//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: Cerita tentang kantong plastik  (Read 43647 times)

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: Cerita tentang kantong plastik
« Reply #15 on: 22 November 2010, 05:11:45 PM »
iya, ada yang bilang tentang "plastik ramah lingkungan", mungkin sama dengan plastik yang cepat terurai ini. Tapi gak dijelaskan se-ramah apakah plastik itu. Apakah hasil penguraiannya itu gak ada pengaruh negatifnya sama sekali(misalnya thd tanah atau air)?
Ini memang ga mungkin dijelaskan di plastiknya sendiri. Plastik itu dalam proses pembuatannya, ditambahkan metal supaya dalam penguraiannya di alam, lebih mudah teroksidasi, dan waktunya pun dari ratusan tahun, bisa menjadi hanya dalam beberapa bulan karena katalisasi oleh logam tersebut.

Offline tesla

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.426
  • Reputasi: 125
  • Gender: Male
  • bukan di surga atau neraka, hanya di sini
Re: Cerita tentang kantong plastik
« Reply #16 on: 22 November 2010, 05:52:22 PM »
Ya, saya juga tangkap mungkin maksudnya "ditanam lagi". Tapi ini adalah akal-akalan saja. Intinya demi tersedianya kertas itu, berarti sudah ada pohon ditebang. Walaupun ditanam lagi, tetap saja butuh waktu. Tidak mungkin mengurangi global warming dengan memakai kertas merk tertentu. Yang ada, mengurangi global warming dengan mengurangi pemakaian kertas (apa pun merknya).


Bukan, sebaliknya...
demi mendapatkan kertas itu harus tanam dulu
gitu maksudnya.
jadi dari awal ga ada ganggu pohon di hutan.
kalau mau kertas, mereka produksi dari mulai tanam pohon. (benarkah?)
Lepaskan keserakahan akan kesenangan. Lihatlah bahwa melepaskan dunia adalah kedamaian. Tidak ada sesuatu pun yang perlu kau raup, dan tidak ada satu pun yang perlu kau dorong pergi. ~ Buddha ~

Offline Forte

  • Sebelumnya FoxRockman
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 16.577
  • Reputasi: 458
  • Gender: Male
  • not mine - not me - not myself
Re: Cerita tentang kantong plastik
« Reply #17 on: 22 November 2010, 09:06:49 PM »
bakteri kesulitan menguraikan plastik karena bentuk polimer yang sulit dipecah..
polimer dalam hal ini memang sulit terurai.. serat saja termasuk polimer.. dan sistem pencernaan manusia tidak bisa menguraikannya.. yang bisa seperti hewan 4 perut dengan bantuan enzim2.

ini sekedar menggambarkan bahwa polimer memang susah dipecah dibanding yang non polimer..
makanya untuk membantu penguraian, dibikinlah bio-polimer, yang katanya lebih ramah lingkungan karena lebih cepat terurai walau juga tetep susah dibanding yang non-bio (dalam hal ini plastik biasa)
Ini bukan milikku, ini bukan aku, ini bukan diriku
6 kelompok 6 - Chachakka Sutta MN 148

Offline Forte

  • Sebelumnya FoxRockman
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 16.577
  • Reputasi: 458
  • Gender: Male
  • not mine - not me - not myself
Re: Cerita tentang kantong plastik
« Reply #18 on: 22 November 2010, 09:10:43 PM »
untuk kertas, sebenarnya juga bisa didaur ulang..
kertas jangan dibakar, selain menimbulkan polusi karena terbentuk karbon dioksida dan juga karbon monoksida untuk pembakaran tak sempurna.. sebenarnya bisa dibuat lagi menjadi kertas dengan low grade..

tipsnya adalah dengan menjadikan kertas yang mau didaur menjadi serpihan halus, lalu dijadikan bubur kertas.. dan dicetak kembali dalam "loyang" dan ditumpuk2.. ;D
Ini bukan milikku, ini bukan aku, ini bukan diriku
6 kelompok 6 - Chachakka Sutta MN 148

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: Cerita tentang kantong plastik
« Reply #19 on: 23 November 2010, 08:18:55 AM »
Bukan, sebaliknya...
demi mendapatkan kertas itu harus tanam dulu
gitu maksudnya.
jadi dari awal ga ada ganggu pohon di hutan.
kalau mau kertas, mereka produksi dari mulai tanam pohon. (benarkah?)
Iya, mungkin juga begitu. Jadi setiap rim *** diambil dari pohon yang memang ditanam khusus untuk kertas, jadi tidak menebang yang memang untuk penghijauan.

