//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: Kelahiran Kembali dan Antarabhava/Bardo  (Read 65477 times)

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Offline xenocross

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.189
  • Reputasi: 61
  • Gender: Male
Re: Kelahiran Kembali dan Antarabhava/Bardo
« Reply #90 on: 25 July 2013, 01:44:26 PM »
Kalau misalnya akan lahir jadi manusia, kan akan mengikuti karma dia. Kalau misalnya dia mempunyai karma untuk lahir di keluarga kaya. Tapi pada saat kematian, pada saat kesadaran melebur sepenuhnya menjadi patisandhi vinnana, kalau misalnya pertemuan sperma dan sel telur hanya ada di keluarga-keluarga miskin, sementara keluarga yang kaya kebetulan sedang tidak ada.

spekulasi ini terlalu jauh... kasih contoh ya..

"5. “Di sini, murid, Di sini seorang laki-laki atau perempuan membunuh makhluk-makhluk hidup dan  ia adalah pembunuh, bertangan darah, terbiasa memukul dan bertindak dengan kekerasan, tanpa belas kasihan pada makhluk-makhluk hidup. Karena melakukan dan menjalankan perbuatan-perbuatan demikian, ketika hancurnya jasmani, setelah kematian, ia muncul kembali dalam kondisi menderita, di alam tujuan kelahiran yang tidak bahagia, dalam kesengsaraan, bahkan di neraka. Tetapi jika ketika hancurnya jasmani, setelah kematian, ia tidak muncul kembali dalam kondisi menderita, bukan di alam tujuan kelahiran yang tidak bahagia, tidak dalam kesengsaraan, tidak di neraka, melainkan kembali ke alam manusia, maka di manapun ia terlahir kembali ia akan berumur pendek.  Demikianlah, murid, hal itu mengarah pada umur yang pendek, yaitu, seseorang membunuh makhluk-makhluk hidup dan  ia adalah pembunuh, bertangan darah, terbiasa memukul dan bertindak dengan kekerasan, tanpa belas kasihan pada makhluk-makhluk hidup.

 

6. “Tetapi di sini, murid, seorang laki-laki atau perempuan meninggalkan pembunuhan makhluk-makhluk hidup, menghindari membunuh makhluk-makhluk hidup; dengan tongkat dan senjata disingkirkan, lembut dan baik hati, ia berdiam dengan berbelas kasihan pada semua makhluk hidup. Karena melakukan dan menjalankan perbuatan-perbuatan demikian, ketika hancurnya jasmani, setelah kematian, ia muncul kembali di alam bahagia, bahkan di alam surga. Tetapi jika ketika hancurnya jasmani, setelah kematian, ia tidak muncul kembali di alam bahagia, tidak di alam surga, melainkan kembali ke alam manusia, maka di manapun ia terlahir kembali ia akan berumur panjang.  Demikianlah, murid, hal itu mengarah pada umur yang panjang, yaitu, dengan meninggalkan pembunuhan makhluk-makhluk hidup, [204] ia menghindari membunuh makhluk-makhluk hidup; dengan tongkat dan senjata disingkirkan, lembut dan baik hati, ia berdiam dengan berbelas kasihan pada semua makhluk hidup."

nah dgn contoh di atas..jika yg muncul adalah perbuatan baik..maka jika seandainya ga ada keluarga yg sesuai di antara manusia..dia bisa terlahir di alam dewa...jd ga mesti ngotot harus di alam manusia..dan akhirnya menjadi "gandhabba" (atau pun sebaliknya)

atau jika perbuatan buruknya yg berbuah... maka jika seandainya tidak ada keluarga2 yg cocok di alam manusia...maka dia bisa menjadi serangga..kutu...semut..hewan lain...dll...(begitu pun sebaliknya)


itu sebabnya..jd manusia itu bagaikan kuya2 yg muncul..(lupa) bbrp kappa sekali... yg kepalanya masuk ke sebuah  "gelang"

krn harus pas -pas..mati di suatu alam..dan kebetulan keluarga2 yg sesuai lagi buat anak...

jd ga ada cerita ada 'gandhabba" tp ga ada yg melakukan pembuahan..dll




dan ini juga spekulasi kan, dan ini malah lebih jauh lagi
kenapa orang yg harusnya akan jadi manusia malah jadi dewa?

trus kalau misalnya orang akan jadi anjing, tapi karena tidak ada anjing lagi kawin, trus pindah jadi peta? itu tidak sesuai hukum karma. Ada orang harusnya jadi manusia miskin, tapi karena tidak ada keluarga yang tepat, malah jadi binatang?

Kalau begitu, bukankah itu bukan hukum karma namanya, tapi hukum kebetulan. Kebetulan pas orang itu mati, ada anjing yg kawin, jadi dia jadi anak anjing?
Satu saat dari pikiran yang dikuasai amarah membakar kebaikan yang telah dikumpulkan selama berkalpa-kalpa.
~ Mahavairocana Sutra

Offline seniya

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.469
  • Reputasi: 169
  • Gender: Male
  • Om muni muni mahamuni sakyamuni svaha
Re: Kelahiran Kembali dan Antarabhava/Bardo
« Reply #91 on: 25 July 2013, 02:15:35 PM »
Kayaknya sdr. Ronald ada kebingungan antara gandhabba sbg makhluk surgawi dan gandhabba sbg makhluk yang sedang mencari kelahiran.... Cmiiw...
"Holmes once said not to allow your judgement to be biased by personal qualities, and emotional qualities are antagonistic to clear reasoning."
~ Shinichi Kudo a.k.a Conan Edogawa

Offline The Ronald

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.231
  • Reputasi: 89
  • Gender: Male
Re: Kelahiran Kembali dan Antarabhava/Bardo
« Reply #92 on: 25 July 2013, 03:02:57 PM »
spekulasi yg kumaksudkan jauh itu...ga ada keharusan dia HARUS jd manusia...., krn bisa saja..terlahir dulu di alam lain...sambil kondisi2 lainnya cocok untuk jd manusia....

jd ga ada kondisi mahluk HARUS terlahir jd manusia....di saat kondisi2 lainnya tidak tepat.


untuk ganddhaba...bukan "mencari kelahiran" tp ada saat pembuahan berhasil...kata mencari ini seakan2 dia ada sebelum pembuahan....dan lg menunggu... menurut ku gitu.
...

