//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: Uposatha  (Read 23326 times)

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Offline Adhitthana

  • Sebelumnya: Virya
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.508
  • Reputasi: 239
  • Gender: Male
Re: Uposatha
« Reply #15 on: 11 May 2010, 11:11:57 PM »
Kata puasa ..... apa berasal dari kata Uposatha ini?
  Aku akan mengalami Usia tua, aku akan menderita penyakit, aku akan mengalami kematian. Segala yang ku Cintai, ku miliki, dan ku senangi akan Berubah dan terpisah dariku ....

Offline El Sol

  • Sebelumnya: El Sol
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.752
  • Reputasi: 6
  • Gender: Male
Re: Uposatha
« Reply #16 on: 11 May 2010, 11:12:43 PM »
Hari Uposatha kenapa harus bulan purnama??...

ada makna ato simbol tertentu?..(menurut pandangan Theravada)

trus, tradisi Athasila waktu Uposatha, yg mulai duluan sapa yak? Sang Buddha?.. :)

Hari Uposatha sebenarnya telah ada sebelum Sang Buddha muncul. Uposatha adalah hari2 yang digunakan oleh masyarakat India kuno untuk melakukan upacara2 keagamaan mereka masing2. Dalam Uposathakkhandhaka bagian Mahāvagga, Vinayapitaka, dikatakan bahwa sebelum Sang BUddha menetapkan hari uposatha sebagai hari penting dalam agama Buddha, para pertapa lain menggunakan hari-hari uposatha yakni hari ke 14, 15 dan hari ke 8 dari setengah bulan untuk berdiskusi ajaran mereka. Melihat hal ini, Raja Bimbisara meminta Sang Buddha supaya para bhikkhu juga menggunakan hari-hari uposatha yang telah disebutkan untuk hal yang sama. Pada perkembangan selanjutnya, setiap hari uposatha khususnya bulan purnama (sukkapakkha) dan gelap (kālapakkha), para bhikkhu diwajibkan untuk membaca patimokkha / peraturan2 kebhikkhuan.

Untuk umat awam, Sang Buddha menganjurkan mereka untuk mempraktikkan aṭṭhasīla (8 latihan moral) di hari2 uposatha. Bahkan dalam Dhammikasutta, Suttanipāta, Sang Buddha menganjurkan upāsaka dan upāsikā untuk mempraktikkan 8 latihan moral ini bukan hanya di hari2 uposatha (4 hari dalam sebulan) tetapi juga pada hari-hari istimewa (pāṭihariyāpakkha). Kitab komentar sutta ini menyebutkan bahwa hari-hari istimewa ini adalah bulan Āsāḷha, tiga bulan di musim hujan, dan bulan Kattika. Oleh karena itu, jika umat Buddha terutama upāsaka dan upāsikā benar2 mau mempraktikkan 8 sīla, ia seharusnya mempraktikkannya di hari2 istimewa selama 5 bulan dan 4 hari setiap bulan di luar hari2 istimewa yang telah disebutkan. Bisa?  ;D

hohohoho...

gw gk bisa seh..T_T

biasane tidur dilantai gw gk bisa...

:D

gk bisa tidur...

trus mo nanya sekalian...

1. minum yogurt, boleh?
2. denger lagu2 Paritta, boleh?
3. minum jus, boleh?

Offline Peacemind

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 970
  • Reputasi: 74
Re: Uposatha
« Reply #17 on: 11 May 2010, 11:32:36 PM »
Hari Uposatha kenapa harus bulan purnama??...

ada makna ato simbol tertentu?..(menurut pandangan Theravada)

trus, tradisi Athasila waktu Uposatha, yg mulai duluan sapa yak? Sang Buddha?.. :)

Hari Uposatha sebenarnya telah ada sebelum Sang Buddha muncul. Uposatha adalah hari2 yang digunakan oleh masyarakat India kuno untuk melakukan upacara2 keagamaan mereka masing2. Dalam Uposathakkhandhaka bagian Mahāvagga, Vinayapitaka, dikatakan bahwa sebelum Sang BUddha menetapkan hari uposatha sebagai hari penting dalam agama Buddha, para pertapa lain menggunakan hari-hari uposatha yakni hari ke 14, 15 dan hari ke 8 dari setengah bulan untuk berdiskusi ajaran mereka. Melihat hal ini, Raja Bimbisara meminta Sang Buddha supaya para bhikkhu juga menggunakan hari-hari uposatha yang telah disebutkan untuk hal yang sama. Pada perkembangan selanjutnya, setiap hari uposatha khususnya bulan purnama (sukkapakkha) dan gelap (kālapakkha), para bhikkhu diwajibkan untuk membaca patimokkha / peraturan2 kebhikkhuan.

