- Yang ngajarin tuh tidak benar, asal anda tahu ketika agama Buddha di Indonesia "BELUM ADA VIHARA", yang ngajar dharma, anda harus ingat jasa klenteng dulu itu adalah pernah mempertahankan "AJARAN BUDDHA DHARMA". Anda belum pernah survey Klenteng Tay Kak Sie, Belum Pernah survey Djin De Yuan, Kalo anda survey, baru anda sadar dulu klenteng lah yang menyediakan ajaran Buddha Dharma.
Masalahnya sih, waktu kecil saya & sepupu2 ke kelenteng, ga ada orang yang pernah ngajak kita anak-anak belajar Dhamma (atau Dharma lah, ikut Bro Purnama nyebutnya). Kita anak2 dibiarin lari-lari sendiri, hanya diajarin nih pegang hioswa, nih minta Kongco dikasih rapot bagus... Malah sebenarnya pengurus kelenteng gak perduli sama anak-anak kayak kita, orang tua punya urusan orang tua sendiri, anak-anak gak masuk mata.
Keadaan ini memang berubah, kira-kira 8 tahun lalu waktu saya di Indo, kelenteng dekat rumah ada program sekolah minggu dan barongsai untuk anak-anak. Tapi untuk generasi saya + sepupu2 (iya, udah tua, hahaha..) udah terlambat. Sekarang mereka sudah kr****n semua.
Relax dong, saya hanya cerita apa yang terjadi buat saya + sepupu2, sayang sekali kita tak beruntung tidak pernah ada kesempatan pergi ke kelenteng yang ngajari Buddha Dharma.
Makanya kalau punya anak, sejak kecil diajarin yang bener, kalo tidak nanti benar-benar jadi Domba Yang Tersesat.
Tambahan: Dan ini bukan hanya untuk umat Buddha keturunan Cina, tapi SEMUA ORANG TUA UMAT BUDDHA.
Jangan punya anggapan Buddhism = Chinese dong.
Buddha sendiri aja bukan Chinese kok, ati-ati racist lo. Malah sekarang Bhante pun ada yang dari Uganda, item-item gitu.