Offline The Ronald

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.231
  • Reputasi: 89
  • Gender: Male
Re: Kelahiran Kembali dan Antarabhava/Bardo
« Reply #93 on: 25 July 2013, 04:09:40 PM »
kamma itu bergantung kondisi... dan manusia ada banyak perbuatan yg dilakukannya ...bahkan dalam satu hari..  apa lagi seumur hidup..
hukum kamma...buahnya bukan berarti HARUS... tp sesuai dgn kondisi yg ada..

yang pasti itu hanya jika...dia melakukan kejahatan berat.... yah pasti terlahir di neraka.. yg lain ga pasti...sesuai dgn kondisi yg ada...

sutta di atas..menunjukan suatu perbuatan..bisa menghasilkan buah bermacam2... ga pasti harus terlahir di suatu alam ( kecuali garuka kamma)
...

Offline xenocross

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.189
  • Reputasi: 61
  • Gender: Male
Re: Kelahiran Kembali dan Antarabhava/Bardo
« Reply #94 on: 25 July 2013, 10:30:41 PM »
kamma itu bergantung kondisi... dan manusia ada banyak perbuatan yg dilakukannya ...bahkan dalam satu hari..  apa lagi seumur hidup..
hukum kamma...buahnya bukan berarti HARUS... tp sesuai dgn kondisi yg ada..

yang pasti itu hanya jika...dia melakukan kejahatan berat.... yah pasti terlahir di neraka.. yg lain ga pasti...sesuai dgn kondisi yg ada...

sutta di atas..menunjukan suatu perbuatan..bisa menghasilkan buah bermacam2... ga pasti harus terlahir di suatu alam ( kecuali garuka kamma)


betul, karma yang diperbuat seseorang semasa hidup itu banyak
tapi, jawaban tsb tidak menyangkal keberadaan antarabhava

menurut penjelasan tentang antarabhava, kalau tidak ada kondisi yang tepat untuk lahir, si makhluk ini akan mengalami kehidupan di antarabhava selama beberapa hari. Antarabhava yg dialami mirip dengan alam tujuan.
Dalam beberapa hari ini timbul banyak proses, muncul bayangan2 ilusi yang adalah proyeksi pikiran.
Jika pikiran hanyut dalam suatu bayangan tertentu, itu akan mengaktifkan karma yg berkaitan dengan bayangan tersebut. Dan antarabhava makhluk itu akan berubah sesuai dengan alam kelahiran tujuan yang baru. Jika kondisi untuk alam kelahiran baru semua dipenuhi dan karmanya matang, makhluk itu akan lahir di alam tersebut.
Tapi jika kondisi masih belum terpenuhi, atau makhluk ini tidak hanyut dalam salah satu ilusi, maka antarabhava akan terus berlanjut.

dan kalau dilihat sutta-nya, memang kesan yg kudapat adalah "gandabbha" ini hadir, artinya menunggu.
Karena buat saya gak masuk akal bahwa pada saat sel telur dan sperma bertemu, pada saat yang sama
- ada makhluk neraka yg karma buruknya di neraka habis
- ada makhluk peta yang karma buruknya di alam peta habis
- ada binatang yang pas mati
- ada dewa yg karma baiknya di surga habis, dan mati
- ada manusia yang kesadaran penerusnya meninggalkan tubuh

tanpa ada jeda sedikitpun? Dengan kesesuaian karma?

Saya masih berpendapat antarabhava itu lebih masuk akal.

btw, memang semua dari kita disini berspekulasi. Kecuali ada yg punya abhinna dan mengetahui langsung proses kelahiran dan kematian
Satu saat dari pikiran yang dikuasai amarah membakar kebaikan yang telah dikumpulkan selama berkalpa-kalpa.
~ Mahavairocana Sutra

Offline adi lim

  • Sebelumnya: adiharto
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.993
  • Reputasi: 108
  • Gender: Male
  • Sabbe Satta Bhavantu Sukhitatta
Re: Kelahiran Kembali dan Antarabhava/Bardo
« Reply #95 on: 26 July 2013, 05:36:29 AM »
betul, karma yang diperbuat seseorang semasa hidup itu banyak
tapi, jawaban tsb tidak menyangkal keberadaan antarabhava

menurut penjelasan tentang antarabhava, kalau tidak ada kondisi yang tepat untuk lahir, si makhluk ini akan mengalami kehidupan di antarabhava selama beberapa hari. Antarabhava yg dialami mirip dengan alam tujuan.
Dalam beberapa hari ini timbul banyak proses, muncul bayangan2 ilusi yang adalah proyeksi pikiran.
Jika pikiran hanyut dalam suatu bayangan tertentu, itu akan mengaktifkan karma yg berkaitan dengan bayangan tersebut. Dan antarabhava makhluk itu akan berubah sesuai dengan alam kelahiran tujuan yang baru. Jika kondisi untuk alam kelahiran baru semua dipenuhi dan karmanya matang, makhluk itu akan lahir di alam tersebut.
Tapi jika kondisi masih belum terpenuhi, atau makhluk ini tidak hanyut dalam salah satu ilusi, maka antarabhava akan terus berlanjut.