Untuk umat awam, Sang Buddha menganjurkan mereka untuk mempraktikkan aṭṭhasīla (8 latihan moral) di hari2 uposatha. Bahkan dalam Dhammikasutta, Suttanipāta, Sang Buddha menganjurkan upāsaka dan upāsikā untuk mempraktikkan 8 latihan moral ini bukan hanya di hari2 uposatha (4 hari dalam sebulan) tetapi juga pada hari-hari istimewa (pāṭihariyāpakkha). Kitab komentar sutta ini menyebutkan bahwa hari-hari istimewa ini adalah bulan Āsāḷha, tiga bulan di musim hujan, dan bulan Kattika. Oleh karena itu, jika umat Buddha terutama upāsaka dan upāsikā benar2 mau mempraktikkan 8 sīla, ia seharusnya mempraktikkannya di hari2 istimewa selama 5 bulan dan 4 hari setiap bulan di luar hari2 istimewa yang telah disebutkan. Bisa?  ;D

hohohoho...

gw gk bisa seh..T_T

biasane tidur dilantai gw gk bisa...

:D

gk bisa tidur...

trus mo nanya sekalian...

1. minum yogurt, boleh?
2. denger lagu2 Paritta, boleh?
3. minum jus, boleh?

Yogurt terbuat dari susu. Beberapa tradisi termasuk Theravada Indonesia tidak memperbolehkan minum  minuman dari susu. Tapi tradisi tertentu memperbolehkan dengan alasan bahwa Sang Buddha telah menetapkan lima macam obat  spesial yang salah satunya adalah susu.

Sebenarnya apapun lagunya jika dengan mendengarkan nafsu keinginan bertambah (contoh menikmati musiknya, bukan makna paritta tersebut) merupakan pelanggaran. Jadi kalau bisa sih dihindari di hari2 Uposatha. Dalam Vinaya kebhikkhuan sendiri, ada peraturan yang tidak memperbolehkan para bhikkhu untuk melagukan kata-kata Sang Buddha. Barangkali ini juga berkaitan dengan kilesa yang muncul karena menikmati melodi kata2 yang dilagukan.

Dalam peraturan vikālabhojana (makan pada waktu yang tidak tepat), seseorang dianjurkan untuk tidak makan makanan padat setelah tengah hari. Dalam peraturan kebhikkhuan, air yang diseduh dari buah yang lebih besar dari kepalan tangan seperti contoh kelapa dikategorikan sebagai makanan padat dan tidak boleh dikonsumsi setelah tengah hari. Namun air yang diseduh dari buah seperti apel, jeruk dan buah2 lain yang berukuran demikian dan lebih kecil dari itu bisa dikonsumsi setelah tengah hari. Artinya, di hari2 Uposatha, air buah2 demikian boleh diminum. Mengenai jus, karena masih ada ampasnya, tentu harus dihindari.

Offline El Sol

  • Sebelumnya: El Sol
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.752
  • Reputasi: 6
  • Gender: Male
Re: Uposatha
« Reply #18 on: 11 May 2010, 11:34:37 PM »
Hari Uposatha kenapa harus bulan purnama??...

ada makna ato simbol tertentu?..(menurut pandangan Theravada)

trus, tradisi Athasila waktu Uposatha, yg mulai duluan sapa yak? Sang Buddha?.. :)

Hari Uposatha sebenarnya telah ada sebelum Sang Buddha muncul. Uposatha adalah hari2 yang digunakan oleh masyarakat India kuno untuk melakukan upacara2 keagamaan mereka masing2. Dalam Uposathakkhandhaka bagian Mahāvagga, Vinayapitaka, dikatakan bahwa sebelum Sang BUddha menetapkan hari uposatha sebagai hari penting dalam agama Buddha, para pertapa lain menggunakan hari-hari uposatha yakni hari ke 14, 15 dan hari ke 8 dari setengah bulan untuk berdiskusi ajaran mereka. Melihat hal ini, Raja Bimbisara meminta Sang Buddha supaya para bhikkhu juga menggunakan hari-hari uposatha yang telah disebutkan untuk hal yang sama. Pada perkembangan selanjutnya, setiap hari uposatha khususnya bulan purnama (sukkapakkha) dan gelap (kālapakkha), para bhikkhu diwajibkan untuk membaca patimokkha / peraturan2 kebhikkhuan.

