//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: Tibet Vs China  (Read 33442 times)

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Offline nyanadhana

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.903
  • Reputasi: 77
  • Gender: Male
  • Kebenaran melampaui batas persepsi agama...
Re: Tibet Vs China
« Reply #60 on: 26 March 2008, 05:16:35 PM »
hmmm setau aku versi okenya versi Samanera,why,karena ga usah Samanera yang jelasinpun,historikal Tibet pada awalnya udah ada,dia memang berupa kerajaan yang tidak berhubungan dengan dunia luar,hal ini bisa dilihat dari catatan para suciwan Buddhist awal dari India menuju Tibet,tidak ada catatan bahwa Han Dynasty disinggung dalam Tibet Dynasty.jadi kalau pikir ini suka-sukanya China aja,dilihat dari film Kundun juga,sebenarnya udah tahu siapa pangkal masalahnya.Saat itu pemimpin Mao begitu menginginkan tibet yang sebelumnya tidak terekspos,yng tidak bisa diterima adalah saat bhiksu menggambar mandala sebagai penyambutan tapi ditendang ama Mao.ini aja dianggap sebagai bentuk penghinaan dan tidak menghormati agama yang dianut Tibet.
« Last Edit: 26 March 2008, 05:19:41 PM by nyanadhana »
Sadhana is nothing but where a disciplined one, the love, talks to one’s own soul. It is nothing but where one cleans his own mind.

nyanabhadra

  • Guest
Re: Tibet Vs China
« Reply #61 on: 26 March 2008, 05:19:35 PM »
deleted...

Beberapa hari lalu, ada berita yang mengatakan bahwa Dalai lama bukan menginginkan kemerdekaan, tetapi otonomi daerah .. Lha .. sama saja ... Mau kasih makan apa rakyat , jika otonomi daerah ? Apa yang bisa di "jual" dari Tibet untuk kemajuan Tibet itu sendiri ?


Buktinya HH di pengasingan dharamsala sanggup membiayai semua sektor pemerintahan, rumah sakit, sekolah, sebagian besar biara, anak di sini sekolah tidak bayar, punya asrama sendiri, semua di support penuh. plus bantuan dari negara lain yang mau ikut memberi dukungan.

berbuat kebajikan, dana akan datang dari orang lain yang tergerak, toh buktinya banyak yang datang bantu.

merdeka atau otonomi, tentu saja bisa tetap hidup dan rakyat tetap bisa berbisnis mengerjakan hal2 yang dirasakan perlu, spiritual, dan tidak seperti orang kita yang kebutuahnnya segunung, tentu saja tidak cukup.

memang ada orang tibet yg mulai berperangai seperti warga kota, ini tak bisa dipungkiri, dan di warga tibet yg lhasa......namun warga pengungsi tibet di dharamsala tidaklah demikian, rata2 hidup bersahaja dan apa adanya. datang dan lihat sendiri barulah kita tahu.

saya tidak pernah ke tibet, jadi tidak tahu....namun kemanapun kita pergi, kalau mau membicarakan kejelekan tentu saja ini kehebatan banyak orang, namun kalau diminta untuk menceritakan hal2 yg baik....entahlah apakah banyak orang yg sanggup menceritakannya.

jadi, baik dan buruk di semua tempat ada....ga perlu di tulis di muka umum, walaupun itu sebuah fakta, tak elok dibaca orang lain; namun kalau mau menulis kejelekan2 tibet juga yah silakan, opini pribadi saya, ini kurang bagus.

bow and respect,

Offline nyanadhana

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.903
  • Reputasi: 77
  • Gender: Male
  • Kebenaran melampaui batas persepsi agama...
Re: Tibet Vs China
« Reply #62 on: 26 March 2008, 05:24:26 PM »
 _/\_ seperti yangaku katakan,kalo Cina memang bertujuan baik menyelamatkan Tibet dari 'kemiskinan'.prinsipnya kalo orang mau nolong trus ternyata orangnya ga mau ditolong buat apa dipaksa pake kekerasan.biarin aja.kalo dipaksa berarti ada keinginan yang terus ingin dipenuhi dengan memaksakan pertolongan itu
Sadhana is nothing but where a disciplined one, the love, talks to one’s own soul. It is nothing but where one cleans his own mind.

nyanabhadra

  • Guest
Re: Tibet Vs China
« Reply #63 on: 26 March 2008, 05:25:11 PM »
_/\_ Dalai Lama lebih cocok jadi pemimpin spiritual daripada pemimpin politik.why he always dont understand at all dan tidak menjaga vinaya nya. sejak dulu di Tibet punya pemerintahan yang tidak dipimpin oleh seorang Lama, melainkan Raja.kalo dia yang memulai gelombang riot,well itu nobel perdamaian sebaiknya cabut saja.

