This section allows you to view all posts made by this member. Note that you can only see posts made in areas you currently have access to.
136
Informasi dan Pengumuman Kegiatan Buddhis / Re: Abhidhamma made easy
« on: 12 June 2011, 05:40:18 PM »
Komentar dari Bpk Pandit Kaharuddin diFb ci Lily W
Pandit Kaharuddin Saya kenal baik Bhante Kheminda, saya sangat gembira bahwa beliau ikut membantu penyebaran Abhidhamma di Tanah Air ini. Sudah saatnya umat Buddha Indonesia belajar Abhidhamma dengan Bhante Kheminda untuk meningkatkan perkembangan batiniah kearah yang lebih baik untuk mencapai Tujuan Akhir. Terima kasih Bhante Kheminda atas usaha mulianya untuk menyebarkan Abhidhamma kepada umat Buddha Indonesia.
Namaskara bhante,
HAPPY BIRTHDAY to Bhante Kheminda, may bhante attainment in very life. sadhu.
137
Informasi kegiatan Buddhis Berbayar / Re: Pertama kali PABBAJJA SAMANERA dibawah bimbingan STI di Medan
« on: 12 June 2011, 05:32:18 PM »
Keluarga Besar Vihara Mahasampatti
Program Pabbajja Samanera UMUM 2011
Keluarga Besar Vihara Mahasampatti didukung oleh Sangha Theravada Indonesia, memberi kesempatan kepada Upasaka untuk mengikuti Latihan Pabbajja Samanera Umum, mempraktikkan Dhammavinaya, agar dapat menjalani hidup yang jauh dari serakah, benci, dan kegelapan batin, sehingga tertuntun tercapainya kebebasan dari derita.
Status samanera : samanera sementara, dua minggu
Waktu pelaksanaan : 26 Juni - 10 Juli 2011
Pendaftaran tutup : 12 Juni 2011
Peserta datang : 22 Juni 2011
Penahbisan : 26 Juni 2011
Lepas jubah : 10 Juli 2011
Kapasitas penerimaan samanera : 20 orang
Usia : 12 s.d. 50 Tahun
Biaya Pendaftaran : Rp. 50.000 (lima puluh ribu rupiah)
Tempat kegiatan dan pendaftaran :
Panitia Pabbajja Samanera Umum 2011
Vihara Mahasampatti
Jalan Pajang no. 3-5-7-9 Medan
Telp. 061-736 9410
Upajjhaya dan Acariya :
B Sukhemo Mahathera
B Atimedho Mahathera
B Pannanando Thera
B Guttadhammo Thera
B Vimaladhiro
Bhikkhu Pengajar :
B Sukhemo Mahathera
B Jotidhammo Mahathera
B Cittagutto Thera
B Sujano Thera
B Guttadhammo Thera
B Dhammiko
B Vimaladhiro
Bagi para Upasaka yang berminat mengikuti program Pabbajja Samanera harus memenuhi syarat-syarat di bawah ini :
1. Mengisi dan menyerahkan Formulir Pendaftaran Pabbajja Samanera kepada Panitia sesuai alamat yang telah dicantum.
2. Dinyatakan sehat jasmani dan psikis oleh tim Dokter yang telah ditentukan Panitia.
3. Melampirkan surat izin dari orangtua / wali.
Dalam Program Pabbajja Samanera Umum Tahun 2011 ini, Panitia memberikan kesempatan kepada umat Buddha dan simpatisan untuk turut membantu dalam mensukseskan program Pabbajja Samanera dengan cara menjadi sponsor Samanera.
Untuk menjadi Sponsor Samanera, para dermawan dapat menyantuni kebutuhan biaya hidup 1 (satu) Samanera atau lebih. Santunan para dermawan dapat dikirim secara berkelompok atau perseorangan.
Rincian kebutuhan biaya hidup seorang Samanera selama kegiatan berlangsung sebesar :
Kebutuhan konsumsi (selama 20 hari [at] Rp 20.000,-) = Rp. 400.000,-
Sarana kesehatan = Rp. 50.000,-
Sarana pendidikan = Rp. 100.000,-
Kebutuhan transportasi, dll = Rp. 50.000,-
-----------------------------
Jumlah kebutuhan biaya = Rp. 600.000,-
Di samping itu, para dermawan juga dapat berdana secara sukarela.