Untuk umat awam, Sang Buddha menganjurkan mereka untuk mempraktikkan aṭṭhasīla (8 latihan moral) di hari2 uposatha. Bahkan dalam Dhammikasutta, Suttanipāta, Sang Buddha menganjurkan upāsaka dan upāsikā untuk mempraktikkan 8 latihan moral ini bukan hanya di hari2 uposatha (4 hari dalam sebulan) tetapi juga pada hari-hari istimewa (pāṭihariyāpakkha). Kitab komentar sutta ini menyebutkan bahwa hari-hari istimewa ini adalah bulan Āsāḷha, tiga bulan di musim hujan, dan bulan Kattika. Oleh karena itu, jika umat Buddha terutama upāsaka dan upāsikā benar2 mau mempraktikkan 8 sīla, ia seharusnya mempraktikkannya di hari2 istimewa selama 5 bulan dan 4 hari setiap bulan di luar hari2 istimewa yang telah disebutkan. Bisa?  ;D

hohohoho...

gw gk bisa seh..T_T

biasane tidur dilantai gw gk bisa...

:D

gk bisa tidur...

trus mo nanya sekalian...

1. minum yogurt, boleh?
2. denger lagu2 Paritta, boleh?
3. minum jus, boleh?

Yogurt terbuat dari susu. Beberapa tradisi termasuk Theravada Indonesia tidak memperbolehkan minum  minuman dari susu. Tapi tradisi tertentu memperbolehkan dengan alasan bahwa Sang Buddha telah menetapkan lima macam obat  spesial yang salah satunya adalah susu.

Sebenarnya apapun lagunya jika dengan mendengarkan nafsu keinginan bertambah (contoh menikmati musiknya, bukan makna paritta tersebut) merupakan pelanggaran. Jadi kalau bisa sih dihindari di hari2 Uposatha. Dalam Vinaya kebhikkhuan sendiri, ada peraturan yang tidak memperbolehkan para bhikkhu untuk melagukan kata-kata Sang Buddha. Barangkali ini juga berkaitan dengan kilesa yang muncul karena menikmati melodi kata2 yang dilagukan.

Dalam peraturan vikālabhojana (makan pada waktu yang tidak tepat), seseorang dianjurkan untuk tidak makan makanan padat setelah tengah hari. Dalam peraturan kebhikkhuan, air yang diseduh dari buah yang lebih besar dari kepalan tangan seperti contoh kelapa dikategorikan sebagai makanan padat dan tidak boleh dikonsumsi setelah tengah hari. Namun air yang diseduh dari buah seperti apel, jeruk dan buah2 lain yang berukuran demikian dan lebih kecil dari itu bisa dikonsumsi setelah tengah hari. Artinya, di hari2 Uposatha, air buah2 demikian boleh diminum. Mengenai jus, karena masih ada ampasnya, tentu harus dihindari.

ribet yak...

kalo gw jalanin versi gw aja..gpp khan?..

sebenarnya tujuannya cuma 1 khan?...ilangin Kelisa..bener gk?...


Offline Khun_sang90

  • Teman
  • **
  • Posts: 74
  • Reputasi: 5
  • Gender: Male
  • Namo Buddhaya....
Re: Uposatha
« Reply #19 on: 12 May 2010, 12:20:26 AM »
Hari Uposatha kenapa harus bulan purnama??...

ada makna ato simbol tertentu?..(menurut pandangan Theravada)

trus, tradisi Athasila waktu Uposatha, yg mulai duluan sapa yak? Sang Buddha?.. :)

Hari Uposatha sebenarnya telah ada sebelum Sang Buddha muncul. Uposatha adalah hari2 yang digunakan oleh masyarakat India kuno untuk melakukan upacara2 keagamaan mereka masing2. Dalam Uposathakkhandhaka bagian Mahāvagga, Vinayapitaka, dikatakan bahwa sebelum Sang BUddha menetapkan hari uposatha sebagai hari penting dalam agama Buddha, para pertapa lain menggunakan hari-hari uposatha yakni hari ke 14, 15 dan hari ke 8 dari setengah bulan untuk berdiskusi ajaran mereka. Melihat hal ini, Raja Bimbisara meminta Sang Buddha supaya para bhikkhu juga menggunakan hari-hari uposatha yang telah disebutkan untuk hal yang sama. Pada perkembangan selanjutnya, setiap hari uposatha khususnya bulan purnama (sukkapakkha) dan gelap (kālapakkha), para bhikkhu diwajibkan untuk membaca patimokkha / peraturan2 kebhikkhuan.

Untuk umat awam, Sang Buddha menganjurkan mereka untuk mempraktikkan aṭṭhasīla (8 latihan moral) di hari2 uposatha. Bahkan dalam Dhammikasutta, Suttanipāta, Sang Buddha menganjurkan upāsaka dan upāsikā untuk mempraktikkan 8 latihan moral ini bukan hanya di hari2 uposatha (4 hari dalam sebulan) tetapi juga pada hari-hari istimewa (pāṭihariyāpakkha). Kitab komentar sutta ini menyebutkan bahwa hari-hari istimewa ini adalah bulan Āsāḷha, tiga bulan di musim hujan, dan bulan Kattika. Oleh karena itu, jika umat Buddha terutama upāsaka dan upāsikā benar2 mau mempraktikkan 8 sīla, ia seharusnya mempraktikkannya di hari2 istimewa selama 5 bulan dan 4 hari setiap bulan di luar hari2 istimewa yang telah disebutkan. Bisa?  ;D

hohohoho...

gw gk bisa seh..T_T

biasane tidur dilantai gw gk bisa...

