Tapi saya percaya bukan hal itu penyebab Sang Buddha wafat, karena memang sudah sesuai waktunya, karena untuk mengajarkan anicca. Sang Buddha pernah mengatakan bahwa Sammasambuddha bisa hidup sampai akhir kalpa jika Sang Buddha menghendakinya. Seorang Sammasambuddha konon tidak bisa wafat karena faktor luar, seperti dibunuh, karena keracunan, karena radang otot perut, dll. Karena timbunan jasa-jasa yang dilakukan pada saat masih menjadi Bodhisatta, hal itu mengakibatkan suatu titik jenuh, yang berakibat seorang Sammasambuddha tidak bisa wafat karena faktor luar. Hal ini bukan cuma eksklusif Theravada, melainkan di 3 aliran besar mempercayai adanya Dhammatta, keteraturan-keteraturan yang ada pada saat kemunculan seorang Sammasambuddha, seperti waktu yang sesuai, penduduk yang sesuai, tempat yang sesuai, kondisi-kondisi yang sesuai. Salah satu Dhammatta itu adalah seorang Sammasambuddha tidak bisa wafat karena faktor luar.
Tanya: kalau memang Sang Buddha sudah waktunya wafat, mengapa Beliau memberikan kesan seolah-olah itu adalah kesalahan YM Ananda, apakah jika YM Ananda memohon maka Sang Buddha tidak jadi wafat? kalau ya, bagaimana dengan Dhammatta?
Saudara Indra Yang baik,
Untuk bisa mengerti mengenai hal ini, mungkin akan membantu bila kita membaca
Sotasoma jataka. Dalam Sotasoma Jataka, Bodhisatta (sebagai Sotasoma) menepati janji yang telah diucapkannya, walaupun resikonya adalah nyawanya sendiri.
Menepati janji adalah
Sacca yang merupakan bagian dari
dasa paramita, sacca lebih dari sekedar berbicara benar, sacca juga meliputi menepati kata-kata yang telah diucapkan. Seorang Bodhisatta harus menyempurnakan sacca paramita.
Oleh karena itu Sang Buddha menepati kata-kata yang telah Beliau ucapkan, jadi Sang Buddha sebenarnya hanya mengatakan bahwa Beliau sudah berjanji kepada Mara untuk Parinibbana.
Pada kesempatan lain dalam Vessantara Jataka, Bodhisatta menyerahkan seluruh yang dimiliki bahkan keluarga dan nyawanya sendiri bila diminta. Beliau tidak menolak walau yang meminta orang jahat sekalipun, oleh karena itu Beliau tidak menolak ketika yang meminta adalah Mara.
Mengapa demikian? menurut saya Seorang Buddha telah melenyapkan seluruh kekotoran batin, oleh karena itu
Beliau memperlakukan semua mahluk sama (semua Buddha maupun Arahat telah melenyapkan mana atau kesombongan, yaitu batin yang membanding-bandingkan).
Demikian juga terhadap Mara, sehingga Beliau tidak menolak ketika Mara mengajukan permintaan Parinibbana, karena permintaan Mara juga sangat beralasan, dan berkaitan dengan Janji Sang Buddha setelah Beliau mencapai penerangan sempurna (ketika itu Beliau diminta oleh Mara, tetapi Beliau menolak karena Tiratana belum berkembang dengan mantap).
Sangat sulit memperkirakan jalan pikiran seorang Buddha, karena mereka tidak berpikir dengan cara kita. Saya kira Sang Buddha tidak bermaksud menyalahkan Y.A. Ananda, sedangkan permintaan Mara yang keterlaluan saja diterima oleh Beliau.
Semoga keterangan ini dapat membantu.
Semoga kita semua selalu maju dalam Dhamma
Sukhi hotu,
fabian