Berikut adalah nomor rekening bagi Anda yang berminat menjadi sponsor Samanera:
Bank Mandiri 106-00-0986231-2
a.n. BURHAN atau JUNI
mohon konfirmasi via sms di 0819 205 7897 agar dana dapat dicatatkan dalam laporan keuangan kegiatan ini. xie2
Semoga Tiratana Selalu Melindungi
Semoga Semua Makhluk Hidup Berbahagia
Medan, 25 Pebruari 2011
Mettacittena,
ttd,
Bhikkhu Vimaladhiro
Ketua Panitia
ttd,
Bhikkhu Cittagutto Thera
Pengawas
Informasi :
- PMd. Burhan Bhattiphalo, S.E. 081 2655 6990
- www.facebook.com/infovms
------------
Para Bhikkhu, tiga hal ini dipuji oleh para bijaksana, disarankan oleh orang-orang agung. Apakah tiga hal itu? Perbuatan memberi disarankan, perbuatan melayani orang tua disarankan, dan perbuatan meninggalkan hidup duniawi juga disarankan.
(Anguttara Nikaya, III, 45)
Meninggalkan rumah dan pergi menempuh hidup tanpa rumah, demikian hendaknya orang bijak meninggalkan keadaan gelap (kebodohan) dan mengembangkan keadaan terang (kebijaksanaan). Hendaknya ia mencari kebahagiaan pada ketidakmelekatan yang sukar didapat. (Dhammapada 87)
TATIYAMPI bro SACENG......(***untung saya masih puthujjana....kepala tidak pecah.... )
gimana nih....?
**GA BERANI ya.....?
bro Fabian mana nihh....?
bro udah deket lo bulan Juni, gimana? apakah tawaran masih berlaku?
klo ada calon lain dialihkan aja, gimana? bro Saceng GOCIK kelihatannya tuh bro Fabian.....
bagaimana dg dialihkan ke member lain?
kok ga ada yg bahas lagi sihh....?
saya padahal udah serius mo nyumbang juga lho (**walau kecil .... )
138
Seremonial / Re: Happy Birthday Nana
« on: 12 June 2011, 05:30:17 PM »
dah telat nihhh.....
HAPPY BIRTHDAY sis nana....
may u get whatever u wishes....
HAPPY BIRTHDAY sis nana....
may u get whatever u wishes....
139
Theravada / Re: Apa hub citta dengan cetasika
« on: 12 June 2011, 05:17:28 PM »Apa hubungannya ?
wahh...kasihan udah lama banget ga ada yang bantu....
saya coba bantu pake catatan kuliah saya ya bro...
kalo ada kesalahan menerjemahkan mohon maaf ya....
Quote
Istilah "Citta" dalam Abhidhamma adalah kategori pertama dari empat kategori tertinggi (paramattha), tiga lainnya adalah "cetasika" (kondisi mental), "Rupa" (materi) dan "Nibbana" (realitas terdalam ), "Cittaṃ cetasikaṃ iti rupam nibbānaṃ sabbathā paramatthaṃ pavakkhāmi" Abhs.p.1.
Menurut Abhidhamma istilah "Citta" berasal dari akar kata √Citi, berarti berpikir, atau cognize,tahu.
Menurut Abhidhammatthasaṅgha istilah "Citta" digunakan dalam arti Viññāṇa (kesadaran).
Visuddhimagga menyatakan bahwa istilah "Citta", "Mano", "Viññāṇa" dalam satu arti sebagai "kesadaran". (Vism.xiv, 82). (Tasmā viññāṇanti vuccatī'ti Viññāṇaṃ cittaṃ? Manoti atthato Ekam. Vism.xiv, 451). Tapi tampaknya bahwa istilah-istilah ini telah digunakan untuk menunjukkan beberapa fungsi atau keadaan pikiran. Yang disebut "kesadaran" (citta) karena beraneka ragam sifatnya (citta). "Pikiran" (mano) yang disebut demikian karena ia mengetahui ukuran objek. "Aksi mental" (Manasa) adalah hanya "pikiran".
menurut Atthasālinī istilah "Citta" lebih mengarah ke arti Viññāṇa untuk menunjukkan arti umum kesadaran. Istilah "Citta" berasal dari akar kata √cit, menyiratkan beraneka ragam makna, yang merupakan sifat dari perilaku kesadaran.
"Kesadaran (Citta) disebut berpikir (cit) untuk sebuah objek, atau karena beraneka ragam (citta, citra)".
