Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Buddhisme Awal, Sekte dan Tradisi => Theravada => Topic started by: GandalfTheElder on 20 September 2008, 12:52:01 PM

Title: Sambhogakaya dalam Tradisi Theravada
Post by: GandalfTheElder on 20 September 2008, 12:52:01 PM
Selama ini kita kenal Sambhogakaya hanya ada di tradisi Mahayana dan Vajrayana. Di dalam Theravada hanya dikenal 2 tubuh lainnya saja yaitu Manussabuddha (Nirmanakaya dalam Mahayana) dan Dhammakaya (Dharmakaya dalam Mahayana). Tradisi Theravada tidak mengenal adanya Sambhogakaya. Tapi sebenarnya apakah yang dialami Acariya Mun Bhuridatta itu Sambhogakaya?

Sambhogakaya dalam Tradisi Theravada?

Tinggal di Goa Sarira, Acariya Mun sering dikunjungi oleh para Savaka Arahant, yang muncul di hadapannya melalui samadhi nimitta. Masing-masing savaka Arahant memberikan pembabaran Dhamma untuk membantunya, menerangkan praktek-praktek tradisi dari para Arya.

…………

Seorang savaka Arahant, setelah memberikan pembabaran tersebut dan meninggalkannya, Acariya Mun dengan rendah hati menerima ajaran Dhamma tersebut. Ia waspada dalam mengkontemplasi setiap aspek dari ajaran tersebut, memisahkan tiap-tiap poin dan menganalisa semuanya dengan cermat, satu demi satu. Ketika lebih banyak savaka Arahant yang datang untuk mengajarinya (Dhamma) dengan cara ini, maka ia (Acariya Mun) mendapatkan banyak pemahaman baru ke dalam praktek hanya dengan mendengarkan pembabaran (para savaka Arahant tersebut). Mendengarkan pembabaran Dhamma yang sangat menakjubkan ini, semangat Acariya Mun untuk bermeditasi meningkat, sehingga banyak meningkatkan pemahamannya terhadap Dhamma.

Acariya Mun dikisahkan mencapai tingkatan Anagami ketika ia bermeditasi di goa tersebut, setelah mendengarkan pembabaran para savaka Arahant.

=============================================================================

Pada malam hari ketika Acariya Mun mencapai vimutti, sekelompok Buddha, diikuti oleh para pengikut Arahanta Mereka, datang untuk mengucapkan selamat padanya karena telah mencapai vimuttidhamma. Pada suatu malam, seorang Buddha, diikuti oleh 10000 pengikut Arahant, datang untuk berkunjung; malam hari berikutnya, ia dikunjungi oleh Buddha yang lain, yang diikuti pula oleh 100000 Arahant. Setiap malam, ia dikunjungi oleh Buddha yang berbeda, yang datang untuk memberikan apresiasi pada Acariya Mun, diikuti oleh pengikut Arahant dengan jumlah yang berbeda-beda.

Acariya Mun berkata bahwa jumlah dari pengikut Arahant bermacam-macam tergantung dari kusala kamma / parami yang dikumpulkan oleh Buddha tersebut, sebuah faktor yang membedakan satu Buddha dengan Buddha lainnya. Jumlah Arahant yang mengikuti setiap Buddha tidak merepresentasikan jumlah seluruh dari pengikut Arahant-Nya, mereka hanya menunjukkan parami yang dimiliki oleh masing-masing Buddha. Di antara para pengikut Arahant tersebut, terdapat sedikit samanera.

…………..

Acariya Mun menjawab bahwa ia tidak memiliki keraguan tentang sifat sejati dari Buddha dan para Arahant. Apa yang masih menjadi pertanyaan baginya adalah: Bagaimana mungkin Sang Buddha dan para Arahant, yang telah mencapai anupadisesa-nibbana, yang tanpa sisa dan bebas dari realita konvensional, masih muncul dalam wujud tubuh. Sang Buddha menjelaskan persoalan ini padanya:

Jika mereka yang telah mencapai anupadisesa nibbana hendak berinteraksi dengan Arahant lainnya, yang telah membersihkan hati mereka namun masih memiliki tubuh fisik yang sementara ini, maka mereka harus secara sementara mengambil wujud ‘duniawi’ dengan tujuan untuk membuat kontak. Namun, jika semua perhatian telah mencapai anupadisesa nibbana, yang tanpa sisa dan tanpa realita konvensional, maka  penggunaan wujud konvensional tidak lagi dibutuhkan. Maka dari itu perlu untuk mengambil wujud konvensional ketika berhadapan dengan realita konvensional, namun ketika dunia konvensional telah dilampaui secara sempurna, maka tidak ada lagi masalah yang timbul.

Semua Buddha mengetahui kejadian yang berkaitan dengan masa lalu dan masa depan dengan nimitta yang menyimbolkan realita konvensional dari kejadian yang ditanyakan. Sebagai contoh, ketika seorang Buddha berkeinginan untuk mengetahui kehidupan-kehidupan Buddha-Buddha yang sebelum-Nya, maka ia harus mengambil nimitta dari tiap Buddha, dan keadaan-keadaan tertentu yang mana Ia alami, sebagai alat untuk membawa langsung pada pengetahuan tersebut. Jika sesuatu eksis di luar dunia relatif dari realita konvensional, yaitu vimutti, maka tidak ada simbol yang dapat merepresentasikannya. Oleh karena itu, pengetahuan tentang Buddha-Buddha masa lampau bergantung pada konvensi duniawi yang memberikan dasar umum bagi pengertian, seperti yang digambarkan oleh kedatanganku kali ini. Hal tersebut diperlukan bahwa Aku dan para semua pengikut Arahant-Ku muncul dalam wujud sementara kita, agar yang lainnya, seperti dirimu, dapat memiliki cara untuk menentukan seperti apakah wujud kita. Jika kita tidak muncul dengan wujud ini, maka tiada seorangpun yang dapat melihat kita.

Pada saat ketika diperlukan untuk berinteraksi dengan realita konvensional, maka vimutti harus dimanifestasikan dengan cara-cara konvensional yang cocok/benar. Dalam kasus vimutti yang murni, ketika dua citta yang telah termurnikan saling berinteraksi satu sama lain, maka yang muncul hanya esensi kualitas dari mengetahui – yang tidak mungkin dijelaskan dengan cara apapun. Maka ketika kita ingin menunjukkan sifat dari kesucian sempurna, maka kita harus menggunakan cara-cara kovensional untuk membantu kita menggambarkan pengalaman dari vimutti. Kita dapat berkata bahwa vimutti adfalah “kondisi pabhassara (bercahaya dengan sendirinya) bebas dari semua nimitta yang merepresentasikan kebahagiaan sempurna”, secara singkat, namun pernyataan ini sudah banyak digunakan dan hanya merupakan metafora konvensional. Seseorang yang mengetahui dengan jelas hal tersebut dalam hatinya, maka tidak akan mungkin memiliki keraguan terhadap vimutti. Oleh karena karakteristik yang sebenarnya tidak akan mungkin dapat dijabarkan, vimutti tidak dapat dibayangkan di dalam artian relatif dan konvensional. Meskipun begitu, vimutti bermanifestasi secara konvensional dan vimutti yang eksis di dalam kondisi asal mulanya, diketahui dengan jelas dan sempurna oleh Arahant. Hal ini mencakup vimutti yang memanifestasikan dirinya dengan cara menggunakan aspek-aspek konvensional di bawah keadaan tertentu, dan vimutti yang eksis di dalam tingkatan asal mulanya yaitu tidak berkondisi. Apakah kamu menanyakan hal ini karena kamu ragu ataukah sebagai sebuah percakapan saja?


Acariya Mun menjawab: “Aku tidak memiliki keraguan terhadap aspek konvensional dari semua Buddha, ataupun aspek yang tidak berkondisi. Pertanyaanku hanyalah merupakan sebuah cara konvensional untuk menunjukkan penghormatan. Meskipun tanpa kedatangan Anda dan para pengikut Arahant, aku tidak memiliki keraguan di mana letak Buddha, Dhamma dan Sangha yang sesungguhnya berada. Ini adalah keyakinanku yang sangat jelas bahwa siapapun yang melihat Dhamma melihat Tathagata. Ini berarti bahwa Sang Buddha, Dhamma dan Sangha masing-masing menunjukkan tingkatan kemurnian yang sama, yang sepenuhnya bebas dari realita konvensional, yang dikenal sebagai Tiga Permata (Triratna).”

Salah satu kritik terhadap Acariya Mun adalah bahwa Kanon Pali tidak mencantumkan satu kejadianpun yang mendukung pernyataan Acariya Mun, bahwa para Arahant yang telah parinibbana datang untuk mendiskusikan Dhamma dengannya dan menunjukkan cara mereka mencapai Nibbana.

Acariya Mun kemudian berkata bila kita menerima bahwa Tipitaka tidak memegang monopoli atas Dhamma, maka tentu saja mereka yang mempraktekkan ajaran Buddha dengan benar akan dengan sendirinya mengetahui segala aspek dari Dhamma, sesuai dengan kemampuan alami mereka, tanpa peduli apakah dicantumkan dalam Tipitaka atau tidak.

(Dikutip dari Biografi Spiritual Yang Mulia Acariya Mun Bhuridatta Thera karya Acariya Maha Boowa Nanasampanno)

Tubuh Cahaya Buddha

Tubuh Cahaya Buddha (Sambhogakaya) adalah cahaya penuh keindahan yang ada pada tubuh Buddha. Ini adalah aspek yang meliputi kebahagiaan semua Buddha dalam Kebenaran, kebahagiaan dalam mengajarkan Kebenaran, dan membawa yang lain merealisasikan Kebenaran. Karena semua Buddha telah praktek tak terhitung lamanya dan telah memperoleh kesempurnaan Kebijaksanaan dan Belas Kasih, masing-masing mempunyai Kedamaian, Kegembiraan, dan Kebahagiaan yang tak terkira, seperti yang dituangkan dalam Sambhogakaya. Para Buddha biasanya tidak nampak dalam tubuh ini karena kita tidak dapat "mencema" akibat keterbatasan pengertian kita. Malahan, para Buddha berwujud Nirnanakaya.

Sambhogakaya adalah 'tubuh rahmat' atau tubuh cahaya yang sering dinyatakan dengan perwujudan surgawi yang dapat dilihat oleh makhluk surga dan Bodhisattva.

Dengan bulan sebagai perumpamaan dari Buddha, maka Sambhogakaya itu seperti bulan purnama yang tidak terhalang awan, yang bersinar terang dalam cahaya totalnya.

Siapakah Acariya Mun

Acariya Mun (1870-1949 M), beserta gurunya, Ajahn Sao Kantasilo (bhikkhu dari aliran Dhammayuttika), adalah para pelopor Tradisi Hutan di Thailand (tradisi Kammatthana). Acariya Mun dipercaya telah mencapai tingkat Arahat.

Beliau adalah guru dari Acariya Maha Boowa. Yang Mulia Acariya Mun Bhuridatta Thera adalah seorang tokoh terkemuka dalam Buddhisme Theravada Thai zaman sekarang.

Riwayat singkatnya dapat dibaca di Dawai 48 yang file pdfnya dapat didownload di Dhammacitta.

 _/\_
The Siddha Wanderer
Title: Re: Sambhogakaya dalam Tradisi Theravada
Post by: Sumedho on 20 September 2008, 03:35:49 PM
linknya disini http://dhammacitta.org/perpustakaan/ebook/dawai/dawai-48
Title: Re: Sambhogakaya dalam Tradisi Theravada
Post by: Sunkmanitu Tanka Ob'waci on 20 September 2008, 08:09:14 PM
In his speech on "What is the Triple Gem?" Ajaan Lee Dhammadharo gives a precise description of the Three Bodies. Though I don't know what his source is.

There are three aspects to the Buddha:

    1) The physical aspect — the body (elements, aggregates (khandha), and sense media), which is the external aspect of the Buddha, called 'Buddha-nimitta,' or the symbol of the Buddha. (This is like the bark of a tree.)

    2) The good practices he followed — such as virtue, concentration, and discernment, which are aspects of his activity. These are called 'dhamma-nimitta' of the Buddha, symbols of his inner quality. (These are the sapwood.)

    3) Vimutti — release from ignorance, craving, attachment, and kamma; attaining nibbana, the supreme quality, a quality that does not die (amata-dhamma). (This is the heartwood, or essence of the Buddha.)

So it comes that buddha-nimitta is the Nirmanakaya, dhamma-nimitta is the Sambhogakaya, and amata-dhamma is the Dharmakaya.

It comes from Pali commentarial expositions of the epithets 'bhagavā', 'arahaṃ' and 'sammāsambuddha' — usually a stock item whenever a commentator is explaining the meaning of "evaṃ me sutaṃ" ("thus have I heard"). Though I doubt that Ajaan Lee himself would have known this. His probable source would have been the paraphrases in the Pubbasikkhāvaṇṇanā, a Siamese Vinaya commentary by the mid-19th century patriarch, Phra Keut Amarābhirakkhita of Wat Boromnivāsa. Until a few decades ago, Amarābhirakkhita's treatise was bedtime reading for forest monks, with many of them carrying a copy with them whenever they went on thudong.

The association of Bhagavā with the physical might seem a little odd, but the word has strong associations with good fortune, health, prosperity etc. Here it relates to physical accomplishments (sarīra-sampatti) of various kinds, like the 32 marks; also external things like earthquakes going off at certain moments of one's life etc. Of course, Bhagavā has a lot of other meanings too, and in fact the physical accomplishments aren't the subject of focus when one recollects 'bhagavā' in buddhānussati.

I would've guessed "release" with "arahant" since the one is almost defined by the other.
And then "practice" with "sammasambuddha" since by his own efforts he discovered the Path.

Jadi ada komentar dalam Theravada, istilah
buddha-nimitta -> bhagavā -> Nirmanakaya (physical, fisik)
dhamma-nimitta -> arahaṃ -> Sambhogakaya (practice, praktek)
amata-dhamma  -> sammāsambuddha -> Dharmakaya (release, pencapaian)
Title: Re: Sambhogakaya dalam Tradisi Theravada
Post by: GandalfTheElder on 21 September 2008, 08:31:36 AM
Dalam Visuddhi Magga, komentator kanon Pali Theravada yang terkemuka, YA Buddhaghosa pernah berkata, "Sang Buddha memiliki Rupakaya yang sangat indah yang ditandai dengan 80 tanda-tanda kecil dan 32 tanda-tanda besar seorang manusia agung, dan memiliki Dhammakaya yang murni di segala aspek dan dimuliakan oleh Sila, Samadhi, penuh dengan kemegahan dan kebajikan, tidak tertandingi dam tercerahkan sempurna."

"yo  pi   so   Bhagava    asiti    anuvyanjanapatimandita- dvattimsamahapurisalakkhana-vicitra-rupakayo sabbakaraparisuddha-silakkhandhadi-gunaratana- samiddha-dhammakayo yasamahatta-punnamahatta..... appatipuggalo  araham sammasambuddho"

Di dalam Atthasallini, Buddhaghosa mengatakan bahwa selama 3 bulan perginya Sang Buddha, ketika Ia membabarkan Abhidhamma pada ibunya di surga Tusita, Sang Buddha memunculkan para Nimitta-buddha persis seperti wujud-Nya. Nimitta-buddha - Nimitta-buddha tidak dapat dibedakan dari Sang Buddha sendiri.

Sang Buddha memunculkan Nimitta-buddha di Tavatimsa sebagai pengganti-Nya membabarkan Abhidharma, ketika Sang Buddha setiap hari pergi mandi ke Danau Anotatta (Anavatapta).

Nah kita menemukan kata kunci dari kedua pernyataan di atas yaitu:

1. Ketika Acariya Mun bertanya: "Bagaimana mungkin Sang Buddha dan para Arahant, yang telah mencapai anupadisesa-nibbana, yang tanpa sisa dan bebas dari realita konvensional, masih muncul dalam wujud tubuh?" maka mungkin secara tidak langsung menunjuk pada Rupakaya yang disebutkan Buddhaghosa.

2. Para savaka Arahant muncul di hadapan Acariya Mun melalui samadhi nimitta. Nah berdasarkan kutipan karuna_murti (dr E-Sangha ya?) dan Atthasalini, juga ditemukan kata "nimitta". Dhamma-nimitta adalah kebajikan dan konsentrasi, sama dengan Sambhogakaya sebagai Tubuh Kebajikan.

Sedangkan dalam Atthasalini "Nimitta-buddha" adalah seperti tubuh "ajaib" yang tidak berbeda dengan Sang Buddha sendiri. Sama dengan Sambhogakaya. Bahkan antara keduanya ada kesamaan, yaitu "Nimitta-buddha" dan Sambhogakaya berkaitan dengan alam surgawi.

Dalam aliran Vajrayana, Rupakaya ini dibagi menjadi dua yaitu Nirmanakaya dan Sambhogakaya.

YA Chandrakirti, pendiri aliran Prasangika Madhyamika - Mahayana, menggunakan kata-kata Rupakaya sebagai sinonim dari Sambhogakaya. YA Chandrakirti juga mengatakan bahwa Rupakaya dihasilkan dari kebajikan yang dikumpulkan, mirip dengan Acariya Mun yang mengatakan bahwa jumlah Arahant yang mengikuti seorang Buddha yang datang padanya, bergantung pada parami yang dikumpukan Buddha tersebut.

Nama lain Rupakaya adalah Vipakaya yaitu tubuh yang muncul sebagai hasil dari tindakan bajik.

Sekte Yogacara dari aliran Mahayana, membedakan Rupakaya menjadi 2:
1. Rupakaya kasar yaitu Nirmanakaya
2. Rupakaya inti yaitu Sambhogakaya

Sekte-sekte Buddhis awal seperti Mahasanghika dan Sarvastivada memiliki perbedaan pendapat. Bagi Mahasanghika, Rupakaya Sang Buddha adalah murni dan tanpa asrava, sedangkan menurut Sarvastivada dan YA Vasubandhu, Rupakaya Sang Buddha adalah tidak murni. Rupakaya yang dimaksud di sini adalah Nirmanakaya. Namun Sarvastivada juga mengatakan bahwa Buddha juga memiliki "tubuh ajaib yang dapat memunculkan berbagai transformasi", selain Rupakaya.

Jadi dalam Theravada, Sarvastivada dan Mahasanghika, Rupakaya hanyalah menjelaskan Nirmanakaya, tidak Sambhogakaya.

Satu-satunya referensi dalam Theravada tentang Sambhogakaya hanyalah "Nimitta-buddha" atau "Dhamma-nimitta".

Maka dari itu pengalaman Acariya Mun memang tidak ada dalam Tipitaka Pali, tetapi ada dalam Tripitaka Mahayana.

 _/\_
The Siddha Wanderer
Title: Re: Sambhogakaya dalam Tradisi Theravada
Post by: Xan To on 11 May 2009, 10:21:27 PM
Jadi bagaimana tanggapannya para suhu dari Theravada???
Title: Re: Sambhogakaya dalam Tradisi Theravada
Post by: marcedes on 11 May 2009, 10:48:24 PM
walau bukan suhu bisa comment dikit ya. ^^

bisa baca Brahmajala Sutta atau percakapan vecchagotta dengan sang buddha sebagai referensi.
Title: Re: Sambhogakaya dalam Tradisi Theravada
Post by: Xan To on 11 May 2009, 11:14:45 PM
walau bukan suhu bisa comment dikit ya. ^^

bisa baca Brahmajala Sutta atau percakapan vecchagotta dengan sang buddha sebagai referensi.

Thank, nanti saya baca...tapi dimana??? jangan di samagghi-phala deh kayaknya ada yang salah dalam penerjemahannya :)
Title: Re: Sambhogakaya dalam Tradisi Theravada
Post by: Indra on 11 May 2009, 11:17:00 PM
walau bukan suhu bisa comment dikit ya. ^^

bisa baca Brahmajala Sutta atau percakapan vecchagotta dengan sang buddha sebagai referensi.

Thank, nanti saya baca...tapi dimana??? jangan di samaggi deh kayaknya ada yang salah dalam penerjemahannya :)

http://dhammacitta.org/tipitaka/dn/dn.01.wlsh.html
Title: Re: Sambhogakaya dalam Tradisi Theravada
Post by: Xan To on 11 May 2009, 11:43:34 PM
walau bukan suhu bisa comment dikit ya. ^^

bisa baca Brahmajala Sutta atau percakapan vecchagotta dengan sang buddha sebagai referensi.
Hm jadi ragu...maksudnya apakah saya lebih baik tidak usah berspekulasi atau bagaimana ya.....saya cuma mau tahu aja bagaimana pendapat yang lain mengenai Sambhogakaya.....soalnya bagian ini menyita perhatian saya ;D :

Satu-satunya referensi dalam Theravada tentang Sambhogakaya hanyalah "Nimitta-buddha" atau "Dhamma-nimitta".



Title: Re: Sambhogakaya dalam Tradisi Theravada
Post by: Tan on 12 May 2009, 12:19:30 AM
Lho berarti dalam Theravada juga ada Trikaya khan?

Tan
Title: Re: Sambhogakaya dalam Tradisi Theravada
Post by: Xan To on 12 May 2009, 12:27:37 AM
Lho berarti dalam Theravada juga ada Trikaya khan?

Tan
Nah itu dia yang saya mau tanya...soalnya saya kan bukan ahli kitab ;D
Title: Re: Sambhogakaya dalam Tradisi Theravada
Post by: naviscope on 12 May 2009, 08:50:57 AM
^
^

sami2, I juga want to know juga.... ;D
Title: Re: Sambhogakaya dalam Tradisi Theravada
Post by: K.K. on 12 May 2009, 08:57:34 AM

[...]
Acariya Mun menjawab bahwa ia tidak memiliki keraguan tentang sifat sejati dari Buddha dan para Arahant. Apa yang masih menjadi pertanyaan baginya adalah: Bagaimana mungkin Sang Buddha dan para Arahant, yang telah mencapai anupadisesa-nibbana, yang tanpa sisa dan bebas dari realita konvensional, masih muncul dalam wujud tubuh. Sang Buddha menjelaskan persoalan ini padanya:

Jika mereka yang [...] sebagai sebuah percakapan saja?

Acariya Mun menjawab: “Aku tidak memiliki keraguan terhadap aspek konvensional dari semua Buddha, ataupun aspek yang tidak berkondisi. Pertanyaanku hanyalah merupakan sebuah cara konvensional untuk menunjukkan penghormatan. Meskipun tanpa kedatangan Anda dan para pengikut Arahant, aku tidak memiliki keraguan di mana letak Buddha, Dhamma dan Sangha yang sesungguhnya berada. Ini adalah keyakinanku yang sangat jelas bahwa siapapun yang melihat Dhamma melihat Tathagata. Ini berarti bahwa Sang Buddha, Dhamma dan Sangha masing-masing menunjukkan tingkatan kemurnian yang sama, yang sepenuhnya bebas dari realita konvensional, yang dikenal sebagai Tiga Permata (Triratna).”

