagia? [Secara Ilmiah]  (Read 3182 times)

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Offline Hikoza83

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.295
  • Reputasi: 60
  • Gender: Male
  • panda is so cute... ^-^
Bagaimana Menjadi Bahagia? [Secara Ilmiah]
« on: 23 October 2008, 12:09:28 PM »
Bagaimana Menjadi Bahagia? [Secara Ilmiah]

SECARA TRADISIONAL, psikolog telah mempelajari aspek negatif dari pikiran, seperti depresi, gelisah dan neurosis. Misinya adalah untuk menyembuhkan penderitaan kita. Tetapi sekarang ini ada sebuah perkembangan minat yang sangat besar kepada aspek positif dari perilaku dan pikiran manusia. Semakin banyak sekarang psikolog yang mengalihkan perhatian mereka pada kebahagiaan dan kesejahteraan tubuh dan pikiran (well-being).

Salah satu dari mereka adalah Dr. Martin Seligman dari Universitas Pennsylvania. Dia berkata bahwa daripada puas dengan membawa kita dari “minus lima ke nol”, psikolog sekarang bertanya bagaimana membawa kita dari “nol ke positif lima”. Bidang penelitian yang baru ini disebut psikologi positif.

Tentu saja, filsuf telah mendiskusikan tema kebahagiaan selama ribuan tahun dan rak-rak di toko buku sudahlah penuh sesak dengan buku-buku siap pakai dengan tema tersebut. Tetapi psikologi positif mengklaim bahwa ia menawarkan sesuatu yang baru – sebuah pendekatan ilmiah terhadap tema kebahagiaan.
Aku akan melaksanakannya dengan tubuhku,
Karena apa gunanya hanya membaca kata-kata belaka?
Apakah mempelajari obat-obatan saja
Dapat menyembuhkan yang sakit?
[Bodhicaryavatara, Bodhisattva Shantideva]

Offline Hikoza83

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.295
  • Reputasi: 60
  • Gender: Male
  • panda is so cute... ^-^
Mengukur kebahagiaan
« Reply #1 on: 23 October 2008, 12:12:04 PM »
Mengukur kebahagiaan

Sebelum sesuatu dapat dipelajari secara ilmiah, ia harus dapat diukur. Ilmu pengetahuan melibatkan eksperimen, uji coba, pengukuran dan statistik. Sesuatu yang membuat para psikolog positif ini berbeda dengan filsuf atau guru-guru adalah komitmen mereka kepada data fisik. Mereka tidak hanya mendebatkan kebahagiaan – mereka mengukurnya.

Tetapi apakah benar mungkin untuk memberikan nilai numerik pada kebahagiaan. Para psikolog positif mengatakan “ya” dan telah memberikan cara-cara cerdik dalam melakukannya.

Salah satu cara melakukannya dengan sederhana: hanya sekedar bertanya kepada orang-orang seberapa bahagia mereka. Ini adalah basis dari Skala Kepuasan Dalam Hidup, sebuah uji coba yang dirancang oleh Profesor Edward Diener dari Universitas Illinois.

Uji coba ini terdiri dari lima pertanyaan sederhana. Jawabannya digunakan untuk menilai kepuasan hidup dengan berdasarkan pada skala numerik. Silahkan coba di www.bbc.co.uk/happinessformula untuk menguji anda sendiri. Ini mungkin kelihatan subyektif, tetapi hasil tes dari individu-individu ternyata sesuai dengan persepsi keluarga, teman-teman dan bahkan orang yang asing sama sekali. Kepuasan dengan lima skala memberikan sebuah indikasi yang baik tentang seberapa puasnya kita secara umum. Ia memberikan identifikasi latar belakang dari kebahagiaan. Tetapi ada juga metode yang mengikuti setiap momen level-level kebahagiaan kita.

Psikolog Mihaly Csikszentmihalyi dari Universitas Pendidikan Tinggi Claremont di Claremont menggunakan sebuah metode yang disebut sebagai sampling pengalaman. Dia menyediakan orang dengan komputer genggam (palm-top computers) dan menghubungi mereka pada interval yang berbeda-beda, meminta mereka untuk melaporkan apa yang sedang mereka lakukan, dengan siapa dia berada dan apa perasaan mereka pada saat itu.

Alat lain untuk mengukur kebahagiaan yang disebut sebagai metode rekonstruksi harian, memerlukan setiap orang untuk mengisi kusioner detil tentang kegiatan mereka sehari sebelumnya dan bagaimana dia merasakannya (Studi dengan metode ini pada 900 wanita di Texas mengidentifikasikan sex sebagai titik kebahagiaan tertinggi dan perjalanan transportasi sebagai yang terendah).