"Citta" telah dijelaskan secara rinci di bawah empat arti yang berbeda:
1. Citta sebagai kata sifat yang berarti beraneka ragam.
2. Citta sebagai kata benda berpikir berasal dari akar kata √cit, berpikir.
3. Citta sebagai mengumpulkan diambil dari akar kata √ci, menimbun atau mengumpulkan.
4. Citta sebagai melindungi apa yang dikumpulkan berasal dari kata ci + ta =dari akar kata √ci (mengumpulkan) + ta (melindungi) Citta.
Abhidhamma menjelaskan "Citta" menurut berbagai pandangan, ada tiga prediksi sebagai berikut:
1. Prediksi oleh lembaga (kattu-Sadhana).
2. Prediksi oleh perantaraan (Karana-Sadhana).
3. Prediksi oleh aliran (bhava-Sadhana).
Menurut kitab komentar (Dhammasaṅgaṇīatthakatha) mendefinisikan "Citta" dalam tiga cara, mereka adalah sebagai berikut:
1. Sebagai Agen, citta adalah kognitif objek (ārammaṇaṃ cintetī ti cittaṃ.DhsA.p.63).
2. Sebagai Instrumen, citta adalah faktor mental yang menyertainya dlm kognitif objek (etena cintetī ti cittaṃ).
3. Sebagai sebuah Aktivitas, Citta itu sendiri tidak lain dari proses kognitif objek (cintanamattaṃ cittaṃ).
Dari sudut pandang Abhidhamma Citta lebih didefinisikan sebagai kesadaran obyek, karena tidak ada agen seperti jiwa.
Istilah sinonim "Citta" di Abhidhamma adalah: CETA, Cittupāda, Nama, Mana, Viññāṇa. Dari sudut pandang Abhidhamma tidak ada istilah perbedaan "Citta" bagi pikiran dan kesadaran. Ketika yang disebut Mahluk hidup dibagi menjadi dua bagian-bagian penyusunnya, Nama (pikiran) digunakan. Ketika dibagi menjadi lima susunan agregat (Pañcakkhandha), Viññāṇa (kesadaran) digunakan. Istilah Citta selalu digunakan untuk merujuk pembagian pengertian yang berbeda dari kesadaran. Dalam kasus-kasus terbatas, arti yg umum dari pikiran, Citta dan Mana yang sering digunakan.
Analisis lebih lanjut tentang Citta dari Dhammasaṅgaṇī dari Abhidhamma Pitaka di mana Citta didefinisikan dengan sejumlah besar sinonim yang terbentur dg batasan dan diskriminasi (Katamaṃ tasmiṃ samaye cittaṃ hoti Yam tasmiṃ? Samaye cittaṃ mano mānasaṃ hadayaṃ paṇḍaraṃ mano manāyatanaṃ manindriyaṃ viññāṇam .... cittaṃ hoti; Dhs.p.10).
The Abhidhammatthasaṅghadīpanīpāḷi mendefinisikan "Citta" dari akar kata √cinta - untuk berpikir, cara berpikir menjadi tiga kali lipat:
1. Īhanacintā (berpikir disertai dengan usaha): pemikiran seperti ini datang dalam vitakka (aplikasi awal) dalam hal tahap pertama absorpsi (Jhana).
2. Vijānanacintā (berpikir disertai dengan pemahaman): ini berlaku untuk Viññāṇa (kognisi atau kesadaran).
3. Pajānanacintā (berfikir disertai dengan realisasi), ini berlaku untuk Panna (kebijaksanaan atau intuisi).
Citta selalu muncul sebagai rangkaian berkesinambungan. Ini menghubungkan dengan pikiran lain. Citta selalu muncul sebagai akibat dari saling bergantung penyebab pikiran dan materi. Menurut Abhidhammapiṭaka Citta adalah aliran kontinu dan muncul sebagai bentuk dari seri berkesinambungan. Ini tidak muncul dalam bentuk tunggal, namun dengan jumlah keadaan mental (cetasika). Ada 52 cetasikas. Citta selalu bekerja dengan cetasikas. Mereka berada dalam satu hubungan dengan satu sama lain.