:D

gk bisa tidur...

trus mo nanya sekalian...

1. minum yogurt, boleh?
2. denger lagu2 Paritta, boleh?
3. minum jus, boleh?

Yogurt terbuat dari susu. Beberapa tradisi termasuk Theravada Indonesia tidak memperbolehkan minum  minuman dari susu. Tapi tradisi tertentu memperbolehkan dengan alasan bahwa Sang Buddha telah menetapkan lima macam obat  spesial yang salah satunya adalah susu.

Sebenarnya apapun lagunya jika dengan mendengarkan nafsu keinginan bertambah (contoh menikmati musiknya, bukan makna paritta tersebut) merupakan pelanggaran. Jadi kalau bisa sih dihindari di hari2 Uposatha. Dalam Vinaya kebhikkhuan sendiri, ada peraturan yang tidak memperbolehkan para bhikkhu untuk melagukan kata-kata Sang Buddha. Barangkali ini juga berkaitan dengan kilesa yang muncul karena menikmati melodi kata2 yang dilagukan.

Dalam peraturan vikālabhojana (makan pada waktu yang tidak tepat), seseorang dianjurkan untuk tidak makan makanan padat setelah tengah hari. Dalam peraturan kebhikkhuan, air yang diseduh dari buah yang lebih besar dari kepalan tangan seperti contoh kelapa dikategorikan sebagai makanan padat dan tidak boleh dikonsumsi setelah tengah hari. Namun air yang diseduh dari buah seperti apel, jeruk dan buah2 lain yang berukuran demikian dan lebih kecil dari itu bisa dikonsumsi setelah tengah hari. Artinya, di hari2 Uposatha, air buah2 demikian boleh diminum. Mengenai jus, karena masih ada ampasnya, tentu harus dihindari.

ribet yak...

kalo gw jalanin versi gw aja..gpp khan?..

sebenarnya tujuannya cuma 1 khan?...ilangin Kelisa..bener gk?...


Hahaha...bole silahkan diskon sesukanya, ntar Efeknya juga dapat diskon biar adil. Hehehe :)
'Sabbe Satta Bhavantu Sukhitatta'......
 'May AlL Beings Happy'...
 'Semoga Semua Mahluk Berbahagia'....

Offline El Sol

  • Sebelumnya: El Sol
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.752
  • Reputasi: 6
  • Gender: Male
Re: Uposatha
« Reply #20 on: 12 May 2010, 12:24:11 AM »
Hari Uposatha kenapa harus bulan purnama??...

ada makna ato simbol tertentu?..(menurut pandangan Theravada)

trus, tradisi Athasila waktu Uposatha, yg mulai duluan sapa yak? Sang Buddha?.. :)

Hari Uposatha sebenarnya telah ada sebelum Sang Buddha muncul. Uposatha adalah hari2 yang digunakan oleh masyarakat India kuno untuk melakukan upacara2 keagamaan mereka masing2. Dalam Uposathakkhandhaka bagian Mahāvagga, Vinayapitaka, dikatakan bahwa sebelum Sang BUddha menetapkan hari uposatha sebagai hari penting dalam agama Buddha, para pertapa lain menggunakan hari-hari uposatha yakni hari ke 14, 15 dan hari ke 8 dari setengah bulan untuk berdiskusi ajaran mereka. Melihat hal ini, Raja Bimbisara meminta Sang Buddha supaya para bhikkhu juga menggunakan hari-hari uposatha yang telah disebutkan untuk hal yang sama. Pada perkembangan selanjutnya, setiap hari uposatha khususnya bulan purnama (sukkapakkha) dan gelap (kālapakkha), para bhikkhu diwajibkan untuk membaca patimokkha / peraturan2 kebhikkhuan.

Untuk umat awam, Sang Buddha menganjurkan mereka untuk mempraktikkan aṭṭhasīla (8 latihan moral) di hari2 uposatha. Bahkan dalam Dhammikasutta, Suttanipāta, Sang Buddha menganjurkan upāsaka dan upāsikā untuk mempraktikkan 8 latihan moral ini bukan hanya di hari2 uposatha (4 hari dalam sebulan) tetapi juga pada hari-hari istimewa (pāṭihariyāpakkha). Kitab komentar sutta ini menyebutkan bahwa hari-hari istimewa ini adalah bulan Āsāḷha, tiga bulan di musim hujan, dan bulan Kattika. Oleh karena itu, jika umat Buddha terutama upāsaka dan upāsikā benar2 mau mempraktikkan 8 sīla, ia seharusnya mempraktikkannya di hari2 istimewa selama 5 bulan dan 4 hari setiap bulan di luar hari2 istimewa yang telah disebutkan. Bisa?  ;D

hohohoho...

gw gk bisa seh..T_T

biasane tidur dilantai gw gk bisa...