dan kalau dilihat sutta-nya, memang kesan yg kudapat adalah "gandabbha" ini hadir, artinya menunggu.
Karena buat saya gak masuk akal bahwa pada saat sel telur dan sperma bertemu, pada saat yang sama
- ada makhluk neraka yg karma buruknya di neraka habis
- ada makhluk peta yang karma buruknya di alam peta habis
- ada binatang yang pas mati
- ada dewa yg karma baiknya di surga habis, dan mati
- ada manusia yang kesadaran penerusnya meninggalkan tubuh

tanpa ada jeda sedikitpun? Dengan kesesuaian karma?

Saya masih berpendapat antarabhava itu lebih masuk akal.

btw, memang semua dari kita disini berspekulasi. Kecuali ada yg punya abhinna dan mengetahui langsung proses kelahiran dan kematian

bold : dulu Buddha Gotama dan beberapa siswa-i punya lho, tapi tidak pernah cerita tentang gandhaba seperti spekulasi anda, makanya ai meragukan gandaba.
« Last Edit: 26 July 2013, 05:45:07 AM by adi lim »
Seringlah PancaKhanda direnungkan sebagai Ini Bukan MILIKKU, Ini Bukan AKU, Ini Bukan DIRIKU, bermanfaat mengurangi keSERAKAHan, mengurangi keSOMBONGan, Semoga dapat menjauhi Pandangan SALAH.

Offline xenocross

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.189
  • Reputasi: 61
  • Gender: Male
Re: Kelahiran Kembali dan Antarabhava/Bardo
« Reply #96 on: 26 July 2013, 11:39:22 AM »
ya coba dibaca ke belakang mengenai studi sutta tentang antarabhava

Buddha dan murid2nya kadang mengatakan sesuatu yang ambigu dan bisa diartikan seperti gandabha

dan juga, Buddha juga tidak pernah secara eksplisit mengatakan tidak ada, ataupun secara eksplisit mengatakan semua kelahiran kembali itu spontan. Hanya karena beberapa contoh kelahiran spontan ke alam surga tidak bisa dikatakan semua kelahiran kembali itu spontan kan.

Lalu, sepanjang sejarah Buddhisme masa iya gak ada satupun yang gak punya abhinna. Saya menduga perbedaan teori mengenai lamanya antarabhava diantara aliran2 awal Buddhisme itu karena mereka mengamati proses antarabhava makhluk-makhluk, lalu dijadikan teori. Kalau yang diamati hanya ada disitu seminggu, maka teori mereka antarabhava itu ya seminggu
Satu saat dari pikiran yang dikuasai amarah membakar kebaikan yang telah dikumpulkan selama berkalpa-kalpa.
~ Mahavairocana Sutra

Offline adi lim

  • Sebelumnya: adiharto
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.993
  • Reputasi: 108
  • Gender: Male
  • Sabbe Satta Bhavantu Sukhitatta
Re: Kelahiran Kembali dan Antarabhava/Bardo
« Reply #97 on: 26 July 2013, 02:04:23 PM »
ya coba dibaca ke belakang mengenai studi sutta tentang antarabhava

Buddha dan murid2nya kadang mengatakan sesuatu yang ambigu dan bisa diartikan seperti gandabha

bold, oh karena sesuatu yang ambigu maka boleh diartikan gandabha, begitukah !
dan minta donk referensi, Buddha Gotama dan murid2nya yang mengatakan sesuatu yang ambigu !

Quote
dan juga, Buddha juga tidak pernah secara eksplisit mengatakan tidak ada, ataupun secara eksplisit mengatakan semua kelahiran kembali itu spontan. Hanya karena beberapa contoh kelahiran spontan ke alam surga tidak bisa dikatakan semua kelahiran kembali itu spontan kan.

Buddha Gotama mengatakan ada 4 jenis terlahir mahluk hidup
saya kira anda sudah tau, jadi tidak usah dijelaskan lagi

Quote
Lalu, sepanjang sejarah Buddhisme masa iya gak ada satupun yang gak punya abhinna. Saya menduga perbedaan teori mengenai lamanya antarabhava diantara aliran2 awal Buddhisme itu karena mereka mengamati proses antarabhava makhluk-makhluk, lalu dijadikan teori. Kalau yang diamati hanya ada disitu seminggu, maka teori mereka antarabhava itu ya seminggu

jadi yang 'ngetem' seminggu disebut mahluk apa ya ? disebut mahluk gandaba kah ! atau ada ide lain ....
Seringlah PancaKhanda direnungkan sebagai Ini Bukan MILIKKU, Ini Bukan AKU, Ini Bukan DIRIKU, bermanfaat mengurangi keSERAKAHan, mengurangi keSOMBONGan, Semoga dapat menjauhi Pandangan SALAH.