Salah satu kritik terhadap Acariya Mun adalah bahwa Kanon Pali tidak mencantumkan satu kejadianpun yang mendukung pernyataan Acariya Mun, bahwa para Arahant yang telah parinibbana datang untuk mendiskusikan Dhamma dengannya dan menunjukkan cara mereka mencapai Nibbana.

Acariya Mun kemudian berkata bila kita menerima bahwa Tipitaka tidak memegang monopoli atas Dhamma, maka tentu saja mereka yang mempraktekkan ajaran Buddha dengan benar akan dengan sendirinya mengetahui segala aspek dari Dhamma, sesuai dengan kemampuan alami mereka, tanpa peduli apakah dicantumkan dalam Tipitaka atau tidak.

(Dikutip dari Biografi Spiritual Yang Mulia Acariya Mun Bhuridatta Thera karya Acariya Maha Boowa Nanasampanno)

Besok saya bilang "Buddha punya 13.5 tubuh" karena waktu saya meditasi didatangi Buddha dan diceritain macam2. Lalu dari Mahayana dan Theravada berbondong-bondong komplain ke saya, saya tinggal bilang, "Tripitaka dan Tipitaka kalian yang sempit itu, tidak memegang monopoli atas Dhamma". Gimana jadinya yah kira-kira? ;D



Quote
Tubuh Cahaya Buddha

Tubuh Cahaya Buddha (Sambhogakaya) adalah cahaya penuh keindahan yang ada pada tubuh Buddha. Ini adalah aspek yang meliputi kebahagiaan semua Buddha dalam Kebenaran, kebahagiaan dalam mengajarkan Kebenaran, dan membawa yang lain merealisasikan Kebenaran. Karena semua Buddha telah praktek tak terhitung lamanya dan telah memperoleh kesempurnaan Kebijaksanaan dan Belas Kasih, masing-masing mempunyai Kedamaian, Kegembiraan, dan Kebahagiaan yang tak terkira, seperti yang dituangkan dalam Sambhogakaya. Para Buddha biasanya tidak nampak dalam tubuh ini karena kita tidak dapat "mencema" akibat keterbatasan pengertian kita. Malahan, para Buddha berwujud Nirnanakaya.

Sambhogakaya adalah 'tubuh rahmat' atau tubuh cahaya yang sering dinyatakan dengan perwujudan surgawi yang dapat dilihat oleh makhluk surga dan Bodhisattva.

Dengan bulan sebagai perumpamaan dari Buddha, maka Sambhogakaya itu seperti bulan purnama yang tidak terhalang awan, yang bersinar terang dalam cahaya totalnya.

Kalau yang ini, kutipan dari kitab Pali, atau adaptasi dari kitab Sanskrit?

Title: Re: Sambhogakaya dalam Tradisi Theravada
Post by: naviscope on 12 May 2009, 09:24:38 AM
^
^

jd bingung, koq bisa keluar statement seperti

"Besok saya bilang "Buddha punya 13.5 tubuh" karena waktu saya meditasi didatangi Buddha dan diceritain macam2. Lalu dari Mahayana dan Theravada berbondong-bondong komplain ke saya, saya tinggal bilang, "Tripitaka dan Tipitaka kalian yang sempit itu, tidak memegang monopoli atas Dhamma". Gimana jadinya yah kira-kira?"

sungguh terlalu.....
kita kan cuma mau tahu kebenaran?
bukan fanatik berlebihan ;D
Title: Re: Sambhogakaya dalam Tradisi Theravada
Post by: K.K. on 12 May 2009, 09:30:37 AM
^
^

jd bingung, koq bisa keluar statement seperti

"Besok saya bilang "Buddha punya 13.5 tubuh" karena waktu saya meditasi didatangi Buddha dan diceritain macam2. Lalu dari Mahayana dan Theravada berbondong-bondong komplain ke saya, saya tinggal bilang, "Tripitaka dan Tipitaka kalian yang sempit itu, tidak memegang monopoli atas Dhamma". Gimana jadinya yah kira-kira?"

sungguh terlalu.....
kita kan cuma mau tahu kebenaran?
bukan fanatik berlebihan ;D

Kenapa bingung sampai ke fanatik?
Saya cuma tanyakan saja kalau seandainya saya ngomong gitu, pendapat kalian gimana?

Saya tidak terlalu peduli dengan "tubuh Buddha", tetapi kalau memang mau mengulas sesuatu menurut satu tradisi, lebih baik ambil dari kitabnya, bukan berdasarkan pengalaman pribadi orang tertentu saja. Di sini saya lihat tidak ada sama sekali membahas dari Tipitaka Pali, tetapi hanya berdasarkan pengalaman pribadi satu orang.

Title: Re: Sambhogakaya dalam Tradisi Theravada
Post by: markosprawira on 12 May 2009, 09:31:06 AM

[...]
Acariya Mun menjawab bahwa ia tidak memiliki keraguan tentang sifat sejati dari Buddha dan para Arahant. Apa yang masih menjadi pertanyaan baginya adalah: Bagaimana mungkin Sang Buddha dan para Arahant, yang telah mencapai anupadisesa-nibbana, yang tanpa sisa dan bebas dari realita konvensional, masih muncul dalam wujud tubuh. Sang Buddha menjelaskan persoalan ini padanya:

Jika mereka yang [...] sebagai sebuah percakapan saja?

Acariya Mun menjawab: “Aku tidak memiliki keraguan terhadap aspek konvensional dari semua Buddha, ataupun aspek yang tidak berkondisi. Pertanyaanku hanyalah merupakan sebuah cara konvensional untuk menunjukkan penghormatan. Meskipun tanpa kedatangan Anda dan para pengikut Arahant, aku tidak memiliki keraguan di mana letak Buddha, Dhamma dan Sangha yang sesungguhnya berada. Ini adalah keyakinanku yang sangat jelas bahwa siapapun yang melihat Dhamma melihat Tathagata. Ini berarti bahwa Sang Buddha, Dhamma dan Sangha masing-masing menunjukkan tingkatan kemurnian yang sama, yang sepenuhnya bebas dari realita konvensional, yang dikenal sebagai Tiga Permata (Triratna).”

Salah satu kritik terhadap Acariya Mun adalah bahwa Kanon Pali tidak mencantumkan satu kejadianpun yang mendukung pernyataan Acariya Mun, bahwa para Arahant yang telah parinibbana datang untuk mendiskusikan Dhamma dengannya dan menunjukkan cara mereka mencapai Nibbana.

Acariya Mun kemudian berkata bila kita menerima bahwa Tipitaka tidak memegang monopoli atas Dhamma, maka tentu saja mereka yang mempraktekkan ajaran Buddha dengan benar akan dengan sendirinya mengetahui segala aspek dari Dhamma, sesuai dengan kemampuan alami mereka, tanpa peduli apakah dicantumkan dalam Tipitaka atau tidak.

(Dikutip dari Biografi Spiritual Yang Mulia Acariya Mun Bhuridatta Thera karya Acariya Maha Boowa Nanasampanno)

Besok saya bilang "Buddha punya 13.5 tubuh" karena waktu saya meditasi didatangi Buddha dan diceritain macam2. Lalu dari Mahayana dan Theravada berbondong-bondong komplain ke saya, saya tinggal bilang, "Tripitaka dan Tipitaka kalian yang sempit itu, tidak memegang monopoli atas Dhamma". Gimana jadinya yah kira-kira? ;D

Aye percaya ma KAI  ^:)^  ^:)^...............

becanda...  :P

Aye pribadi berpegang pada Tipitaka dan sejauh yg aye tau sih, setelah anupadisesa nibbana dimana tanpa sisa dan bebas dari realita konvensional alias hanya ada Nama-Dhamma/Nibbana (spt yg ane pernah tulis disini (http://dhammacitta.org/forum/index.php/topic,8515.0.html)), that's it.......

Quote
Jadi kondisi nibbana akan dicapai pada saat seseorang terbebas dari kilesa

Dari sini akan muncul istilah saupadisesa nibbana yaitu padamnya kilesa secara total tapi pancakhanda masih ada
Dan Anupadisesa dimana padamnya kilesa secara total, dan padamnya pancakhanda

secara singkat, padamnya pancakhanda dapat diilustrasikan seperti ini:
Mahluk itu terdiri dari :
1. Nama khanda
2. Nama Dhamma
3. Rupa khanda
4. Rupa Dhamma

Pada Anupadisesa Nibbana hanya ada Nama Dhamma saja (Nama/batin secara kebenaran), sementara nama dan rupa khandanya musnah


cmiiw krn masih sedikit sekali yg aye pelajari  _/\_
Title: Re: Sambhogakaya dalam Tradisi Theravada
Post by: bond on 12 May 2009, 10:17:18 AM
Mending daripada bingung mana yg bener ttg tubuh Buddha praktek sebagai salah satu jalan untuk membuktikannya. Hal2 yg belum kita ketahui baru sebatas wacana cukup diketahui saja tapi jangan dipegang erat/sebatas panduan saja. Perhatikanlah hal2 yg khusus yg dimengerti terlebih dahulu yg menunjang kemajuan praktek saat kini hingga saat tiba waktunya kita  mendapat pemahaman yg lebih tinggi dari apa yg kita belum mengerti sekarang.

Adakah diantara kita yg mengetahui langsung nirmanakaya, dharmakaya dan sambogakhaya? daripada kita tidak tau lalu menyamakan atau berspekulasi.

Ada anagami yg mencapai kearahatan tidak dialam manusia tapi dialam dewa(lupa nama alamnya) nah artinya umur dialam dewa itu umurnya panjang , artinya saat mencapai arahat disana, dia masih hidup dialam dewa tsb. Kecuali umur disana habis dan parinibbana dialam sana. Mungkin ini bisa dijadikan bahan renungan. Dan mohon koreksinya, jika ada referensi tipitakanya akan lebih baik. Saya juga belum kesana sih.... ^-^
Title: Re: Sambhogakaya dalam Tradisi Theravada
Post by: K.K. on 12 May 2009, 10:20:19 AM
Besok saya bilang "Buddha punya 13.5 tubuh" karena waktu saya meditasi didatangi Buddha dan diceritain macam2. Lalu dari Mahayana dan Theravada berbondong-bondong komplain ke saya, saya tinggal bilang, "Tripitaka dan Tipitaka kalian yang sempit itu, tidak memegang monopoli atas Dhamma". Gimana jadinya yah kira-kira? ;D

Aye percaya ma KAI  ^:)^  ^:)^...............

becanda...  :P

 :))





Mending daripada bingung mana yg bener ttg tubuh Buddha praktek sebagai salah satu jalan untuk membuktikannya. Hal2 yg belum kita ketahui baru sebatas wacana cukup diketahui saja tapi jangan dipegang erat/sebatas panduan saja. Perhatikanlah hal2 yg khusus yg dimengerti terlebih dahulu yg menunjang kemajuan praktek saat kini hingga saat tiba waktunya kita  mendapat pemahaman yg lebih tinggi dari apa yg kita belum mengerti sekarang.

Adakah diantara kita yg mengetahui langsung nirmanakaya, dharmakaya dan sambogakhaya? daripada kita tidak tau lalu menyamakan atau berspekulasi.

Ada anagami yg mencapai kearahatan tidak dialam manusia tapi dialam dewa(lupa nama alamnya) nah artinya umur dialam dewa itu umurnya panjang , artinya saat mencapai arahat disana, dia masih hidup sebagai dewa. Kecuali umur disana habis dan parinibbana dialam sana. Mungkin ini bisa dijadikan bahan renungan.
Suddhavasa? Boleh juga tuh ;D

Sebetulnya memang pengetahuan "tubuh Buddha" ini tidak membawa seseorang pada perkembangan bathin lebih baik. Daripada tanya "di luar", lebih baik kita sendiri yang berusaha mencapainya. Pada saat itu, otomatis semua spekulasi berhenti.


Title: Re: Sambhogakaya dalam Tradisi Theravada
Post by: Kelana on 12 May 2009, 10:27:23 AM
Banyak kasus dimana suatu topik pembahasan dilatarbelakangi oleh sumber yang tidak jelas, ataupun penerjemahan yang salah, mungkin topik ini salah satunya. Karena dari apa yang saya baca dalam A Spiritual Biography. Acariya Mun Bhuridatta by  Acariya Maha Boowa Nanasampanno , saya tidak menemukan beberapa hal yang ditulis oleh Sdr. Gandalf, seperti sekelompok Buddha, diikuti oleh para pengikut Arahanta mengucapkan selamat, kemudian mengenai penjelasan Sang Buddha kepada Acariya Mun.

Mungkin saya yang tidak teliti, jadi tolong ada yang bisa mengkonfirmasikan lebih lanjut apakah benar-benar ada tulisan seperti itu dalam biografi Acariya Mun oleh Acaria Maha Booa, jika ada pada halaman berapa, bab berapa. o ya tambahan lagi, jika dalam bahasa indonesia, siapa penerjemahnya, penerbitnya

http://www.buddhanet.net/pdf_file/acariya-mun-bio.pdf
Title: Re: Sambhogakaya dalam Tradisi Theravada
Post by: Xan To on 12 May 2009, 11:40:56 AM
Makanya saya minta yang ahli kitab untuk klarifisapi  ::). Misalnya nih, Nimitta Buddha itu kayak apa...Sambhogakaya kayak apa begicu :P
Title: Re: Sambhogakaya dalam Tradisi Theravada
Post by: naviscope on 12 May 2009, 12:00:37 PM
^
^

bergincu? wakakaka....

jangan ah, mereka sensi bro
padahal kita cuma mo tanya kebeneran saja... nothing else...
Title: Re: Sambhogakaya dalam Tradisi Theravada
Post by: markosprawira on 12 May 2009, 12:11:38 PM
Makanya saya minta yang ahli kitab untuk klarifisapi  ::). Misalnya nih, Nimitta Buddha itu kayak apa...Sambhogakaya kayak apa begicu :P

Nimitta itu hanya bentukan dari kekuatan pikiran aja kok bro....... bahkan saat bermeditasi aja, muncul nimitta itu, ga aneh2.....

Samboghakaya itu khan udh dijelasin ama bro Gandlaf diatas :

Quote
Tubuh Cahaya Buddha

Tubuh Cahaya Buddha (Sambhogakaya) adalah cahaya penuh keindahan yang ada pada tubuh Buddha. Ini adalah aspek yang meliputi kebahagiaan semua Buddha dalam Kebenaran, kebahagiaan dalam mengajarkan Kebenaran, dan membawa yang lain merealisasikan Kebenaran. Karena semua Buddha telah praktek tak terhitung lamanya dan telah memperoleh kesempurnaan Kebijaksanaan dan Belas Kasih, masing-masing mempunyai Kedamaian, Kegembiraan, dan Kebahagiaan yang tak terkira, seperti yang dituangkan dalam Sambhogakaya. Para Buddha biasanya tidak nampak dalam tubuh ini karena kita tidak dapat "mencema" akibat keterbatasan pengertian kita. Malahan, para Buddha berwujud Nirnanakaya.

Sambhogakaya adalah 'tubuh rahmat' atau tubuh cahaya yang sering dinyatakan dengan perwujudan surgawi yang dapat dilihat oleh makhluk surga dan Bodhisattva.

Dengan bulan sebagai perumpamaan dari Buddha, maka Sambhogakaya itu seperti bulan purnama yang tidak terhalang awan, yang bersinar terang dalam cahaya totalnya.

Tapi itu adl versi non Theravada, dan sejauh yg saya tahu di theravada sih ga ada tuh.......

semoga bs memperjelas yah biar ga bergincu  :D
Title: Re: Sambhogakaya dalam Tradisi Theravada
Post by: markosprawira on 12 May 2009, 12:15:10 PM
^
^

bergincu? wakakaka....

jangan ah, mereka sensi bro

Mereka? siapa tuh?

padahal kita cuma mo tanya kebeneran saja... nothing else...

Kebenaran apa bro? mengenai Sambhogakaya?

Bro Gandalf diatas udah dengan jelas menyatakan :

Quote
Di dalam Theravada hanya dikenal 2 tubuh lainnya saja yaitu Manussabuddha (Nirmanakaya dalam Mahayana) dan Dhammakaya (Dharmakaya dalam Mahayana). Tradisi Theravada tidak mengenal adanya Sambhogakaya.

semoga bs memperjelas yah

metta  _/\_
Title: Re: Sambhogakaya dalam Tradisi Theravada
Post by: Kelana on 12 May 2009, 12:25:13 PM
Makanya saya minta yang ahli kitab untuk klarifisapi  ::). Misalnya nih, Nimitta Buddha itu kayak apa...Sambhogakaya kayak apa begicu :P

Klarifikasi pertama justru harus dari TS dan tulisannya terlebih dulu, ada atau tidak dalam biografi yang disebutkan TS. Tidak perlu jauh-jauh dulu tanya ahli kitab. Nah, sekarang coba Sdr. Xan Tao bantu kita-kita untuk memastikan ada tidak yang TS sampaikan di sini benar-benar ada di dalam biografi tersebut, jangan-jangan karangan TS sendiri,  siapa tahu
Title: Re: Sambhogakaya dalam Tradisi Theravada
Post by: marcedes on 12 May 2009, 03:30:34 PM
3.73. "Para bhikkhu, jasmani Sang Tathagata yang berdiri tegak dengan unsur-unsur yang menghubungkannya dengan jasmani akan menjadi hancur.79 Selama jasmani ini ada, para dewa dan manusia dapat melihatnya. Tetapi saat hancurnya jasmani dan habisnya umur kehidupan, para dewa dan manusia tidak akan melihatnya lagi. Para bhikkhu, bagaikan ketika tangkai serumpun mangga dipotong, maka semua mangga pada rumpun itu akan jatuh bersamanya, demikian pula jasmani Sang Tathagata dengan unsur-unsurnya yang menghubungknnya dengan penjelmaan telah terpotong. Selama jasmani ini ada, para dewa dan manusia dapat melihatnya. Tetapi saat hancurnya jasmani dan habisnya umur kehidupan, para dewa dan manusia tidak akan melihatnya lagi."

brahmajala sutta.

disatu sisi, mohon klarifikasi bagianmana luanta mahabowa itu menulis seperti di tanyakan saudara kelana.
dan juga seperti saudara Bond katakan yang tidak jauh beda dengan kata AjahnChah.
"mengapa bingung?, ketika kita telah mempratekkan nya langsung kita tidak akan banyak bertanya"

salam metta.
Title: Re: Sambhogakaya dalam Tradisi Theravada
Post by: sobat-dharma on 12 May 2009, 03:41:45 PM
Bro Gandalf,
Informasi yang sangat bermanfaat sekali :) :lotus:


Title: Re: Sambhogakaya dalam Tradisi Theravada
Post by: naviscope on 12 May 2009, 04:26:32 PM
^
^

bergincu? wakakaka....

jangan ah, mereka sensi bro

Mereka? siapa tuh?

padahal kita cuma mo tanya kebeneran saja... nothing else...

Kebenaran apa bro? mengenai Sambhogakaya?

Bro Gandalf diatas udah dengan jelas menyatakan :

Quote
Di dalam Theravada hanya dikenal 2 tubuh lainnya saja yaitu Manussabuddha (Nirmanakaya dalam Mahayana) dan Dhammakaya (Dharmakaya dalam Mahayana). Tradisi Theravada tidak mengenal adanya Sambhogakaya.

semoga bs memperjelas yah

metta  _/\_

oh ic, ic, now I understand... hehehe...
jd cuma 2 ya, tidak mengakui adanya yang ke tiga ya....

y ud, plus 1 ya... ;D
Title: Re: Sambhogakaya dalam Tradisi Theravada
Post by: markosprawira on 12 May 2009, 04:52:13 PM
oh ic, ic, now I understand... hehehe...
jd cuma 2 ya, tidak mengakui adanya yang ke tiga ya....

dear bro,

Bukan tidak mengakui, namun memang tidak disebutkan mengenai Sambhogakaya dalam Tipitaka Pali.....

Sekedar info :
Tipitaka Pali disusun oleh sekitar 10.000 bhikkhu, yg semuanya sudah mencapai Arahat
Pada waktu disusun, setiap akan dibukukan, isinya dibacakan kembali di hadapan "forum" Ariya sangha

Dan saya percaya pada hasil kesepakatan 10.000 Arahat itu (baca Tipitaka) karena sudah bnyk membuktikan sendiri "khasiatnya" (http://dhammacitta.org/forum/Smileys/ym/namaste.gif)

y ud, plus 1 ya... ;D


anumodana bro (http://dhammacitta.org/forum/Smileys/ym/namaste.gif)
Title: Re: Sambhogakaya dalam Tradisi Theravada
Post by: bond on 12 May 2009, 04:54:31 PM
Makanya saya minta yang ahli kitab untuk klarifisapi  ::). Misalnya nih, Nimitta Buddha itu kayak apa...Sambhogakaya kayak apa begicu :P

Klarifikasi pertama justru harus dari TS dan tulisannya terlebih dulu, ada atau tidak dalam biografi yang disebutkan TS. Tidak perlu jauh-jauh dulu tanya ahli kitab. Nah, sekarang coba Sdr. Xan Tao bantu kita-kita untuk memastikan ada tidak yang TS sampaikan di sini benar-benar ada di dalam biografi tersebut, jangan-jangan karangan TS sendiri,  siapa tahu

Setau saya juga pernah baca biografi Acharn Mun, beliau di gua Sarika hanya bertemu arahat. Arahat yg memberi tahu bahwa dia mencapai anagami dan cara menjadi arahat. Mengenai beliau bertemu  Buddha baru denger juga nih dan Buddha apa yg dimaksud?
 . Ditunggu referensi om Gandalf yg rincinya.   _/\_
Title: Re: Sambhogakaya dalam Tradisi Theravada
Post by: Kelana on 12 May 2009, 09:42:04 PM
Bro Gandalf,
Informasi yang sangat bermanfaat sekali :) :lotus:

Informasinya masih diragukan kok sudah dianggap bermanfaat...aneh.. :whistle:
Title: Re: Sambhogakaya dalam Tradisi Theravada
Post by: Xan To on 12 May 2009, 09:59:52 PM
3.73. "Para bhikkhu, jasmani Sang Tathagata yang berdiri tegak dengan unsur-unsur yang menghubungkannya dengan jasmani akan menjadi hancur.79 Selama jasmani ini ada, para dewa dan manusia dapat melihatnya. Tetapi saat hancurnya jasmani dan habisnya umur kehidupan, para dewa dan manusia tidak akan melihatnya lagi. Para bhikkhu, bagaikan ketika tangkai serumpun mangga dipotong, maka semua mangga pada rumpun itu akan jatuh bersamanya, demikian pula jasmani Sang Tathagata dengan unsur-unsurnya yang menghubungknnya dengan penjelmaan telah terpotong. Selama jasmani ini ada, para dewa dan manusia dapat melihatnya. Tetapi saat hancurnya jasmani dan habisnya umur kehidupan, para dewa dan manusia tidak akan melihatnya lagi."

brahmajala sutta.

Ehm kalo berdasarkan kutipan ayat diatas, kayaknya yang dimaksud adalah Tubuh Nirmanakaya-nya deh....kalo Tubuh Nirmanakaya ya emang gak mungkin lagi bisa dilihat oleh dewa/manusia....