:D

gk bisa tidur...

trus mo nanya sekalian...

1. minum yogurt, boleh?
2. denger lagu2 Paritta, boleh?
3. minum jus, boleh?

Yogurt terbuat dari susu. Beberapa tradisi termasuk Theravada Indonesia tidak memperbolehkan minum  minuman dari susu. Tapi tradisi tertentu memperbolehkan dengan alasan bahwa Sang Buddha telah menetapkan lima macam obat  spesial yang salah satunya adalah susu.

Sebenarnya apapun lagunya jika dengan mendengarkan nafsu keinginan bertambah (contoh menikmati musiknya, bukan makna paritta tersebut) merupakan pelanggaran. Jadi kalau bisa sih dihindari di hari2 Uposatha. Dalam Vinaya kebhikkhuan sendiri, ada peraturan yang tidak memperbolehkan para bhikkhu untuk melagukan kata-kata Sang Buddha. Barangkali ini juga berkaitan dengan kilesa yang muncul karena menikmati melodi kata2 yang dilagukan.

Dalam peraturan vikālabhojana (makan pada waktu yang tidak tepat), seseorang dianjurkan untuk tidak makan makanan padat setelah tengah hari. Dalam peraturan kebhikkhuan, air yang diseduh dari buah yang lebih besar dari kepalan tangan seperti contoh kelapa dikategorikan sebagai makanan padat dan tidak boleh dikonsumsi setelah tengah hari. Namun air yang diseduh dari buah seperti apel, jeruk dan buah2 lain yang berukuran demikian dan lebih kecil dari itu bisa dikonsumsi setelah tengah hari. Artinya, di hari2 Uposatha, air buah2 demikian boleh diminum. Mengenai jus, karena masih ada ampasnya, tentu harus dihindari.

ribet yak...

kalo gw jalanin versi gw aja..gpp khan?..

sebenarnya tujuannya cuma 1 khan?...ilangin Kelisa..bener gk?...


Hahaha...bole silahkan diskon sesukanya, ntar Efeknya juga dapat diskon biar adil. Hehehe :)

efek??..:D

kalo gw Athasila...gw buat karena gw pengen..bukan karena pengen dapet barang..hahaha

Offline ryu

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 13.403
  • Reputasi: 429
  • Gender: Male
  • hampir mencapai penggelapan sempurna ;D
Re: Uposatha
« Reply #21 on: 12 May 2010, 07:01:49 AM »
apa hal ini ada pengaruh terhadap agama lain? sepertinya ada agama lain yang mengikuti tradisi ini.
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

Offline Khun_sang90

  • Teman
  • **
  • Posts: 74
  • Reputasi: 5
  • Gender: Male
  • Namo Buddhaya....
Re: Uposatha
« Reply #22 on: 12 May 2010, 12:55:19 PM »
 [at] Sol Wah pemikiran Anda sudah bagus tidak mementingkan Hasil atau Tujuan memang itu yang sebaiknya dilakukan, tetapi mengingat hukum Kamma akan lebih baik bila dilakukan dengan sunguh" sesuai dengan pedoman dalam Tipitaka, tetapi saya tekankan bahwa saya tidak menyalahkan atau melarang Anda utk Uposatha dgn versi sendiri, karena menurut saya Anda memiliki niat itu sudah sangat-sangat baik daripada berbicara hal ini tapi prakteknya 'nol' (NATO)... :)
'Sabbe Satta Bhavantu Sukhitatta'......
 'May AlL Beings Happy'...
 'Semoga Semua Mahluk Berbahagia'....

Offline Khun_sang90

  • Teman
  • **
  • Posts: 74
  • Reputasi: 5
  • Gender: Male
  • Namo Buddhaya....
Re: Uposatha
« Reply #23 on: 12 May 2010, 12:59:24 PM »
apa hal ini ada pengaruh terhadap agama lain? sepertinya ada agama lain yang mengikuti tradisi ini.
Seperti yang sudah di Post sblumnya, bahwa tradisi Upostha adalah tradisi dari India Kuno sudah ada sejak Jaman Sang Buddha, jadi bila ada Ajaran lain yg memiliki tradisi ini cthnya Hindu saya rasa itu hal yang normal, di tradisi Tionghoa ada yg namanya puasa satu hari, dimana puasa ini mirip dgn Uposatha, mereka boleh makan tapi tanpa lauk-pauk hanya dgn kecap asin dan garam / gula. selain itu semuanya sama dgn Uposatha.
'Sabbe Satta Bhavantu Sukhitatta'......
 'May AlL Beings Happy'...
 'Semoga Semua Mahluk Berbahagia'....