HH Dalai Lama ketika ditanya, dia lebih memilih menjadi bhiksu daripada menjadi pemimpin politik, karena beliau adalah kelompok monastik, namun seluruh rakyat menginginkannya utk di posisi itu, sebagai org yg bertanggung jawab atas semua kemaslahatan Tibet, apakah HH Dalai Lama tega membiarkan negara yg sudah tak punya tanah ini semakin rontok?

Kalau bilang tidak menjaga Vinaya, saya kurang sependapat, seseorang menjadi Vinaya denga baik atau tidak, yang paling tahu dirinya sendiri dan orang sekelilingnya. kalau memang melanggar Vinaya, Vinaya manakah yg dilanggar?

HH meminpin karena welas asih dan merasa bertanggung jawab, dan ini merupakan tugas dari HH Dalai Lama sebelumnya, beliau meneruskan amanat HH Dalai Lama sebelumnya.

justru orang yg memiliki tingkat kebijaksanaan seperti beliau yang sanggup memimpin dan menjadi pilihan rakyat.

bow and respect,

Offline nyanadhana

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.903
  • Reputasi: 77
  • Gender: Male
  • Kebenaran melampaui batas persepsi agama...
Re: Tibet Vs China
« Reply #64 on: 26 March 2008, 05:28:35 PM »
 _/\_ seorang bhikkhu tidak memimpin politik setau saya,ini juga anjuran dari Sang Buddha.
hmmm.....ada 2 sisi yang serba salah juga kalo dipikir2.well what can we do for them now?watching?
Sadhana is nothing but where a disciplined one, the love, talks to one’s own soul. It is nothing but where one cleans his own mind.

nyanabhadra

  • Guest
Re: Tibet Vs China
« Reply #65 on: 26 March 2008, 05:32:06 PM »

deleted.

soal Tibet,terlalu banyak berdoa tapi tidak pernah membangun,sama saja membunuh orang dengan kanvas.ga pernah berhasil.masyarakat yang terjebak dalam mistis dan ritual sudah dikatakan oleh Sang Buddha bahwa ia tidak menekankan ritual dan praktik mistis kayak gitu karena tidak membawa perkembangan batin. ini makanya kemunduran terjadi di Tibet bukan sebuah kemajuan.

Entah mengapa, kesimpulan kita dalam melihat Mahayana Tibetan selalu demikian, kalau masuk ke biara, saya rasa kamu akan sedikit berubah pandanga.
dan memang yg sering gembar gembor adalah mistik dan ritual.
kalau ga ngerti ritual dan makna dibalik ritual, saya rasa kurang pas utk bilang ritual tidak memberikan kemajuan batin, segala kegiatan bisa menjadi alat utk maju dalam batin dan spiritual, dan apakah anda sanggup memanfaatkannya dengan tepat atau tidak.

jangan salahkan ritual kalau banyak yg terjebak, padahal ritual untuk berlatih meditasi dengan metode berlainan dan familiarisasi tentang teori, kemudian menjadi satu dengan kehidupan.

jangan salahkan pisau karena menyilet tangan anda, padahal pisau untuk memotong sayur  :)

bow and respect,

Offline Lily W

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 5.119
  • Reputasi: 241
  • Gender: Female
Re: Tibet Vs China
« Reply #66 on: 26 March 2008, 05:37:08 PM »
Yup...

Objek itu netral....tergantung gimana batin kita untuk meresponnya... :)

Anumodana atas penjelasannya... _/\_

 _/\_ :lotus:
~ Kakek Guru : "Pikiran adalah Raja Kehidupan"... bahagia dan derita berasal dari Pikiran.
~ Mak Kebo (film BABE) : The Only way you'll find happiness is to accept that the way things are. Is the way things are

nyanabhadra

  • Guest
Re: Tibet Vs China
« Reply #67 on: 26 March 2008, 05:37:43 PM »
dari dulu makanya Sang Buddha mengharapkan murid-muridnya tidak terlibat dalam politik,nih hasilnya..tibet,Myanmar,pusing lihat bhikkhu sekarang ini ga ada bedanya ama umat awam. ribut dan ribut melulu.

