//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: Kitab Suci Tao Shing Li T'i Shih  (Read 5092 times)

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Offline nyanadhana

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.903
  • Reputasi: 77
  • Gender: Male
  • Kebenaran melampaui batas persepsi agama...
Kitab Suci Tao Shing Li T'i Shih
« on: 02 May 2008, 01:00:18 PM »
 _/\_ mohon baca link mengenai isi kitab ini,saya dapat poin yang sedikit membingungkan

http://www.w****a.com/forum/showthread.php?t=1814

Bab 3. Ta Tao Sepanjang Masa

Ayat dalam Too Tek Keng: Ta Tao tidak berupa, mencipta dan membina langit dan bumi, di sini orang dapat kenyataan bahwa Tao adalah sumber asalnya langit dan bumi, Tao lebih dahulu ada daripada langit dan bumi. Dalam Kitab Sejarah disuratkan: Langit terbuka pada masa Tju dan sirna pada masa Sut, bumi terjadi pada masa Thiu dan selam pada masa Yu, manusia lahir pada masa In dan ludas pada masa Sin. Pada mula-mula lahirnya manusia pada masa In itu, sifat asalnya (Sing) sebenarnya baik, karena Thian yang melahirkannya, jadi kekuasaanya ada pada Thian, maka tidak perlu membincangkan Tao pada masa itu.

Tao diturunkan pada masa pertengahan, manusia melahirkan manusia, maka kekuasaannya ada pada manusia; Nabi Hok Hi pertama-tama memandang ke atas dan memeriksa ke bawah, tahu akan peredarannya langit dan bumi, maka digambarnya Sian Thian Pat kwa (Delapan Diagram Asal), untuk menyatakan keghaiban yang tersembunyi pada langit dan bumi, inilah permulaanya Tao diturunkan di dunia; selanjutnya Hsuan Yuan Huang Ti menemukan huruf-huruf, mendirikan rumah, membuat pakaian hingga kebudayaan menjadi meluas, pada zaman itulah dinamakan Kesempurnaan Tao; Selanjutnya Giauw, Sun, Bun, Bu, dan Tjiu Kong yang melanjutkan penguasaan Tao, mengajarkan ajaran satu-satunya, Ajaran Nurani, pada masa itu dinamakan Pancaran Hijau, juga merupakan Keutuhannya Tao. Sampai pada Raja-raja Yu dan Li (Dinasti Tjiu) yang terkenal dengan cara-cara lalim dan tirani atas pemerintahannya hingga ketatanegaraan tidak dapat jalan sempurna. Justru pada saat itu peredaran Tao teralih pada masa Pancaran Merah dan terbagilah menjadi Tiga Agama.

Lao Tse turun di dunia mengajarkan Taoisme dan memberi petunjuk-petunjuk suci kepada Khong Tju, dan yang belakangan memberi ucapan terkenal: “Bagaikan Naga”. Pada waktu Lao Tse menuju ke barat memberikan ajaran pada Raja Hu yang membuat keadaan ghaib dengan sinar lembayung memenuhi udara di Kota Hankuan, maka oleh pembesar kota Kuan I Tse dimintanya supaya Lao Tse membuat kitab untuk ditinggalkan. Demikianlah Lao Tse sebagai pendiri dari Agama Tao membuat Kitab Tao Tik Tjing yang berisikan lima ribu huruf .

Dalam rangka meluaskan ajarannya, Khong Tju membuat muhibah ke seluruh negara, menyempurnakan Kitab Sanjak (Sie King) dan Kitab kesusilaan (Lee Kie) untuk menyambung karya-karya Nabi yang lalu dan mendidik bagi generasi berikutnya dengan maksud mengembangkan Ajaran Hakekat Tuhan Yang Abadi hingga langgeng selama-lamanya. Keghaiban serta lembut halusnya Ajaran Ta Tao, telah diturunkan pada Kitab Tay Hak dan Tiong Yong seluas-luasnya, maka Khong Tju adalah pendiri dari Agama Jikauw. Ajaran Tao itu oleh Khong Tju diajarkan kepada Tjeng Tju, dan oleh Tjeng Tju kepada Tju Su, lalu oleh Tju Su diturunkan kepada Beng Tju.

Setelah Beng Tju, aliran Tao beralih ke Barat, maka terhentilah Ajaran Inti Nurani, maka sepanjang Dinasti Tjin, Han, Tjin, Sui dan Tong yang tertinggal hanya ajaran membaca saja, tidak ada yang luar biasa di daerah ini hingga sampai pada Pemerintahan Yam Song (950-1341 T.M.), dimana kebudayaan makin meningkat dan makmur dimana-mana. Pada masa itu pula lahirnya Pujangga Si I dan orang-orang pandai sebagai Lian, Lok, Kwan, Min. Yaitu: Tjou Tun I, Ch’eng I, Ch’eng Hao, Chang Tjai, Tju Hsi dan lain-lain saling menyusul. Ilmu kesusasteraan makin maju, akan tetapi nasib baik belum tiba, Aliran Tao belum kunjung datang, karena pada waktu Beng Tju, Tao telah beralih ke Barat, Buddha Sakyamuni yang melanjutkannya, maka satrawan-sastrawan jaman Song walaupun banyak, mereka hanya menguraikan arti dari Tao saja.