Offline The Ronald

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.231
  • Reputasi: 89
  • Gender: Male
Re: Kelahiran Kembali dan Antarabhava/Bardo
« Reply #98 on: 26 July 2013, 04:22:36 PM »
Dikatakan bahwa, situasi di alam antara/ bardo itu mirip dengan alam tujuan. Jadi ada alam bardo binatang, bardo neraka, bardo peta, bardo asura, bardo dewa, dll.
Sehingga kalau ada makhluk masuk ke bardo neraka, dia akan menderita di alam itu, sebelum lahir di neraka yang sesungguhnya. Begitu juga alam antara lainnya.

jd saat dunia mengalami kehancuran... maka akan banyak mahluk2 di alam "Bardo" jika anda benar...sebut saja bardo alam brahma...

dan jika dunia mulai terbentuk.... akan lebih cepat mana yg muncul di alam brahma.. mahluk yg mati di alam abhassara... dan muncul sebagai maha brahma..atau kumpulan gadabbha maha brahma..yg munggu antrian terlahir di alam Brahama...

di DN 1

"2.3. ‘Tetapi akan tiba saatnya, cepat atau lambat setelah rentang waktu yang panjang, ketika dunia ini mulai mengembang. Dalam dunia yang mengembang ini, sebuah istana Brahmā[41] muncul. Dan kemudian satu makhluk, karena habisnya masa kehidupannya atau jasa baiknya,[42] jatuh dari alam Ābhassara dan muncul kembali dalam istana Brahmā yang kosong. Dan di sana ia berdiam, dengan ciptaan-pikiran, dengan kegembiraan sebagai makanan, bercahaya, melayang di angkasa, agung – dan mereka hidup demikian selama waktu yang sangat lama.’"

ini mungkin lebih cocok...bukan krn jatuh dari alam abhassara..kemudian muncul kembali dlm istana Brahma yg kosong....krn harusnya antrian dari alam bardonya maha brahama dan pengikut brahma sudah muncul ....

"2.4. ‘Kemudian dalam diri makhluk ini yang telah menyendiri sekian lama, muncullah kegelisahan, ketidakpuasan, dan kekhawatiran, ia berpikir: “Oh, seandainya beberapa makhluk lain dapat datang ke sini!” dan makhluk-makhluk lain, [18] karena habisnya masa kehidupan mereka atau jasa-jasa baik mereka, jatuh dari alam Ābhassara dan muncul kembali di dalam istana Brahmā sebagai teman-teman bagi makhluk ini. Dan di sana ia berdiam, dengan ciptaan-pikiran, ... dan mereka hidup demikian selama waktu yang sangat lama.’"

seharusnya ga perlu tunggu mahluk lain jatuh dari alam abhassara..krn tentu saja yg antri di alam bardo itu banyak...



di DN 27

"0. ‘Akan tiba waktunya, Vāseṭṭha, cepat atau lambat setelah rentang waktu yang panjang, ketika dunia ini menyusut.[16] Pada saat penyusutan, makhluk-makhluk sebagian besar terlahir di alam Brahmā Ābhassara. Dan di sana mereka berdiam, dengan ciptaan-pikiran, dengan kegembiraan sebagai makanan, bercahaya, melayang di angkasa, agung – dan mereka hidup demikian selama waktu yang sangat lama. Cepat atau lambat setelah rentang waktu yang panjang, ketika dunia ini mulai mengembang lagi. Pada saat mengembang ini, makhluk-makhluk dari alam Brahmā Ābhassara, [85] setelah meninggal dunia dari sana, sebagian besar terlahir kembali di alam ini. Di sini mereka berdiam, dengan ciptaan-pikiran, dengan kegembiraan sebagai makanan, bercahaya, melayang di angkasa, agung[17] – dan mereka hidup demikian selama waktu yang sangat lama.’"

seharusnya ga perlu tunggu mahluk2 jatuh dari alam Abhassara... krn banyak antrian untuk terlahir di alam ini (walau kata alam ini dapat berarti alam kamma - loka..bisa juga alam manusia)

itu jika memang ada bardo-bardoan yg kmu maksud....
...

Offline Shasika

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.152
  • Reputasi: 101
  • Gender: Female
  • Semoga semua mahluk berbahagia
Re: Kelahiran Kembali dan Antarabhava/Bardo
« Reply #99 on: 26 July 2013, 04:40:02 PM »
Menurut Bhikkhu Sujato, dalam keadaan antara kelima khanda masih bekerja. Beliau menjelaskan hal ini berdasarkan pengalaman seseorang yang mengalami NDE/ODE:

Jika lima kelompok unsur kehidupan merupakan suatu cara memahami kelahiran kembali menjadi berbagai keadaan makhluk, ini hanya akan lebih jelas untuk menyatakan bahwa mereka juga terlibat dalam proses kelahiran antara.[43] Sedikit perenungan menegaskan bahwa kelompok-kelompok unsur kehidupan adalah sungguh mengalami NDE (near death experience [pengalaman mendekati kematian]) atau OOBE (out of body experience [pengalaman keluar dari tubuh]). Seseorang melihat “bentuk-bentuk”, cahaya, gambaran, dan memiliki perasaan bergerak keluar dari tubuh. Ini semuanya adalah bagian dari kelompok unsur bentuk. Harus dicatat bahwa “pergerakan” adalah ciri fisik, sehingga perasaan bergerak keluar tubuh adalah fenomena fisik, dan tidak dapat dijelaskan dengan merujuk pada roh yang sepenuhnya tanpa materi (secara kebetulan ini adalah salah satu mengapa saya meninggalkan kepercayaan saya terhadap suatu roh). Untuk dapat “melihat” cahaya, seseorang harus dengan suatu cara berinteraksi dengan foton [partikel cahaya]. Pasti ada dimensi fisik yang hadir, kalau tidak foton hanya akan menembus melaluinya tanpa hambatan. Kualitas ini disebut “kontak-hambatan” (paṭighasamphassa) di dalam Sutta-Sutta.[44] Tentu saja, kita membayangkan kehadiran “fisik” ini tidak dalam istilah materi fisik yang kasar (oḷārika), tetapi sejenis “tubuh energi”, atau “tubuh halus”, istilah terbaik yang di dalam Sutta-Sutta akan disebut “tubuh ciptaan pikiran (manomayakāya), yang dikatakan tiruan yang “bersifat fisik” (rūpī) dari tubuh kasar.[45] Jadi kelompok unsur bentuk pastinya bagian dari pengalaman ini, bahkan jika ini bukan tubuh biasa yang biasanya kita kenali.