Cetasika: [52]
1. Sabbacittasādhāraṇā [7]
2. Pakiṇṇakā [6] Aññāsamānacetasika [7 +6 = 13]
3. Akusalacetasika [14]
4. Sobhanasādhāraṇā [19]
5. Virati [3]
6. Appamaññā [2]
7. Panna [1] _
[52]
1. Sabbacittasādhāraṇā universal {} [7]
1. Kontak (phasso)
2. Sensasi {perasaan} (vedanā)
3. Persepsi (sanna)
4. Kemauan (cetanā)
5. Satu kemanunggalan (ekaggatā)
6. Psikis hidup (jīvitindriya)
7. Perhatian (manasikāro)
2. Pakiṇṇakā {keterangan} [6]
1. Awal aplikasi (vitakko)
2. Berkelanjutan aplikasi (vicāro)
3. Keputusan (adhimokkho)
4. Usaha (viriya)
5. Joy (PITI)
6. Konasi (chando)
3. Akusalacetasika immorals {} [14]
1. Khayalan (moho)
2. Shamelessness (ahirika)
3. Keberanian (anottappa)
4. Kegelisahan (uddhacca)
5. Attachment (lobho)
6. Salah pengertian (ditthi)
7. Kesombongan (Mano)
8. Kebencian / sakit-akan (Doso)
9. Kecemburuan (sekarang)
10. Ketamakan / pelit (macchariya)
11. Khawatir (kukkucca)
12. Kemalasan (Thina)
4. Sobhanasādhāraṇā {indah} [19]
1. Keyakinan} {iman (Saddha)
2. Kesadaran (sati)
3. Malu (Hiri)
4. Dread {takut} (ottappa)
5. Non lampiran (alobho)
6. Yang baik akan (adoso)
7. Keseimbangan batin (tatramajjhattatā)
8. Tranquility keadaan mental (kāyapassaddhi)
9. Tranguility pikiran (cittapassaddhi)
10. Ringan keadaan mental (kāyalahutā)
11. Ringan pikiran (cittalahutā)
12. Sifat mudah dipengaruhi keadaan mental (kāyamudutā)
13. Kelenturan pikiran (cittalamudutā)
14. Adaptasi dari keadaan mental (kāyakammaññatā)
15. Adaptasi dari pikiran (cittakammaññatā)
16. Proficiency keadaan mental (kāyapāguññatā)
17. Kemampuan dari pikiran (cittapāguññatā)
18. Ketulusan keadaan mental (kāyujjukatā)
19. Ketulusan keadaan mental (cittujjukatā)
5. Virati abstinences {} [3]
i. Hak pidato (sammāvācā)
ii. Hak tindakan (sammākammanto)
iii. Hak mata pencaharian (samma ājivo)
6. Appamaññā illimitables {} [2]
i. Belas kasihan (karuna)
ii. Menghargai sukacita (Mudita Pana)
7. Panna {hikmat} [1]
1. Kebijaksanaan
Citta tidak muncul tunggal atau terisolasi. Citta muncul bersama dengan sejumlah keadaan mental yang berbeda (cetasika), meskipun analisis Citta dan cetasika (pikiran dan keadaan mental) yang pada kenyataannya diakui adalah erat, selalu dan tak terpisahkan satu sama lain,hal ini selalu dan di mana-mana disertai dengan fenomena mental lainnya.
Para Ahli Abhidhammika telah melihat empat hubungan tak terpisahkan antara Citta dan cetasika,
1. Mereka muncul bersama-sama,
2. Mereka berakhir bersama-sama,
3. Mereka mengambil obyek yang sama,
4. Mereka muncul dalam organ indera yang sama
(Ekuppādanirodhā ca ekālambanavatthukā, cetoyuttā dvipaṇṇāsa Dhamma cetasika mata. Abhs.ii.v.1)
Bibliografi:
1. Sebuah manual Abhidhamma, oleh: Narada Maha Thera.
2. Komprehensif Manual Abhidhamma, oleh: Bhikkhu Bodhi.
3. Encyclopaedia of Buddhisme Extract -, No.4 Psikologi Buddha, 1995, Departemen Buddhasasana, Sri Lanka.
4. Realitas Analisis Abhidhammic, Prof.Sumanapala Galmangoda, Publikasi Sararwathi, Divulapitiya, Sri Lanka.
5. Visuddhimagga, Catthasangayana, CSCD. (Pali versi)
6. Jalur Pemurnian, diterjemahkan oleh Bhikkhu Ñāṇamoli 1991, BPS, Kandy, Sri Lanka.
[spoiler]Quote
The term “Citta” in Abhidhamma as the first of the four ultimate (Paramattha) categories with which the Abhidhamma is concerned, the other three are “Cetasika” (mental sates), “Rūpa” (matter) and “Nibbāna” (ultimate reality), “Cittaṃ cetasikaṃ rūpaṃ nibbānaṃ iti sabbathā, paramatthaṃ pavakkhāmi” Abhs.p.1.