Offline F.T

  • Sebelumnya: Felix Thioris, MarFel, Ocean Heart
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 7.134
  • Reputasi: 205
  • Gender: Male
  • • Save the Children & Join with - Kasih Dharma Peduli • We Care About Their Future • There Are Our Next Generation.
Re: Cerita tentang kantong plastik
« Reply #20 on: 12 February 2011, 06:14:22 AM »
Bagaimana dengan plastik tahan panas yang biasa di gunakan rumah makan untuk membungkus sup panas. Apakah benar aman di gunakam?  atau ada suhu2 panas tertentu yang dapat melumerkan bahan plastik anti panas. Trims


Save the Children & Join With :
Kasih Dharma Peduli ~ Anak Asuh
May all Beings Be Happy


Contact Info : Kasihdharmapeduli [at] yahoo.com

Offline Forte

  • Sebelumnya FoxRockman
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 16.577
  • Reputasi: 458
  • Gender: Male
  • not mine - not me - not myself
Re: Cerita tentang kantong plastik
« Reply #21 on: 12 February 2011, 06:55:11 AM »
Bagaimana dengan plastik tahan panas yang biasa di gunakan rumah makan untuk membungkus sup panas. Apakah benar aman di gunakam?  atau ada suhu2 panas tertentu yang dapat melumerkan bahan plastik anti panas. Trims
harus cari yang sifatnya food grade seh bro..
Ini bukan milikku, ini bukan aku, ini bukan diriku
6 kelompok 6 - Chachakka Sutta MN 148

Offline dhammadinna

  • Sebelumnya: Mayvise
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.627
  • Reputasi: 149
Cerita tentang Kantong Plastik
« Reply #22 on: 28 September 2011, 10:16:05 AM »
Artikel menarik. Bagi yang tidak suka baca terlalu panjang, spoiler-nya tidak perlu dibaca.

Dicekik Plastik

Penulis: Dewi Lestari


Sabtu pagi. Akhir pekan. Keramaian manusia di pusat perbelanjaan. Sungguh bukan pemandangan baru. Tapi saya baru tahu, mengantre di kasir supermarket di hari Sabtu pagi bisa menjadi pengalaman yang begitu miris dan mengiris.

Pagi itu saya belanja di Carrefour sendirian. Sambil menunggu pembelanja sebelum saya yang belanjaannya sampai dua troli, saya mengamati sesuatu. Lewat pengeras suara, beberapa kali terdengar imbauan untuk mengurangi sampah plastik, bahwa Bumi sedang mengalami pemanasan global, dan sudah tersedianya kantong belanja ramah lingkungan yang bisa dibeli dengan harga terjangkau (ada dua pilihan: dua ribu perak berbahan plastik daur ulang dan sepuluh ribu perak untuk yang berbahan polyethylene).

Lalu di dekat kasir, tertempel sebuah stiker yang bunyinya kira-kira begini: petugas kasir diharuskan untuk menawarkan isi ulang pulsa dan kantong belanja ramah lingkungan pada para pembeli. Saya memperhatikan kiri-kanan, termasuk pada saat giliran saya membayar tiba. Memang betul saya ditawari pulsa. Tapi tidak kantong belanja tadi.

Dan, berbarengan dengan pengumuman yang bergaung di seantero toko mengenai pemanasan global, saya mengamati bagaimana belanjaan demi belanjaan dimasukkan ke kantong-kantong kresek oleh tangan-tangan gesit yang sudah bergerak terampil bagai robot. Tak sampai penuh, bahkan kadang setengah pun tidak, mereka mengambili kantong plastik baru. Yang belanja pun tenang-tenang saja menyaksikan. Kenapa tidak? Berapa pun kantong plastik yang dipakai, itu sepenuhnya terserah pihak supermarket. Gratisan pula.