Kalau anda juga termasuk monastik, saya sangat sedih melihat komentar demikian. ini akibat dari tidak memahami motif penggerak dibalik kejadian-kejadian seperti ini.

Apakah Bhikku myanmar dan Tibet tanpa alasan jelas dalam protesny?
coba lihat kembali masalah dibalik itu ketika terjadi kekerasan di Myanmar
coba lihat kembali kisah historis yang menyankut china dan tibet, dan perkembangan hingga saat ini.

kalau mengerti, saya ga yakin komentar demikian bisa terlontarkan dengan demikian mudah.

Offline Sunkmanitu Tanka Ob'waci

  • Sebelumnya: Karuna, Wolverine, gachapin
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 5.806
  • Reputasi: 239
  • Gender: Male
  • 会いたい。
Re: Tibet Vs China
« Reply #68 on: 26 March 2008, 05:39:01 PM »
Mari kita dengarkan apa kata Sang Bhagava :
http://www.accesstoinsight.org/tipitaka/an/an10/an10.069.than.html

Quote
AN 10.69
Kathavatthu Sutta
Topics of Conversation (1)

I have heard that on one occasion the Blessed One was staying in Savatthi at Jeta's Grove, Anathapindika's monastery. Now at that time a large number of monks, after the meal, on returning from their alms round, had gathered at the meeting hall and were engaged in many kinds of bestial topics of conversation: conversation about kings, robbers, & ministers of state; armies, alarms, & battles; food & drink; clothing, furniture, garlands, & scents; relatives; vehicles; villages, towns, cities, the countryside; women & heroes; the gossip of the street & the well; tales of the dead; tales of diversity, the creation of the world & of the sea; talk of whether things exist or not.

Then the Blessed One, emerging from his seclusion in the late afternoon, went to the meeting hall and, on arrival, sat down on a seat made ready. As he was sitting there, he addressed the monks: "For what topic of conversation are you gathered together here? In the midst of what topic of conversation have you been interrupted?"

"Just now, lord, after the meal, on returning from our alms round, we gathered at the meeting hall and got engaged in many kinds of bestial topics of conversation: conversation about kings, robbers, & ministers of state; armies, alarms, & battles; food & drink; clothing, furniture, garlands, & scents; relatives; vehicles; villages, towns, cities, the countryside; women & heroes; the gossip of the street & the well; tales of the dead; tales of diversity, the creation of the world & of the sea; talk of whether things exist or not."

"It isn't right, monks, that sons of good families, on having gone forth out of faith from home to the homeless life, should get engaged in such topics of conversation, i.e., conversation about kings, robbers, & ministers of state... talk of whether things exist or not.

"There are these ten topics of [proper] conversation. Which ten? Talk on modesty, on contentment, on seclusion, on non-entanglement, on arousing persistence, on virtue, on concentration, on discernment, on release, and on the knowledge & vision of release. These are the ten topics of conversation. If you were to engage repeatedly in these ten topics of conversation, you would outshine even the sun & moon, so mighty, so powerful — to say nothing of the wanderers of other sects."
HANYA MENERIMA UCAPAN TERIMA KASIH DALAM BENTUK GRP
Fake friends are like shadows never around on your darkest days

nyanabhadra

  • Guest
Re: Tibet Vs China
« Reply #69 on: 26 March 2008, 05:52:14 PM »
Mari kita dengarkan apa kata Sang Bhagava :
http://www.accesstoinsight.org/tipitaka/an/an10/an10.069.than.html

Quote
AN 10.69
Kathavatthu Sutta
Topics of Conversation (1)

I have heard that on one occasion the Blessed One was staying in Savatthi at Jeta's Grove, Anathapindika's monastery. Now at that time a large number of monks, after the meal, on returning from their alms round, had gathered at the meeting hall and were engaged in many kinds of bestial topics of conversation: conversation about kings, robbers, & ministers of state; armies, alarms, & battles; food & drink; clothing, furniture, garlands, & scents; relatives; vehicles; villages, towns, cities, the countryside; women & heroes; the gossip of the street & the well; tales of the dead; tales of diversity, the creation of the world & of the sea; talk of whether things exist or not.