Yang kedua, mungkin saja Tubuh Sambhogakaya memang ada, alasannya :
 1. Dulu pernah baca, katanya ketika Masa Dhamma berakhir...semua relik Sang Buddha akan berkumpul kembali membentuk tubuh Sang Buddha secara utuh [dan beberapa hari mengajarkan Dhamma namun tidak satupun manusia yang tahu] dan kemudian menghilang. Yang menjadi pertanyaan saya sih, kok bisa ya begitu, jika seandainya Sang Buddha telah mencapai anupadisesa-nibbana???

 2. Setahu saya jika ada orang yang memiliki kekuatan bathin untuk mengubah misalnya bawang menjadi batu, maka andaikata orang itu meninggal, bawang tersebut tetap saja jadi batu, betul?? nah mungkin gak yah sebelum Sang Buddha Parinibbana, Sang Buddha menciptakan sebuah Tubuh yaitu Sambhogakaya??? (Sepertinya kebanyakan baca komiknya naruto nih :hammer: )

Klarifikasi pertama justru harus dari TS dan tulisannya terlebih dulu, ada atau tidak dalam biografi yang disebutkan TS. Tidak perlu jauh-jauh dulu tanya ahli kitab. Nah, sekarang coba Sdr. Xan Tao bantu kita-kita untuk memastikan ada tidak yang TS sampaikan di sini benar-benar ada di dalam biografi tersebut, jangan-jangan karangan TS sendiri,  siapa tahu

Maksudnya saya baca artikelnya di Dawai itu???
Title: Re: Sambhogakaya dalam Tradisi Theravada
Post by: Kelana on 12 May 2009, 10:23:01 PM
Quote
Klarifikasi pertama justru harus dari TS dan tulisannya terlebih dulu, ada atau tidak dalam biografi yang disebutkan TS. Tidak perlu jauh-jauh dulu tanya ahli kitab. Nah, sekarang coba Sdr. Xan Tao bantu kita-kita untuk memastikan ada tidak yang TS sampaikan di sini benar-benar ada di dalam biografi tersebut, jangan-jangan karangan TS sendiri,  siapa tahu

Maksudnya saya baca artikelnya di Dawai itu???

Begini Sdr. Xan Tao,
Sdr. Gandalf menyampaikan sesuatu yang katanya bersumber dari sebuah biografi yang berjudul: A Spiritual Biography Acariya Mun Bhuridatta by  Acariya Maha Boowa Nanasampanno, tapi saya belum menemukan secara tepat apa yang telah sdr. Gandalf sampaikan tersebut. Mungkin saja saya yang tidak teliti. Nah jadi saya meminta rekan yang lain, termasuk anda untuk membaca lagi biografi tersebut, apakah memang ada yang disampaikan oleh Sdr. Gandalf , atau justru tidak ada. Begitu.

Saya sendiri sudah membaca yang di Dawai tapi itu bukanlah biografi yang lengkap dan saya tidak menemukannya, tapi siapa tahu anda menemukannya. Tapi lebih meyakinkan jika kita juga membaca biografinya yang lengkap. Begitu.
Title: Re: Sambhogakaya dalam Tradisi Theravada
Post by: Sunkmanitu Tanka Ob'waci on 12 May 2009, 11:06:37 PM
Di biografi Ajahn Mun yang ditulis muridnya Ajahn Maha Boowa memang ada didatangi para Arahat dan Buddha.

Tapi biografi itu penuh kontroversi, muridnya Ajahn Mun yang lain bilang "guru saya tidak mengatakan demikian". Sama kontroversinya dengan pernyataan Ajahn Maha Boowa yang mengatakan Sang Buddha menangis dan pernyataan dirinya Ajahn Maha Boowa adalah Arahat.
Title: Re: Sambhogakaya dalam Tradisi Theravada
Post by: Indra on 12 May 2009, 11:13:50 PM
These days, one comes across some meditation teachers who claim to be
Noble Ones, even Arahants. I know of at least three who have made such
claims. I recently received the first chapter of a book by a Sri
Lankan Bhikkhunī who boldly claimed:

"In terms of a lay person I am poor. But in terms of supra-mundane
life, I have the wealth of an Ariya Person. In terms of the mundane
world, I am a solitary person who does not have a big group of
followers. In terms of the media, I am silent. The only persons who
are with me are the Ariya Persons."

Such claims should set alarm bells ringing.

The Buddha openly declared his special status as a Noble One, a Fully
Enlightened Buddha attained to the highest knowledge. Usually,
whenever his disciples gained the final goal of Arahantship they came
to pay respects to the Buddha to gain confirmation from the Buddha
because they knew that it was possible to be deluded about such
attainments. It is called "atimāna" in Pāli -- excessive conceit or
over-estimation. Nowadays, who has those special powers to read
another's mind to confirm their spiritual attainments? How could the
bhikkhunī claim, "The only persons with me are the Ariya Persons"? At
best, she is only going by what they themselves have told her. All of
them could be suffering from Atimāna, herself included.

There is also a Vinaya rule prohibiting the declaration of higher
knowledge to those who are not ordained, so publishing such details in
a book obviously contravenes the Vinaya rule even if the statement is
true. A lay person could make such a statement, but not an ordained
person.

There is considerable controversy regarding the Biography of Acariya
Mun (3.3 Mbyte self-extracting archive) by Ajahn Mahāboowa, in which
Ajahn Mun apparently claims Arahantship. Inspiring though such
accounts might be to some, I find that it leaves me rather flat. It
does more to arouse doubts about the teacher than to confirm
confidence in the method.

Whether or not one's teacher has attained nibbāna, or whether or not
this or that person has attained nibbāna, does it really make any
difference to our own practice? Surely what matters is to follow the
correct method. If our teacher is suffering from atimāna might they
not mislead us to the same conceit? A good meditation teacher would
never make any such declaration. The late Mahāsī Sayādaw did not to my
knowledge, though he was widely regarded as an Arahant by his Burmese
devotees. Through observing his behaviour, and by reading his books, I
am confident that he had some high attainments, but that is only
through logical inference or confidence based on knowledge. There is
no way to be sure. Those who say, "My teacher is definitely an
Arahant" are merely expressing their devotion unless they possess
higher knowledge themselves. Even being an Arahant oneself would not
be sufficient, one would need special psychic powers too.

The following story from the texts beautifully illustrates the
behaviour of the Noble Ones:


A certain monk was living in dependence on an Arahant. Living in
dependence meant that he shared the same room as his teacher, did all
the duties for him, and carried his almsbowl for him while walking
behind for alms. One day, while walking for alms, the pupil asked,
"Venerable sir, how can one know whether another person is an
Arahant?"

The Arahant replied, "It is not easy, friend, to know if another
person is an Arahant. Even if one lived in dependence on an Arahant,
did all the duties for him, and carried his almsbowl while walking
behind him for alms, one might not know that his teacher was an
Arahant."

Even when given such a broad hint as this, the pupil did not realise
that his teacher was an Arahant.

Title: Re: Sambhogakaya dalam Tradisi Theravada
Post by: marcedes on 13 May 2009, 12:27:12 AM
Di biografi Ajahn Mun yang ditulis muridnya Ajahn Maha Boowa memang ada didatangi para Arahat dan Buddha.

Tapi biografi itu penuh kontroversi, muridnya Ajahn Mun yang lain bilang "guru saya tidak mengatakan demikian". Sama kontroversinya dengan pernyataan Ajahn Maha Boowa yang mengatakan Sang Buddha menangis dan pernyataan dirinya Ajahn Maha Boowa adalah Arahat.
menurut beberapa info,

jika seseorang menyatakan dirinya arahat, dan memang beliau arahat.......itu sangat dinilai berani,
karena jika orang itu berbohong, umur nya bisa pendek....disebabkan banyaknya orang yang mencoba kesucian beliau....
yah mirip istilah nya di tes....dengan kemampuan gaib.
apalagi negara seperti thailand, dimana bikkhu nya saja penuh tatoo mantra.
dan nyata-nya Luanta mahaBoowa itu baik-baik saja sampai sekarang, bahkan raja thai berani memberikan kunjungan khusus......

jika anda adalah Raja Thailand,sebelum anda pergi mengunjungi seorang bikkhu secara khusus, pasti anda bertanya dulu ke penasehat spritual....apakah Luanta Mahaboowa itu?
dalam hal ini kemungkinan besar, sebelum raja Thai berkunjung, mungkin sudah bertanya kepada Sangharaja Thai


memang kebenarannya sendiri adalah dmana anda harus membuktikan sendiri.

salam metta.
Title: Re: Sambhogakaya dalam Tradisi Theravada
Post by: Kelana on 13 May 2009, 07:28:23 AM
Di biografi Ajahn Mun yang ditulis muridnya Ajahn Maha Boowa memang ada didatangi para Arahat dan Buddha.

Bisakah anda sebutkan di halaman berapa, bab apa, versi terjemahan apa??
Title: Re: Sambhogakaya dalam Tradisi Theravada
Post by: bond on 13 May 2009, 09:41:40 AM
Di biografi Ajahn Mun yang ditulis muridnya Ajahn Maha Boowa memang ada didatangi para Arahat dan Buddha.

Tapi biografi itu penuh kontroversi, muridnya Ajahn Mun yang lain bilang "guru saya tidak mengatakan demikian". Sama kontroversinya dengan pernyataan Ajahn Maha Boowa yang mengatakan Sang Buddha menangis dan pernyataan dirinya Ajahn Maha Boowa adalah Arahat.
menurut beberapa info,

jika seseorang menyatakan dirinya arahat, dan memang beliau arahat.......itu sangat dinilai berani,
karena jika orang itu berbohong, umur nya bisa pendek....disebabkan banyaknya orang yang mencoba kesucian beliau....
yah mirip istilah nya di tes....dengan kemampuan gaib.
apalagi negara seperti thailand, dimana bikkhu nya saja penuh tatoo mantra.
dan nyata-nya Luanta mahaBoowa itu baik-baik saja sampai sekarang, bahkan raja thai berani memberikan kunjungan khusus......

jika anda adalah Raja Thailand,sebelum anda pergi mengunjungi seorang bikkhu secara khusus, pasti anda bertanya dulu ke penasehat spritual....apakah Luanta Mahaboowa itu?
dalam hal ini kemungkinan besar, sebelum raja Thai berkunjung, mungkin sudah bertanya kepada Sangharaja Thai


memang kebenarannya sendiri adalah dmana anda harus membuktikan sendiri.

salam metta.

Luanpu Mahaboowa umurnya kira2 sekarang 94 atau 95 tahun , panjang umur he...he
Title: Re: Sambhogakaya dalam Tradisi Theravada
Post by: Sunkmanitu Tanka Ob'waci on 13 May 2009, 09:58:17 AM
Bisakah anda sebutkan di halaman berapa, bab apa, versi terjemahan apa??

Saya ingat masalah ini karena pernah menjadi kontroversi di berbagai media Buddhis Internasional, dan setelah saya membaca bukunya memang ada bimbingan dari para Arahat. Nanti hari senen mungkin saya kabarin, saya harus cek lagi kalau mau sedetil itu.
Title: Re: Sambhogakaya dalam Tradisi Theravada
Post by: purnama on 13 May 2009, 09:59:57 AM
Bro Gandalf,
Informasi yang sangat bermanfaat sekali :) :lotus:

Informasinya masih diragukan kok sudah dianggap bermanfaat...aneh.. :whistle:

si gandalf itu ahlinya Vajrayana, kalo bicara sambhogakaya dalam aliran mahayana ngak harus seratus persen sama dengan gandalf. Kalo dari kacamata Vajra masih masuk tulisan dia, belum tentu mahayana, lain konsep
Title: Re: Sambhogakaya dalam Tradisi Theravada
Post by: bond on 13 May 2009, 10:18:03 AM
Bro Gandalf,
Informasi yang sangat bermanfaat sekali :) :lotus:

Informasinya masih diragukan kok sudah dianggap bermanfaat...aneh.. :whistle:

si gandalf itu ahlinya Vajrayana, kalo bicara sambhogakaya dalam aliran mahayana ngak harus seratus persen sama dengan gandalf. Kalo dari kacamata Vajra masih masuk tulisan dia, belum tentu mahayana, lain konsep

Bukannya vajrayana bagian dari mahayana cmiiw. Bedanya dimana om pur ?, bisa dijelaskan perbedaan sambhogakayanya vajra dan mahayana?
Title: Re: Sambhogakaya dalam Tradisi Theravada
Post by: naviscope on 13 May 2009, 10:20:12 AM
^
^
vajrayana itu turunan dari mahayana

vajrayana, mengambil patokan dari sutra maha vairochana (Ta Re Rulai ching)

dimana sutra maha vairochana merupakan salah satu sutra di mahayana

CMIIW,

navis
Title: Re: Sambhogakaya dalam Tradisi Theravada
Post by: Kelana on 13 May 2009, 10:28:11 AM
Bisakah anda sebutkan di halaman berapa, bab apa, versi terjemahan apa??

Saya ingat masalah ini karena pernah menjadi kontroversi di berbagai media Buddhis Internasional, dan setelah saya membaca bukunya memang ada bimbingan dari para Arahat. Nanti hari senen mungkin saya kabarin, saya harus cek lagi kalau mau sedetil itu.

Ok,
soalnya penasaran nih
Thank you ya.
Title: Re: Sambhogakaya dalam Tradisi Theravada
Post by: K.K. on 13 May 2009, 11:39:26 AM
Ehm kalo berdasarkan kutipan ayat diatas, kayaknya yang dimaksud adalah Tubuh Nirmanakaya-nya deh....kalo Tubuh Nirmanakaya ya emang gak mungkin lagi bisa dilihat oleh dewa/manusia....

Yang kedua, mungkin saja Tubuh Sambhogakaya memang ada, alasannya :
 1. Dulu pernah baca, katanya ketika Masa Dhamma berakhir...semua relik Sang Buddha akan berkumpul kembali membentuk tubuh Sang Buddha secara utuh [dan beberapa hari mengajarkan Dhamma namun tidak satupun manusia yang tahu] dan kemudian menghilang. Yang menjadi pertanyaan saya sih, kok bisa ya begitu, jika seandainya Sang Buddha telah mencapai anupadisesa-nibbana???
Ini sumbernya dari mana? Bacaan Theravada atau lainnya?
Menurut saya sih, seandainya pun benar relik-relik itu berkumpul dan muncul Buddha (mungkin seperti kisah Dragon Ball), Buddha tidak akan mengajar jika tidak ada mahluk yang bisa mengambil manfaat dari ajaran Buddha.

Di samping itu, Buddha tidak pernah cerita relik-relik Buddha sebelumnya bisa berkumpul dan invoke/summon Buddha tersebut. Yang ada, Buddha selalu menceritakan kejayaan Buddha masa lampau, dan menceritakan menurun dan "hancurnya" Sangha Buddha yang jaya tersebut di kemudian hari, sehingga membuat para murid selalu menyadari hukum perubahan.

Title: Re: Sambhogakaya dalam Tradisi Theravada
Post by: Xan To on 13 May 2009, 03:01:32 PM
 [at] Kainyn_Kutho

Baca bukunya di Vihara....nanti saya lihat lagi itu buku berdasarkan aliran apa...kalo berdasarkan ingatan saya sih dari theravada...cuma yang nulis bukan seorang Bhante...cuma umat biasa...
Title: Re: Sambhogakaya dalam Tradisi Theravada
Post by: K.K. on 13 May 2009, 03:05:19 PM
[at] Kainyn_Kutho

Baca bukunya di Vihara....nanti saya lihat lagi itu buku berdasarkan aliran apa...kalo berdasarkan ingatan saya sih dari theravada...cuma yang nulis bukan seorang Bhante...cuma umat biasa...

OK, tolong dilihatin, thanx.
Kadang buku-buku Buddhist juga sering ditulis secara umum saja, jadi isinya tidak menurut tradisi tertentu. Bisa saja topik satu mengambil referensi kitab Pali, dan topik berikutnya dari kitab Sanskrit. Jadi kalo bisa, dilihat juga referensi penulisannya dari mana saja.

Title: Re: Sambhogakaya dalam Tradisi Theravada
Post by: sobat-dharma on 13 May 2009, 03:13:59 PM

Informasinya masih diragukan kok sudah dianggap bermanfaat...aneh.. :whistle:

:) saya bilang "informasi" yang bermanfaat, bukan "kebenaran" bermanfaat. Justru ada informasi, maka harus ada penggalian :) Disebut bermanfaat karena informasi ini memang menarik untuk dipelajari
Title: Re: Sambhogakaya dalam Tradisi Theravada
Post by: Xan To on 13 May 2009, 03:17:10 PM

Informasinya masih diragukan kok sudah dianggap bermanfaat...aneh.. :whistle:

:) saya bilang "informasi" yang bermanfaat, bukan "kebenaran" bermanfaat. Justru ada informasi, maka harus ada penggalian :) Disebut bermanfaat karena informasi ini memang menarik untuk dipelajari

:))
Title: Re: Sambhogakaya dalam Tradisi Theravada
Post by: sobat-dharma on 13 May 2009, 04:38:29 PM
Info:

saya sudah cek kutipan yang dimaksud. Ternyata memang ada di dalam Biografi Ajahn Mun karya Acahn Maha Boowa. Bukunya dalam Bahasa Inggris bisa didownload di:

http://www.buddhanet.net/pdf_file/acariya-mun-bio.pdf

Lihat ke Bab yang berjudul "Early Years" pada sub-bab yang berjudul "Savaka Arahant", hal. 41.

Meskipun demikian saya belum tahu secara pasti isinya, semirip apa dengan terjemahannya, karena saya hanya membacanya sepintas.
Title: Re: Sambhogakaya dalam Tradisi Theravada
Post by: sobat-dharma on 13 May 2009, 04:40:42 PM

:))

Tertawa memang bikin sehat
Title: Re: Sambhogakaya dalam Tradisi Theravada
Post by: purnama on 13 May 2009, 04:49:53 PM
Ehm kalo berdasarkan kutipan ayat diatas, kayaknya yang dimaksud adalah Tubuh Nirmanakaya-nya deh....kalo Tubuh Nirmanakaya ya emang gak mungkin lagi bisa dilihat oleh dewa/manusia....

Yang kedua, mungkin saja Tubuh Sambhogakaya memang ada, alasannya :
 1. Dulu pernah baca, katanya ketika Masa Dhamma berakhir...semua relik Sang Buddha akan berkumpul kembali membentuk tubuh Sang Buddha secara utuh [dan beberapa hari mengajarkan Dhamma namun tidak satupun manusia yang tahu] dan kemudian menghilang. Yang menjadi pertanyaan saya sih, kok bisa ya begitu, jika seandainya Sang Buddha telah mencapai anupadisesa-nibbana???
Ini sumbernya dari mana? Bacaan Theravada atau lainnya?
Menurut saya sih, seandainya pun benar relik-relik itu berkumpul dan muncul Buddha (mungkin seperti kisah Dragon Ball), Buddha tidak akan mengajar jika tidak ada mahluk yang bisa mengambil manfaat dari ajaran Buddha.

Di samping itu, Buddha tidak pernah cerita relik-relik Buddha sebelumnya bisa berkumpul dan invoke/summon Buddha tersebut. Yang ada, Buddha selalu menceritakan kejayaan Buddha masa lampau, dan menceritakan menurun dan "hancurnya" Sangha Buddha yang jaya tersebut di kemudian hari, sehingga membuat para murid selalu menyadari hukum perubahan.



Doktrin tentang Trikaya

Buddha itu pada mazhab Mahayana bukan lagi sekedar gelaran bagi Siddharta
Gautama tetapi telah berobah menjadi suatu pengertian yang lebih dalam dan
mempunyai Wujud tersendiri, la memiliki tiga jenis perwujudan yang disebut
Trikaya, yaitu :

1. Dharmakaya, yaitu Wujud Zat Tunggal.
2. Sam boghakaya, yaitu Wujud Welas Asih.
3. Nirmana kaya, yaitu Wujud Perobahan Ajaib.

Wujud terakhir itulah yang pernah hidup di muka bumi,menjelma dalam bentuk
Siddharta Gautama, merupakan penjelmaan dari Wuiud Welas Asih. Tahadinya
Wujud Welas Asih itu merupakan Bodhisatva, yang merupakan pancaran dari
Wujud Zat Tunggal.

Wujud Zat Tunggal itulah yang disebut Buddha, seperti halnya dengan Brahman
dalarn agarna Hindu, yang menciptakan alam semesta dan meresapi seluruh
alam. Wujud Zat Tunggal itulah Jiwa-Alam (World-Soul). Dengan perkembangan
penapsiran serupa itu, terhadap pengertian Buddha itu, tampak pengaruh
ajaran Upanishads.

Mazhab Mahayana itu mempercayai jumlah Zat Welas Asih (Sambhogakaya) yang
tiaaa terkira banyaknya, menjema dalam bentuk Bodhisat'as. Mereka itu
pancaran Wujud Zat Tunggal, yaitu Buddha, yang meresapi seluruh alam. Oleh
karena Dharmakaya (Wujud Zat Tunggal) itu meresapi seluruh alam maka setiap
orang yang telah mencapai watak-Buddha (Buddhahood) itu, setelah meninggal
dunia, menolak untuk langsung masuk ke dalam Paranirvana. Mereka itu menjadi
Zat Welas Asih dan menje1rna dalam bentuk Bodhisatvas.

Bodhisatvas yang akan menjebna kembali pada masa depan sebagai
Manushi-Buddha, untuk membebaskan manusia dari Dukkha, masih berdiam
sekarang ini pada alam-samawi yang disebut Tushita.

Satu dari Bodhisatvas yang beroleh kedudukan penting kekuasaan besar, karena
menguasai Sukhavati, dipanggil Amithaba. Nama itu bennakna : Terang Tiada
Terbatas.

Di antara badan fisik Anda sendiri,
Temukanlah Diri Sejati
Yang memiliki Trikaya (Tiga Badan Buddha).

Apakah itu Dharmakaya murni ?
Hakekat Diri kita adalah murni adanya,
sehingga semua dharma berada dalam Hakekat Diri.
seperti langit tinggi yang selalu jernih,
dengan matahari dan bulan yang selalu cerah di dalamnya.

Jika dengan menghilangkan kebodohan batin dan khayalan,
maka batin dan penampakan luar kita akan menjadi jernih secara tembus
pandang,
di antara Hakekat Diri kita,
Sepuluh ribu Dharma akan muncul bersama.
Ini dinamakan Dharmakaya murni.

Apakah itu Nirmanakaya yang tak terbatas?
Ketika tidak terdapat pikiran, Hakekat Diri adalah kosong dan tetap,
ketika muncul pikiran, pikiran tersebut menjelma menjadi Hakekat Diri.
Perwujudan dari Hakekat Diri sangatlah banyak,
tetapi manusia yang bodoh tidak menyadarinya.
Jika terdapat satu pikiran spontan yang positif adanya,
kebijaksanaan akan bangkit,
Inilah yang dinamakan Nirmanakaya dari Hakekat Diri.