Sambil mengamati gerakan tangan gesit petugas, dalam hati saya bertanya: haruskah seboros itu? Barangkali memang kebijakan dari toko yang mengharuskan berbagai jenis barang untuk tidak digabung dalam satu kantong. Tapi kenyataannya, kantong-kantong plastik setengah penuh itu hanya berfungsi sebagai alat angkut dari kasir menuju troli, lalu dari troli menuju bagasi mobil, lalu dari mobil menuju rumah. Kalaupun beberapa barang beda kategori tersebut harus digabung, asal tidak terkocok-kocok di mesin pengaduk semen, seriously, what harm can possibly be done with those stuffs?

Saat saya harus maju, memang saya terlihat lebih repot dari yang lain. Saya mengeluarkan tiga kantong yang saya bawa dari rumah, lalu mengisinya sendiri. Bukan apa-apa. Kadang-kadang akibat pelatihan yang mengharuskan para petugas supermarket untuk memilah-milah barang membuat mereka seringkali tampak canggung dan melambat ketika harus menggabungkan santan kotak dengan kapas, atau piring dengan brokoli, atau pasta gigi dengan selai. Sementara bagi saya itu bukan masalah. Tiga kantong yang saya bawa dari rumah tampak gendut dan sesak. Beberapa barang besar seperti beras dan deterjen tiga kiloan saya biarkan di troli tanpa plastik.

Melajulah troli saya yang jadinya tampak aneh di tengah troli-troli lain yang didominasi tumpukan kresek putih. Rata-rata orang keluar dari sana membawa 4-6 kantong kresek. Belum termasuk plastik-plastik yang membungkusi buah dan sayur. Jika semua ini direkam dalam video, lalu satu demi satu gambar dihilangkan dan dibiarkan gambar plastiknya saja, niscaya kita akan melihat buntelan-buntelan putih licin yang mengalir bagai sungai dari supermarket menuju parkiran.

Spoiler: ShowHide
Superindo punya kebijakan yang selangkah lebih mending. Jika belanjaan kita cukup banyak maka petugas di kasir akan menawarkan pemakaian dus. Dan sudah ada dus-dus yang disediakan dalam jangkauan, hingga tak perlu tunggu lama untuk cari-cari ke gudang. Beberapa kali saya mengantre di kasir Superindo, saya menemukan banyak pembeli yang menolak pakai kardus meski belanjaan mereka banyak. Entah apa alasannya. Mungkin menurut mereka kurang praktis. Atau tidak terbiasa. Seperti Carrefour, Superindo juga menjual green bag, kantong belanja yang bisa dipakai berkali-kali. Green bag tersebut pun bisa didapat dengan gratis. Caranya? Mengumpulkan 70 stiker. Satu stiker didapat dengan belanja 10 ribu, dan stiker berikutnya di kelipatan 50 ribu. Jadi belanjalah dulu 10 ribu sebanyak 70 kali, atau belanja 3,5 juta untuk mendapatkan tas itu secara cuma-cuma. Wow.

Kasir di Ranch Market selalu bertanya pada pembeli: "Apakah struknya perlu dicetak?" dan ketika kita menjawab 'tidak' (karena seringnya memang tidak dilihat lagi juga), maka dia tidak akan mencetakkan struk yang berarti penghematan kertas. 'Saudara'-nya Ranch Market, yakni Farmer's Market, secara rutin mengadakan hari "Belanja Tanpa Kantong Plastik", di mana setiap Selasa minggu ke-2 Farmer's tidak menyediakan kantong plastik sama sekali. Sama seperti Carrefour dan Superindo, jaringan ini juga menjual green bag dari bahan kain seharga 10 ribu-an. Sedang dilaksanakan pula kegiatan adopsi pohon dengan biaya 95 ribu, di mana kita akan mendapatkan satu kantong belanja bahan kain goni yang ukurannya cukup besar dan satu pohon akan ditanam atas nama kita di Gunung Rinjani.