Membangun data dari tes semacam ini memberikan kesempatan kepada psikolog untuk menarik kesimpulan tentang hal-hal yang mempengaruhi kebahagiaan dan kesejahteraan tubuh dan pikiran.
Aku akan melaksanakannya dengan tubuhku,
Karena apa gunanya hanya membaca kata-kata belaka?
Apakah mempelajari obat-obatan saja
Dapat menyembuhkan yang sakit?
[Bodhicaryavatara, Bodhisattva Shantideva]

Offline Hikoza83

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.295
  • Reputasi: 60
  • Gender: Male
  • panda is so cute... ^-^
Apa yang telah dipelajari
« Reply #2 on: 23 October 2008, 12:13:52 PM »
Apa yang telah dipelajari

Hasil yang muncul adalah bahwa seberapa bahagianya kita sangat berhubungan erat dengan temparemen asli kita. Sebagian besar, kebahagiaan ada dalam gen kita. Sebuah studi di tahun 1999 menunjukkan bahwa kembar identik secara mengejutkan memiliki level kebahagiaan yang hampir sama, bahkan jika mereka diadopsi oleh keluarga yang berbeda dan dibesarkan secara terpisah. Ini bukti yang kuat bahwa ada kompenen genetik yang mempengaruhi kebahagiaan.

Ini bukanlah mengatakan bahwa diberkahi dengan gen kebahagiaan akan memberi garansi sebuah kehidupan yang bahagia. Ini juga bukan mengatakan bahwa gen kesedihan adalah kutukan buat kita untuk menderita. Tetapi susunan genetik nampaknya menentukan rentangan yang luas dari fluktuasi level kebahagiaan.

Tidaklah mengejutkan, situasi juga mempengaruhi kebahagiaan, tetapi tidak selalu dengan cara yang kita duga. Sebagai contoh, kekayaan kelihatan tidaklah begitu memberi kontribusi. Begitu kita memiliki penghasilan yang cukup untuk makanan, pakaian dan rumah sendiri, tambahan pendapatan sangat sedikit menambah kesejahteraan mental kita. Studi di tahun 1970 tentang seorang yang menang lotre menunjukkan bahwa setelah efek awalnya yang kuat, level kebahagiaan yang tinggi dengan cepat kembali ke levelnya yang biasa.

Pendidikan kelihatan tidak membuat terlalu banyak perbedaan juga. Orang-orang dengan pendidikan tinggi dan mereka-mereka yang memiliki IQ tinggi tidak terlalu lebih bahagia dari kita. Masa muda dan penampilan menarik juga memberi kontribusi yang kecil kepada kebahagiaan.

Jadi apa yang penting? Situasi apa yang benar membuat perbedaan? Pernikahan adalah salah satunya. Penelitian menunjukkan bahwa orang yang menikah cenderung lebih bahagia secara cukup siknifikan daripada mereka yang tidak menikah. Dan mereka yang bercerai cenderung untuk merasa lebih menderita. Mengejutkan juga, memiliki anak tidak memberi kontribusi terlalu banyak untuk menambah kebahagiaan – paling tidak, pada saat mereka tidak tinggal di rumah. Ada sebuah injeksi kebahagiaan untuk sebuah keluarga pada saat seorang anak dilahirkan, tetapi ini akan aus dalam waktu beberapa tahun.

Persahabatan memiliki sebuah efek yang signifikan kepada kebahagiaan, Dua orang psikolog Amerika mempelajari tingkat kebahagiaan beberapa ratus siswa dan menemukan yang paling bahagia adalah mereka yang paling sedikit menghabiskan waktu sendiri dan paling banyak waktu bersosialisasi. Semakin luas dan dalam hubungan anda dengan orang lain, semakin mungkin anda lebih bahagia.

Beberapa situasi menghasilkan kesedihan yang sangat panjang. Akan memerlukan waktu bertahun-tahun untuk sembuh dari efek negatif dari kehilangan suami/istri. Kehilangan pekerjaan dapat juga menyebabkan perusakan jangka panjang.
Aku akan melaksanakannya dengan tubuhku,
Karena apa gunanya hanya membaca kata-kata belaka?
Apakah mempelajari obat-obatan saja
Dapat menyembuhkan yang sakit?
[Bodhicaryavatara, Bodhisattva Shantideva]

Offline Hikoza83

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.295
  • Reputasi: 60
  • Gender: Male
  • panda is so cute... ^-^
Meningkatkan kebahagiaan
« Reply #3 on: 23 October 2008, 12:14:34 PM »
Meningkatkan kebahagiaan

Psikolog telah menyusun/memetakan data dan menghasilkan grafik lingkaran dari faktor-faktor yang menentukan kebahagiaan. Disposisi genetik mengambil sebagian terbesar (50 %) dan situasi hanya sekedar 10 %.