Apakah itu Sambhogakaya yang sempurna?
Jangan memikirkan tentang masa lalu,
selalu memikirkan masa depan,
menjadikan pikiran masa depan selalu positif,
Inilah yang dinamakan Sambhogakaya.
Ketiga Perwujudan (Badan) Buddha tersebut
muncul dari Hakekat Diri,
dan tidak dapat diperoleh dari luar.

Ketika pikiran sendiri berlindung di dalam Hakekat Diri kita,
maka hal tersebut adalah berlindung di dalam Buddha Sejati

Jika mereka mengatakan bahwa mereka berlindung di dalam Buddha,
Di manakah adanya Buddha?
Jika seseorang tidak berlindung di dalam Hakekat Dirinya,
tiada tempat lagi untuk bergantung.

Pisahkan diri Anda dari pencerahan maupun dari khayalan,
maka biarkan Prajna (Kebijaksanaan) selalu bangkit.
Hilangkan kebenaran maupun kepalsuan,
dan seketika bertemu Buddha Sejati.

Jika seseorang melekat pada kondisi, maka akan muncul kelahiran dan
kemusnahan,
seperti gelombang di atas air.
Jika seseorang terpisah dari kondisi, maka tiada kelahiran ataupun
kemusnahan,
seperti air yang selalu mengalir bersama.

Manusia biasa adalah Buddha,
Kekotoran batin (klesa) adalah Bodhi (pencerahan).
Apabila pikiran masa lalu tercemarkan, itulah seorang manusia biasa,
Apabila pikiran masa depan tercerahkan, itulah seorang Buddha.
Apabila pikiran masa lalu melekat pada kondisi, itulah kekotoran
batin (klesa),
Apabila pikiran masa depan terpisahkan dari kondisi, itulah Bodhi.

Maha Prajna Paramita (Kebijaksanaan Agung untuk mencapai Pantai
Seberang) adalah…
Yang Termulia, Yang Tertinggi, dan Yang Terbaik,
dimana, tiada-menetap, tiada-pergi, ataupun tiada-datang,
seluruh Buddha masa lalu, sekarang, dan yang akan datang berasal
darinya,
dan mengubah tiga racun dunia (keinginan rendah, kebencian, kebodohan
batin) ke dalam Sila, Samadhi dan Prajna.

Gunakan Hakekat Tathata (Kebenaran Sejati) Anda sendiri,
dengan merenungkannya secara penuh kebijaksanaan,
dan ketika di antara semua Dharma,
pada saat bukan menggenggam ataupun menolak,
maka ini dapatlah dikatakan telah menemukan Hakekat Sejati, dan
mencapai Kebuddhaan.
Hakekat Sejati dalam dirinya sendiri memiliki,
Kebijaksanaan yang munculnya dari Prajna.

Sederhanakan dalam pikiran Anda sendiri,
jadikan Hakekat Sejati Anda sendiri,
dan selalu munculkan pandangan-pandangan benar (positif).

Tidak menetap baik di dalam maupun di luar,
bebas untuk datang dan pergi,
maka Anda harus menanggalkan kelekatan pikiran
dan menembus secara keseluruhan tanpa halangan.

Jika tidak tercerahkan,
seorang Buddha adalah suatu makhluk (Sattwa),
jika pikiran seketika adalah tercerahkan,
suatu makhluk adalah seorang Buddha

Seluruh Buddha dari masa lalu, sekarang, dan yang akan datang,
dan Sutra Dua Belas Bagian
terdapat di dalam sifat Sejati Manusia,
yang telah dimilikinya sejak dari awal.

Berpijak pada dasar Hakekat Diri,
merenungkan dengan cara Kebijaksanaan,
sehingga batin dan tampak luar Anda menjadi cerah seluruhnya,
dan Anda akan mengenali sifat sejati pikiran Anda sendiri.

Jika Anda menemukan seluruh Dharma,
tetapi pikiran Anda tidak ternodai ataupun melekat pada Dharma,
sehingga inilah yang dinamakan tiada-pikiran.

Jika Hakekat Diri Anda terjaga secara murni,
maka apabila berada di antara Enam Debu (Enam Obyek Indera),
pikiran Anda tidak akan terpisah ataupun ternodai,
bebas datang dan pergi,
sehingga inilah yang dinamakan berbuat tanpa-pikiran.

Hakekat Diri memiliki pahala,
untuk bertemu Buddha Sejati di dalam batin,
dan di luar memiliki rasa hormat kepada lainnya,
tiada terpisah dari Hakekat Diri adalah merupakan suatu pencapaian,
berbuat tanpa-pikiran dan secara spontan adalah suatu kebajikan.
Mengolah sifat Sejati Diri adalah merupakan suatu pencapaian,
mengolah diri sendiri adalah merupakan suatu kebajikan,
pahala diciptakan dari pikiran sendiri,
berkah berbeda dari pahala.

semoga bermanfaat _/\_
Title: Re: Sambhogakaya dalam Tradisi Theravada
Post by: purnama on 13 May 2009, 04:53:29 PM
^
^
^
^
jangan berantem yah karena naruhnya mungkin salah, tapi saya menjelaskan samboghaya dari pemikiran konsep mazhab mahayana. Belum tentu sama dengan pemikiran konsep Vajrayana. Saya kurang ahi soal vajra soalnya buku sulit dicari ;D. Sebaiknya bro sobat dharma sebelum menyimpulkan tulisan gandalf cross cek dulu dengan lainnya. Dia sih berbakat dalam bidang Vajra yana, cuman kelemahannya kadang terlalu sombong, sayang kalau dia mau sedikit rendah hati. Dia sebenarnya orang cukup punya kompenten bagus dalam mempelajari dhamma.
Title: Re: Sambhogakaya dalam Tradisi Theravada
Post by: sobat-dharma on 13 May 2009, 05:01:37 PM
Pendapat spekulatif:

Sangha = sila = nirmanakaya
Dharma = samadhi = dharmakaya
Buddha = prajna = sambhogakaya
Title: Re: Sambhogakaya dalam Tradisi Theravada
Post by: purnama on 13 May 2009, 05:07:09 PM
Pendapat spekulatif:

Sangha = sila = nirmanakaya
Dharma = samadhi = dharmakaya
Buddha = prajna = sambhogakaya

Bisa jadi, silakan yang ini sambhokaya versi teravada, yang bisa bahas yang ngerti abidharma mazab Teravada ;D

Title: Re: Sambhogakaya dalam Tradisi Theravada
Post by: Sunkmanitu Tanka Ob'waci on 13 May 2009, 05:13:58 PM
Saya pernah posting, ada dalam kitab komentar yang kurang dikenal bahwa tiga tubuh itu merujuk kepada Sang Buddha, Bhagava, Arahang, Sammasambuddha.

Silahkan cari posting saya.
Title: Re: Sambhogakaya dalam Tradisi Theravada
Post by: K.K. on 13 May 2009, 05:21:01 PM
Sebenernya judulnya ini "Sambhogakaya dalam Tradisi Theravada" atau "Sambhogakaya dalam Tradisi Vajrayana" yah??
Title: Re: Sambhogakaya dalam Tradisi Theravada
Post by: bond on 13 May 2009, 07:11:39 PM
Banyak kasus dimana suatu topik pembahasan dilatarbelakangi oleh sumber yang tidak jelas, ataupun penerjemahan yang salah, mungkin topik ini salah satunya. Karena dari apa yang saya baca dalam A Spiritual Biography. Acariya Mun Bhuridatta by  Acariya Maha Boowa Nanasampanno , saya tidak menemukan beberapa hal yang ditulis oleh Sdr. Gandalf, seperti sekelompok Buddha, diikuti oleh para pengikut Arahanta mengucapkan selamat, kemudian mengenai penjelasan Sang Buddha kepada Acariya Mun.

Mungkin saya yang tidak teliti, jadi tolong ada yang bisa mengkonfirmasikan lebih lanjut apakah benar-benar ada tulisan seperti itu dalam biografi Acariya Mun oleh Acaria Maha Booa, jika ada pada halaman berapa, bab berapa. o ya tambahan lagi, jika dalam bahasa indonesia, siapa penerjemahnya, penerbitnya

http://www.buddhanet.net/pdf_file/acariya-mun-bio.pdf


Ini info utk Bro kelana dan lainnya ttg tulisan bro Gandalf.

http://www.buddhanet.net/pdf_file/acariya-mun-bio.pdf    ----- mulai hal 245 -254 , The Most Exalted Appreciation.

Title: Re: Sambhogakaya dalam Tradisi Theravada
Post by: fabian c on 13 May 2009, 07:22:56 PM
Teman-teman yang baik,

Seorang Buddhis belum tentu pandangannya Buddhistic. entah itu umat awam, bhikkhu, bhikkhuni. Bila ingin tahu pandangan benar suatu agama pelajarilah kitab sucinya dan kitab suci adalah otoritas tertinggi dalam agama.

Kontroversi yang timbul, tentu bisa kita telusuri dan kita bandingkan dengan kitab suci bila bertentangan maka kitab suci yang harus kita anggap lebih tepat.

Saya rasa Luangta  Maha Boowa mungkin telah lupa, bagaimana persisnya penuturan Acharn Mun, mungkin pada waktu penuturan tidak dicatat...

Di Thailand sendiri ada kelompok yang kontroversial (sekte Dharmakaya), yang pandangannya ada yang berbeda dengan Tipitaka.


sukhi hotu
Title: Re: Sambhogakaya dalam Tradisi Theravada
Post by: purnama on 14 May 2009, 09:15:35 AM
Sebenernya judulnya ini "Sambhogakaya dalam Tradisi Theravada" atau "Sambhogakaya dalam Tradisi Vajrayana" yah??

Dari judul kan jelas bos pembahasan dari versi teravada, justru menurut pandangan saya, wajar kita baca dari segi pemikiran praktisi teravada. Namanya juga diskusi. tukar pikiran ;D
Title: Re: Sambhogakaya dalam Tradisi Theravada
Post by: K.K. on 14 May 2009, 09:27:43 AM
Sebenernya judulnya ini "Sambhogakaya dalam Tradisi Theravada" atau "Sambhogakaya dalam Tradisi Vajrayana" yah??

Dari judul kan jelas bos pembahasan dari versi teravada, justru menurut pandangan saya, wajar kita baca dari segi pemikiran praktisi teravada. Namanya juga diskusi. tukar pikiran ;D

Lalu kok postingnya malahan dari sisi Mahayana? Segi pemikiran praktisi Theravada-nya, ada di mana?
Title: Re: Sambhogakaya dalam Tradisi Theravada
Post by: sobat-dharma on 14 May 2009, 12:06:48 PM
Teman-teman yang baik,

Seorang Buddhis belum tentu pandangannya Buddhistic.

Saya rasa pandangannya cukup Buddhistic. Bahkan saya belum melihat adanya ketidaksesuaian dengan sutta pali. Mungkin lebih tepat dikatakan tidak sesuai dengan asumsi umat Theravada umumnya,karena apa yang disebut sebagai Buddhism itu luas dan Mahayana tentu termasuk di dalamnya.
Title: Re: Sambhogakaya dalam Tradisi Theravada
Post by: Kelana on 14 May 2009, 01:18:37 PM

:) saya bilang "informasi" yang bermanfaat, bukan "kebenaran" bermanfaat. Justru ada informasi, maka harus ada penggalian :) Disebut bermanfaat karena informasi ini memang menarik untuk dipelajari

 ^-^ Jadi yang dimaksud bermanfaat itu adalah hal yang baru menarik untuk dipelajari ya..???  :-? baru tahu saya   ^-^
Kalau saya, karena belum tahu benar atau salah informasi tersebut saya akan mengatakan "informasi yang menarik" , sudah cukup ^-^
ya sudahlah whatever ^-^
Title: Re: Sambhogakaya dalam Tradisi Theravada
Post by: Kelana on 14 May 2009, 01:20:41 PM
Info:

saya sudah cek kutipan yang dimaksud. Ternyata memang ada di dalam Biografi Ajahn Mun karya Acahn Maha Boowa. Bukunya dalam Bahasa Inggris bisa didownload di:

http://www.buddhanet.net/pdf_file/acariya-mun-bio.pdf

Lihat ke Bab yang berjudul "Early Years" pada sub-bab yang berjudul "Savaka Arahant", hal. 41.

Meskipun demikian saya belum tahu secara pasti isinya, semirip apa dengan terjemahannya, karena saya hanya membacanya sepintas.

Ok thank you, saya juga membaca hal yang sama. Kita tunggu yang lainnya membaca.
Title: Re: Sambhogakaya dalam Tradisi Theravada
Post by: Sunkmanitu Tanka Ob'waci on 14 May 2009, 01:22:42 PM
nah itu dia bukunya, cuma edisi cetaknya lagi gak ada di tangan. secara sabtu minggu baru bisa liat.
Title: Re: Sambhogakaya dalam Tradisi Theravada
Post by: sobat-dharma on 14 May 2009, 01:36:02 PM
^-^ Jadi yang dimaksud bermanfaat itu adalah hal yang baru menarik untuk dipelajari ya..???  :-? baru tahu saya   ^-^
Kalau saya, karena belum tahu benar atau salah informasi tersebut saya akan mengatakan "informasi yang menarik" , sudah cukup ^-^
ya sudahlah whatever ^-^


Okey, trimakasih atas koreksinya :)
Title: Re: Sambhogakaya dalam Tradisi Theravada
Post by: fabian c on 14 May 2009, 05:30:45 PM
Teman-teman yang baik,

Seorang Buddhis belum tentu pandangannya Buddhistic.

Saya rasa pandangannya cukup Buddhistic. Bahkan saya belum melihat adanya ketidaksesuaian dengan sutta pali. Mungkin lebih tepat dikatakan tidak sesuai dengan asumsi umat Theravada umumnya,karena apa yang disebut sebagai Buddhism itu luas dan Mahayana tentu termasuk di dalamnya.

Saudara Sobat dharma yang baik,

Saya belum pernah baca mengenai seorang Buddha bisa muncul kembali ke dunia (dalam wujud seorang Buddha), walaupun telah Parinibbana. Saya ingin tahu itu ada ditulis di tipitaka bagian mana ya? mohon referensinya. Terima kasih.

Sukhi hotu
Title: Re: Sambhogakaya dalam Tradisi Theravada
Post by: sobat-dharma on 14 May 2009, 05:43:33 PM

Saudara Sobat dharma yang baik,

Saya belum pernah baca mengenai seorang Buddha bisa muncul kembali ke dunia (dalam wujud seorang Buddha), walaupun telah Parinibbana. Saya ingin tahu itu ada ditulis di tipitaka bagian mana ya? mohon referensinya. Terima kasih.

Sukhi hotu

Diskusi soal ini sudah panjang lebar di forum ini :) Anda bisa membacanya di topik "Pandangan kritis mengenai Mahayana menurut pandangan yang berbeda." so, saya tidak perlu merangkum semua perbedaan pendapat yang muncul hanya sekadar untuk mengulang :)
Title: Re: Sambhogakaya dalam Tradisi Theravada
Post by: Indra on 14 May 2009, 09:42:46 PM
Bro sobat, sekedar mengingatkan ini adalah board theravada dan subjectnya jelas TRADISI THERAVADA, diskusi mengenai mahayana silahkan di board yg bersangkutan
Title: Re: Sambhogakaya dalam Tradisi Theravada
Post by: sobat-dharma on 15 May 2009, 11:57:57 AM
Bro sobat, sekedar mengingatkan ini adalah board theravada dan subjectnya jelas TRADISI THERAVADA, diskusi mengenai mahayana silahkan di board yg bersangkutan


Justru karena itu aku tidak menjawab pertanyaan bro fabian di sini :)
Title: Re: Sambhogakaya dalam Tradisi Theravada
Post by: fabian c on 15 May 2009, 12:39:01 PM

Saudara Sobat dharma yang baik,

Saya belum pernah baca mengenai seorang Buddha bisa muncul kembali ke dunia (dalam wujud seorang Buddha), walaupun telah Parinibbana. Saya ingin tahu itu ada ditulis di tipitaka bagian mana ya? mohon referensinya. Terima kasih.

Sukhi hotu

Diskusi soal ini sudah panjang lebar di forum ini :) Anda bisa membacanya di topik "Pandangan kritis mengenai Mahayana menurut pandangan yang berbeda." so, saya tidak perlu merangkum semua perbedaan pendapat yang muncul hanya sekadar untuk mengulang :)

Saudara Sobat dharma yang baik,

Saya bertanya dibagian manakah di Tipitaka Pali (yang menjadi acuan umat Buddha aliran Theravada) Ada dikatakan mengenai seorang Buddha muncul kembali ke dunia setelah Parinibbana ?

Terima kasih atas keterangannya.

sukhi hotu,
Title: Re: Sambhogakaya dalam Tradisi Theravada
Post by: sobat-dharma on 15 May 2009, 01:05:59 PM

Saudara Sobat dharma yang baik,

Saya bertanya dibagian manakah di Tipitaka Pali (yang menjadi acuan umat Buddha aliran Theravada) Ada dikatakan mengenai seorang Buddha muncul kembali ke dunia setelah Parinibbana ?

Terima kasih atas keterangannya.

sukhi hotu,

:) Gini dong, jadi pertanyaannya lebih jelas. Maaf, sebelumnya Anda tidak menyebut tentang Tripitaka Pali.

Dalam Tripitaka Pali, Buddha sama sekali menolak mendiskusikan tentang setelah Tathagata parinibanna. Umat Theravada, jika mencontoh sikap Sang Buddha tidak mendiskusikan tentang hal tersebut, seharusnya tidak terus menerus bertanya-tanya tentang apakah setelah Buddha parinibbana masih ada atau tidak. Simpel bukan?

Masalahnya adalah jika seandainya ada seorang bihkkhu berkesaksian tentang bahwa ia melihat buddha dan arahant, maka sebenarnya apa yang dilakukan bukanlah mendiskusikan tentang hal ini, ia hanya menceritakan kesaksiannya sebagaimana yang ia alami. Maka tidak adil jika ada umat Theravada yang mempertanyakan kesaksian tersebut dengan alasan bahwa "Buddha tidak mungkin ada setelah parinibbana", maka orang yang mempermasalahkan hal tersebut melupakan bahwa bahkan Buddha pun tidak pernah mengatakan Para Tathagata dan Arahant itu tidak ada setelah parinibanna, sebagaimana Beliau juga tidak menjawab bahwa kedua-Nya masih ada. Pernyataan bahwa "Buddha tidak mungkin ada setelah parinibbana" juga bukanlah pernyataan yang sesuai dengan yang diajarkan dalam Tipitaka Pali.

Dengan demikian, jika Umat Theravada yang konsisten mencontoh sikap Sang Buddha tidak mendiskusikan tentang hal tersebut tidak pantas ikut mempertanyakan kesaksian bhikkhu tersebut. Begitu juga bhikkhu yang bersangkutan tidak bisa dikatakan membicarakan sesuatu yang bertentangan dengan yang diajarkan karena ia hanya menceritakan apa yang disaksikannya atau yang dialaminya.







Title: Re: Sambhogakaya dalam Tradisi Theravada
Post by: Indra on 15 May 2009, 07:16:01 PM
Bro sobat, sekedar mengingatkan ini adalah board theravada dan subjectnya jelas TRADISI THERAVADA, diskusi mengenai mahayana silahkan di board yg bersangkutan


Justru karena itu aku tidak menjawab pertanyaan bro fabian di sini :)

Yang saya maksudkan adalah segala pembahasan yang ada di board Mahayana tentunya adalah pandangan Mahayana secara ekslusif, jadi tidak relavan untuk dijadikan referensi dalam pembahasan menurut Theravada. jadi mohon pembahasan dibatasi hanya dari pandangan Theravada
Title: Re: Sambhogakaya dalam Tradisi Theravada
Post by: markosprawira on 15 May 2009, 08:28:28 PM
Teman-teman yang baik,

Seorang Buddhis belum tentu pandangannya Buddhistic.

Saya rasa pandangannya cukup Buddhistic. Bahkan saya belum melihat adanya ketidaksesuaian dengan sutta pali. Mungkin lebih tepat dikatakan tidak sesuai dengan asumsi umat Theravada umumnya,karena apa yang disebut sebagai Buddhism itu luas dan Mahayana tentu termasuk di dalamnya.


Saudara Sobat dharma yang baik,

Saya belum pernah baca mengenai seorang Buddha bisa muncul kembali ke dunia (dalam wujud seorang Buddha), walaupun telah Parinibbana. Saya ingin tahu itu ada ditulis di tipitaka bagian mana ya? mohon referensinya. Terima kasih.

Sukhi hotu

Diskusi soal ini sudah panjang lebar di forum ini :) Anda bisa membacanya di topik "Pandangan kritis mengenai Mahayana menurut pandangan yang berbeda." so, saya tidak perlu merangkum semua perbedaan pendapat yang muncul hanya sekadar untuk mengulang :)

Saudara Sobat dharma yang baik,

Saya bertanya dibagian manakah di Tipitaka Pali (yang menjadi acuan umat Buddha aliran Theravada) Ada dikatakan mengenai seorang Buddha muncul kembali ke dunia setelah Parinibbana ?

Terima kasih atas keterangannya.

sukhi hotu,

:) Gini dong, jadi pertanyaannya lebih jelas. Maaf, sebelumnya Anda tidak menyebut tentang Tripitaka Pali.

Dalam Tripitaka Pali, Buddha sama sekali menolak mendiskusikan tentang setelah Tathagata parinibanna. Umat Theravada, jika mencontoh sikap Sang Buddha tidak mendiskusikan tentang hal tersebut, seharusnya tidak terus menerus bertanya-tanya tentang apakah setelah Buddha parinibbana masih ada atau tidak. Simpel bukan?

Masalahnya adalah jika seandainya ada seorang bihkkhu berkesaksian tentang bahwa ia melihat buddha dan arahant, maka sebenarnya apa yang dilakukan bukanlah mendiskusikan tentang hal ini, ia hanya menceritakan kesaksiannya sebagaimana yang ia alami. Maka tidak adil jika ada umat Theravada yang mempertanyakan kesaksian tersebut dengan alasan bahwa "Buddha tidak mungkin ada setelah parinibbana", maka orang yang mempermasalahkan hal tersebut melupakan bahwa bahkan Buddha pun tidak pernah mengatakan Para Tathagata dan Arahant itu tidak ada setelah parinibanna, sebagaimana Beliau juga tidak menjawab bahwa kedua-Nya masih ada. Pernyataan bahwa "Buddha tidak mungkin ada setelah parinibbana" juga bukanlah pernyataan yang sesuai dengan yang diajarkan dalam Tipitaka Pali.