Memang, dibandingkan beberapa tahun yang lalu, inisiatif dari pihak supermarket/hipermarket memang sudah jauh lebih baik dan kreatif. Namun, apakah tidak bisa kita bergerak lebih cepat, lebih tajam, dan lebih langsung? Dan, mungkinkah perspektif yang digunakan pun sebetulnya terbalik? Jika benar-benar ingin mengurangi sampah plastik, kenapa justru pembeli yang tidak ingin menggunakan kantong kresek malah menjadi pihak yang harus mengeluarkan biaya ekstra dan tidak mendapat insentif apa pun? Sementara yang pakai kantong kresek tetap melenggang kangkung tanpa sanksi apa-apa? Tidakkah ini jadi mengimplikasikan bahwa gerakan go-green itu 'lebih mahal' dan 'repot', sementara yang sebaliknya justru 'gratis' dan 'praktis'? Di mata saya, penjualan kantong-kantong ramah lingkungan tersebut pun, selama masih menggunakan bahan baku baru dan bukan hasil daur ulang, akhirnya cuma jadi komoditas biasa. Seperti halnya jualan sabun atau sayur. Sementara yang paling penting adalah BERHENTI memproduksi barang baru dan menggunakan ulang apa yang ada. Yang paling penting bukanlah mencetak tulisan "Selamatkan Bumi" di selembar kain kanvas atau di kain polyethylene lalu menjudulinya tas ramah lingkungan, melainkan membuat kebijakan yang benar-benar realistis dan berpihak pada lingkungan.

Dari data yang saya baca, di jaringan Superindo sendiri, penggunaan kantong kresek bisa mencapai 300.000 lembar per hari. 700 ton sampah plastik diproduksi hanya oleh Jakarta saja. Dan menurut Kementrian Lingkungan Hidup, komposisi sampah plastik di kota-kota besar seperti Surabaya dan Bandung meningkat sejak tahun 2000 dari 50% ke 70%. Kita benar-benar sudah dicekik plastik.

Pikiran saya terus berandai-andai: jika memang pemerintah tidak berbuat sesuatu untuk menekan produksi dan penggunaan kantong plastik, dan andai saya adalah pengambil keputusan di rantai supermarket tadi, maka saya akan menetapkan harga 2000-5000 rupiah untuk satu kantong kresek, yang barangkali akan lebih efektif untuk 'memaksa' orang membawa kantong sendiri ketimbang menjual kantong ramah lingkungan seharga 10 ribu. Dana dari 'sanksi' kantong kresek tersebut lalu disalurkan untuk kegiatan penghijauan dan aktivitas lingkungan hidup lainnya. Di sebagian negara di Eropa, ternyata pengenaan biaya pada kantong belanja telah berhasil menurunkan sampah kantong plastik hingga 90%.

Saya cukup salut dengan keberanian Makro. Barangkali cuma di Makro berlaku peraturan tegas di mana konsumen harus mengeluarkan uang 2000 rupiah untuk setiap kantong belanja. Setiap pembeli yang pergi ke sana mau tak mau harus siap mental untuk membawa kantong belanja sendiri atau berebut dus-dus kosong yang memang disiapkan di sana. Kebijakan seperti itu dapat dimaklumi karena Makro memang menjual barang-barang berukuran dan berkuantitas besar, jadi alasannya tidak melulu lingkungan. Namun bukannya tidak mungkin jaringan supermarket dan hipermarket lainnya mengikuti jejak Makro dengan mengusung alasan lingkungan, sebagaimana yang digaungkan lewat pengeras suaranya.


Saya keluar dari aliran sungai plastik tadi menuju mobil. Hati masih miris dan teriris. Sesekali bertanya, apakah khayalan saya ketinggian? Apakah realistis jika berharap pihak produsenlah yang berani muncul dengan kebijakan tegas, sementara para konsumennya sendiri tidak mau belajar mengedukasi dan melatih dirinya? Namun, sampai kapan kita bertahan di balik sekat-sekat kaku yang memisahkan pembeli dan penjual, pemerintah dan masyarakat? Sementara belitan plastik yang mencekik tanah dan air Indonesia sudah terlihat jelas di depan mata.
« Last Edit: 28 September 2011, 10:23:44 AM by Mayvise »

