Kalau saya tangkap sih, jika sudah meninggalkan kehidupan berumah tangga, jangan lagi kita kembali membicarakan urusan kehidupan perumah tangga. Lebih baik diskusikan hal2x yang bisa membawa pengembangan batin. Pada sutta tsb diberikan 10 topiknya.
Nah kembali ke topik seorang mengambil kehidupan monastik apakah layak turut dalam politik ? Tentu tidak layak karena pasti akan banyak terlibat pembicaraan dan diskusi tentang keduniawian. Idealnya demikian. Jika memang terpaksa dan harus, lakukan apa yang harus dilakukan. Bukan begitu bukan?
Kalau yang dimaksud adalah HH The Dalai Lama, cobalah berkunjung ke
www.dalailama.com, lihat jadwal beliau........sepanjang tahun, dan sejak berpuluh-puluh tahun kebelakang, hal apa yang menjadi fokus beliau?
Bro Sumedho bilang politik pasti byk terlibat dalam pembicaraan dan diskusi keduniawian, coba baca setiap komentar HH The Dalai Lama, di koran, di internet, di manapun...isinya selalu dharma.
bahkan urusan politik juga menjadi dharma, padahal byk orang yang alergi dengan politik, dan politik selalu "busuk" di mata banyak orang, saya rasa politik bisa jadi dharma, dan dharma sebaliknya bisa jadi politik, perlu kemampuan utk mendharmakan segala aspek kehidupan, saya pikir demikian lebih bermanfaat, namun bukan menjadikan dharma sebagai "tameng".
bukan karena beliau adalah guru saya, kemudian saya menulis segala sesuatu utk membela beliau, apa yang saya selidiki selama ini, saya lihat, saya baca, dan saya alami sendiri di sini.
Beliau hanyalah pemersatu, dan ada menteri dan perdana menteri yang bertugas dalam urusan seperti ini, dan lebih banyak diserahkan kepada menteri dalam pengasingan. Sesunggunya, demi menenangkan semua rakyat tibet di manapun berada, beliau dengan berat mempertahankan posisinya, sudah berkali-kali beliau bilang, beliau bhiksu yang sepantasnya terlepas dari urusan politik kenegaraan.
welas asih utk orang byk yang menjadi pertimbangan beliau, menyediakan energi utk membantu orang byk, bahkan orang2 barat. Oleh karena itu mengapa beliau tetap "ngotot" utk perjuangan secara damai, kalau memang mau, dari sejak puluhan tahun lalu beliau mengumpulkan kekuatan militer dll, utk bertarung dengan China, toh beliau tidak menempuh jalur seperti ini.
coba bayangkan kalau yang menjadi kepala negara tibet adalah seorang umat biasa, saya tak berani jamin bahwa jalur yang ditempuh adalah lewat militer atau perang, who knows?
?? namun memang ada kemungkinan juga umat biasa menempuh jalur perjuangan damai yang sama dengan HH The Dalai Lama, karena basis buddhadharma.
Saya pribadi juga tidak setuju dengan posisi bhiksu yg masih terkait dgn politik, namun kita tidak berada di posisi HH The Dalai Lama, kita sungguh sulit untuk mengerti, walaupun saya sendiri jg mencoba untuk merasakan kesulitan di posisi itu.
Jangan berkilah dengan mengatakan bahwa beliau orang tercerahkan sepenuhnya, emanasi dari avalokitesvara...tidak semua orang menerima statement seperti ini, dan tidak semua orang percaya akan hal ini. percaya syukur, tak percaya yah sudah.....kami percaya dengan segala kondisi yang ada dan tetap menganggap beliau memberi byk pelajaran yg berharga.
walaupun teman2 tidak bisa melihat beliau sebagai emanasi avalokitesvara, kita bisa melihat dari sisi seorang bhiksu yang tetap menyebarkan cinta kasih, welas asih, prinsip2 universal buddhis ke seluruh pelosok dunia.