According to Abhidhamma the term “Citta” derived from the root √citi, means to think, to cognize, to know.
According to Abhidhammatthasaṅgha the term “Citta” has been used in the sense of Viññāṇa (consciousness).
The Visuddhimagga states that the term “Citta”, “Mano”, “Viññāṇa” are one in meaning as “consciousness”.(vism.xiv,82). (tasmā viññāṇanti vuccatī’ti? Viññāṇaṃ cittaṃ manoti atthato ekaṃ. vism.xiv,451). But it seems that these terms have been used to indicate several functions or states of mind. So called “consciousness” (citta) because of its variegated (citta) nature. “mind” (mano) is so called because of it knows the measure of an object. “mental action” (mānasa) is just “mind”.
According Atthasālinī the term “Citta” has been preferred to Viññāṇa to indicate the general meaning of consciousness. The term “Citta” derived from the root √cit, implies the meaning variegation, which is the very nature of the behaviour of consciousness.
“Consciousness (Citta) is so called for thinking (cit) of an object, or because it is variegated (citta, citra)”.
“Citta” has been described in detail under four different meanings :
1. Citta as an adjective meaning variegated.
2. Citta as a noun meaning thinking taken as derived from the root √cit, to think.
3. Citta as collecting taken as derived from the root √ci, to heap up or collect.
4. Citta as protecting of what is collected taken as derived from the roots √ci (to collect) + ta (to protect) ci+ta = Citta.
The Abhidhamma define “Citta” in several points of views, there are three predictions as follows :
1. Prediction by agency (kattu-sādhana).
2. Prediction by instrumentality (karaṇa-sādhana).
3. Prediction by simple flux (bhāva-sādhana).
According to commentary define “Citta” in three ways, they are as follows :
1. As the Agent, citta is that which cognizes an object (ārammaṇaṃ cintetī ti cittaṃ.DhsA.p.63).
2. As the Instrument, citta is that by means of which the accompanying mental factors cognize the object (etena cintetī ti cittaṃ).
3. As an Activity, citta is itself nothing other than the process of cognizing the object (cintanamattaṃ cittaṃ).
From an Abhidhamma standpoint Citta may better be defined as the awareness of an object, since there is no agent like a soul.
The synonymous terms “Citta” in Abhidhamma are : Ceta, Cittupāda, Nāma, Mana, Viññāṇa. From the Abhidhamma standpoint no distinction terms “Citta” for mind and consciousness. When the so-called being is divided into its two constituent parts, Nāma (mind) is used. When it is divided into five aggregates (Pañcakkhandha), Viññāṇa (consciousness) is used. The term Citta is invariably employed while referring to different classes of consciousness. In isolated cases, in the ordinary sense of mind, both terms Citta and Mana are frequently used.
The analysis more about Citta from the Dhammasaṅgaṇī of Abhidhamma Piṭaka where Citta is defined merely by enumerating a large number of synonyms altogether lacking in precinct and discrimination (Katamaṃ tasmiṃ samaye cittaṃ hoti? Yaṃ tasmiṃ samaye cittaṃ mano mānasaṃ hadayaṃ paṇḍaraṃ mano manāyatanaṃ manindriyaṃ viññāṇam….cittaṃ hoti; Dhs.p.10).
The Abhidhammatthasaṅghadīpanīpāḷi defines “Citta” from the root √cinta – to think, the ways of thinking into three fold :
1. Īhanacintā (thinking endowed with endeavour) : this kind of thinking comes in vitakka (initial application) in regard to the first stage of absorption (jhāna).
2. Vijānanacintā (thinking endowed with understanding) : this applies to Viññāṇa (cognition or consciousness).
3. Pajānanacintā (thingking endowed with realization), this applies to Paññā (wisdom or intuition).
Citta always appears as a continuos series. It connects with the other thoughts. Citta always arises as a result of the causal interdependent of mind and matter. According to Abhidhammapiṭaka Citta is continous stream and arises as a form of continous series. It does not arise in a singular form but with number of mental state (cetasika). There are 52 cetasikas. Citta always works with cetasikas. They are in separably connected with one another.