Offline johan3000

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 11.552
  • Reputasi: 219
  • Gender: Male
  • Crispy Lotus Root
Re: Cerita tentang kantong plastik
« Reply #23 on: 28 September 2011, 10:46:43 AM »
plastik2 tsb adalah barang yg dpt didaur ulang, bisa dipakai lagi..
asal tidak sembarang buang atau kecampur... sehingga sampai ke tanah...

plastik2 tsb sangat berguna sebagai bahan baku pembuatan
ROLL sebuah konveyor dan barang2 lainnya.

selama dikumpulkan dgn baik dan didaur ulang...
   tidak usah dicekik plastik dehhh

solusi lain adalah plastik biodegradeable...

pemulung melihat plastik itu duit koq....
   jadi gak sembarang mencekik orang dehhhhhhhhhhhhhhh
Nagasena : salah satu dari delapan penyebab matangnya kebijaksanaan dgn seringnya bertanya

Offline dhammadinna

  • Sebelumnya: Mayvise
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.627
  • Reputasi: 149
Re: Cerita tentang kantong plastik
« Reply #24 on: 28 September 2011, 11:15:36 AM »
Selama ini saya terheran-heran, mengapa hanya sedikit orang yang peduli tentang isu (sampah plastik) ini  :-?  Saya heran, karena mayoritas orang melihat sampah tapi bersikap seolah-olah sampah itu urusan pemerintah saja. Apalagi waktu banjir parah beberapa saat yang lalu, saya liat gubernur Jakarta dijadikan bahan olok-olokan karena dipandang tidak serius bekerja...

Di superindo dekat rumah saya, saya cukup terkenal di antara para kasir karena saya adalah SATU-SATUNYA pembeli yang membawa plastik/tas sendiri. Saya heran, begitu beratkah atau menderitakah membawa tas sendiri?

plastik2 tsb adalah barang yg dpt didaur ulang, bisa dipakai lagi..
asal tidak sembarang buang atau kecampur... sehingga sampai ke tanah...

Mayoritas orang tidak peduli. Jadi, mayoritas plastik akan dibuang sembarangan, tercampur, dst.

Btw, selain recycle, juga perlu diketahui tentang reduce (mengurangi penggunaan) dan reuse (menggunakannya kembali/berulang-ulang). Recycle seharusnya menjadi tahap akhir.

Quote
plastik2 tsb sangat berguna sebagai bahan baku pembuatan
ROLL sebuah konveyor dan barang2 lainnya.

selama dikumpulkan dgn baik dan didaur ulang...
   tidak usah dicekik plastik dehhh

solusi lain adalah plastik biodegradeable...

Seperti di postingan bro daimond, plastik biodegradable adalah sama berbahayanya dengan plastik kresek biasa. Plastik tersebut mudah hancur, bukan mudah terurai. Pengertian "hancur", adalah berubah menjadi potongan-potongan kecil.

Quote
pemulung melihat plastik itu duit koq....
   jadi gak sembarang mencekik orang dehhhhhhhhhhhhhhh

Setau saya, yang dikumpulkan pemulung adalah jenis plastik seperti botol/cup bekas minum (bukan kresek). Lagipula, kantong plastik kresek itu betebaran di mana-mana, bukan hanya di TPA (tempat pembuangan akhir), tapi juga di selokan depan rumah kita, di jalanan, atau sungai. Jadi jumlah peningkatan sampah plastik pastilah tidak sebanding dengan usaha membersihkannya.
« Last Edit: 28 September 2011, 11:18:07 AM by Mayvise »

Offline Forte

  • Sebelumnya FoxRockman
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 16.577
  • Reputasi: 458
  • Gender: Male
  • not mine - not me - not myself
Re: Cerita tentang kantong plastik
« Reply #25 on: 28 September 2011, 07:42:33 PM »
mengenai plastik sebagai masalah lingkungan.. sebenarnya gw ada ide sinting juga bahan apa yang menggantikan plastik..