Subjek biasanya mengalami perasaan bahagia, yang merupakan bagian dari kelompok unsur perasaan. Seringkali, mereka akan mengenali keluarga atau teman-teman yang datang untuk bertemu dengan mereka. Kemampuan mengenali ini merupakan bagian dari kelompok unsur persepsi. Ada kalanya ketika subjek seringkali merasa seakan-akan mereka harus membuat suatu pilihan, untuk tetap [melanjutkan] atau kembali. Pilihan ini dimasukkan dalam kelompok unsur aktivitas-aktivitas kehendak. Akhirnya, subjek dengan jelas sadar selama proses ini, di sana kesadaran bekerja. Demikianlah bagi orang yang belum tercerahkan proses kelahiran kembali dapat digambarkan dalam istilah lima kelompok unsur kehidupan; sebaliknya, Arahant yang telah tercerahkan tidak dapat digambarkan setelah kematian dalam istilah lima kelompok unsur kehidupan, karena ini semua telah lenyap.[46]


Bhikkhu Sujato juga menyampaikan hal yang sama bahwa antarabhava adalah suatu keadaan transisi yang diperlukan untuk menyesuaikan diri dengan kehidupan berikutnya:

Tampaknya bagi saya terdapat sesuatu yang lebih dalam yang dapat kita pelajari dari merenungkan tentang keadan antara. Perubahan adalah traumatis, dan kita membutuhkan suatu periode untuk penyesuaian. Perumpamaan yang diberikan Sang Buddha – berkelana dari rumah ke rumah, atau melayang bagaikan percikan api di udara – menangkap suatu perasaan kesendirian dan tidak menentu di alam semesta ini. Makhluk yang telah meninggalkan badan mereka dihempaskan ke dalam sesuatu yang tidak diketahui, di mana semua ketakutan dan harapan mereka dapat disadari. Perbuatan, pengalaman, keinginan, dan kebiasaan-kebiasaan dari kehidupan ini dan masa lampau membuat kesan pada arus kesadaran: kita mengetahui hal ini, kita merasakannya tiap waktu. Hal-hal demikian memakan waktu untuk dicerna diri sendiri dan mengkristal dalam suatu pola baru. Kita tidak memutuskan hal-hal penting dalam kehidupan dengan sekejap. Masa kebingungan, yang telah meninggalkan satu hal dan belum mencapai hal yang lain, memberikan ruang bagi kesadaran untuk menyatukan pelajaran dari masa lampau dan mengarahkan dirinya sendiri ke masa depan.

Terlepas dari semua yang telah kita katakan untuk mendukung keadaan “antara”, saya masih akan membuat suatu keberatan penting. Gagasan “keadaan” menyatakan suatu modus keberadaan, tetapi sebaliknya, apa yang kita lihat menyatakan ketiadaan suatu keberadaan. Keadaan antara bukan suatu alam tersendiri yang entah bagaimana berdiri di ruang kosong di antara alam-alam lain. Kita mungkin membayangkan demikian, tetapi ini hanya sebuah perumpamaan untuk membantu kita memandang pengalaman ini secara masuk akal. Referensi-referensi tentang “keadaan antara” tidak berfokus pada keberadaan objektif atau kosmologis dari alam yang demikian, dan sejauh ini saya pikir keberatan Kathāvatthu atas keadaan antara dapat dibenarkan. Agaknya bacaan-bacaan itu berfokus pada pengalaman suatu individu tentang apa yang terjadi setelah kematian, tetapi sebelum kehidupan selanjutnya. Ini adalah suatu proses perubahan, pencarian, keinginan untuk menjadi ada. Untuk mengatakan ini sebagai “keadaan antara” sejujurnya adalah suatu aktualisasi dari konsep ini, yang telah melebarkan pernyataan sebenarnya dari mana istilah itu diturunkan. Namun demikian, mungkin tidak dapat disangkal bahwa kita tetap memakai istilah ini, yang akan baik-baik saja sepanjang kita mengingat bahwa ini hanya suatu cara yang sesuai untuk menyamaratakan tentang pengalaman individual, bukan suatu alam atau tempat kehidupan tertentu.

Anda benar bro Ariyakumara, saya juga baca artikel ini dari anda, baru saya tahu beliau telah menulis ttg antarabhava. Melihat referensi2 beliau saya rasa theravada seharusnya menerima adanya antarabhava.
I'm an ordinary human only

Offline Shasika

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.152
  • Reputasi: 101
  • Gender: Female
  • Semoga semua mahluk berbahagia
Re: Kelahiran Kembali dan Antarabhava/Bardo
« Reply #100 on: 26 July 2013, 04:44:49 PM »
AN 7:55 Alam Tujuan Kelahiran Orang-Orang

“Para bhikkhu, Aku akan mengajarkan kepada kalian tentang alam tujuan kelahiran orang-orang dan pencapaian nibbāna melalui ketidak-melekatan. Dengarkan dan perhatikanlah. Aku akan berbicara.”

