setahu saya arahat itu meninggal dengan cara membakar diri karena memang tahu dia 'udah waktunya', bukannya tidak tahu..
jadi kalaupun tidak membakar diri, arahat itu akan meninggal secara alami...
jadi apa bedanya?
adalah hal yang mungkin, seorang arahat mengetahui kapan dirinya akan meninggal alami. Tapi juga ada kemungkinan, seorang arahat tidak mengetahui kapan dirinya akan meninggal secara alami. seandainya ada sutta yang menyatakan dengan tegas bahwa setiap arahat mengetahui kapan kematiannya akan terjadi, tentu hal tersebut lebih meyakinkan.
seandainya tidak ada sutta yang menjelaskan kepastian setiap arahat mengetahui waktu kematiannya, tapi mampunya arahat dalam mengetahui waktu kematiannya itu bukanlah sesuatu yang mustahil. Masalahnya, jika dia mengetahui bahwa satu jam kedepan dirinya akan meninggal secara alami, mengapa harus membakar diri saat ini? Apakah tidak cukup sabar menunggu waktu satu jam kemudian?
atau, bisa jadi saat membakar itulah merupakan saat kematian alaminya, dan membakar diri hanya merupakan salah satu cara yang dipilih sebagai "gaya kematiannya". Hal ini akan lebih meyakinkan apabila ada legimitasi dari sutta. Kendatipun tidak ada legitimasi dari sutta, hal itu bukan pula hal yang mustahil.
di tengah berbagai kemungkinan tersebut, hukum ini adalah tetap: "apakah arahat itu mengetahui waktu kematiannya atau tidak, apabila dia melakukan seseuatu yang menyebabkan dirinya meninggal, maka itu adalah interupsi".
Apa yang terjadi pada Ananda dan kaum arahat adalah mengandung sangat banyak kemungkinan, dan kita tidaklah mungkin mengetahui hingga ke persoalan yang sangat detail. Pertama karena keterbatasn pengetahuan kita. Kedua, karena kita bukanlah saksi atas proses kematiannya itu. Ketiga, seorang saksi pun belum tentu memahami hal yang sebenarnya tanpa memiliki kemampuan batin untuk memahami. maka, apalagi seseorang yang bukan saksi.
Dengan demikian, sebaiknya tidak terlalu larut membicarakan persoalan tersebut. Apalagi apabila semakin mengarah kepada "bentuk-bentuk keyakinan", "dugaan-dugaan" dan "spekulasi". Sampai sejauh ini, kita dapat memilih hal mana yang dapat lebih kita yakini dan mana yang tidak dpat kita yakini, tanpa mengurangi rasa hormat kita pada apa yang diyakini oleh orang lain.