terpikir dari ketika bangun pagi dan lagi batuk.. dan mengeluarkan dahak yang ternyata sudah menjadi kering ternyata bisa berbentuk (anak TK juga tahu toh) tapi dipikirin lagi bahwa lendir memiliki daya elastis dan misalnya bisa ditekan kadar airnya sedemikian rupa sehingga kering dan berbentuk kantong.. mungkin bisa digunakan sebagai bahan pengganti plastik.. ;D

Ini bukan milikku, ini bukan aku, ini bukan diriku
6 kelompok 6 - Chachakka Sutta MN 148

Offline will_i_am

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 5.163
  • Reputasi: 155
  • Gender: Male
Re: Cerita tentang kantong plastik
« Reply #26 on: 28 September 2011, 08:36:34 PM »
mengenai plastik sebagai masalah lingkungan.. sebenarnya gw ada ide sinting juga bahan apa yang menggantikan plastik..

terpikir dari ketika bangun pagi dan lagi batuk.. dan mengeluarkan dahak yang ternyata sudah menjadi kering ternyata bisa berbentuk (anak TK juga tahu toh) tapi dipikirin lagi bahwa lendir memiliki daya elastis dan misalnya bisa ditekan kadar airnya sedemikian rupa sehingga kering dan berbentuk kantong.. mungkin bisa digunakan sebagai bahan pengganti plastik.. ;D



=))
ide paling konyol...
wkwkwkwkwk....
mana ada orang yang mau pegang bro???
bro mau pegang lendir orang lain??
=))
hiduplah hanya pada hari ini, jangan mengkhawatirkan masa depan ataupun terpuruk dalam masa lalu.
berbahagialah akan apa yang anda miliki, jangan mengejar keinginan akan memiliki
_/\_

Offline Forte

  • Sebelumnya FoxRockman
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 16.577
  • Reputasi: 458
  • Gender: Male
  • not mine - not me - not myself
Re: Cerita tentang kantong plastik
« Reply #27 on: 28 September 2011, 09:26:32 PM »
=))
ide paling konyol...
wkwkwkwkwk....
mana ada orang yang mau pegang bro???
bro mau pegang lendir orang lain??
=))
hm.. ternyata agak susah ditangkap bagi orang awam ya.. karena langsung beranggapan lendir = ingus = jorok..

saya jelasin dikit.. lendir yang gw maksud di atas tentunya bukan berasal dari manusia.. / hasil sekret manusia..
lendir yang terpikir oleh saya.. mungkin bisa dibikin dari gelatin sapi.. atau bisa juga dibikin dari polimer selulosa.. let say seperti carboxymethylcellulosa / turunan lainnya.. yang mana bisa menghasilkan warna transparant..

ini baru sekedar ide.. karena belum tahu juga ketahanan lendir tersebut terhadap beban.. kan jika digunakan sebagai kantong .. idealnya bisa menahan beban sedemikian rupa..
Ini bukan milikku, ini bukan aku, ini bukan diriku
6 kelompok 6 - Chachakka Sutta MN 148

Offline will_i_am

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 5.163
  • Reputasi: 155
  • Gender: Male
Re: Cerita tentang kantong plastik
« Reply #28 on: 28 September 2011, 10:14:31 PM »
ohhh...
saya kira lendir yang "itu"... 
maafkan kebodohan saya...  :P :P :P
emang masih kurang ngerti dengan statement anda tadi, tapi sekarang udah dapat pencerahannya...
hiduplah hanya pada hari ini, jangan mengkhawatirkan masa depan ataupun terpuruk dalam masa lalu.
berbahagialah akan apa yang anda miliki, jangan mengejar keinginan akan memiliki
_/\_

Offline Forte

  • Sebelumnya FoxRockman
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 16.577
  • Reputasi: 458
  • Gender: Male
  • not mine - not me - not myself
Re: Cerita tentang kantong plastik
« Reply #29 on: 29 September 2011, 06:03:52 AM »
no prob bro..
mungkin bro ada ide untuk bikin pengganti plastik silakan diutarakan..
« Last Edit: 29 September 2011, 06:17:05 AM by Forte »
Ini bukan milikku, ini bukan aku, ini bukan diriku
6 kelompok 6 - Chachakka Sutta MN 148

 

anything