Dengan demikian, jika Umat Theravada yang konsisten mencontoh sikap Sang Buddha tidak mendiskusikan tentang hal tersebut tidak pantas ikut mempertanyakan kesaksian bhikkhu tersebut. Begitu juga bhikkhu yang bersangkutan tidak bisa dikatakan membicarakan sesuatu yang bertentangan dengan yang diajarkan karena ia hanya menceritakan apa yang disaksikannya atau yang dialaminya.

dear sobat dharma,

saya coba memperjelas yg coba ditanyakan oleh ko fabian adalah apa yg saya bold di posting paling atas yaitu Bahkan saya belum melihat adanya ketidaksesuaian dengan sutta pali

krn disini sedang membahas mengenai samboghakaya yg tidak tercantum dalam Tipitaka Pali jadi pernyataan anda diatas, justru menyetujui bhw samboghakaya sesuai dengan sutta pali

nah ketimbang mempertanyakan mengenai bagaimana seharusnya theravadin bersikap, lebih baik jika anda bisa menyebutkan sutta pali mana yg sesuai berisi mengenai samboghakaya.

demikian saya coba memperjelas apa yg ko fabian ingin tanyakan, mohon koreksi jika salah dan mohon jawaban langsung pada org yg ditanya.

metta  _/\_
Title: Re: Sambhogakaya dalam Tradisi Theravada
Post by: Hendra Susanto on 15 May 2009, 08:40:40 PM
 ^-^ ^-^ td siang mao gw perjelas soal ini, ampe kelupaan untung ada pak markos....
Title: Re: Sambhogakaya dalam Tradisi Theravada
Post by: markosprawira on 15 May 2009, 08:48:20 PM
^-^ ^-^ td siang mao gw perjelas soal ini, ampe kelupaan untung ada pak markos....

pas gi lembur, pas baru bisa buka DC, pas liat juga......

mgkn gara2 saya pake SALON-PAS  :))
Title: Re: Sambhogakaya dalam Tradisi Theravada
Post by: sobat-dharma on 16 May 2009, 02:44:40 PM

dear sobat dharma,

saya coba memperjelas yg coba ditanyakan oleh ko fabian adalah apa yg saya bold di posting paling atas yaitu Bahkan saya belum melihat adanya ketidaksesuaian dengan sutta pali

krn disini sedang membahas mengenai samboghakaya yg tidak tercantum dalam Tipitaka Pali jadi pernyataan anda diatas, justru menyetujui bhw samboghakaya sesuai dengan sutta pali

nah ketimbang mempertanyakan mengenai bagaimana seharusnya theravadin bersikap, lebih baik jika anda bisa menyebutkan sutta pali mana yg sesuai berisi mengenai samboghakaya.

demikian saya coba memperjelas apa yg ko fabian ingin tanyakan, mohon koreksi jika salah dan mohon jawaban langsung pada org yg ditanya.

metta  _/\_

Jadi kalau saya pahami dari kata-kata Anda di atas berarti apa yang tidak ada dalam sutta pali walaupun tidak bertentangan (berkesesuaian) tidak boleh dianut?

Kalau gitu tunjukkan pada saya terlebih dahulu bagian dari sutta pali yang membahas tentang nimitta. Tunjukkan juga pada saya bagian sutta pali yang menyebut empat landasan sebagai jhana 5-8. Tunjukkan pada saya juga bagian dari sutta pali yang menyebutkan adanya meditasi dengan bantuan kata "Buddho" dapat membantu konsentrasi. Tunjukkan juga pada saya  juga bagian dari mana bagian dari sutta pali yang membahas tentang 10 tingkatan Vipassana Bhavana sebagaimana yang diajarkan oleh Mahasi Sayadaw.

Menurut pemahaman ini, jika hal yang demikian tidak ada dalam sutta pali walaupun berkesesuaian tidak seharusnya dianut, maka hal-hal tersebut seharusnya juga tidak dianut dalam Theravada meskipun berkesesuaian. Bukankah aneh jika hal-hal tersebut tetap dianggap sebagai bagian dari Tradisi Theravada jika tidak tercantum dalam sutta pali?

Kecuali... anda bisa menunjukkan pada saya dengan pasti dan eksak tertera dengan kata yang mirip sama dengan konsep-konsep di atas.
Title: Re: Sambhogakaya dalam Tradisi Theravada
Post by: ryu on 16 May 2009, 03:12:48 PM


Kisah Vangisa Thera

Suatu ketika, si Rajagaha, terdapat seorang brahmana bernama Vangisa, yang dengan cara sederhana mengetuk-ngetuk tengkorak mayat seseorang yang telah meninggal dunia, dapat memberitahukan apakah orang tersebut lahir di alam dewa, atau di alam manusia, atau dalam salah satu dari empat alam rendah (apaya). Para brahmana membawa Vangisa menuju banyak desa dan orang-orang berkumpul karenanya dan membayarnya sepuluh, dua puluh, atau seratus untuk mencari informasi dimanakah saudaranya yang meninggal dunia dilahirkan kembali.

Pada suatu kesempatan, Vangisa dan kelompoknya datang ke suatu tempat yang tidak jauh dari Vihara Jetavana. Melihat beberapa orang datang menemui Sang Buddha, para brahmana mengundang mereka untuk datang menemui Vangisa yang dapat memberitahu mereka dimana saudara mereka yang sudah meninggal dunia dilahirkan kembali.

Tetapi para pengikut Sang Buddha berkata kepada mereka, "Guru kami adalah satu-satunya yang tanpa saingan, Ia adalah satu-satunya Yang Telah Mencapai Pencerahan."

Para brahmana mendengar perkataan seperti itu menganggap sebagai suatu tantangan dan membawa Vangisa menuju Vihara Jetavana untuk bertanding dengan Sang Buddha.

Sang Buddha, karena mengetahui maksud mereka, memerintahkan para bhikkhu untuk membawa tengkorak dari seseorang yang terlahir di niraya (alam neraka), dari seseorang yang terlahir di alam binatang, dari seseorang yang terlahir di alam manusia, dari seseorang yang terlahir di alam dewa dan juga dari seorang arahat. Kelima tengkorak tersebut diletakkan berurutan.

Kepada Vangisa diperlihatkan tengkorak-tengkorak itu. Ia dapat memberitahukan dimana pemilik dari empat tengkorak yang pertama itu dilahirkan; tetapi ketika ia menuju pada tengkorak dari seorang arahat, ia kehilangan jejak.

Kemudian Sang Buddha berkata, "Vangisa, tidakkah engkau tahu? Aku tahu di mana pemilik tengkorak ini berada." Vangisa kemudian meminta Sang Buddha untuk memberi mantra gaib yang harus diketahuinya; tetapi Sang Buddha memberi tahu bahwa mantra tersebut hanya dapat diberikan kepada seorang bhikkhu. Vangisa kemudian memberitahu para brahmana untuk menunggu di luar vihara sementara ia mendapat pelajaran mantra tersebut. Kemudian, Vangisa menjadi seorang bhikkhu. Sebagai seorang bhikkhu, seperti dianjurkan Sang Buddha, ia merenungkan tiga puluh dua unsur pokok dari tubuh. Vangisa dengan tekun melatih meditasi seperti yang dianjurkan oleh Sang Buddha dan mencapai tingkat kesucian arahat pada waktu yang singkat.

Ketika para brahmana yang sedang menunggu di luar vihara datang untuk bertanya kepada Vangisa apakah ia telah mendapatkan mantra tersebut, Vangisa menjawab, "Kalian semua lebih baik pergi sekarang; karena bagiku, aku seharusnya tidak lagi pergi bersama kalian."

Para bhikkhu lain yang mendengarnya berpikir ia sedang mengatakan yang tidak sesungguhnya, sehingga mereka pergi menemui Sang Buddha dan berkata, "Bhante! Vangisa dengan cara seperti itu ingin menegaskan dirinya telah mencapai tingkat kesucian arahat."

Kepada mereka Sang Buddha berkata, "Para bhikkhu! Vangisa benar-benar mengetahui kematian dan kelahiran kembali makhluk-makhluk."

Kemudian Sang Buddha membabarkan syair 419 dan 420 berikut :

Seseorang yang telah memiliki pengetahuan sempurna tentang timbul dan lenyapnya makhluk-makhluk,
yang telah bebas dari ikatan,
telah pergi dengan baik (Sugata)
dan telah mencapai Penerangan Sempurna,
maka ia Kusebut seorang 'brahmana'.

Orang yang jejaknya tak dapat dilacak,
baik oleh para dewa, gandarwa, maupun manusia,
yang telah menghancurkan semua kekotoran batin
dan telah mencapai kesucian (arahat),
maka ia Kusebut seorang 'brahmana'



=======================================
di sutta ini Buddha tau yak arahat itu ada di mana?
Title: Re: Sambhogakaya dalam Tradisi Theravada
Post by: sobat-dharma on 16 May 2009, 03:41:38 PM

Orang yang jejaknya tak dapat dilacak,
baik oleh para dewa, gandarwa, maupun manusia,
yang telah menghancurkan semua kekotoran batin
dan telah mencapai kesucian (arahat),
maka ia Kusebut seorang 'brahmana'

Tak dapat dilacak bukan berarti tidak ada kan?
Misalnya: "polisi gagal melacak pelaku"
Tidak bisa dilacak bukan berarti "tidak ada pelaku", namun hanya saja polisi tidak bisa menemukannya. Bukankah begitu seharusnya kesimpulannya?
Dan senadainya tiba-tiba pelaku muncul di hadapan polisi, maka bukan berarti "polisi berhasil menemukan pelakunya" tetapi karena "pelaku itu yang mencari polisi"?

Nah, jelas Sang Buddha hanya mengatakan bahwa Arahant dan Tathagata "tidak bisa dilihat" dan "tidak bisa dilacak", bukan mengatakan bahwa "Arahant dan Tataghata tidak ada maupun ada." Mengapa demikian? Coba anda nalar sendiri deh :) Kalau hal demikian masih bisa dijawab oleh nalar awam....





Title: Re: Sambhogakaya dalam Tradisi Theravada
Post by: Nevada on 17 May 2009, 04:01:15 PM
Pendapat spekulatif:

Sangha = sila = nirmanakaya = Tuhan
Dharma = samadhi = dharmakaya = Roh Kudus
Buddha = prajna = sambhogakaya = Allah Bapa

;D
Title: Re: Sambhogakaya dalam Tradisi Theravada
Post by: Nevada on 17 May 2009, 04:01:31 PM

dear sobat dharma,

saya coba memperjelas yg coba ditanyakan oleh ko fabian adalah apa yg saya bold di posting paling atas yaitu Bahkan saya belum melihat adanya ketidaksesuaian dengan sutta pali

krn disini sedang membahas mengenai samboghakaya yg tidak tercantum dalam Tipitaka Pali jadi pernyataan anda diatas, justru menyetujui bhw samboghakaya sesuai dengan sutta pali

nah ketimbang mempertanyakan mengenai bagaimana seharusnya theravadin bersikap, lebih baik jika anda bisa menyebutkan sutta pali mana yg sesuai berisi mengenai samboghakaya.

demikian saya coba memperjelas apa yg ko fabian ingin tanyakan, mohon koreksi jika salah dan mohon jawaban langsung pada org yg ditanya.

metta  _/\_

Jadi kalau saya pahami dari kata-kata Anda di atas berarti apa yang tidak ada dalam sutta pali walaupun tidak bertentangan (berkesesuaian) tidak boleh dianut?

Kalau gitu tunjukkan pada saya terlebih dahulu bagian dari sutta pali yang membahas tentang nimitta. Tunjukkan juga pada saya bagian sutta pali yang menyebut empat landasan sebagai jhana 5-8. Tunjukkan pada saya juga bagian dari sutta pali yang menyebutkan adanya meditasi dengan bantuan kata "Buddho" dapat membantu konsentrasi. Tunjukkan juga pada saya  juga bagian dari mana bagian dari sutta pali yang membahas tentang 10 tingkatan Vipassana Bhavana sebagaimana yang diajarkan oleh Mahasi Sayadaw.

Menurut pemahaman ini, jika hal yang demikian tidak ada dalam sutta pali walaupun berkesesuaian tidak seharusnya dianut, maka hal-hal tersebut seharusnya juga tidak dianut dalam Theravada meskipun berkesesuaian. Bukankah aneh jika hal-hal tersebut tetap dianggap sebagai bagian dari Tradisi Theravada jika tidak tercantum dalam sutta pali?

Kecuali... anda bisa menunjukkan pada saya dengan pasti dan eksak tertera dengan kata yang mirip sama dengan konsep-konsep di atas.

[at] sobat-dharma

Konsep-konsep di atas sejauh ini tidak bertentangan dengan Sutta Pali. Namun saya tidak melihat adanya korelasi Konsep Tiga Tubuh Buddha di Sutta Pali. Yang perlu ditekankan adalah... Apakah di Sutta Pali diuraikan atau disinggung mengenai Konsep Samboghakaya? Atas dasar apa Anda menyimpulkan bahwa Konsep Samboghakaya kongruen dengan Sutta Pali?
Title: Re: Sambhogakaya dalam Tradisi Theravada
Post by: Nevada on 17 May 2009, 04:01:44 PM

Orang yang jejaknya tak dapat dilacak,
baik oleh para dewa, gandarwa, maupun manusia,
yang telah menghancurkan semua kekotoran batin
dan telah mencapai kesucian (arahat),
maka ia Kusebut seorang 'brahmana'

Tak dapat dilacak bukan berarti tidak ada kan?
Misalnya: "polisi gagal melacak pelaku"
Tidak bisa dilacak bukan berarti "tidak ada pelaku", namun hanya saja polisi tidak bisa menemukannya. Bukankah begitu seharusnya kesimpulannya?
Dan senadainya tiba-tiba pelaku muncul di hadapan polisi, maka bukan berarti "polisi berhasil menemukan pelakunya" tetapi karena "pelaku itu yang mencari polisi"?

Nah, jelas Sang Buddha hanya mengatakan bahwa Arahant dan Tathagata "tidak bisa dilihat" dan "tidak bisa dilacak", bukan mengatakan bahwa "Arahant dan Tataghata tidak ada maupun ada." Mengapa demikian? Coba anda nalar sendiri deh :) Kalau hal demikian masih bisa dijawab oleh nalar awam....


[at] sobat-dharma

Saya setuju dengan Anda. Tapi, tak dapat dilacak bukan berarti ada kan?

Nah, jelas Sang Buddha hanya mengatakan bahwa Para Arahanta dan Sang Tathagatha "tidak dapat dilacak" keberadaan-Nya, karena tidak lagi ditemukan keberadaan maupun ketidakberadaan dari orang yang sudah mencapai Pembebasan. Mengapa demikian? Coba Anda cerna dengan nalar sendiri deh :) Kalau hal demikian masih bisa dicerna dengan kacamata Buddhisme...

Title: Re: Sambhogakaya dalam Tradisi Theravada
Post by: Jerry on 18 May 2009, 12:43:35 AM
Pendapat spekulatif:

Sangha = sila = nirmanakaya = Tuhan = Wisnu
Dharma = samadhi = dharmakaya = Roh Kudus = Siva
Buddha = prajna = sambhogakaya = Allah Bapa = Brahma

;D

:-[
Title: Re: Sambhogakaya dalam Tradisi Theravada
Post by: markosprawira on 18 May 2009, 08:27:04 AM

dear sobat dharma,

saya coba memperjelas yg coba ditanyakan oleh ko fabian adalah apa yg saya bold di posting paling atas yaitu Bahkan saya belum melihat adanya ketidaksesuaian dengan sutta pali

krn disini sedang membahas mengenai samboghakaya yg tidak tercantum dalam Tipitaka Pali jadi pernyataan anda diatas, justru menyetujui bhw samboghakaya sesuai dengan sutta pali

nah ketimbang mempertanyakan mengenai bagaimana seharusnya theravadin bersikap, lebih baik jika anda bisa menyebutkan sutta pali mana yg sesuai berisi mengenai samboghakaya.

demikian saya coba memperjelas apa yg ko fabian ingin tanyakan, mohon koreksi jika salah dan mohon jawaban langsung pada org yg ditanya.

metta  _/\_

Jadi kalau saya pahami dari kata-kata Anda di atas berarti apa yang tidak ada dalam sutta pali walaupun tidak bertentangan (berkesesuaian) tidak boleh dianut?

Kalau gitu tunjukkan pada saya terlebih dahulu bagian dari sutta pali yang membahas tentang nimitta. Tunjukkan juga pada saya bagian sutta pali yang menyebut empat landasan sebagai jhana 5-8. Tunjukkan pada saya juga bagian dari sutta pali yang menyebutkan adanya meditasi dengan bantuan kata "Buddho" dapat membantu konsentrasi. Tunjukkan juga pada saya  juga bagian dari mana bagian dari sutta pali yang membahas tentang 10 tingkatan Vipassana Bhavana sebagaimana yang diajarkan oleh Mahasi Sayadaw.

Menurut pemahaman ini, jika hal yang demikian tidak ada dalam sutta pali walaupun berkesesuaian tidak seharusnya dianut, maka hal-hal tersebut seharusnya juga tidak dianut dalam Theravada meskipun berkesesuaian. Bukankah aneh jika hal-hal tersebut tetap dianggap sebagai bagian dari Tradisi Theravada jika tidak tercantum dalam sutta pali?

Kecuali... anda bisa menunjukkan pada saya dengan pasti dan eksak tertera dengan kata yang mirip sama dengan konsep-konsep di atas.

Kembali anda salah menyimpulkan......

anda menyebut : Sambhogakaya tidaklah bertentangan dengan sutta pali

silahkan sebut aja sumber aja
ga udah muter2 dengan menyebut berbagai macam hal lainnya yang tidak berhubungan dengan samboghakaya sesesuai topik yg sedang dibahas

Disini sedang membahas mengenai pernyataan anda "Samboghakaya tidaklah bertentangan dengan sutta pali".
Nah silahkan anda sebut sutta pali manakah yg selaras dengan Samboghakaya itu?

Jawabannya ditunggu, dan mohon utk tidak memutar2 persoalan ke arah2 lain.....

metta
Title: Re: Sambhogakaya dalam Tradisi Theravada
Post by: Sunkmanitu Tanka Ob'waci on 18 May 2009, 10:53:32 AM
The Sàvaka Arahants
Living in Sarika Cave, Ãcariya Mun was occasionally visited by
sãvaka Arahants
, who appeared to him by means of samãdhi nimitta.
Each sãvaka Arahant delivered for his benefit a discourse on Dhamma,
elucidating the traditional practices of the Noble Ones. Here is the
substance of what was expressed:

Biografi Ajahn Mun halaman 42. Dan masih banyak lagi sampai halaman 50.
Sepertinya Ajahn Maha Boowa gak lupa deh. Kalau lupa sampai 8 halaman.

Tapi saya tidak menemukan Sang Buddha mendatangi ybs.

Tulisan Ajahn Maha Boowa memang kontroversial, dan secara pribadi saya lebih cenderung menggunakan sumber yang lebih resmi daripada ucapan seorang Bhikkhu.
Title: Re: Sambhogakaya dalam Tradisi Theravada
Post by: Xan To on 18 May 2009, 11:56:32 AM
[at] Kainyn_Kutho

Baca bukunya di Vihara....nanti saya lihat lagi itu buku berdasarkan aliran apa...kalo berdasarkan ingatan saya sih dari theravada...cuma yang nulis bukan seorang Bhante...cuma umat biasa...

OK, tolong dilihatin, thanx.
Kadang buku-buku Buddhist juga sering ditulis secara umum saja, jadi isinya tidak menurut tradisi tertentu. Bisa saja topik satu mengambil referensi kitab Pali, dan topik berikutnya dari kitab Sanskrit. Jadi kalo bisa, dilihat juga referensi penulisannya dari mana saja.


Kemarin pergi vihara cuma bukunya belum dapat jadi sabar ya.....;D
Title: Re: Sambhogakaya dalam Tradisi Theravada
Post by: sobat-dharma on 18 May 2009, 04:06:19 PM
Pendapat spekulatif:

Sangha = sila = nirmanakaya = Tuhan
Dharma = samadhi = dharmakaya = Roh Kudus
Buddha = prajna = sambhogakaya = Allah Bapa

;D

Anehnya koq agama lain dibawa2 Ternyata Bro upasaka menyamakan Trinitas Buddha Dharma dengan Tri Mustika Buddhis. Sungguh suatu spekulasi yang tak bertanggung jawab :no:
Title: Re: Sambhogakaya dalam Tradisi Theravada
Post by: sobat-dharma on 18 May 2009, 04:11:02 PM

Konsep-konsep di atas sejauh ini tidak bertentangan dengan Sutta Pali. Namun saya tidak melihat adanya korelasi Konsep Tiga Tubuh Buddha di Sutta Pali. Yang perlu ditekankan adalah... Apakah di Sutta Pali diuraikan atau disinggung mengenai Konsep Samboghakaya? Atas dasar apa Anda menyimpulkan bahwa Konsep Samboghakaya kongruen dengan Sutta Pali?

Dengan apa anda melihat korelasi? Dengan statistik?  ;D
Seperti yang saya katakan kalau tidak ada namun tidak bertentangan mengapa tidak boleh dianut?
Atas dasar apa pula anda mengatakan konsep sambhogakaya tidak kongruen?
Title: Re: Sambhogakaya dalam Tradisi Theravada
Post by: sobat-dharma on 18 May 2009, 04:21:20 PM

Kembali anda salah menyimpulkan......

anda menyebut : Sambhogakaya tidaklah bertentangan dengan sutta pali

silahkan sebut aja sumber aja
ga udah muter2 dengan menyebut berbagai macam hal lainnya yang tidak berhubungan dengan samboghakaya sesesuai topik yg sedang dibahas

Disini sedang membahas mengenai pernyataan anda "Samboghakaya tidaklah bertentangan dengan sutta pali".
Nah silahkan anda sebut sutta pali manakah yg selaras dengan Samboghakaya itu?

Jawabannya ditunggu, dan mohon utk tidak memutar2 persoalan ke arah2 lain.....

metta

sabar ya bro.... justru ini yang sedang coba saya lakukan sekarang. Bro Gandalf membuka kemungkinan ini dan saya saat ini sedang membuka berbagai literatur yang mencoba menggali konsep Sambhogakaya dalam sutta pali. Meski saya yakin hasilnya tidak akan semencolok seperti yang anda tuntutkan seperti meinta kata "sambhogakaya" ada langsung di dalamnya. Namun, kalau digali dengan hati-hati saya duga mungkin saja akan menemukan deskripsi, kejadian atau kondisi yang secara tidak langsung menunjuk ke sana. Jadi sabar saja ya...  ;) walaupun, tentu saya tidak menutup kemungkinan justru menemukan bukti-bukti yang berbicara sebaliknya.