“Baik, Bhante,” para bhikkhu itu menjawab. Sang Bhagavā berkata sebagai berikut:

“Dan apakah, Bhante, tujuh alam tujuan kelahiran orang-orang itu?

(1) “Di sini, seorang bhikkhu mempraktikkan sebagai berikut: ‘sebelumnya tidak ada, dan tidak ada milikku. Tidak akan ada; tidak akan ada milikku.  Aku meninggalkan apa yang ada, apa yang telah ada.’ Ia memperoleh keseimbangan. Ia tidak melekat pada penjelmaan; ia tidak melekat pada asal-mula. Ia melihat dengan kebijaksanaan benar: ‘Ada keadaan yang lebih tinggi yang damai,’  namun ia sama sekali masih belum merealisasikan keadaan itu. Ia sama sekali belum meninggalkan kecenderungan tersembunyi pada keangkuhan; ia sama sekali belum meninggalkan kecenderungan tersembunyi pada nafsu pada penjelmaan; ia sama sekali belum meninggalkan ketidak-tahuan.  Dengan kehancuran sepenuhnya lima belenggu yang lebih rendah ia menjadi seorang yang mencapai nibbāna pada masa antara. <1>

“Misalkan, ketika sebuah mangkuk besi dipanaskan sepanjang hari dan dipukul, percikannya akan memercik dan padam. Demikian pula, seorang bhikkhu mempraktikkan demikian … [71] … ; ia sama sekali belum meninggalkan ketidak-tahuan. Dengan kehancuran sepenuhnya lima belenggu yang lebih rendah ia menjadi seorang yang mencapai nibbāna pada masa antara.

(2) “Kemudian, seorang bhikkhu mempraktikkan sebagai berikut: ‘sebelumnya tidak ada, dan tidak ada milikku. Tidak akan ada; tidak akan ada milikku. Aku meninggalkan apa yang ada, apa yang telah ada.’ Ia memperoleh keseimbangan. Ia tidak melekat pada penjelmaan; ia tidak melekat pada asal-mula. Ia melihat dengan kebijaksanaan benar: ‘Ada keadaan yang lebih tinggi yang damai,’ namun ia sama sekali masih belum merealisasikan keadaan itu. Ia sama sekali belum meninggalkan kecenderungan tersembunyi pada keangkuhan; ia sama sekali belum meninggalkan kecenderungan tersembunyi pada nafsu pada penjelmaan; ia sama sekali belum meninggalkan ketidak-tahuan. Dengan kehancuran sepenuhnya lima belenggu yang lebih rendah ia menjadi seorang yang mencapai nibbāna pada masa antara.

“Misalkan, ketika sebuah mangkuk besi dipanaskan sepanjang hari dan dipukul, percikannya akan memancar, terbang dan padam. Demikian pula, seorang bhikkhu mempraktikkan demikian … Dengan kehancuran sepenuhnya lima belenggu yang lebih rendah ia menjadi seorang yang mencapai nibbāna pada masa antara.

(3) “Kemudian, seorang bhikkhu mempraktikkan sebagai berikut: ‘sebelumnya tidak ada, dan tidak ada milikku. Tidak akan ada; tidak akan ada milikku …’ … Dengan kehancuran sepenuhnya lima belenggu yang lebih rendah ia menjadi seorang yang mencapai nibbāna pada masa antara.

“Misalkan, ketika sebuah mangkuk besi dipanaskan sepanjang hari dan dipukul, percikannya akan memercik, terbang dan padam persis sebelum mendarat di tanah. Demikian pula, seorang bhikkhu mempraktikkan demikian … [72] … Dengan kehancuran sepenuhnya lima belenggu yang lebih rendah ia menjadi seorang yang mencapai nibbāna pada masa antara.

(4) “Kemudian, seorang bhikkhu mempraktikkan sebagai berikut: ‘sebelumnya tidak ada, dan tidak ada milikku. Tidak akan ada; tidak akan ada milikku …’ … Dengan kehancuran sepenuhnya lima belenggu yang lebih rendah ia menjadi seorang yang mencapai nibbāna pada masa antara.

“Misalkan, ketika sebuah mangkuk besi dipanaskan sepanjang hari dan dipukul, percikannya akan memancar, terbang dan padam ketika mendarat di tanah. Demikian pula, seorang bhikkhu mempraktikkan demikian … [72] … Dengan kehancuran sepenuhnya lima belenggu yang lebih rendah ia menjadi seorang yang mencapai nibbāna ketika mendarat. <2>

(5) “Kemudian, seorang bhikkhu mempraktikkan sebagai berikut: ‘sebelumnya tidak ada, dan tidak ada milikku. Tidak akan ada; tidak akan ada milikku …’ … Dengan kehancuran sepenuhnya lima belenggu yang lebih rendah ia menjadi seorang yang mencapai nibbāna tanpa berusaha.

“Misalkan, ketika sebuah mangkuk besi dipanaskan sepanjang hari dan dipukul, percikannya akan memercik, terbang dan jatuh di atas tumpukan kecil jerami atau kayu. Di sana serpihan itu akan menghasilkan api dan asap, tetapi ketika tumpukan kecil jerami atau kayu itu habis, jika tidak mendapatkan bahan bakar tambahan, maka api itu padam. Demikian pula, seorang bhikkhu mempraktikkan demikian … Dengan kehancuran sepenuhnya lima belenggu yang lebih rendah ia menjadi seorang yang mencapai nibbāna tanpa berusaha. <3> [73]

(6) “Kemudian, seorang bhikkhu mempraktikkan sebagai berikut: ‘sebelumnya tidak ada, dan tidak ada milikku. Tidak akan ada; tidak akan ada milikku …’ … Dengan kehancuran sepenuhnya lima belenggu yang lebih rendah ia menjadi seorang yang mencapai nibbāna dengan berusaha.