Then the Blessed One, emerging from his seclusion in the late afternoon, went to the meeting hall and, on arrival, sat down on a seat made ready. As he was sitting there, he addressed the monks: "For what topic of conversation are you gathered together here? In the midst of what topic of conversation have you been interrupted?"

deleted


perlu memahami naskah ini dengan baik, melihat latar belakang kejadian, mengapa buddha menyatakan hal demikian, penyesuain terhadap keadaan, manusia yg hadir, situasi dan kondisi pada zaman itu, suasana bhiksu pada saat itu (mmaf bukan mencari dalih pembenaran diri). silakan analisa sendiri.

kalau berbicara untuk sekedar untuk kenikmatan pribadi, kenikmatan duniawi, sekedar mengisi waktu luang, sekedar gosip-gosipan tak jelas, menemani kopi sore, atau demi menunjukkan seseorang penuh pengetahuan, menyombongkan diri, dsb.............sudah jelas ini tidak pantas, dan untuk itulah Buddha menelorkan beberapa aturan ini.

Tidak pantas bagi para monastik utk berbincang hal demikian, namun bukan berarti tidak boleh, jika masih dalam koridor saling memberi informasi, penjelasan yg logis, dan meredakan kebingunggan, melihat apa yg terjadi di seberang sana, dan bagaimana kaitan dengan kita sendiri, latihan spiritual kita, ucapan, sistem berpikir, dan berpikir sesuatu utk ikut kontribusi menolong (semoga ada).

ada aturan yang tidak boleh dilakukan, dan aturan yang tingkatnya menengah, dan aturan yang bersifat etika, seseorang yg mengerti dan paham akan batas2 aturan ini, selayaknya membatasi diri dalam perbincangan yang tidak relevan dan sekedar untuk pemuasan nafsu untuk berbicara dan ingin menjadi tenar.

semoga menjadi sisi yang seimbang untuk melihat suatu sutra dan latar belakang yg terjadi. memang sebaiknya lihat sutra tersebut secara lengkap dan pahami, jangan separuh-separuh, yang menimbulkan ambiguitas.

bow and respect,

Offline Sunkmanitu Tanka Ob'waci

  • Sebelumnya: Karuna, Wolverine, gachapin
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 5.806
  • Reputasi: 239
  • Gender: Male
  • 会いたい。
Re: Tibet Vs China
« Reply #70 on: 26 March 2008, 05:58:57 PM »
Kalau saya sih menangkapnya tidak selayaknya orang yang sudah meninggalkan keduniawian masih mengurusi hal-hal duniawi.

Mungkin karena perbedaan pandangan, antara Theravada dan Mahayana.
PS. Itu Sutta yang dikutip seorang Bhikkhu Mahayana ketika menjawab mengapa sebaiknya anggota Sangha tidak mengurusi hal-hal politik.

Snying Rje
« Last Edit: 26 March 2008, 06:01:50 PM by karuna_murti »
HANYA MENERIMA UCAPAN TERIMA KASIH DALAM BENTUK GRP
Fake friends are like shadows never around on your darkest days

Offline F.T

  • Sebelumnya: Felix Thioris, MarFel, Ocean Heart
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 7.134
  • Reputasi: 205
  • Gender: Male
  • • Save the Children & Join with - Kasih Dharma Peduli • We Care About Their Future • There Are Our Next Generation.
Re: Tibet Vs China
« Reply #71 on: 26 March 2008, 06:28:43 PM »


Tak bijak bilang ini ego atau bukan atau menanyakan dimanakah cinta kasih mereka.........karena terlalu subkjektif.
ini "penghakiman" halus terhadap para bhiksu yg sesungguhnya merupakan manusia biasa yg sedang berlatih (bukan membela para bhiksu, namun ini fakta).

Melihat dengan seimbang sangat diperlukan, apalagi melihat kembali masa kelam tahun 1950an, hingga pelarian HH The Dalai Lama ke India thn 1959 dan hingga 1980an.

China membuat banyak bangunan, mentransmigrasikan warga bhina ke tibet, menjadikan tibet sebagai tempat pemasukan dana besar dan memperluas teritorial, penyiksaan terjadi di berbagai tempat, monastery byk yg dibakar, dsb.....lhasa menjadi kota yg "canggih" dan semakin dekat dengan konsumeris, pembodohan dari segi pendidikan terhadap rakyat tibet, pembedaan layanan, bahkan sel penjara saja ada perbedaannya bagi warga tibet dan warga china.