Offline Dhamma Sukkha

  • Sebelumnya: Citta Devi
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.607
  • Reputasi: 115
  • kilesaa... .... T__T""" :) _/\_
Re: Uposatha
« Reply #24 on: 12 May 2010, 03:42:57 PM »
Hari Uposatha kenapa harus bulan purnama??...

ada makna ato simbol tertentu?..(menurut pandangan Theravada)

trus, tradisi Athasila waktu Uposatha, yg mulai duluan sapa yak? Sang Buddha?.. :)

Hari Uposatha sebenarnya telah ada sebelum Sang Buddha muncul. Uposatha adalah hari2 yang digunakan oleh masyarakat India kuno untuk melakukan upacara2 keagamaan mereka masing2. Dalam Uposathakkhandhaka bagian Mahāvagga, Vinayapitaka, dikatakan bahwa sebelum Sang BUddha menetapkan hari uposatha sebagai hari penting dalam agama Buddha, para pertapa lain menggunakan hari-hari uposatha yakni hari ke 14, 15 dan hari ke 8 dari setengah bulan untuk berdiskusi ajaran mereka. Melihat hal ini, Raja Bimbisara meminta Sang Buddha supaya para bhikkhu juga menggunakan hari-hari uposatha yang telah disebutkan untuk hal yang sama. Pada perkembangan selanjutnya, setiap hari uposatha khususnya bulan purnama (sukkapakkha) dan gelap (kālapakkha), para bhikkhu diwajibkan untuk membaca patimokkha / peraturan2 kebhikkhuan.

Untuk umat awam, Sang Buddha menganjurkan mereka untuk mempraktikkan aṭṭhasīla (8 latihan moral) di hari2 uposatha. Bahkan dalam Dhammikasutta, Suttanipāta, Sang Buddha menganjurkan upāsaka dan upāsikā untuk mempraktikkan 8 latihan moral ini bukan hanya di hari2 uposatha (4 hari dalam sebulan) tetapi juga pada hari-hari istimewa (pāṭihariyāpakkha). Kitab komentar sutta ini menyebutkan bahwa hari-hari istimewa ini adalah bulan Āsāḷha, tiga bulan di musim hujan, dan bulan Kattika. Oleh karena itu, jika umat Buddha terutama upāsaka dan upāsikā benar2 mau mempraktikkan 8 sīla, ia seharusnya mempraktikkannya di hari2 istimewa selama 5 bulan dan 4 hari setiap bulan di luar hari2 istimewa yang telah disebutkan. Bisa?  ;D
mo nanyaa... ;D ;D ;D
bulan asalha dan bulan kattika jatuhnya pada bulan kapan (dlm bulan indo)?

ngomong2 klo laksanain atthasila, sila ke 8, dikatakan tdk boleh duduk maupun berbaring di tempat duduk ataupun tempat tidur yg mewah, bagaimana dgn jongkok? ;D ;D ;D
dan juga dlm sila ke 8 itu, berlaku juga gak utk bantal atopun guling yg digunakan? ;D ;D ;D
klo berlaku, bantal yg bagaimana? guling yg bagaimanaa itu? ;D ;D ;D
dan juga, klo duduk di mobil, itu termasuk melanggar gak ketika lagi menjalankan atthasila? ;D ;D ;D

dan juga mo nanya lagi, napa dlm syarat2 terlanggarnya sila, pada sila ke 7,
Quote
Sila ke-7 harus diteliti dlm dua bagian :
Bagian I : menahan diri utk tdk menari, menyanyi, memainkan alat musik dan menonton hiburan, yg merupakan rintangan terhadap btk2 mental yg baik. Ada tiga faktor :
1. naccadini                         - hiburan spt nyanyian, tarian, dan sebagainya.
2. dassanatthaya gamanam    - pergi menonton.
3. dassanam                        - menonton atau mendengarkan.

Bagian II : menahan diri dari pengenaan perhiasan, ada tiga faktor :
1. maladinam annatarata       - hiasan utk memperindah diri spt bunga, parfum dan sebagainya.
2. anunnatakarana bhavo      - kecuali sedang sakit, Buddha tdk mengizinkan penggunaan benda2 demikian.
3. alamkata-bhavo               - menggunakan hiasan dgn niat utk mempercantik diri.
kenapa dlm syarat2 terlanggarnya itu, tdk ada syarat, niat utk mendengar?
spt syarat pada sila ke 1, 2, 3, 4, 5... ada disertai niat..
kadang, klo org lain yg lagi buka musik, sendiri jadinya ikutan terdengar... pdhl gak ingin mendengarnyaa...