CETASIKA : [52]
1. Sabbacittasādhāraṇā [7]
2. Pakiṇṇakā [6] Aññāsamānacetasika [7+6=13]
3. Akusalacetasika [14]
4. Sobhanasādhāraṇā [19]
5. Virati [3]
6. Appamaññā [2]
7. Paññā [1]_
[52]
1. Sabbacittasādhāraṇā {universal} [7]
1. Contact (phasso)
2. Sensation {feeling} (vedanā)
3. Perception (saññā)
4. Volition (cetanā)
5. One pointedness (ekaggatā)
6. Psychic life (jīvitindriya)
7. Attention (manasikāro)
2. Pakiṇṇakā {particulars} [6]
1. Initial application (vitakko)
2. Sustained application (vicāro)
3. Decision (adhimokkho)
4. Effort (viriya)
5. Joy (pīti)
6. Conation (chando)
3. Akusalacetasika {immorals} [14]
1. Delusion (moho)
2. Shamelessness (ahirika)
3. Fearlessness (anottappa)
4. Restlessness (uddhacca)
5. Attachment (lobho)
6. Misbelief (diṭṭhi)
7. Conceit (māno)
8. Hatred/ill-will (doso)
9. Jealousy (issā)
10. Avarice/stingy (macchariya)
11. Worry (kukkucca)
12. Sloth (thīna)
4. Sobhanasādhāraṇā {beautiful} [19]
1. Confidence {faith} (saddhā)
2. Mindfulness (sati)
3. Shame (hiri)
4. Dread {fear} (ottappa)
5. Non attachment (alobho)
6. Good will (adoso)
7. Equanimity (tatramajjhattatā)
8. Tranquility of mental states (kāyapassaddhi)
9. Tranguility of mind (cittapassaddhi)
10. Lightness of mental states (kāyalahutā)
11. Lightness of mind (cittalahutā)
12. Pliancy of mental states (kāyamudutā)
13. Pliancy of mind (cittalamudutā)
14. Adaptability of mental states (kāyakammaññatā)
15. Adaptability of mind (cittakammaññatā)
16. Proficiency of mental states (kāyapāguññatā)
17. Proficiency of of mind (cittapāguññatā)
18. Rectitude of mental states (kāyujjukatā)
19. Rectitude of mental states (cittujjukatā)
5. Virati {abstinences} [3]
i. Right speech (sammāvācā)
ii. Right action (sammākammanto)
iii. Right livelihood (sammā ājivo)
6. Appamaññā {illimitables} [2]
i. Compassion (karuṇā)
ii. Appreciative joy (muditā pana)
7. Paññā {wisdom} [1]
1. Wisdom
Citta does not arise singly or in isolation. Citta arise together with a number of different mental states (Cetasikā), although analysis Citta and Cetasika (mind and mental states) are in reality recognized to be intimately, invariably and inseparably connected with one another, it is always and everywhere accompanied by other mental phenomena.
The Abhidhammikas have discerned four inseparable relations between Citta and Cetasika,
1. They arise together,
2. They perish together,
3. They take the same object,
4. They arise in the same sense organ
(Ekuppādanirodhā ca ekālambanavatthukā, cetoyuttā dvipaṇṇāsa dhammā cetasikā matā. Abhs.ii.v.1)
Bibliography :
1. A manual of Abhidhamma, by: Nārada Mahā Thera.
2. Comprehensive Manual of Abhidhamma, by: Bhikkhu Bodhi.
3. Encyclopaedia of Buddhism Extract – No.4, Buddhist Psychology, 1995, Ministry of Buddhasasana, Sri Lanka.
4. Reality the Abhidhammic Analysis, Prof.Sumanapala Galmangoda, Sararwathi Publications, Divulapitiya, Sri Lanka.
5. Visuddhimagga, Catthasangayana, CSCD. (Pali version)
6. The Path of Purification, translated by Bhikkhu Ñāṇamoli, 1991, BPS, Kandy, Sri Lanka.
140
Kafe Jongkok / Re: tentang cinta bro,..jawab ya....plizzz,..thanks yg udajh jawab ^_^!