Semua orang tahu, Tibet merupakan kerajaan tersendiri yang berjaya sejak sekian abad melalui berbagai Rajanya, dan hidup berdampingan dengan Dinasti China dan memang ada terjadi perperangan Tibet dan China, ini tidak terhindar sejak zaman dahulu.

Namun pembangunan baru yang serba spektakuler tak bisa menghapus luka yang begitu pedih dilamai generasi dan generasi turun temurun rakyat tibet yg di tibet maupun di pengansingan.....

bagaimana rasanya kehilangan tanah kelahirannya? status tidak jelas di Dharamsala India? coba duduk di posisi mereka, kita akan tahu rasanya seperti apa.

memang kita bisa berdalih, mereka punya bekal dharma......yup betul sekali, kalau semua orang tibet sudah tercerahkan...saya rasa tidak masalah...

walaupun orang tibet tidak semua tercerahkan, mereka tetap menerima kondisi mereka saat ini, berjuang keras tetap hidup dengan berbagai cara, walaupun hidup menumpang tidak jelas di India maupun di berbagai negara.

semoga menjadi pendapat berimbang memahami kisah histori panjang ini.

bow and respect,

Sebelumnya sy ucapkan Selamat Bergabung di forum Dhammacitta, Samanera _/\_

Thanks atas penjelasannya yang sudah di uraikan dengan baik ini, Walau ada pro dan kontra mengenai kondisi Tibet yang terus memanas hingga saat ini, Intinya kita ingin melihat rakyat Tibet bisa hidup lebih baik lagi ke depannya ... hanya saja masalah Tibet dan China murni karena politik. 

Jika China tidak membangun Tibet, Sampai saat ini mungkin Tibet menjadi daerah yang terbengkalai. Sy paham ada baik dan buruknya setiap langkah yang di ambil China dalam membangun tibet, Tapi tujuannya juga agar rakyat Tibet dapat menikmati fasilitas tersebut. Pada saat rakyat Tibet mengalami musim dingin yang berkepanjangan, mereka turun ke China untuk berdagang dan membeli kebutuhan2 pokok tanpa di kenakan biaya apa2 dari pemerintah China.

Saya sendiri  belum pernah ke tibet, dan hanya memperoleh informasi dari teman dan news yang beredar saat ini, jadi apapun info yang di sampaikan harap di periksa lagi kebenarannya ... :)

_/\_


Save the Children & Join With :
Kasih Dharma Peduli ~ Anak Asuh
May all Beings Be Happy


Contact Info : Kasihdharmapeduli [at] yahoo.com

Offline Sumedho

  • Kebetulan
  • Administrator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 12.406
  • Reputasi: 423
  • Gender: Male
  • not self
Re: Tibet Vs China
« Reply #72 on: 26 March 2008, 08:05:00 PM »
Kalau saya tangkap sih, jika sudah meninggalkan kehidupan berumah tangga, jangan lagi kita kembali membicarakan urusan kehidupan perumah tangga. Lebih baik diskusikan hal2x yang bisa membawa pengembangan batin. Pada sutta tsb diberikan 10 topiknya.

Nah kembali ke topik seorang mengambil kehidupan monastik apakah layak turut dalam politik ? Tentu tidak layak karena pasti akan banyak terlibat pembicaraan dan diskusi tentang keduniawian. Idealnya demikian. Jika memang terpaksa dan harus, lakukan apa yang harus dilakukan. Bukan begitu bukan?
There is no place like 127.0.0.1

nyanabhadra

  • Guest
Re: Tibet Vs China
« Reply #73 on: 26 March 2008, 10:04:10 PM »
Kalau saya tangkap sih, jika sudah meninggalkan kehidupan berumah tangga, jangan lagi kita kembali membicarakan urusan kehidupan perumah tangga. Lebih baik diskusikan hal2x yang bisa membawa pengembangan batin. Pada sutta tsb diberikan 10 topiknya.

Nah kembali ke topik seorang mengambil kehidupan monastik apakah layak turut dalam politik ? Tentu tidak layak karena pasti akan banyak terlibat pembicaraan dan diskusi tentang keduniawian. Idealnya demikian. Jika memang terpaksa dan harus, lakukan apa yang harus dilakukan. Bukan begitu bukan?