“Misalkan, ketika sebuah mangkuk besi dipanaskan sepanjang hari dan dipukul, percikannya akan memercik, terbang dan jatuh di atas tumpukan besar jerami atau kayu. Di sana serpihan itu akan menghasilkan api dan asap, tetapi ketika tumpukan besar jerami atau kayu itu habis, jika tidak mendapatkan bahan bakar tambahan, maka api itu padam. Demikian pula, seorang bhikkhu mempraktikkan demikian … Dengan kehancuran sepenuhnya lima belenggu yang lebih rendah ia menjadi seorang yang mencapai nibbāna dengan berusaha.

(7) “Kemudian, seorang bhikkhu mempraktikkan sebagai berikut: ‘sebelumnya tidak ada, dan tidak ada milikku. Tidak akan ada; tidak akan ada milikku. Aku meninggalkan apa yang ada, apa yang telah ada.’ Ia memperoleh keseimbangan. Ia tidak melekat pada penjelmaan; ia tidak melekat pada asal-mula. Ia melihat dengan kebijaksanaan benar: ‘Ada keadaan yang lebih tinggi yang damai,’ namun ia sama sekali masih belum merealisasikan keadaan itu. Ia sama sekali belum meninggalkan kecenderungan tersembunyi pada keangkuhan; ia sama sekali belum meninggalkan kecenderungan tersembunyi pada nafsu pada penjelmaan; ia sama sekali belum meninggalkan ketidak-tahuan. Dengan kehancuran sepenuhnya lima belenggu yang lebih rendah ia menjadi seorang yang mengarah ke atas, menuju alam Akaniṭṭha.

“Misalkan, ketika sebuah mangkuk besi dipanaskan sepanjang hari dan dipukul, percikannya akan memercik, terbang dan jatuh di atas tumpukan besar jerami atau kayu. Di sana serpihan itu akan menghasilkan api dan asap, tetapi ketika tumpukan [74] besar jerami atau kayu itu habis, api itu akan membakar hutan atau belukar hingga mencapai tepian lahan itu, tepi jalan, tepi gunung batu, tapi air, atau sepetak tanah yang indah, dan kemudian, jika tidak mendapatkan bahan bakar tambahan, maka api itu padam. Demikian pula, seorang bhikkhu mempraktikkan demikian … Dengan kehancuran sepenuhnya lima belenggu yang lebih rendah ia menjadi seorang yang mengarah ke atas, menuju alam Akaniṭṭha.

“Ini, para bhikkhu, adalah ketujuh alam tujuan kelahiran orang-orang itu.

“Dan apakah, para bhikkhu, pencapaian nibbāna melalui ketidak-melekatan? Di sini, seorang bhikkhu mempraktikkan sebagai berikut: ‘sebelumnya tidak ada, dan tidak ada milikku. Tidak akan ada; tidak akan ada milikku. Aku meninggalkan apa yang ada, apa yang telah ada.’ Ia memperoleh keseimbangan. Ia tidak melekat pada penjelmaan; ia tidak melekat pada asal-mula. Ia melihat dengan kebijaksanaan benar: ‘Ada keadaan yang lebih tinggi yang damai,’ dan ia telah sepenuhnya merealisasikan keadaan itu. Ia telah sepenuhnya meninggalkan kecenderungan tersembunyi pada keangkuhan; ia telah sepenuhnya meninggalkan kecenderungan tersembunyi pada nafsu pada penjelmaan; ia telah sepenuhnya meninggalkan ketidak-tahuan. Dengan hancurnya noda-noda, ia telah merealisasikan untuk dirinya sendiri dengan pengetahuan langsung, dalam kehidupan ini, kebebasan pikiran yang tanpa noda, kebebasan pikiran melalui kebijaksanaan, dan setelah memasukinya, ia berdiam di dalamnya. Ini disebut pencapaian nibbāna melalui ketidak-melekatan.

“Ini, para bhikkhu, adalah ketujuh alam tujuan kelahiran orang-orang dan pencapaian nibbāna melalui ketidak-melekatan.”

***
catatan:
<1> Perumpamaan-perumpamaan ini mengilustrasikan ketiga jenis antarāparinibbāyī, “yang mencapai nibbāna pada masa antara.” Walaupun argument-argumen yang didasarkan pada perumpamaan-perumpamaan tidak selalu bisa diandalkan, namun ketiga perumpamaan itu menyiratkan bahwa “yang mencapai nibbāna pada masa antara” mencapai nibbāna sebelum benar-benar terlahir kembali. Seperti halnya ketiga percikan yang padam setelah terbang dari mangkuk yang panas membara sebelum menyentuh tanah, maka (menurut interpretasi saya) ketiga jenis ini mencapai nibbāna akhir berturut-turut apakah segera setelah memasuki keadaan antara, atau selama dalam masa antara itu, atau segera setelah kelahiran kembali terjadi. Dalam kasus ini, mereka segera memasuki elemen nibbāna tanpa sisa (anupādisesanibbānadhātu).

<2> Mp mengingterpretasikan orang ini sebagai seorang yang mencapai nibbāna antara pertengahan masa kehidupannya dan akhir kehidupannya. Akan tetapi, kata upahacca, “setelah dipukul,” dan perumpamaan percikan yang padam ketika menyentuh tanah, menyiratkan bahwa jenis ini adalah seorang yang mencapai nibbāna hampir segera setelah terlahir kembali.