ngomong2 juga, mengenai sila ke 5, apakah makan tape itu diperbolehkan gak?

trims ;D
May All being Happy in the Dhamma ^^ _/\_

Karena Metta merupakan kebahagiaan akan org lain yg tulus \;D/

"Vinayo ayusasanam"
sasana/ajaran Buddha akan bertahan lama karena vinaya yg terjaga... _/\_ \;D/

Offline Khun_sang90

  • Teman
  • **
  • Posts: 74
  • Reputasi: 5
  • Gender: Male
  • Namo Buddhaya....
Re: Uposatha
« Reply #25 on: 12 May 2010, 04:11:14 PM »
 [at] Dhamma Sukha menurut saya mengapa tidak ada niat? Pelanggaran terjadi apabila musik terdengar. Dan disebut melanggar apabila faktor" tsb terpenuhi. Jadi hanya niat saja saya rasa blum dsbut melanggar. Dan setahu saya, apabila hanya niat saja blum dsbut melanggar dan agar dsbut melanggar faktor" yang ada harus terpenuhi. Ini pendapat saya. :)
'Sabbe Satta Bhavantu Sukhitatta'......
 'May AlL Beings Happy'...
 'Semoga Semua Mahluk Berbahagia'....

Offline Dhamma Sukkha

  • Sebelumnya: Citta Devi
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.607
  • Reputasi: 115
  • kilesaa... .... T__T""" :) _/\_
Re: Uposatha
« Reply #26 on: 12 May 2010, 04:30:39 PM »
[at] Dhamma Sukha menurut saya mengapa tidak ada niat? Pelanggaran terjadi apabila musik terdengar. Dan disebut melanggar apabila faktor" tsb terpenuhi. Jadi hanya niat saja saya rasa blum dsbut melanggar. Dan setahu saya, apabila hanya niat saja blum dsbut melanggar dan agar dsbut melanggar faktor" yang ada harus terpenuhi. Ini pendapat saya. :)
benarr... ;D tapi maksudku, kenapa pada sila ke 7 itu, tdk ada faktor mengenai, bila ada niat, spt sila2 1 sampe 5, faktor2nya ada disertai niat, tetapi pada sila ke 7 ini tdk...
klo misalnya, seseorg lagi beratthasila, walaupun ia tdk punya niat mendengarkan musik, org lain buka musik keras2, jadinya ia ikut dengar, dgn begitu, krn ia mendengar, lengkap deh syarat terlanggarnyaa... pdhl ia gak punya niat lhoo.
Nah, sementara sila2 ke 1 sampe ke 5, dlm syarat2 faktor2nya itu ada disertai niat, cth :
Quote
J. Lima faktor bagi sila pertama adalah :
1. Pano                  - keberadaan makhluk hidup.
2. panasannita        - menyadari bahwa itu adalah makhluk hidup.
3. vadhacittam        - niat utk membunuh.
4. upakkamo           - usaha utk membunuh.
5. tena maranam     - mengakibatkan kematian makhluk hidup tsb.
Nah, sementara pada faktor sila ke 7 itu gak adaa...
klo ada kan, syarat terlanggarnya tdk lengkap... ;D ;D ;D
bila yg menjalankan atthasila itu memang gak punya niat tuk mendengarkan musik, tetapi ada org lain yg membuka musik, jadinya tdk masalahh... ;D ;D ;D
May All being Happy in the Dhamma ^^ _/\_

Karena Metta merupakan kebahagiaan akan org lain yg tulus \;D/

"Vinayo ayusasanam"
sasana/ajaran Buddha akan bertahan lama karena vinaya yg terjaga... _/\_ \;D/

Offline dewi_go

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.848
  • Reputasi: 69
  • Gender: Female
Re: Uposatha
« Reply #27 on: 12 May 2010, 06:20:20 PM »
ya saya juga mau tanya kalo lagi athasila ga boleh denger musik, lalu bagaimana jika rekan kerja ada putar musik otomatis karena satu ruangan juga terdengar, apakah melanggar sila juga?
Mohon sharenya tq
Sweet things are easy 2 buy,
but sweet people are difficult to find.
Life ends when u stop dreaming, hope ends when u stop believing,
Love ends when u stop caring,
Friendship ends when u stop sharing.
So share this with whom ever u consider a friend.
To love without condition... ......... .........

Offline marcedes

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.528
  • Reputasi: 70
  • Gender: Male
  • May All Being Happinesssssssss
Re: Uposatha
« Reply #28 on: 12 May 2010, 07:04:27 PM »
yah jangan terbawa alunan musik nya saja.. sampai ikut menyanyi atau bahkan joget jogetan....
Ada penderitaan,tetapi tidak ada yang menderita
Ada jalan tetapi tidak ada yang menempuhnya
Ada Nibbana tetapi tidak ada yang mencapainya.