Ini menjadi kejutan untuk banyak orang ketika mengetahui bahwa faktor-faktor situasi seperti kesehatan dan penampilan menarik hanya memiliki pengaruh yang begitu kecilnya. Ini terutama disebabkan oleh proses psikologi yang dikenal sebagai adaptasi. Bayangkan jika anda menerima kenaikan gaji yang sangat besar. Untuk masa yang singkat anda merasa di awang-awang. Tetapi dengan segera anda menjadi biasa dengan tambahan pemasukan ini dan level kebahagiaan anda kembali ke level semula. Anda beradaptasi dengan kondisi baru anda dan anda memerlukan kenaikan gaji lagi untuk membuat anda merasa bahagia.

Adaptasi bekerja dengan cara kebalikan yang sama juga, memungkinkan ada kembali bangun dari kegagalan. Korban kecelakaan yang kehilangan kakinya akan menjadi depresi untuk masa yang singkat, tetapi dengan segara akan merasa lebih baik dan akhirnya mendapatkan kembali sesuatu yang sangat dekat dengan level kebahagiaan yang semula mereka miliki.

Setelah faktor gen dan situasi dipertimbangkan, masih ada bagian yang cukup besar (40 %) dari kebahagiaan yang tertinggal. Ini merepresentasikan apa?

Dr. Sonja Lyubomirsky, psikolog eksperimental dari Universitas Standford mempercayai bahwa bagian yang tertinggal ini merepresentasikan “kegiatan yang direncanakan atau diniati” (intentional activities) – sebuah istilah yang merefer pada pemikiran dan sikap yang memerlukan usaha, yang dapat kita kontrol. Contohnya adalah dengan melakukan meditasi beberapa menit setiap hari atau melakukan kebaikan setiap minggu.

Psikolog positif percaya bahwa mengadopsi kegiatan intensional yang benar dapat membuat kita bahagia. Satu hal yang bisa meningkatkan kebahagiaan adalah melakukan tindakan altruisme (welas asih) atau kebaikan. Dalam sebuah studi, Dr. Lyobomirsky menemukan bahwa dengan melakukan lima macam perbuatan baik setiap minggu akan membuat seseorang secara terukur lebih bahagia.

Mengembangkan dan mengekpresikan rasa syukur juga mengangkat tingkat kebahagiaan seseorang. Dr. Seligman telah mempelopori dua teknik untuk mencapai ini: “Tiga Berkah” dan “Menengok Rasa Syukur”. “Tiga Berkah” merupakan proses yang terdiri dari menulis tiga hal setiap hari yang berjalan dengan baik. “Menengok rasa syukur” merupakan proses menulis sebuah surat kepada seseorang yang anda syukuri yang belum sempat anda sampaikan rasa terima kasih. Kemudian anda membacakan surat ini di hadapan orang tersebut. Kedua teknik ini telah dibuktikan dapat meningkatkan kebahagiaan.

Menjalani hidup yang berarti dan produktif adalah juga bagian penting yang lain dari kesejahteraan tubuh dan pikiran. Dr. Seligman mengatakan bahwa anda dapat mencapai ini dengan mengidentifikasikan kekuatan personal anda (keingintahuan, kecerdikan, kemampuan bersosialisasi, keberanian dan seterusnya), dan menggunakannya untuk mencapai tujuan yang bernilai. Situs (www.reflectivehappiness.com) beliau memiliki alat-alat untuk menolong anda melakukan ini. Sangat menarik mencatat bahwa teknik yang paling efektif untuk meningkatkan kebahagiaan adalah berinteraksi denganorang lain dan menolong orang lain.
MAY ALL BEINGS BE HAPPY

Sumber : Rubrik Khusus “Mind Your Body”, Harian Straits Times, 1 Agustus 2007, Singapura.
Penulis : gary [at] garyhayden.co.uk
Alih bahasa : Tim redaksi

Buletin Maya Indonesia, Dharma Manggala – Agustus 2007
Aku akan melaksanakannya dengan tubuhku,
Karena apa gunanya hanya membaca kata-kata belaka?
Apakah mempelajari obat-obatan saja
Dapat menyembuhkan yang sakit?
[Bodhicaryavatara, Bodhisattva Shantideva]

 

anything