Kalau yang dimaksud adalah HH The Dalai Lama, cobalah berkunjung ke www.dalailama.com, lihat jadwal beliau........sepanjang tahun, dan sejak berpuluh-puluh tahun kebelakang, hal apa yang menjadi fokus beliau?

Bro Sumedho bilang politik pasti byk terlibat dalam pembicaraan dan diskusi keduniawian, coba baca setiap komentar HH The Dalai Lama, di koran, di internet, di manapun...isinya selalu dharma.

bahkan urusan politik juga menjadi dharma, padahal byk orang yang alergi dengan politik, dan politik selalu "busuk" di mata banyak orang, saya rasa politik bisa jadi dharma, dan dharma sebaliknya bisa jadi politik, perlu kemampuan utk mendharmakan segala aspek kehidupan, saya pikir demikian lebih bermanfaat, namun bukan menjadikan dharma sebagai "tameng".

bukan karena beliau adalah guru saya, kemudian saya menulis segala sesuatu utk membela beliau, apa yang saya selidiki selama ini, saya lihat, saya baca, dan saya alami sendiri di sini.

Beliau hanyalah pemersatu, dan ada menteri dan perdana menteri yang bertugas dalam urusan seperti ini, dan lebih banyak diserahkan kepada menteri dalam pengasingan. Sesunggunya, demi menenangkan semua rakyat tibet di manapun berada, beliau dengan berat mempertahankan posisinya, sudah berkali-kali beliau bilang, beliau bhiksu yang sepantasnya terlepas dari urusan politik kenegaraan.

welas asih utk orang byk yang menjadi pertimbangan beliau, menyediakan energi utk membantu orang byk, bahkan orang2 barat. Oleh karena itu mengapa beliau tetap "ngotot" utk perjuangan secara damai, kalau memang mau, dari sejak puluhan tahun lalu beliau mengumpulkan kekuatan militer dll, utk bertarung dengan China, toh beliau tidak menempuh jalur seperti ini.

coba bayangkan kalau yang menjadi kepala negara tibet adalah seorang umat biasa, saya tak berani jamin bahwa jalur yang ditempuh adalah lewat militer atau perang, who knows?????? namun memang ada kemungkinan juga umat biasa menempuh jalur perjuangan damai yang sama dengan HH The Dalai Lama, karena basis buddhadharma.

Saya pribadi juga tidak setuju dengan posisi bhiksu yg masih terkait dgn politik, namun kita tidak berada di posisi HH The Dalai Lama, kita sungguh sulit untuk mengerti, walaupun saya sendiri jg mencoba untuk merasakan kesulitan di posisi itu.

Jangan berkilah dengan mengatakan bahwa beliau orang tercerahkan sepenuhnya, emanasi dari avalokitesvara...tidak semua orang menerima statement seperti ini, dan tidak semua orang percaya akan hal ini. percaya syukur, tak percaya yah sudah.....kami percaya dengan segala kondisi yang ada dan tetap menganggap beliau memberi byk pelajaran yg berharga.

walaupun teman2 tidak bisa melihat beliau sebagai emanasi avalokitesvara, kita bisa melihat dari sisi seorang bhiksu yang tetap menyebarkan cinta kasih, welas asih, prinsip2 universal buddhis ke seluruh pelosok dunia.


Offline Sumedho

  • Kebetulan
  • Administrator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 12.406
  • Reputasi: 423
  • Gender: Male
  • not self
Re: Tibet Vs China
« Reply #74 on: 26 March 2008, 10:29:22 PM »
Ini perlu diperjelas lagi nih. Apakah HH DL mengurusi perdagangan, KB, mengatasi korupsi, kemakmuran rakyat, politik luar negri, pertahanan negara, export import, partai, sosial, sumber daya alam, dan segudang agenda seorang pemimpin negara. Kalau tidak yah.... bukan pemimpin negara dan tidak berpolitik. Tapi mungkin pemimpin spiritual.

Kalau dilihat disitusnya agendanya public talk. Tidak ada agenda meeting dengan mentri utk membahas hal2x urusan negara yah.

Yah terlepas dari itu, kalau saya jadi HHDL, mungkin akan take action juga atas dasar compassion.
There is no place like 127.0.0.1