Namun, minimal saat ini saya hanya berharap teman-teman Theravadin bersikap netral terhadap kisah yang dituturkan oleh Ajah Maha Boowa tersebut tentang pengalaman Ajahn Mun, tidak langsung bersikap antipati (menolak) hanya semata-mata dianggap tidak sesuai dengan konstruksi pengetahuan yang dimiliki teman-teman. Tidak lebih dari itu, saya hanya mengharapkan suatu sikap netral dan tidak keburu menolaknya sampe bukti-bukti baru berhasil digali... Bukankah ini justru sikap netral dan objektif yang selama ini teman-teman puji? Okey?
Title: Re: Sambhogakaya dalam Tradisi Theravada
Post by: Nevada on 18 May 2009, 04:24:20 PM
Pendapat spekulatif:

Sangha = sila = nirmanakaya = Tuhan
Dharma = samadhi = dharmakaya = Roh Kudus
Buddha = prajna = sambhogakaya = Allah Bapa

;D

Anehnya koq agama lain dibawa2 Ternyata Bro upasaka menyamakan Trinitas Buddha Dharma dengan Tri Mustika Buddhis. Sungguh suatu spekulasi yang tak bertanggung jawab :no:

Ini buat lucu-lucuan aja...
:))
Dan ternyata responnya lucu juga. ;D
Title: Re: Sambhogakaya dalam Tradisi Theravada
Post by: Nevada on 18 May 2009, 04:30:33 PM

Konsep-konsep di atas sejauh ini tidak bertentangan dengan Sutta Pali. Namun saya tidak melihat adanya korelasi Konsep Tiga Tubuh Buddha di Sutta Pali. Yang perlu ditekankan adalah... Apakah di Sutta Pali diuraikan atau disinggung mengenai Konsep Samboghakaya? Atas dasar apa Anda menyimpulkan bahwa Konsep Samboghakaya kongruen dengan Sutta Pali?

Dengan apa anda melihat korelasi? Dengan statistik?  ;D
Seperti yang saya katakan kalau tidak ada namun tidak bertentangan mengapa tidak boleh dianut?
Atas dasar apa pula anda mengatakan konsep sambhogakaya tidak kongruen?

Ada gak perumpamaan atau uraian di Sutta Pali mengenai Tiga Tubuh Buddha? Kalau Anda sudah menemukannya, baru saya bilang : "Konsep Tiga Tubuh Buddha memiliki korelasi dengan Sutta Pali". :)

Memangnya ada juga perumpamaan atau uraian di Sutta Pali mengenai adanya wujud (baca : Samboghakaya) setelah Parinibbana? Kalau Anda sudah menemukannya, baru saya bilang : "Konsep Samboghakaya jelas sekali kongruen dengan Sutta Pali." ;D

OK. Saya kasih batas waktu buat Anda sampai 100.000 kappa lagi.
Title: Re: Sambhogakaya dalam Tradisi Theravada
Post by: sobat-dharma on 18 May 2009, 04:31:35 PM
Saya setuju dengan Anda. Tapi, tak dapat dilacak bukan berarti ada kan?

Tapi juga tidak bisa diartikan tiada kan?


Nah, jelas Sang Buddha hanya mengatakan bahwa Para Arahanta dan Sang Tathagatha "tidak dapat dilacak" keberadaan-Nya, karena tidak lagi ditemukan keberadaan maupun ketidakberadaan dari orang yang sudah mencapai Pembebasan. Mengapa demikian? Coba Anda cerna dengan nalar sendiri deh :) Kalau hal demikian masih bisa dicerna dengan kacamata Buddhisme...

kacamata Buddhisme yang mana?



Title: Re: Sambhogakaya dalam Tradisi Theravada
Post by: Nevada on 18 May 2009, 04:36:55 PM
Tapi juga tidak bisa diartikan tiada kan?

Tapi juga tidak bisa diartikan ada kan?

kacamata Buddhisme yang mana?

Konsep anatta.
BTW... Anda sendiri menyatakan nalar awam itu yang seperti apa?
Title: Re: Sambhogakaya dalam Tradisi Theravada
Post by: Sunkmanitu Tanka Ob'waci on 18 May 2009, 04:37:31 PM
Theravada. Ini board Theravada.
Title: Re: Sambhogakaya dalam Tradisi Theravada
Post by: sobat-dharma on 18 May 2009, 04:45:19 PM
Ada gak perumpamaan atau uraian di Sutta Pali mengenai Tiga Tubuh Buddha? Kalau Anda sudah menemukannya, baru saya bilang : "Konsep Tiga Tubuh Buddha memiliki korelasi dengan Sutta Pali". :)

Memangnya ada juga perumpamaan atau uraian di Sutta Pali mengenai adanya wujud (baca : Samboghakaya) setelah Parinibbana? Kalau Anda sudah menemukannya, baru saya bilang : "Konsep Samboghakaya jelas sekali kongruen dengan Sutta Pali." ;D

OK. Saya kasih batas waktu buat Anda sampai 100.000 kappa lagi.

:)) :)) :)) :)) saya tidak habis pikir masalahya menjadi hanya ada atau tidak ada di buku, sesempit itu :)) :)) :))
Mengapa hanya untuk persoalan seperti ini teman-teman menjadi sangat gigih dengan hal ini? Padahal untuk banyak temuan dalam sains yang memang tidak ada secara pasti disebutkan dalam sutta pali Umat Theravada bisa menerimanya sebagai benar jika tidak bertentangan? Dalam sutta pali pun sama sekali tidak disebutkan tentang "logika aristotelian" sebagaimana yang anda anut sebagai kebenaran logis, namun anda malah menggunakannya sebaga alat saring utama untuk memeriksa semua kebenaran. Sedangkan untuk Konsep Sambhogakaya yang sudah begitu  dekat  dengan Ajaran Buddhis sendiri begitu sulitnya menerima kenyataan bahwa tidak ada pertentangan? Padahal dalam Theravada pun dikenal tentang Nirmanakaya dan Dharmakaya yang sangat dekat sekali dengan konsep Sambhogakaya?

saya jadi bertanya2, mungkin benar juga mungkin salah, apakah karena antipati yang sedemikian besarnya pada Mahayana yang membuat masalah ini menjadi begitu kontroversial  :-?

Title: Re: Sambhogakaya dalam Tradisi Theravada
Post by: sobat-dharma on 18 May 2009, 04:49:17 PM
Tapi juga tidak bisa diartikan ada kan?

:) muter terus

Konsep anatta.
BTW... Anda sendiri menyatakan nalar awam itu yang seperti apa?
yang masih menggunakan logika dan perdebatan intelektual
konsep anatta tidak menolak adanya sambhogakaya.
Title: Re: Sambhogakaya dalam Tradisi Theravada
Post by: markosprawira on 18 May 2009, 05:12:11 PM

Kembali anda salah menyimpulkan......

anda menyebut : Sambhogakaya tidaklah bertentangan dengan sutta pali

silahkan sebut aja sumber aja
ga udah muter2 dengan menyebut berbagai macam hal lainnya yang tidak berhubungan dengan samboghakaya sesesuai topik yg sedang dibahas

Disini sedang membahas mengenai pernyataan anda "Samboghakaya tidaklah bertentangan dengan sutta pali".
Nah silahkan anda sebut sutta pali manakah yg selaras dengan Samboghakaya itu?

Jawabannya ditunggu, dan mohon utk tidak memutar2 persoalan ke arah2 lain.....

metta

sabar ya bro.... justru ini yang sedang coba saya lakukan sekarang. Bro Gandalf membuka kemungkinan ini dan saya saat ini sedang membuka berbagai literatur yang mencoba menggali konsep Sambhogakaya dalam sutta pali. Meski saya yakin hasilnya tidak akan semencolok seperti yang anda tuntutkan seperti meinta kata "sambhogakaya" ada langsung di dalamnya. Namun, kalau digali dengan hati-hati saya duga mungkin saja akan menemukan deskripsi, kejadian atau kondisi yang secara tidak langsung menunjuk ke sana. Jadi sabar saja ya...  ;) walaupun, tentu saya tidak menutup kemungkinan justru menemukan bukti-bukti yang berbicara sebaliknya.

Namun, minimal saat ini saya hanya berharap teman-teman Theravadin bersikap netral terhadap kisah yang dituturkan oleh Ajah Maha Boowa tersebut tentang pengalaman Ajahn Mun, tidak langsung bersikap antipati (menolak) hanya semata-mata dianggap tidak sesuai dengan konstruksi pengetahuan yang dimiliki teman-teman. Tidak lebih dari itu, saya hanya mengharapkan suatu sikap netral dan tidak keburu menolaknya sampe bukti-bukti baru berhasil digali... Bukankah ini justru sikap netral dan objektif yang selama ini teman-teman puji? Okey?


dear bro,

jika memang anda dalam proses pencarian, hendaknya jgnlah membuat pernyataan "belum menemukan ketidak selarasan dengan sutta pali"
dengan menyatakan "belum menemukan ketidak selarasan dengan sutta pali" justru menandakan bhw anda sudah melihat adanya keselarasan dgn sutta pali

itulah yg justru dipertanyakan oleh rekan2 lainnya spt bro fabian, upasaka, dsbnya krn sejauh yg kami tahu, justru "tidak ada keselarasan dengan sutta pali"

mengingat ini ada di thread theravada,  saya rasa bukan saatnya utk blg "netral" karena memang yg diacu adl jelas yaitu Tipitaka, yg di dlmnya termasuk sutta pali seperti yg anda sebut2

buddhism mengajar utk jujur melihat apa yg ada di batin anda, nah semoga hal itu bisa kita terapkan bersama

semoga bermanfaat

metta
Title: Re: Sambhogakaya dalam Tradisi Theravada
Post by: markosprawira on 18 May 2009, 05:15:28 PM
Ada gak perumpamaan atau uraian di Sutta Pali mengenai Tiga Tubuh Buddha? Kalau Anda sudah menemukannya, baru saya bilang : "Konsep Tiga Tubuh Buddha memiliki korelasi dengan Sutta Pali". :)

Memangnya ada juga perumpamaan atau uraian di Sutta Pali mengenai adanya wujud (baca : Samboghakaya) setelah Parinibbana? Kalau Anda sudah menemukannya, baru saya bilang : "Konsep Samboghakaya jelas sekali kongruen dengan Sutta Pali." ;D

OK. Saya kasih batas waktu buat Anda sampai 100.000 kappa lagi.

:)) :)) :)) :)) saya tidak habis pikir masalahya menjadi hanya ada atau tidak ada di buku, sesempit itu :)) :)) :))
Mengapa hanya untuk persoalan seperti ini teman-teman menjadi sangat gigih dengan hal ini? Padahal untuk banyak temuan dalam sains yang memang tidak ada secara pasti disebutkan dalam sutta pali Umat Theravada bisa menerimanya sebagai benar jika tidak bertentangan? Dalam sutta pali pun sama sekali tidak disebutkan tentang "logika aristotelian" sebagaimana yang anda anut sebagai kebenaran logis, namun anda malah menggunakannya sebaga alat saring utama untuk memeriksa semua kebenaran. Sedangkan untuk Konsep Sambhogakaya yang sudah begitu  dekat  dengan Ajaran Buddhis sendiri begitu sulitnya menerima kenyataan bahwa tidak ada pertentangan? Padahal dalam Theravada pun dikenal tentang Nirmanakaya dan Dharmakaya yang sangat dekat sekali dengan konsep Sambhogakaya?

saya jadi bertanya2, mungkin benar juga mungkin salah, apakah karena antipati yang sedemikian besarnya pada Mahayana yang membuat masalah ini menjadi begitu kontroversial  :-?



Tolong jgn dipelintir bhw ini sebagai antipati thd Mahayana..... tidak ada antipati apapun, selain upaya utk mengklarifikasi pernyataan anda

Dan kembali pada pernyataan anda "belum melihat ketidaksesuaian dengan sutta pali"...... ini menandakan anda sudah melihat kesesuaian pada sutta pali
tapi anda menyebut "sedang mencari kesesuaian dalam sutta pali"

nah ucapan mana yg sekiranya perlu dipegang?

jadi tolong jgn dipelintir ke anti mahayana, aristotelian dsbnya tapi mana ucapan anda yg harus dan dapat dipegang

semoga kali ini bs dijawab dengan langsung dan lugas

metta
Title: Re: Sambhogakaya dalam Tradisi Theravada
Post by: sobat-dharma on 18 May 2009, 05:21:02 PM

Tolong jgn dipelintir bhw ini sebagai antipati thd Mahayana..... tidak ada antipati apapun, selain upaya utk mengklarifikasi pernyataan anda

Dan kembali pada pernyataan anda "belum melihat ketidaksesuaian dengan sutta pali"...... ini menandakan anda sudah melihat kesesuaian pada sutta pali tapi anda menyebut "sedang mencari kesesuaian dalam sutta pali"

nah ucapan mana yg sekiranya perlu dipegang?

jadi tolong jgn dipelintir ke anti mahayana, aristotelian dsbnya tapi mana ucapan anda yg harus dan dapat dipegang

semoga kali ini bs dijawab dengan langsung dan lugas

metta

Ini hipotesis namanya bro. Ada asumsi, tapi perlu pembuktian.
Title: Re: Sambhogakaya dalam Tradisi Theravada
Post by: sobat-dharma on 18 May 2009, 05:25:12 PM
dear bro,

jika memang anda dalam proses pencarian, hendaknya jgnlah membuat pernyataan "belum menemukan ketidak selarasan dengan sutta pali"
dengan menyatakan "belum menemukan ketidak selarasan dengan sutta pali" justru menandakan bhw anda sudah melihat adanya keselarasan dgn sutta pali

itulah yg justru dipertanyakan oleh rekan2 lainnya spt bro fabian, upasaka, dsbnya krn sejauh yg kami tahu, justru "tidak ada keselarasan dengan sutta pali"

mengingat ini ada di thread theravada,  saya rasa bukan saatnya utk blg "netral" karena memang yg diacu adl jelas yaitu Tipitaka, yg di dlmnya termasuk sutta pali seperti yg anda sebut2

buddhism mengajar utk jujur melihat apa yg ada di batin anda, nah semoga hal itu bisa kita terapkan bersama

semoga bermanfaat

metta

Koreksi bro:
yang saya maksudkan "belum menemukan keselarasan", karena itu saya belum menutup peluang "menemukan ketidakselarasan," walaupun untuk saat ini kalau pertentangan ya rasanya tidak ada, selama yang saya tahu. Saya hanya berusaha untuk bersikap netral di sini. Adil kan?
Title: Re: Sambhogakaya dalam Tradisi Theravada
Post by: Kelana on 18 May 2009, 06:02:09 PM
Ok.
Pertama, thanks kepada Sdr. Bond dan  Gachapin karena sudah menunjukkan letak dari kutipan yang ditulis Sdr. Gandalf. Dan rekan lainnya yang ikut memastikan. Dan memang terdapat kutipan seperti itu.

Kedua. Setelah saya cermati dari awal, saya berpendapat bahwa topik ini ada 2 isu yaitu masalah Sambhogakaya dan masalah Munculnya Buddha yang telah Parinibbana. Setahu saya dari apa yang saya baca dalam literatur Mahayana, Sambhogakaya atau tubuh cahaya adalah tubuh ketika Sang Buddha mengajar para dewa ketika Ia masih hidup. Dan ketika parinirvana, tubuh cahaya ini sudah tidak ada lagi, yang tinggal adalah Dharmakaya (tubuh Dharma).

Menurut saya, sepertinya Sdr. Gandalf kurang tepat membicarakan Sambhogakaya dengan mengambil literatur/biografi yang membahas, menekankan pada munculnya Buddha yang telah Parinibbana yang seharusnya hanya tingggal Dharmakaya-Nya. Seharusnya biografi tersebut dihubungkan dengan Dharmakaya bukan Sambhogakaya.

Selain itu, topik ini sebenarnya tidak lain merupakan usaha pencarian pembandingan antara konsep Sambhogakaya dan Buddha yang sudah Parinibbana bisa muncul lagi ala Mahayana dengan konsep di Theravada. Pertanyaannya adalah: Jika konsep Mahayana ini berasal dari SUTRA, pantaskah, berimbangkah diperbandingkan dengan sebuah BIOGRAFI yang bahkan sifatnya kontroversi seperti Biografi Acariya Mun karya Acariya Maha Boowa? Jelas TIDAK, kecuali kita menganggap Sutra Mahayana itu adalah karya sekelas sebuah biografi yang kontroversi.

Lalu bagaimana? Jelas sumber pembanding haruslah yang juga sekelas dengan Sutra, dan yang tidak kontroversi serta diakui secara keseluruhan, yang tidak lain adalah SUTTA.

Contoh membandingan dengan antara SUTRA dengan SUTTA, misalnya apakah ajaran Sunyata yang populer dalam Sutra-Sutra Mahayana ada juga dalam Theravada? Ternyata ada dalam Sutta. Inilah yang disebut membandingkan dengan sumber yang sekelas dan berimbang.

Jadi kita tunggu sumber yang valid dari TS dan rekan-rekannya.

Demikian.
Title: Re: Sambhogakaya dalam Tradisi Theravada
Post by: GandalfTheElder on 21 May 2009, 02:49:37 PM
Saya memang ngambil dari biografi, memang keliru? Apa memang perbandingan harus melalui sutta2 aja?

Saya tidak pernah menarik kesimpulan kalau memang dikenal Sambhogakaya dalam tradisi Theravada. Di dalam Theravada memang tidak dikenal adanya Sambhogakaya. Ini sudah saya tekankan di postingan kedua malah.

Nimitta-Buddha versi Theravada di sini memang ada kemiripan dengan Sambhogakaya. Tapi sebenarnya adalah dua perwujudan yang berbeda. Maka seperti yang anda bilang, nimitta Buddha akan lenyap setelah Buddha Parinirvana. Namun tidak demikian dengan Sambhogakaya dalam Mahayana.

Dan apa yang dialami Acariya Mun ini tampaknya adalah fenomena yang menarik, karena nimitta yang dimaksud beliau ada lebih mirip sama Sambhogakaya dalam Mahayana dan malah agak berbeda dengan pengertian nimitta Buddha di Kanon Pali.

Apalagi dialami oleh seorang bhikkhu Theravada yang bahkan setahu saya merupakan sesepuh banyak bhikkhu Theravada di Indo, termasuk di kalangan STI. Bahkan foto Acariya Mun juga ada di buku Melangkah di Keheningan karya Bhante Uttamo. Maka dari itu saya angkat jadi topik diskusi.

Sehingga saya nulis di awal postingan:

"Tapi sebenarnya apakah yang dialami Acariya Mun Bhuridatta itu Sambhogakaya?"

Menarik sekali kalau melihat bahwa bhikkhu senior Theravada memang ternyata melihat Sambhogakaya para Buddha. Sama seperti mengetahui kalau Ajahn Brahm yang populer itu dan bhikkhu2 tradisi hutan silsilah Ajahn Chah ternyata juga meyakini adanya antara-bhava (Bardo). Tapi ini mesti membutuhkan pembahasan lebih lanjut.

 _/\_
The Siddha Wanderer
Title: Re: Sambhogakaya dalam Tradisi Theravada
Post by: Kelana on 21 May 2009, 07:13:21 PM

Saya memang ngambil dari biografi, memang keliru? Apa memang perbandingan harus melalui sutta2 aja?

Seperti yang telah saya sampaikan bahwa menggunakan biografi yang kontroversi adalah kurang tepat, tidak mewakili tradisi Theravada secara keseluruhan. Sebagai pertimbangan mungkin ok-ok saja.

Quote
Saya tidak pernah menarik kesimpulan kalau memang dikenal Sambhogakaya dalam tradisi Theravada. Di dalam Theravada memang tidak dikenal adanya Sambhogakaya. Ini sudah saya tekankan di postingan kedua malah.

Dalam isi tulisan anda mungkin tidak, tapi dari JUDUL topik ini, mungkin anda secara tidak sadar, telah menyimpulkan. Judul topik: Sambhogakaya dalam Tradisi Theravada. Bagi saya ini adalah kalimat berita, memberitahukan.

Dan seperti yang saya telah sampaikan, topik ini sebenarnya tidak lain merupakan usaha pencarian pembandingan antara konsep Sambhogakaya dan Buddha yang sudah Parinibbana bisa muncul lagi ala Mahayana dengan konsep di Theravada.

Quote
Nimitta-Buddha versi Theravada di sini memang ada kemiripan dengan Sambhogakaya. Tapi sebenarnya adalah dua perwujudan yang berbeda. Maka seperti yang anda bilang, nimitta Buddha akan lenyap setelah Buddha Parinirvana. Namun tidak demikian dengan Sambhogakaya dalam Mahayana.

Seharusnya, menurut saya, judul topik adalah Perbandingan Nimitta dengan Sambhogakaya. Ini yang pertama.
Kedua, saya baru tahu bahwa Sambhogakaya dalam Mahayana tidak padam setelah Parinirvana. Entah saya terlalu banyak baca perbandingan sehingga tercampur atau apa, menurut saya Sambhogakaya dalam Mahayana juga padam, yang tinggal adalah Dharmakaya. Atau mungkin di topik lain (atau di sini juga boleh) anda bisa memberikan saya referensi (sutra lebih ok) mengenai hal ini agar tidak ada kesalahanpahaman. (referensi sutra saya lemah, jadi saya berdasarkan buku lain)

Quote
Dan apa yang dialami Acariya Mun ini tampaknya adalah fenomena yang menarik, karena nimitta yang dimaksud beliau ada lebih mirip sama Sambhogakaya dalam Mahayana dan malah agak berbeda dengan pengertian nimitta Buddha di Kanon Pali.

Apalagi dialami oleh seorang bhikkhu Theravada yang bahkan setahu saya merupakan sesepuh banyak bhikkhu Theravada di Indo, termasuk di kalangan STI. Bahkan foto Acariya Mun juga ada di buku Melangkah di Keheningan karya Bhante Uttamo. Maka dari itu saya angkat jadi topik diskusi.

Sehingga saya nulis di awal postingan:

"Tapi sebenarnya apakah yang dialami Acariya Mun Bhuridatta itu Sambhogakaya?"

Menarik sekali kalau melihat bahwa bhikkhu senior Theravada memang ternyata melihat Sambhogakaya para Buddha. Sama seperti mengetahui kalau Ajahn Brahm yang populer itu dan bhikkhu2 tradisi hutan silsilah Ajahn Chah ternyata juga meyakini adanya antara-bhava (Bardo). Tapi ini mesti membutuhkan pembahasan lebih lanjut.

Masih kontroversi. Ada yang bilang ini, itu, dll, lalu mana yang benar?
Menggunakan rujukan yang kontroversi maka akan menghasilkan jawaban diskusi yang tidak pasti juga, bisa ya bisa tidak.

Demikian.
Title: Re: Sambhogakaya dalam Tradisi Theravada
Post by: fabian c on 21 May 2009, 09:31:41 PM
Saya memang ngambil dari biografi, memang keliru? Apa memang perbandingan harus melalui sutta2 aja?

Saya tidak pernah menarik kesimpulan kalau memang dikenal Sambhogakaya dalam tradisi Theravada. Di dalam Theravada memang tidak dikenal adanya Sambhogakaya. Ini sudah saya tekankan di postingan kedua malah.

Nimitta-Buddha versi Theravada di sini memang ada kemiripan dengan Sambhogakaya. Tapi sebenarnya adalah dua perwujudan yang berbeda. Maka seperti yang anda bilang, nimitta Buddha akan lenyap setelah Buddha Parinirvana. Namun tidak demikian dengan Sambhogakaya dalam Mahayana.

Dan apa yang dialami Acariya Mun ini tampaknya adalah fenomena yang menarik, karena nimitta yang dimaksud beliau ada lebih mirip sama Sambhogakaya dalam Mahayana dan malah agak berbeda dengan pengertian nimitta Buddha di Kanon Pali.