« on: 12 June 2011, 05:03:15 PM »cici samaneri ini cerita dah jaman wa pertama masuk sekolah smp (kalau tidak salah ingat) jadi dah jaman dulu sekali, bukunya mungkin cetakan orang dan sumbangan ke vihara hingga kita dapet tuh buku tipis, sampai sekarang tidak tahu asal cerita ini darimana? tahunya yang paling sering dengar tuh bagian cerita kisa gotami saja itu juga tidak tahu bagian mana dari tipitaka ada cerita kisa gotami ini.
justru itu sy tanyakan krn ga pernah dengar sang Buddha kasih petuah semacam itu. kalo Kisa Gothami itu ttg anaknya yang meninggal minta dihidupkan kembali. akhirnya dia sadar kalo tidak mungkin, setelah disuruh sang Buddha mencari biji wijen dari rumah yang tidak pernah ada kematian. itu yg sy tahu bro. kalo kisah Kisa Gothami nya bro itu saya belum pernah denger....
141
Kafe Jongkok / Re: tentang cinta bro,..jawab ya....plizzz,..thanks yg udajh jawab ^_^!
« on: 12 June 2011, 04:50:26 PM »karena cerita dah lama sekali tuh dulu dapet dari buku di sekolah atau entah di dhammacakkajaya, buku tipis banget ada cerita kisa gotami dan cerita tiga helai kumis macan ini (sekarang mencari lagi tuh cerita, tidak tahu ada dimana ceritanya, belum pernah jumpa lagi nih cerita, cuma cerita kisa gotami saja[segenggam biji lada] yang cukup populer).
pada zaman sang buddha ada seorang istri yang mendapat perlakuan tidak menyenangkan oleh suami nya jadi dia mencari orang pintar, ketika dia mencari orang pintar tersebut dia mendengar samana gotama adalah orang hebat maka pergilah dia kehadapan sang buddha dan menceritakan keluhan nya dan minta pertolongan pada sang buddha sang buddha mengatakan akan membantu sang wanita tersebut asal sang wanita membawakan dan memberikan kepada sang buddha tiga helai kumis macan yang didapat dengan usahanya sendiri.
maka pagi berikut nya dia pergi kepinggir kota ke dekat goa macan dan mulai mengamati kemudian dia membawa makanan di letakan di depan gua, setiap hari dan penuh kesabaran mendekati sang raja hutan (macan) hingga akhirnya sang raja hutan menjadi akrab dan jinak terhadapnya kemudian dia mencabut sehelai demi sehelai kumis macan tersebut tanpa membuat sang macan marah dan memakan nya.
setelah terkumpul 3 helai pergilah ia kembali ke hadapan sang buddha dan menyerahkan kepada sang buddha dan menagih janji sang buddha, sang buddha kemudian berkata bila macan saja bisa kau tundukan apa bedanya dengan suami mu? (kira kira seperti itu), mendengar perkataan sang buddha ini membuat sang wanita tersadar.
ingat cerita ini sudah di singkat, sayang nya sampai sekarang, tidak pernah ketemu lagi sama nih cerita dan asalnya dari mana (tipitaka bagian mana)
bro mau donk dikasih tahu, cerita itu ada dimana? kok sampai sang Buddha nyuruh mencari 3 helai rambut macan, baru sekali ini sy denger.....
142
Bantuan Teknis, kritik dan saran. / Re: Ganti display name
« on: 12 June 2011, 04:48:06 PM »Selamat atas gelar dato-nya AA Tono
Gelar resmi:
Yang Dipertuan Agong Dato Sultan Seri Begawan Tono bin Jailnudin markotop
kl kurang panjang diambah sendiri saja
tambahin lagi ya .....
143
Sutra Mahayana / Re: Om Mani Padme Hum berasal dari sutra ini.
« on: 12 June 2011, 04:44:05 PM »Iya, Neri
duhh...belum selesai udah langsung ngilang aja bro kelana ini...mana nih orangnya...
144
Sutra Mahayana / Re: Om Mani Padme Hum berasal dari sutra ini.
« on: 12 June 2011, 04:36:58 PM »Ada di Chapter 4 , Samaneri, dan tulisannya di sana : Om Ma Ni Pad Me Hum bukan Om Mani Padme Hum
thanks bro Kelana, yang ini ya...
wah panjang banget sutranya, jadi sy potong....
disitu jelas banget tuh di sebut sebagai Om Ma Ni Pad Me Hum, tapi kok dibilang lain ya dlm buku “Aspect of Buddhist Culture from Tibetan Sources”, karya : DR.Anukue Chandra Banerjee, MA, LL.B, PhD, F.A.S, F.R.A.S (London), Ex-Director Sikkim Research Institute of Tibetology and Other, Buddhist Studies, Gangtok, Formerly Professor and Head of the Department of Pali, Ex-Dean, Faculty of Arts, Calcutta University.