TALK LESS DO MOREEEEEE !!!

Offline Peacemind

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 970
  • Reputasi: 74
Re: Uposatha
« Reply #29 on: 12 May 2010, 07:38:22 PM »

mo nanyaa... ;D ;D ;D
bulan asalha dan bulan kattika jatuhnya pada bulan kapan (dlm bulan indo)?

Yang penting, bulan Āsāḷha muncul tepat sebelum masa vassa untuk para bhikkhu dan bulan kattika muncul tepat setelah masa vassa berakhir. Oleh karena itu, jika masa vassa tahun ini  terjadi pada tanggal 26 Juli sampai 25 Oktober, maka tanggal 26 Juni sampai 25 Juli adalah bulan Āsāḷha, sedangkan 26 Oktober sampai 25 Nopember adalah bulan Kattika.

Quote
ngomong2 klo laksanain atthasila, sila ke 8, dikatakan tdk boleh duduk maupun berbaring di tempat duduk ataupun tempat tidur yg mewah, bagaimana dgn jongkok? ;D ;D ;D
dan juga dlm sila ke 8 itu, berlaku juga gak utk bantal atopun guling yg digunakan? ;D ;D ;D
klo berlaku, bantal yg bagaimana? guling yg bagaimanaa itu? ;D ;D ;D
dan juga, klo duduk di mobil, itu termasuk melanggar gak ketika lagi menjalankan atthasila? ;D ;D ;D
Berkaitan dengan tempat duduk dan tidur yang tinggi dan mewah, di sana tidak menyebutkan tentang duduk atau berbaring. Yang ada hanya melatih diri untuk mengendalikan diri terhadap tempat duduk dan tidur yang tinggi dan mewah. Dalam hal ini, yang dimaksud adalah penggunaan barang tersebut. Jadi apakah untuk duduk,berbaring atau jongkok, jika ia sengaja menggunakan barang tersebut untuk kenikmatan diri atau untuk  memuaskan keinginannya, tentu merupakan pelanggaran sila ini. Sebenarnya perlu dicatat di sini bahwa inti sila adalah untuk melatih diri mengendalikan indera kita. Semua peraturan di atas adalah sebagai pengendali indera kita supaya tidak terseret kekotoran batin. Apapun cara penggunaannya jika bertujuan untuk pemuasan indera kita, kita hendaknya berusaha  mengendalikannya. Namun demikian, pernah saya membaca satu referensi (lupa tempatnya), ketika seorang bhikkhu diundang umat awam dan disediakan tempat duduk yang tinggi, ia tidak melanggar vinaya meskipun harus duduk di tempat duduk tersebut.

Quote
dan juga mo nanya lagi, napa dlm syarat2 terlanggarnya sila, pada sila ke 7,
Quote
Sila ke-7 harus diteliti dlm dua bagian :
Bagian I : menahan diri utk tdk menari, menyanyi, memainkan alat musik dan menonton hiburan, yg merupakan rintangan terhadap btk2 mental yg baik. Ada tiga faktor :
1. naccadini                         - hiburan spt nyanyian, tarian, dan sebagainya.
2. dassanatthaya gamanam    - pergi menonton.
3. dassanam                        - menonton atau mendengarkan.

Bagian II : menahan diri dari pengenaan perhiasan, ada tiga faktor :
1. maladinam annatarata       - hiasan utk memperindah diri spt bunga, parfum dan sebagainya.
2. anunnatakarana bhavo      - kecuali sedang sakit, Buddha tdk mengizinkan penggunaan benda2 demikian.
3. alamkata-bhavo               - menggunakan hiasan dgn niat utk mempercantik diri.
kenapa dlm syarat2 terlanggarnya itu, tdk ada syarat, niat utk mendengar?
spt syarat pada sila ke 1, 2, 3, 4, 5... ada disertai niat..
kadang, klo org lain yg lagi buka musik, sendiri jadinya ikutan terdengar... pdhl gak ingin mendengarnyaa...

Saya tidak tahu darimana anda dapat kutipan di atas. Tapi menurut saya, niat merupakn faktor yang sangat penting dalam hal ini. Jika kita tidak memiliki niat untuk mendengarkan musik namun kemudian tiba2 teman kita memutar musik, tentu tidak bisa dikategorikan sebagai pelanggaran.

Quote
ngomong2 juga, mengenai sila ke 5, apakah makan tape itu diperbolehkan gak?

Ketika minum tape, kesadaran anda melemah atau nggak? Dalam peraturan kelima, ada pernyataan 'pamadaṭṭhāna' yang berarti sumber kelengahan / melemahnya kesadaran. Saya pikir itu bukan pelanggaran jika makan sedikit dan  tidak sampai teler. :D

trims ;D
[/quote]