Apalagi dialami oleh seorang bhikkhu Theravada yang bahkan setahu saya merupakan sesepuh banyak bhikkhu Theravada di Indo, termasuk di kalangan STI. Bahkan foto Acariya Mun juga ada di buku Melangkah di Keheningan karya Bhante Uttamo. Maka dari itu saya angkat jadi topik diskusi.

Sehingga saya nulis di awal postingan:

"Tapi sebenarnya apakah yang dialami Acariya Mun Bhuridatta itu Sambhogakaya?"

Menarik sekali kalau melihat bahwa bhikkhu senior Theravada memang ternyata melihat Sambhogakaya para Buddha. Sama seperti mengetahui kalau Ajahn Brahm yang populer itu dan bhikkhu2 tradisi hutan silsilah Ajahn Chah ternyata juga meyakini adanya antara-bhava (Bardo). Tapi ini mesti membutuhkan pembahasan lebih lanjut.

 _/\_
The Siddha Wanderer

Saudara Gandalf yang baik,

Kontroversinya bukan terletak pada Achaan Mun tetapi kontroversinya adalah pada yang menulis buku biography beliau.

Dalam Tipitaka dikatakan bila pernyataan seorang bhikkhu bertentangan dengan Dhamma dan Vinaya maka dianggap bhikkhu tersebut misrepresentatif (salah mengartikan) ajaran Sang Buddha.

Semoga dapat dimengerti

Sukhi hotu
Title: Re: Sambhogakaya dalam Tradisi Theravada
Post by: GandalfTheElder on 21 May 2009, 09:51:05 PM
Saya gunakan judul seperti untuk membahas mengenai Sambhogakaya dan Theravada. Bukan berita ataupun pertanyaan, namun sebuah fenomena yang perlu pembahasan. Moga2 masalah judul ini tidak berkepanjangan.

Yang menulis biografinya memang kontroversial, tapi bagaimanapun beliau adalah bhikkhu Theravada. Maka ya tentu dapat menjadi materi pembahasan topik ini. Saya tidak pernah mengatakan bahwa pandangannya mewakili Theravada secara keseluruhan. Dari awal saya gunakan itu memang sebagai pertimbangan. Semoga ini dapat mejelaskan maksud saya.

 _/\_
The Siddha Wanderer
Title: Re: Sambhogakaya dalam Tradisi Theravada
Post by: Kelana on 22 May 2009, 07:28:58 PM
Saya gunakan judul seperti untuk membahas mengenai Sambhogakaya dan Theravada. Bukan berita ataupun pertanyaan, namun sebuah fenomena yang perlu pembahasan. Moga2 masalah judul ini tidak berkepanjangan.

Yang menulis biografinya memang kontroversial, tapi bagaimanapun beliau adalah bhikkhu Theravada. Maka ya tentu dapat menjadi materi pembahasan topik ini. Saya tidak pernah mengatakan bahwa pandangannya mewakili Theravada secara keseluruhan. Dari awal saya gunakan itu memang sebagai pertimbangan. Semoga ini dapat mejelaskan maksud saya.

 _/\_
The Siddha Wanderer

Ok, jika demikian saya rasa dengan penjelasan dari Sdr. Fabian yang telah menanggapi mengenai pribadi seorang bhikkhu , menurut saya diskusi ini selesai.

Demikian.
Title: Re: Sambhogakaya dalam Tradisi Theravada
Post by: Xan To on 14 August 2009, 04:10:09 AM
Ehm kalo berdasarkan kutipan ayat diatas, kayaknya yang dimaksud adalah Tubuh Nirmanakaya-nya deh....kalo Tubuh Nirmanakaya ya emang gak mungkin lagi bisa dilihat oleh dewa/manusia....

Yang kedua, mungkin saja Tubuh Sambhogakaya memang ada, alasannya :
 1. Dulu pernah baca, katanya ketika Masa Dhamma berakhir...semua relik Sang Buddha akan berkumpul kembali membentuk tubuh Sang Buddha secara utuh [dan beberapa hari mengajarkan Dhamma namun tidak satupun manusia yang tahu] dan kemudian menghilang. Yang menjadi pertanyaan saya sih, kok bisa ya begitu, jika seandainya Sang Buddha telah mencapai anupadisesa-nibbana???
Ini sumbernya dari mana? Bacaan Theravada atau lainnya?
Menurut saya sih, seandainya pun benar relik-relik itu berkumpul dan muncul Buddha (mungkin seperti kisah Dragon Ball), Buddha tidak akan mengajar jika tidak ada mahluk yang bisa mengambil manfaat dari ajaran Buddha.

Di samping itu, Buddha tidak pernah cerita relik-relik Buddha sebelumnya bisa berkumpul dan invoke/summon Buddha tersebut. Yang ada, Buddha selalu menceritakan kejayaan Buddha masa lampau, dan menceritakan menurun dan "hancurnya" Sangha Buddha yang jaya tersebut di kemudian hari, sehingga membuat para murid selalu menyadari hukum perubahan.

Seperti yang saya janjikan, berikut kisahnya ini saya dapat dari blognya Ratna Kumara tapi isinya seperti buku yang pernah saya baca :

“ Kemudian ketika Ajaran Buddha telah berumur lima-ribu (5.000) tahun, Relik-relik Buddha, yang tidak lagi dihormati dan dipuja, akan pergi ke tempat-tempat dimana masih ada penghormatan dan pemujaan. Seiring berjalannya waktu, di semua tempat tidak lagi ditemukan adanya penghormatan dan pemujaan terhadap Relik [Sang-Buddha]. Pada masa itu, ketika Ajaran berangsur terlupakan, semua Relik datang dari berbagai tempat, dari kediaman naga dan alam dewa serta alam Brahma, berkumpul di sekitar pohon Boddhi di Buddha Gaya di mana Sang Buddha mencapai Pencerahan-Sempurna, dan melakukan keajaiban seperti “Keajaiban-Kembar”, kemudian akan mengajarkan Dhamma. Tidak akan ditemukan manusia di tempat itu. Semua dewa dari sepuluh-ribu ( 10.000 ) sistem dunia berkumpul bersama untuk mendengarkan Dhamma dan ribuan jumlah dari mereka akan merealisasikan Ajaran. Mereka akan menangis keras dan berkata, “ Wahai para Dewa, satu minggu dari hari ini Pemilik sepuluh (10) Kekuatan Tathagata akan memasuki Parinibbana.” Dengan terisak mereka berkata: “Mulai saat itu, kita semua berada dalam kegelapan.” Kemudian Relik akan memanas dan terbakar habis tanpa sisa.

Inilah Sariputta, yang dimaksud lenyapnya Relik. “




Title: Re: Sambhogakaya dalam Tradisi Theravada
Post by: Kelana on 14 August 2009, 08:08:04 PM

Seperti yang saya janjikan, berikut kisahnya ini saya dapat dari blognya Ratna Kumara tapi isinya seperti buku yang pernah saya baca :

“ Kemudian ketika Ajaran Buddha telah berumur lima-ribu (5.000) tahun, Relik-relik Buddha, yang tidak lagi dihormati dan dipuja, akan pergi ke tempat-tempat dimana masih ada penghormatan dan pemujaan. Seiring berjalannya waktu, di semua tempat tidak lagi ditemukan adanya penghormatan dan pemujaan terhadap Relik [Sang-Buddha]. Pada masa itu, ketika Ajaran berangsur terlupakan, semua Relik datang dari berbagai tempat, dari kediaman naga dan alam dewa serta alam Brahma, berkumpul di sekitar pohon Boddhi di Buddha Gaya di mana Sang Buddha mencapai Pencerahan-Sempurna, dan melakukan keajaiban seperti “Keajaiban-Kembar”, kemudian akan mengajarkan Dhamma. Tidak akan ditemukan manusia di tempat itu. Semua dewa dari sepuluh-ribu ( 10.000 ) sistem dunia berkumpul bersama untuk mendengarkan Dhamma dan ribuan jumlah dari mereka akan merealisasikan Ajaran. Mereka akan menangis keras dan berkata, “ Wahai para Dewa, satu minggu dari hari ini Pemilik sepuluh (10) Kekuatan Tathagata akan memasuki Parinibbana.” Dengan terisak mereka berkata: “Mulai saat itu, kita semua berada dalam kegelapan.” Kemudian Relik akan memanas dan terbakar habis tanpa sisa.

Inilah Sariputta, yang dimaksud lenyapnya Relik. “

Saya tidak membaca ada seorang Buddha secara fisik yang mengajar pada momen berkumpulnya relik tersebut, tidak ada kata-kata yang menunjukkan hal itu. Yang ada adalah relik-relik tersebut berkumpul, melakukan keajaiban, mengajarkan Dhamma. Berkumpul bukan berarti menyatu jadi satu membentuk fisik utuh. Lalu siapa yang mengajarkan Dhamma? Yang pasti bukan seorang Buddha karena tidak dikatakan demikian. Tapi saya teringat akan sebuah film science fiction, dimana seseorang bisa berbicara dengan visual image dari seseorang yang sudah mati.
Title: Re: Sambhogakaya dalam Tradisi Theravada
Post by: Jerry on 15 August 2009, 12:09:47 AM
Seperti yang saya janjikan, berikut kisahnya ini saya dapat dari blognya Ratna Kumara tapi isinya seperti buku yang pernah saya baca :

“ Kemudian ketika Ajaran Buddha telah berumur lima-ribu (5.000) tahun, Relik-relik Buddha, yang tidak lagi dihormati dan dipuja, akan pergi ke tempat-tempat dimana masih ada penghormatan dan pemujaan. Seiring berjalannya waktu, di semua tempat tidak lagi ditemukan adanya penghormatan dan pemujaan terhadap Relik [Sang-Buddha]. Pada masa itu, ketika Ajaran berangsur terlupakan, semua Relik datang dari berbagai tempat, dari kediaman naga dan alam dewa serta alam Brahma, berkumpul di sekitar pohon Boddhi di Buddha Gaya di mana Sang Buddha mencapai Pencerahan-Sempurna, dan melakukan keajaiban seperti “Keajaiban-Kembar”, kemudian akan mengajarkan Dhamma. Tidak akan ditemukan manusia di tempat itu. Semua dewa dari sepuluh-ribu ( 10.000 ) sistem dunia berkumpul bersama untuk mendengarkan Dhamma dan ribuan jumlah dari mereka akan merealisasikan Ajaran. Mereka akan menangis keras dan berkata, “ Wahai para Dewa, satu minggu dari hari ini Pemilik sepuluh (10) Kekuatan Tathagata akan memasuki Parinibbana.” Dengan terisak mereka berkata: “Mulai saat itu, kita semua berada dalam kegelapan.” Kemudian Relik akan memanas dan terbakar habis tanpa sisa.

Inilah Sariputta, yang dimaksud lenyapnya Relik. “


Oh.. Ini yg dimaksud oleh Daimond di thread lain tentang 'rupang' yg seperti robot itu toh.. Bukan perkataan Sang Buddha, sudah jelas dah.. Bahkan perkataan Sang Buddha kalau memang tdk dpt kita terima boleh saja tuh menolaknya. Masa mau dimakan mentah-mentah?
Title: Re: Sambhogakaya dalam Tradisi Theravada
Post by: markosprawira on 18 August 2009, 09:30:22 AM

Seperti yang saya janjikan, berikut kisahnya ini saya dapat dari blognya Ratna Kumara tapi isinya seperti buku yang pernah saya baca :

“ Kemudian ketika Ajaran Buddha telah berumur lima-ribu (5.000) tahun, Relik-relik Buddha, yang tidak lagi dihormati dan dipuja, akan pergi ke tempat-tempat dimana masih ada penghormatan dan pemujaan. Seiring berjalannya waktu, di semua tempat tidak lagi ditemukan adanya penghormatan dan pemujaan terhadap Relik [Sang-Buddha]. Pada masa itu, ketika Ajaran berangsur terlupakan, semua Relik datang dari berbagai tempat, dari kediaman naga dan alam dewa serta alam Brahma, berkumpul di sekitar pohon Boddhi di Buddha Gaya di mana Sang Buddha mencapai Pencerahan-Sempurna, dan melakukan keajaiban seperti “Keajaiban-Kembar”, kemudian akan mengajarkan Dhamma. Tidak akan ditemukan manusia di tempat itu. Semua dewa dari sepuluh-ribu ( 10.000 ) sistem dunia berkumpul bersama untuk mendengarkan Dhamma dan ribuan jumlah dari mereka akan merealisasikan Ajaran. Mereka akan menangis keras dan berkata, “ Wahai para Dewa, satu minggu dari hari ini Pemilik sepuluh (10) Kekuatan Tathagata akan memasuki Parinibbana.” Dengan terisak mereka berkata: “Mulai saat itu, kita semua berada dalam kegelapan.” Kemudian Relik akan memanas dan terbakar habis tanpa sisa.

Inilah Sariputta, yang dimaksud lenyapnya Relik. “

Saya tidak membaca ada seorang Buddha secara fisik yang mengajar pada momen berkumpulnya relik tersebut, tidak ada kata-kata yang menunjukkan hal itu. Yang ada adalah relik-relik tersebut berkumpul, melakukan keajaiban, mengajarkan Dhamma. Berkumpul bukan berarti menyatu jadi satu membentuk fisik utuh. Lalu siapa yang mengajarkan Dhamma? Yang pasti bukan seorang Buddha karena tidak dikatakan demikian. Tapi saya teringat akan sebuah film science fiction, dimana seseorang bisa berbicara dengan visual image dari seseorang yang sudah mati.


Betul sekali bro

kalau hanya baca secara harafiah dari klaimat berikut di bawah

Quote
Semua dewa dari sepuluh-ribu ( 10.000 ) sistem dunia berkumpul bersama untuk mendengarkan Dhamma dan ribuan jumlah dari mereka akan merealisasikan Ajaran. Mereka akan menangis keras

bisa saja ditafsirkan bahwa ribuan yang merealisasi ajaran itu, masih menangis keras juga....

demikian kalau kita hanya baca separuh2 saja....... ;D
Title: Re: Sambhogakaya dalam Tradisi Theravada
Post by: fabian c on 24 September 2009, 01:28:03 AM

Seperti yang saya janjikan, berikut kisahnya ini saya dapat dari blognya Ratna Kumara tapi isinya seperti buku yang pernah saya baca :

“ Kemudian ketika Ajaran Buddha telah berumur lima-ribu (5.000) tahun, Relik-relik Buddha, yang tidak lagi dihormati dan dipuja, akan pergi ke tempat-tempat dimana masih ada penghormatan dan pemujaan. Seiring berjalannya waktu, di semua tempat tidak lagi ditemukan adanya penghormatan dan pemujaan terhadap Relik [Sang-Buddha]. Pada masa itu, ketika Ajaran berangsur terlupakan, semua Relik datang dari berbagai tempat, dari kediaman naga dan alam dewa serta alam Brahma, berkumpul di sekitar pohon Boddhi di Buddha Gaya di mana Sang Buddha mencapai Pencerahan-Sempurna, dan melakukan keajaiban seperti “Keajaiban-Kembar”, kemudian akan mengajarkan Dhamma. Tidak akan ditemukan manusia di tempat itu. Semua dewa dari sepuluh-ribu ( 10.000 ) sistem dunia berkumpul bersama untuk mendengarkan Dhamma dan ribuan jumlah dari mereka akan merealisasikan Ajaran. Mereka akan menangis keras dan berkata, “ Wahai para Dewa, satu minggu dari hari ini Pemilik sepuluh (10) Kekuatan Tathagata akan memasuki Parinibbana.” Dengan terisak mereka berkata: “Mulai saat itu, kita semua berada dalam kegelapan.” Kemudian Relik akan memanas dan terbakar habis tanpa sisa.

Inilah Sariputta, yang dimaksud lenyapnya Relik. “

Saya tidak membaca ada seorang Buddha secara fisik yang mengajar pada momen berkumpulnya relik tersebut, tidak ada kata-kata yang menunjukkan hal itu. Yang ada adalah relik-relik tersebut berkumpul, melakukan keajaiban, mengajarkan Dhamma. Berkumpul bukan berarti menyatu jadi satu membentuk fisik utuh. Lalu siapa yang mengajarkan Dhamma? Yang pasti bukan seorang Buddha karena tidak dikatakan demikian. Tapi saya teringat akan sebuah film science fiction, dimana seseorang bisa berbicara dengan visual image dari seseorang yang sudah mati.


Saudara Kelana yang baik,

Sekedar berbagi, setahu saya sebelum Sang Buddha Parinibbana, Beliau melakukan tekad agar relik Beliau berkumpul, lalu membentuk image dan mengajarkan Dhamma. Menurut Mahavamsa Beliau juga bertekad semoga cabang pohon Bodhi lepas dengan sendirinya pada waktu akan ditanam di Srilangka. Cabang pohon Bodhi tersebut masih tumbuh hingga sekarang, setelah lebih dua ribu tahun.

Tekad Beliau agar relik berkumpul lalu membentuk gambaran Beliau dan mengajarkan Dhamma tidak sulit dilakukan oleh Seorang Buddha. Sama seperti ketika Beliau mengajar di surga Tavatimsa, Beliau menciptakan kembaran yang menggantikan Beliau mengajarkan Dhamma persis seperti Beliau, ketika Beliau turun ke Bumi untuk berpindapatta.

Demikian juga dengan relik seorang Arahat. Seorang Arahat bisa bertekad agar sisa tubuhnya setelah kremasi menjadi relik atau tidak. Bahkan di Myanmar ada Bhikkhu yang rambutnya setelah dicukur berubah menjadi relik, padahal beliau masih hidup.

 _/\_
Title: Re: Sambhogakaya dalam Tradisi Theravada
Post by: Indra on 24 September 2009, 02:02:34 AM

Seperti yang saya janjikan, berikut kisahnya ini saya dapat dari blognya Ratna Kumara tapi isinya seperti buku yang pernah saya baca :

“ Kemudian ketika Ajaran Buddha telah berumur lima-ribu (5.000) tahun, Relik-relik Buddha, yang tidak lagi dihormati dan dipuja, akan pergi ke tempat-tempat dimana masih ada penghormatan dan pemujaan. Seiring berjalannya waktu, di semua tempat tidak lagi ditemukan adanya penghormatan dan pemujaan terhadap Relik [Sang-Buddha]. Pada masa itu, ketika Ajaran berangsur terlupakan, semua Relik datang dari berbagai tempat, dari kediaman naga dan alam dewa serta alam Brahma, berkumpul di sekitar pohon Boddhi di Buddha Gaya di mana Sang Buddha mencapai Pencerahan-Sempurna, dan melakukan keajaiban seperti “Keajaiban-Kembar”, kemudian akan mengajarkan Dhamma. Tidak akan ditemukan manusia di tempat itu. Semua dewa dari sepuluh-ribu ( 10.000 ) sistem dunia berkumpul bersama untuk mendengarkan Dhamma dan ribuan jumlah dari mereka akan merealisasikan Ajaran. Mereka akan menangis keras dan berkata, “ Wahai para Dewa, satu minggu dari hari ini Pemilik sepuluh (10) Kekuatan Tathagata akan memasuki Parinibbana.” Dengan terisak mereka berkata: “Mulai saat itu, kita semua berada dalam kegelapan.” Kemudian Relik akan memanas dan terbakar habis tanpa sisa.

Inilah Sariputta, yang dimaksud lenyapnya Relik. “

Saya tidak membaca ada seorang Buddha secara fisik yang mengajar pada momen berkumpulnya relik tersebut, tidak ada kata-kata yang menunjukkan hal itu. Yang ada adalah relik-relik tersebut berkumpul, melakukan keajaiban, mengajarkan Dhamma. Berkumpul bukan berarti menyatu jadi satu membentuk fisik utuh. Lalu siapa yang mengajarkan Dhamma? Yang pasti bukan seorang Buddha karena tidak dikatakan demikian. Tapi saya teringat akan sebuah film science fiction, dimana seseorang bisa berbicara dengan visual image dari seseorang yang sudah mati.


Saudara Kelana yang baik,

Sekedar berbagi, setahu saya sebelum Sang Buddha Parinibbana, Beliau melakukan tekad agar relik Beliau berkumpul, lalu membentuk image dan mengajarkan Dhamma. Menurut Mahavamsa Beliau juga bertekad semoga cabang pohon Bodhi lepas dengan sendirinya pada waktu akan ditanam di Srilangka. Cabang pohon Bodhi tersebut masih tumbuh hingga sekarang, setelah lebih dua ribu tahun.

Tekad Beliau agar relik berkumpul lalu membentuk gambaran Beliau dan mengajarkan Dhamma tidak sulit dilakukan oleh Seorang Buddha. Sama seperti ketika Beliau mengajar di surga Tavatimsa, Beliau menciptakan kembaran yang menggantikan Beliau mengajarkan Dhamma persis seperti Beliau, ketika Beliau turun ke Bumi untuk berpindapatta.

Demikian juga dengan relik seorang Arahat. Seorang Arahat bisa bertekad agar sisa tubuhnya setelah kremasi menjadi relik atau tidak. Bahkan di Myanmar ada Bhikkhu yang rambutnya setelah dicukur berubah menjadi relik, padahal beliau masih hidup.

 _/\_

mbah fabian, mohon referensi atas kisah di atas, mengenai tekad sebelum Parinibbana yang sepertinya missing dalam Mahaparinibbana Sutta.
Title: Re: Sambhogakaya dalam Tradisi Theravada
Post by: Kelana on 24 September 2009, 08:27:30 AM
Saudara Kelana yang baik,

Sekedar berbagi, setahu saya sebelum Sang Buddha Parinibbana, Beliau melakukan tekad agar relik Beliau berkumpul, lalu membentuk image dan mengajarkan Dhamma.
 _/\_

Benar Sdr. Fabian, Mahavamsa memang menjelaskan seperti itu. Namun agar kita semua tidak salah paham, kita perlu menegaskan bahwa apa yang terjadi, apakah relik itu berkumpul atau menyatu (dua hal yang berbeda antara berkumpul dan menyatu) hanyalah membentuk visual image, gambaran, ilusi dari fisik Buddha, BUKAN Sang Buddha pribadi yang muncul kembali utuh seperti sebelum Beliau parinibbana. Saya rasa anda sepaham dengan penegasan ini.