Mereka menggunakan formula pujian yg terkenal “Om Matri Muye Sale du” ditempat suci Avalokitesvara menjadi formula “Om Mani Padme Hum”. Aliran Bon-po dapat dikatakan pengulangan yang sama dengan Tao-sse yang mana ke-2 Aliran ini mengambil sebagian besar Buddhisme.
145
Sutra Mahayana / Re: Om Mani Padme Hum berasal dari sutra ini.
« on: 12 June 2011, 03:52:23 PM »thanks Samaneri buat infonya..saya memang cari di wikipedia. iya link itu memang hasil translatenya dari sanskrit ke mandarin trus dari mandarin ke inggris...tapi kalau sutra asli karanda vyuha dalam sanskrit kan lebih dulu dari tibetan. karena saya baca di wikipedia juga, sutra itu juga dipakai di tibet. Jadi yang dimaksud 'berasal dari' adalah berasal dari sutra aslinya sebelum diterjemahkan. kalau terjemahan ke mandarinnya memang bisa saja kalah awal dari tibetan.
ok bro, jika yg dimaksud bro adalah sutra aslinya yg masih dari bhs asli. jadi anda ingin memberikan link sutranya bhw "Om Mani Padme Hum" berasal dari sutra ini. kalo saya buka2 link itu kok kalimat yang menyebutkan "Om Mani Padme Hum" ga ketemu ya bro? bisa bantu bro, tolong dicarikan mana kalimat tsb ? thanks banget atas bantuannya.
146
Bantuan Teknis, kritik dan saran. / Re: Ganti display name
« on: 12 June 2011, 03:41:38 PM »tinggal di kepret2 air paritta tuh... biar menyejukkan hati...
sini...sini...kesini ya aa....
147
Game / Re: game bahasa Pali
« on: 12 June 2011, 03:36:40 PM »puñña = baik, kebaikan, sifat terpuji
puna?
saya tambahin ya sis....
Quote
Dictionary Pali-English, by : TW.Rhys Davids, p.464 :
puñña : merit, meritorious, virtue, fanciful (jasa [kebaikan, manfaat, bajik], berjasa [bajik, bermanfaat], kebajikan [kebaikan, keutamaan], fantastis [ajaib])
puñña : selalu berkaitan dg kusala, yang membawa kita kpd kelahiran di Surga.
puna : literatur berarti 'behind' namun yang dimaksud 'again'
misal : punabhava (kelahiran kembali/berikut)
puṇṇa ?
148
Bantuan Teknis, kritik dan saran. / Re: Ganti display name
« on: 12 June 2011, 03:16:51 PM »done, sorry telatwow... akhirnya... penghulu medho telah menyerahkan gelar dato' tono kepada sy... tinggal blessing nih dr samaneri...
btw, tuhan medho... arigato/kamsia/xie2/maturnuwun/suwun/matursembahnuwun/trimakasih/thank 'u
soalnya Tuhan sedang sibuk membersihkan Tusita dari kaum perusuh yg menyulundup kesana.....jadi telat follow up nya....sebenarnya mau diganti jadi TUHAN TONO tapi ..... karena sudah ada TUHAN yg asli jadi lah DATO TONO....
makan2 donk.....
mau di blessing ? kalo pake cara Sri Lanka : "Sobhatveva, Dirgahayuveva, Vasanavantaiveva, Niduknirogiveva, Teruvamsaranai"
[spoiler]
artinya : "semoga berbahagia, panjang usia, mendpt keberuntungan, terbebas dari penderitaan dan sakit, Sang Tiratana melindungi"
149
Jurnal Pribadi / Re: me my mine
« on: 12 June 2011, 12:54:34 PM ». om wang mengkoleksi fotonya nona hema?
oh kirain pelihara temen-temennya comel juga, para kucing garong .
no pic = hoax....
150
Buddhisme untuk Pemula / Re: Sampah dan Pencerahan
« on: 12 June 2011, 12:51:22 PM »
jadi kasihan deh ama bro Djoe....jangan gitu ahhh....
seharusnya kita berterima kasih ada yang memberi masukan, kita perlu banyak menimba ilmu, banyak belajar dari orang lain....
[spoiler]
tentunya bro Djoe juga....
seharusnya kita berterima kasih ada yang memberi masukan, kita perlu banyak menimba ilmu, banyak belajar dari orang lain....
[spoiler]
tentunya bro Djoe juga....