<3> Sementara interpretasi komentar standard Theravada menganggap kedua jenis berikutnya – seorang yang mencapai nibbāna tanpa usaha (asaṅkhāraparinibbāyī) dan seorang yang mencapai nibbāna dengan usaha (sasaṅkhāraparinibbāyī) sebagai dua cara alternatif yang melaluinya antarāparinibbāyī  dan upahaccaparinibbāyī mencapai tujuannya, namun perumpamaan percikan api menyiratkan, secara tegas, bahwa kelima jenis (atau tujuh, jika menghitung ketiga sub-bagian pertama secara terpisah) adalah berbeda, yang membentuk serangkaian dari yang paling tajam hingga yang paling lambat. Dengan demikian jika, seperti dugaan Mp, upahaccaparinibbayī adalah seorang yang mencapai nibbāna antara pertengahan kehidupan dan akhir kehidupan, maka tidak ada tempat untuk kedua jenis lainnya, yaitu mereka yang mencapai nibbāna tanpa usaha dan mereka yang mencapai nibbāna dengan usaha.
Lho ini bahkan Nibbana aja ada masa antara nya. Berarti Theravada seharusnya mengakui adanya antarabhava.
I'm an ordinary human only

Offline Sumedho

  • Kebetulan
  • Administrator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 12.406
  • Reputasi: 423
  • Gender: Male
  • not self
Re: Kelahiran Kembali dan Antarabhava/Bardo
« Reply #101 on: 26 July 2013, 04:47:11 PM »
apa itu theravada sendiri mesti kita klarifikasi. Theravada itu adalah sekte turunan generasi ke-3(kalo tidak salah) dari masa early buddhism dan yg membedakan adalah interpretasi terhadap khotbah2 sang buddha yang mostly dituangkan dalam bentuk commentary theravada. Jadi utk theravada biasanya yg dipakai adalah teks2 belakangan interpretasi dan perkembangan dari scholar2 theravada itu sendiri. yg biasa dijadikan rujukan yah si visudhimagga dan abhidhammatthasangaha sekarang ini.

cmiiw, menurut interpretasi visudhimagga dan abhidhammathasanggaha, theravada itu tidak mengakui alam antara. jadi sekejab lsg terlahir kembali.
« Last Edit: 26 July 2013, 04:48:53 PM by Sumedho »
There is no place like 127.0.0.1

Offline Shasika

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.152
  • Reputasi: 101
  • Gender: Female
  • Semoga semua mahluk berbahagia
Re: Kelahiran Kembali dan Antarabhava/Bardo
« Reply #102 on: 26 July 2013, 04:53:58 PM »
apa itu theravada sendiri mesti kita klarifikasi. Theravada itu adalah sub sekte turunan generasi ke-2 dari early buddhism dan yg membedakan adalah interpretasi terhadap khotbah2 sang buddha yang mostly dituangkan dalam bentuk commentary theravada. Jadi utk theravada biasanya yg dipakai adalah teks2 belakangan interpretasi dan perkembangan dari scholar2 theravada itu sendiri. yg biasa dijadikan rujukan yah si visudhimagga dan abhidhammatthasangaha sekarang ini.

cmiiw, menurut interpretasi visudhimagga dan abhidhammathasanggaha, theravada itu tidak mengakui alam antara. jadi sekejab lsg terlahir kembali.
Iya memang selama ini para scholar Theravada memiliki pandangan demikian, sewaktu saya belajar dulu juga para dosen tidak percaya adanya alam antara, mereka pun mengajarkan setelah mati langsung terlahir kembali ke alam dimana ketika itu yang terkuat muncul dalam pemikiran kita.

Istilah Theravada muncul belakangan anda benar Tuhan, setelah adanya Dipavamsa (pertama kali munculnya istilah Theravada)
I'm an ordinary human only

Offline Shasika

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.152
  • Reputasi: 101
  • Gender: Female
  • Semoga semua mahluk berbahagia
Re: Kelahiran Kembali dan Antarabhava/Bardo
« Reply #103 on: 26 July 2013, 04:59:06 PM »
Jadi hampir dipastikan bahwa istilah bhava bukanlah suatu alam tersendiri.
Namun satu hal yang perlu dipertanyakan apakah bardo atau antarabhava ini terjadi saat seseorang telah dikatakan mati atau belum? Tapi sebelumnya seperti yang sebelumnya saya tanyakan, apakah mati itu dalam Mahayana?

Dari tradisi Theravada telah disampaikan oleh Sdr. Indra dan Sdr. Ariyakumara, secara singkat bahwa mati itu adalah kehilangan tiga kondisi – vitalitas, panas, dan kesadaran, hancurnya pancaskandha. Jadi brrdasarkan hal ini, jika masih ada unsur batin meskipun badan ini rusak diletakkan (mati secara medis) maka masih belum bisa dikatakan sebagai mati dalam pengertian Buddhis.
IYA bro Kelana, memang referensi2 yang telah disampaikan mereka juga mendukung demikian. Saya juga mendukung pandangan anda bro.
I'm an ordinary human only

Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
Re: Kelahiran Kembali dan Antarabhava/Bardo
« Reply #104 on: 26 July 2013, 05:27:21 PM »
Lho ini bahkan Nibbana aja ada masa antara nya. Berarti Theravada seharusnya mengakui adanya antarabhava.

sutta itu tidak mengatakan bahwa ada masa antara dalam nibbana, melainkan nibbana itu tercapai ketika makhluk itu berada dalam masa antara.