Demikian

catatan:saya membold tulisan sebagai penegasan
Title: Re: Sambhogakaya dalam Tradisi Theravada
Post by: markosprawira on 24 September 2009, 09:33:34 AM
yup, bagi2 dong mahavamsa-nya........

walau ga gitu bermanfaat, tapi bisa menambah pengetahuan
Title: Re: Sambhogakaya dalam Tradisi Theravada
Post by: Indra on 25 September 2009, 11:34:07 AM
yup, bagi2 dong mahavamsa-nya........

walau ga gitu bermanfaat, tapi bisa menambah pengetahuan

silahkan http://mahavamsa.org
Title: Re: Sambhogakaya dalam Tradisi Theravada
Post by: Xan To on 02 October 2009, 07:08:41 PM
Quote
Semua dewa dari sepuluh-ribu ( 10.000 ) sistem dunia berkumpul bersama untuk mendengarkan Dhamma dan ribuan jumlah dari mereka akan merealisasikan Ajaran. Mereka akan menangis keras

bisa saja ditafsirkan bahwa ribuan yang merealisasi ajaran itu, masih menangis keras juga....

demikian kalau kita hanya baca separuh2 saja....... ;D

Bagaimana dengan beberapa bhikkhu yang kemudian berteriak teriak sambil tertawa setelah mencapai Nibbana pada jaman Sang Buddha??
Lagi pula menangis itukan tidak selamanya karena sedih begitu juga dengan tertawa.....
Title: Re: Sambhogakaya dalam Tradisi Theravada
Post by: Jerry on 02 October 2009, 10:36:33 PM
Quote
Semua dewa dari sepuluh-ribu ( 10.000 ) sistem dunia berkumpul bersama untuk mendengarkan Dhamma dan ribuan jumlah dari mereka akan merealisasikan Ajaran. Mereka akan menangis keras

bisa saja ditafsirkan bahwa ribuan yang merealisasi ajaran itu, masih menangis keras juga....

demikian kalau kita hanya baca separuh2 saja....... ;D

Bagaimana dengan beberapa bhikkhu yang kemudian berteriak teriak sambil tertawa setelah mencapai Nibbana pada jaman Sang Buddha??
Lagi pula menangis itukan tidak selamanya karena sedih begitu juga dengan tertawa.....
berteriak2 sambil tertawa? ??? lebih spesifik plis.. mohon referensinya :)
Title: Re: Sambhogakaya dalam Tradisi Theravada
Post by: siung on 03 October 2009, 11:12:59 PM
kayaknya yang kalian bahas nga ada manfaatnya deh.tidak menuju pencerahan.
Title: Re: Sambhogakaya dalam Tradisi Theravada
Post by: Indra on 03 October 2009, 11:18:12 PM
kayaknya yang kalian bahas nga ada manfaatnya deh.tidak menuju pencerahan.

silahkan Member Siung memulai pembahasan yang bermanfaat dan menuju pencerahan
Title: Re: Sambhogakaya dalam Tradisi Theravada
Post by: Xan To on 06 October 2009, 05:11:38 AM
berteriak2 sambil tertawa? ??? lebih spesifik plis.. mohon referensinya :)

Wah kalo itu mah susah atuh hehehe soalnya saya tahunya juga dari bhante......tapi seingat saya juga pernah deh baca disutta......cuma kayaknya bukan bhikkhu tapi upasaka sepertinya, yang berhasil mencapai pencerahan kalo gak salah ingat di Milinda Panha ada dibahas juga.........coba tanya aja sama senior2 disini mungkin ada yang tahu.......... itupun kalo gak salah loh.....
Title: Re: Sambhogakaya dalam Tradisi Theravada
Post by: Jerry on 06 October 2009, 11:02:13 PM
berteriak2 sambil tertawa? ??? lebih spesifik plis.. mohon referensinya :)

Wah kalo itu mah susah atuh hehehe soalnya saya tahunya juga dari bhante......tapi seingat saya juga pernah deh baca disutta......cuma kayaknya bukan bhikkhu tapi upasaka sepertinya, yang berhasil mencapai pencerahan kalo gak salah ingat di Milinda Panha ada dibahas juga.........coba tanya aja sama senior2 disini mungkin ada yang tahu.......... itupun kalo gak salah loh.....
yup sante aja.. ;)
Title: Re: Sambhogakaya dalam Tradisi Theravada
Post by: markosprawira on 07 October 2009, 09:18:52 AM
Quote
Semua dewa dari sepuluh-ribu ( 10.000 ) sistem dunia berkumpul bersama untuk mendengarkan Dhamma dan ribuan jumlah dari mereka akan merealisasikan Ajaran. Mereka akan menangis keras

bisa saja ditafsirkan bahwa ribuan yang merealisasi ajaran itu, masih menangis keras juga....

demikian kalau kita hanya baca separuh2 saja....... ;D

Bagaimana dengan beberapa bhikkhu yang kemudian berteriak teriak sambil tertawa setelah mencapai Nibbana pada jaman Sang Buddha??
Lagi pula menangis itukan tidak selamanya karena sedih begitu juga dengan tertawa.....

itu yg saya angkat dalam artikel Dua Bahasa di http://dhammacitta.org/forum/index.php/topic,12639.0.html

kita sering menyamakan bahasa dalam sehari2, utk membahas Dhamma.
Padahal dalam bahasan ini, bahasa sehari2 adalah merujuk ke hasil, yg berbeda dengan bahasa Dhamma yg merujuk ke momen per momen dalam batin

dalam keseharian memang kita bisa melihat orang bisa menangis bahagia. Tapi jika kita lihat kembali secara batin, tidak mungkin menangis yg pada saat bersamaan muncul rasa bahagia

bahkan sering kita lihat org tertawa terbahak2 (lobha) sampai menangis. Itu juga bukan berarti dosa mula citta bercampur loba mula citta pada saat bersamaan
namun berganti2 dalam seperibu trilyun trilyun detik (amat sangat cepat sekali)

itu pernah dibahas mengenai membunuh dengan cinta kasih (mercy killing) atau mencuri ala robin hood
Title: Re: Sambhogakaya dalam Tradisi Theravada
Post by: Xan To on 01 August 2012, 12:42:47 AM
 
Saya tidak membaca ada seorang Buddha secara fisik yang mengajar pada momen berkumpulnya relik tersebut, tidak ada kata-kata yang menunjukkan hal itu. Yang ada adalah relik-relik tersebut berkumpul, melakukan keajaiban, mengajarkan Dhamma. Berkumpul bukan berarti menyatu jadi satu membentuk fisik utuh. Lalu siapa yang mengajarkan Dhamma? Yang pasti bukan seorang Buddha karena tidak dikatakan demikian. Tapi saya teringat akan sebuah film science fiction, dimana seseorang bisa berbicara dengan visual image dari seseorang yang sudah mati.

Lalu apakah anda akan mengatakan bahwa Relik Sang Buddha yang berbicara?
Lagi pula masalah yang ingin diketahui sekarang kan, apakah ketika Sang Buddha yang telah mencapai anupadisesa-nibbana, masih dapat meninggalkan keajaiban2nya, jika ya maka ada kemungkinan Nimitta-Buddha itu ada, seperti yang dilihat Acariya Mun, Lu Sheng Yen mungkin, makin bikin bingung saja ::)

Wah tak terasa sudah 3 tahun yang lalu  ;D
Title: Re: Sambhogakaya dalam Tradisi Theravada
Post by: Indra on 01 August 2012, 08:07:15 PM

Wah tak terasa sudah 3 tahun yang lalu  ;D

anda sendiri, kemana aje? baru nongol lagi.
Title: Re: Sambhogakaya dalam Tradisi Theravada
Post by: Xan To on 01 August 2012, 11:15:25 PM
anda sendiri, kemana aje? baru nongol lagi.

Sibuk cari uang Om Indra, hehehe
Title: Re: Sambhogakaya dalam Tradisi Theravada
Post by: Indra on 01 August 2012, 11:22:31 PM
Sibuk cari uang Om Indra, hehehe

untung masih ingat passwordnya
Title: Re: Sambhogakaya dalam Tradisi Theravada
Post by: Kelana on 07 August 2012, 06:33:03 AM
Topik yang sudah lama sekali  ;D


Lalu apakah anda akan mengatakan bahwa Relik Sang Buddha yang berbicara?

Ya, seperti itu yang saya tangkap dalam kisah lenyapnya relik. Mungkin seperti hasil rekaman suara yang mendengarkan nenek/kakek kita yang sudah meninggal tapi tetap bisa terdengar suara nenek/kakek dalam rekaman tersebut, dan tentu saja rekaman suara tersebut bukan nenek/kakek kita yang bangkit lagi dari kematian.

Quote
Lagi pula masalah yang ingin diketahui sekarang kan, apakah ketika Sang Buddha yang telah mencapai anupadisesa-nibbana, masih dapat meninggalkan keajaiban2nya, jika ya maka ada kemungkinan Nimitta-Buddha itu ada, seperti yang dilihat Acariya Mun, Lu Sheng Yen mungkin, makin bikin bingung saja ::)

Wah tak terasa sudah 3 tahun yang lalu  ;D

Ada perbedaan antara kisah lenyapnya relik dengan penglihatan Ajahn Mun dan LSY. Dalam kisah lenyapnya relik tidak ada seorang Buddha bahkan tidak dikatakan adanya gambaran Buddha yang muncul karena kehendak Sang Buddha yang sudah parinibbana. Dalam kisah ini kita mungkin bisa mengatakan adanya sisa-sisa kekuatan Sang Buddha.

Sedangkan kasus Ajahn Mun dan LSY yang saya tangkap, dikatakan Sang Buddha sendiri secara pribadi yang berperan. Dalam kasus Ajahn Mun, Sang Buddha yang sudah parinibbana berkehendak, sekali lagi berkehendak untuk melakukan kontak/interaksi dan memunculkan wujud entah bersifat materi atau hanya ilusi. Dalam kasus LSY jelas Sang Buddha dikatakan bisa minum kopi bersamanya. Jadi dalam kedua kasus ini bukan menampilkan sisa-sisa kekuatan Sang Buddha tapi Sang Buddha yang sudah parinibbana sendiri secara pribadi yang berperan.

Pertanyaannya adalah bagaimana kehendak itu bisa muncul dari mereka yang sudah parinibbana (nibbana tanpa sisa)? Jika ada kehendak maka seharusnya ada pikiran, jika ada pikiran seharusnya ada…..dst.(sebab musabab yang saling bergantungan)
Title: Re: Sambhogakaya dalam Tradisi Theravada
Post by: vajra.chedika on 23 August 2012, 09:12:59 PM
Buddha bertindak scara spontan tanpa kehendak (faktor mental niat / cetana cetasika). Cetana tdk muncul lagi krn avijja sdh lenyap.
Title: Re: Sambhogakaya dalam Tradisi Theravada
Post by: Indra on 23 August 2012, 09:22:11 PM
Buddha bertindak scara spontan tanpa kehendak (faktor mental niat / cetana cetasika). Cetana tdk muncul lagi krn avijja sdh lenyap.

Ketika Sang Buddha pertama kali memutuskan untuk mengajar Dhamma, Beliau merenungkan kepada siapa Dhamma akan diajarkan hingga akhirnya memutuskan akan diajarkan kepada lima petapa. Apakah ini juga bukan kehendak?
Title: Re: Sambhogakaya dalam Tradisi Theravada
Post by: vajra.chedika on 23 August 2012, 10:44:39 PM
Narasi tsb dikisahkan utk memudahkan kita melihat ketulusan hati, welas asih, keagungan Sang Buddha Gautama. Tidak cocok utk menjelaskan cara kerja ataupun batin seorang Buddha.
Title: Re: Sambhogakaya dalam Tradisi Theravada
Post by: Indra on 23 August 2012, 11:28:56 PM
Narasi tsb dikisahkan utk memudahkan kita melihat ketulusan hati, welas asih, keagungan Sang Buddha Gautama. Tidak cocok utk menjelaskan cara kerja ataupun batin seorang Buddha.

Jadi menurut anda apa yg dijelaskan dalam sutta itu tidak benar2 terjadi demikian?
Jadi narasi apa yg cocok utk menjelaskan cara kerja ataupun batin seorang Buddha?
Title: Re: Sambhogakaya dalam Tradisi Theravada
Post by: siswahardy on 23 August 2012, 11:58:15 PM
Jadi menurut anda apa yg dijelaskan dalam sutta itu tidak benar2 terjadi demikian?
bisa saja iya
tapi sekalipun tdk benar2 terjadi demikian, itu tidaklah penting
yg terpenting adalah pesan/ajaran apa yg tersurat/tersirat

Jadi narasi apa yg cocok utk menjelaskan cara kerja ataupun batin seorang Buddha?
rasanya tidak ada
sudah di luar batasan konseptual
sekalipun kita berusaha keras memahaminya,
tetap saja kita ngak akan bisa memahaminya
tunggu nanti kalau jadi Arahat atau Buddha

sekedar opini saja
Title: Re: Sambhogakaya dalam Tradisi Theravada
Post by: Kelana on 25 August 2012, 04:23:02 PM
Buddha bertindak scara spontan tanpa kehendak (faktor mental niat / cetana cetasika). Cetana tdk muncul lagi krn avijja sdh lenyap.

Spontan?? Tidakkah ini bertentangan dengan hukum sebab-akibat dan mengarah pada paham nihilism??
Jika spontan, apa bedanya menjadi Buddha dengan tanaman putri malu yang disentuh maka spontan menunduk??
Title: Re: Sambhogakaya dalam Tradisi Theravada
Post by: vajra.chedika on 26 August 2012, 10:54:30 AM
spontan = tanpa cetana
Title: Re: Sambhogakaya dalam Tradisi Theravada
Post by: Kelana on 26 August 2012, 05:10:15 PM
spontan = tanpa cetana

Iya saya paham yang anda maksud spontan = tanpa cetana (meskipun agak aneh karena spontan berarti tiba-tiba, tanpa berpikir, terjadi begitu saja) , tapi pertanyaannya:
 
Jika spontan, apa bedanya menjadi Buddha dengan tanaman putri malu yang disentuh maka spontan menunduk??
Title: Re: Sambhogakaya dalam Tradisi Theravada
Post by: vajra.chedika on 26 August 2012, 07:31:57 PM
Saya juga merasa aneh, cuma bisa berusaha membayangkan, misalnya bgm saya bisa mengetik ini tanpa mengarahkan pikiran saya terlebih dahulu. Sepertinya saya dan Anda harus menjadi Buddha dulu baru tdk merasa aneh. ;)
Title: Re: Sambhogakaya dalam Tradisi Theravada
Post by: vajra.chedika on 26 August 2012, 07:46:49 PM
Maaf tadi blm menjawab pertanyaan tentang tanaman putri malu.
Bedanya adl kalau tanaman putri malu tdk aktif menolong seluruh mahluk di samsara.
Title: Re: Sambhogakaya dalam Tradisi Theravada
Post by: kullatiro on 26 August 2012, 07:59:51 PM
Bukan nya untuk menjadi Bhodisatva kemudian menjadi Sammasam Buddha memerlukan cetana berjuta juta kalpa lama nya, jadi yang tersisa di Sammasam Buddha adalah endapan cetana yang di pupuk berjuta juta kalpa lama nya (janji yang di buat oleh pertapa sumedha).

Bila tanpa ada nya janji ini mungkin Sang Buddha langsung parinivana tanpa perlu mengajarkan lagi Dhamma kepada banyak mahluk.
Title: Re: Sambhogakaya dalam Tradisi Theravada
Post by: The Ronald on 26 August 2012, 08:07:48 PM
btw...mungkin bro vajra bisa kasih alasan..bagaimana hingga muncul pemikiran  bahwa ...  spontan = tampa cetana?

krn setau saya Arahat memang tidak mengunakan cetana..tp mereka mengunakan kiriya ... dan ini tidak dpt dikatakan spontan (tampa pertimbangan)
Title: Re: Sambhogakaya dalam Tradisi Theravada
Post by: Kelana on 26 August 2012, 08:32:14 PM
Saya juga merasa aneh, cuma bisa berusaha membayangkan, misalnya bgm saya bisa mengetik ini tanpa mengarahkan pikiran saya terlebih dahulu. Sepertinya saya dan Anda harus menjadi Buddha dulu baru tdk merasa aneh. ;)

Cmiiw, tapi bagi saya hal itu tidak mungkin.

Dari apa yang baru saya pelajari, fungsi dari cetana (cmiiw) adalah untuk mewujudkan suatu tindakan, tanpanya maka tidak ada tindakan yang bisa dilakukan.

Begitu juga pada diri mereka yang telah tercerahkan (Buddha dan Arahant) membutuhkan faktor batin yang bertugas untuk mewujudkan tindakan, tanpa hal itu, mereka tidak bisa melakukan tindakan apapun.

Yang berbeda dari mereka yang tercerahkan dengan orang biasa adalah citta-Nya yang sudah bersih dan bersifat lokuttara, karena akar kejahatan telah tercabut, sehingga cetana tidak lagi bersekutu dengan hal-hal yang negatif maupun positif. Maka tidak ada lagi kamma buruk maupun kamma baik yang muncul dalam setiap tindakan yang terwujud. Yang tinggal adalah Kiriya dan Vipaka. Ada kemungkinan (cmiiw) cetana bersekutu dengan panna.  Kemungkinan lain cetana berubah menjadi panna dengan fungsi tetap mewujudkan suatu tindakan.

Dengan demikian seorang Buddha bisa mewujudkan tindakan yang berasal dari lokuttara-citta-Nya.

CMIIW

Maaf tadi blm menjawab pertanyaan tentang tanaman putri malu.
Bedanya adl kalau tanaman putri malu tdk aktif menolong seluruh mahluk di samsara.
Tanpa cetana bagaimana bisa dikatakan aktif??
Title: Re: Sambhogakaya dalam Tradisi Theravada
Post by: Kelana on 26 August 2012, 08:44:16 PM
Saya beri sumbernya:
Dasar-Dasar Abhidhamma  Citta dan Cetasika (Kesadaran dan faktor mental)  Oleh  Bhikkhu Sikkhānanda, Hal 49
http://dhammacitta.org/forum/index.php/topic,22916.0.html

"Namun demikian, perlu diketahui bahwa karma hanya terjadi bila pelaku perbuatan masih mempunyai kekotoran mental (kilesa). Seorang yang telah terbebas dari kilesa (Arahat) tidak mendapatkan karma lagi walaupun ada cetanā dalam setiap tindakannya. "
Title: Re: Sambhogakaya dalam Tradisi Theravada
Post by: vajra.chedika on 28 August 2012, 11:18:51 PM
Apakah Buddha = Arahat ?
Title: Re: Sambhogakaya dalam Tradisi Theravada
Post by: Indra on 28 August 2012, 11:26:42 PM
Apakah Buddha = Arahat ?

iti pi so Bhagava, Araham Sammasambuddho ...dst
Title: Re: Sambhogakaya dalam Tradisi Theravada
Post by: adi lim on 29 August 2012, 05:52:15 AM
Apakah Buddha = Arahat ?

Yang dikenal Mahluk Suci terbebas dari Kilesa :
1. Sammasambuddha => Buddha Gotama
2. Pacceka Buddha => jika muncul Sammasambuddha, Pacceka Buddha tidak akan muncul.
3. Savaka Buddha = Arahat => Siswa-i Buddha Gotama

Sammasambuddha pasti Arahat
tapi Arahat belum pasti Sammasambuddha
Title: Re: Sambhogakaya dalam Tradisi Theravada
Post by: sanjiva on 31 August 2012, 12:25:34 AM
Apakah Buddha = Arahat ?

Buddha adalah Arahat

Arahat adalah Buddha *




* tepatnya, Savaka Buddha  ;D
Title: Re: Sambhogakaya dalam Tradisi Theravada
Post by: Kelana on 31 August 2012, 01:17:20 PM
Apakah Buddha = Arahat ?

Ternyata sudah dijawab oleh rekan-rekan yang lain.
Title: Re: Sambhogakaya dalam Tradisi Theravada
Post by: vajra.chedika on 02 September 2012, 08:22:16 AM
Apakah Savakabuddha telah menyempurnakan keenam Paramita?
Title: Re: Sambhogakaya dalam Tradisi Theravada
Post by: sanjiva on 02 September 2012, 10:02:00 AM
Apakah Savakabuddha telah menyempurnakan keenam Paramita?

Istilah enam paramita (sadparamita) adanya di mahayana.

Di Theravada (yg mengakui arahat = savaka buddha) mengenal 10 paramita = dasa paramita.
Title: Re: Sambhogakaya dalam Tradisi Theravada
Post by: vajra.chedika on 02 September 2012, 10:15:30 PM
Apakah Arahat/Savakabuddha telah menyempurnakan kesepuluh Paramita?
Title: Re: Sambhogakaya dalam Tradisi Theravada
Post by: Indra on 02 September 2012, 11:34:25 PM
Apakah Arahat/Savakabuddha telah menyempurnakan kesepuluh Paramita?

perkembangan diskusi ini berawal dari pernyataan anda bahwa Buddha sudah tidak punya cetana dan bertindak secara spontan.

Buddha bertindak scara spontan tanpa kehendak (faktor mental niat / cetana cetasika). Cetana tdk muncul lagi krn avijja sdh lenyap.

setelah ditunjukkan fakta2 bahwa Arahat juga masih memiliki cetana, anda berusaha berkelit dengan argumen bahwa Arahat bukanlah Buddha.

saya pikir jika anda memiliki referensi yg mengatakan bahwa Arahat bukan Buddha atau bahwa Buddha memang bertindak secara spontan tanpa cetana, maka lebih baik jika anda menampilkan referensi anda di sini. daripada membuang2 waktu untuk berdansa maju mundur dan berputar2.
Title: Re: Sambhogakaya dalam Tradisi Theravada
Post by: adi lim on 03 September 2012, 06:01:51 AM
Buddha bertindak secara spontan tanpa kehendak (faktor mental niat / cetana cetasika). Cetana tdk muncul lagi krn avijja sdh lenyap.

makanya ada muncul 'budha spontan' juga  ^-^
Title: Re: Sambhogakaya dalam Tradisi Theravada
Post by: vajra.chedika on 03 September 2012, 06:48:27 AM
Sy bertanya krn sy msh blm paham. Adakah yg bs membantu memberikan jawaban?
Title: Re: Sambhogakaya dalam Tradisi Theravada
Post by: K.K. on 03 September 2012, 09:04:26 AM
Sy bertanya krn sy msh blm paham. Adakah yg bs membantu memberikan jawaban?
Semua jenis Arahant (apakah Samma Sambuddha, Pacceka Buddha, Savaka Buddha) tidak memiliki kebodohan yang mengukuhkan diri dan bersenang/melekat dalam hal apapun, sehingga pikirannya tidak lagi cenderung pada pengukuhan eksistensinya dalam Samsara.

Apakah mereka punya kehendak (cetana)? Tentu saja punya. Mereka juga berpikir, memilih, dan memutuskan, bukan seperti zombie atau robot. Namun karena sudah pikirannya telah terbebas dari kemelekatan, maka dorongan kehendak itu tidak pernah cukup kuat untuk menjadi kamma. Kalau dalam Abhidhamma, kesadarannya disebut kiriya (fungsional), bukan kusala (bermanfaat) ataupun akusala (tidak bermanfaat).

Title: Re: Sambhogakaya dalam Tradisi Theravada
Post by: adi lim on 03 September 2012, 12:48:46 PM
Sy bertanya krn sy msh blm paham. Adakah yg bs membantu memberikan jawaban?

bukannya sudah terjawab !
Title: Re: Sambhogakaya dalam Tradisi Theravada
Post by: joeraygaul on 02 November 2012, 03:11:59 PM
Apa ini tidak termasuk achintiya dhamma ya?

Kok mirip dengan pertanyaan2nya Malunkyaputta ya?

 :-?