Buddha Sakyamuni menurunkan Tao kepada Maha Kasyapa yang menduduki silsilah Pertama bagi Agama Buddha. Maka Tao terbagi jadi tiga agama yang masing-masing berlainan tempatnya dan masing-masing meninggalkan Kitab Ajarannya. Buddha Sakyamuni mengajarkan secara perorangan satu demi satu hingga urutan yang ke-28 adalah Bodhidharma. Pada waktu itu bersamaan dengan Kerajaan Liang Bu Tee di Tiongkok. Bodhidharma dari Barat datang ke Tiongkok, berarti Ajaran Ketuhanan datang kembali di Tiongkok yang sama dengan arti Burung Gagak pulang sarang.

Sejak Bodhidharma datang di Tiongkok, Ajaran Ta Tao tetap diajarkan seperti sediakala dalam satu aliran. Bodhidharma sebagai Pendiri Pertama (Guru Pertama), lalu ke-2 Sin Kong, ke-3 Tjeng Cha’an, ke-4 Too Sin, ke-5 Hong Jim, dan ke-6 Hui Leng. Sejak Guru ke-6 ini selanjutnya tidak mengajarkan atau menurunkan baju jubah dan mangkok, dan pada saat itu pula timbul apa yang dinamakan Ajaran Selatan Langsung dan Utara Tidak Langsung, yang pada hakekatnya Maha Tao telah ke Aliran Jikauw (Khongkauw), pada saat mana Lak Tjo (Guru ke-6) menurunkan Tao pada Guru ke-7 yang terdiri dari dua orang yaitu: Pik-Tjo dan Ma-Tjo, dan sejak itu Ajaran Tao mulai diajarkan pada khalayak ramai di rumah-rumah tangga. Selanjutnya guru ke-8 adalah Lo-Tjo, ke-9 Oei-Tjo, ke-10 Go-Tjo, ke-11 Hoo-Tjo, ke-12 Wan-Tjo, ke-13 dua orang yaitu Ji-Tjo dan Njoo-Tjo, ke-14 Yao-Tjo, ke-15 Ong-Tjo, ke-16 Lauw-Tjo Djing Hi, disinilah batas selesainya Pancaran Merah, maka Tao beralih kepada Pancaran Putih, Buddha Maitreya sebagai pemegang kekuasaannya. Lo-Tjo (Guru ke-17) sebagai guru pertama dalam Pancaran Putih ini bertugas menyelamatkan secara umum dan menguraikan ajaran suci secara menyeluruh, selanjutnya Kiong Tiang dan Tju-Hi yang pegang penyelesaian akhir untuk menyelamatkan tiga alam hingga semua ajaran kembali Manunggal.


Pada zaman sebelumnya yaitu Sam Tay (2205 S.M), Tao diturunkan pada raja-raja dan menteri-menteri besar saja, seseorang menurunkan kepada seorang saja, itulah Zaman Pancaran Hijau. Setelah zaman Sam Tay, Tao diturunkan ke perguruan, lalu berurut-turut ada tiga agama yang masing-masing mempunyai wilayah sendiri, itulah Zaman Pancaran Merah. Kini sampai pada akhir masa ketiga, kesusilaan makin merosot, timbul juga bencana dahsyat seolah-olah dunia tidak utuh lagi, Ta Tao diajarkan pada semua manusia dan tiap-tiap orang dapat kesempurnaan mencapai Kebuddhaan, inilah masa Pancaran Putih. Dan demikianlah perkembangan Tao sepanjang masa.
Sadhana is nothing but where a disciplined one, the love, talks to one’s own soul. It is nothing but where one cleans his own mind.

Offline SandalJepit

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 425
  • Reputasi: 3
Re: Kitab Suci Tao Shing Li T'i Shih
« Reply #1 on: 02 May 2008, 02:57:43 PM »
mungkin ada kaitannya dengan seorang pandita yang berusaha mencampur adukkan ajaran tao dengan ajaran Buddha, di jaman dinasti Yuan.
lihat disini:

http://dhammacitta.org/forum/index.php/topic,2397.0.html

Quote
9.Perkembangan semasa Dinasti Yuan

Barangkali episode paling menarik semasa Dinasti Yuan adalah perselisihan antara Buddhisme dan Daoisme, dimana khan harus turun tangan untuk menyelesaikannya. Sebelum mengenal Buddhisme, para penguasa Mongol lebih dahulu tertarik pada Daoisme. Qiu Chuji yang merupakan seorang mahaguru Daois aliran Quanzhen diundang oleh Genghis Khan karena tertarik dengan obat panjang usia., Genghis Khan yang kagum dengan ajarannya lalu mengangkat Qiu sebagai pemimpin tertinggi Daois dan juga agama-agama lainnya termasuk Buddhisme. Dengan memanfaatkan kedudukan pemimpin mereka, para pendeta Daois mulai bertindak ugal-ugalan dan dengan seenak sendiri menyita serta mengambil alih vihara-vihara Buddhis. Bahkan mereka menghancurkan dan mengganti patung-patung Buddha dengan dewa-dewi Daois.
Mereka mengembangkan doktrin yang menyatakan bahwa Buddha hanyalah salah satu dari 81 penjelmaan Laozi, sehingga Daoisme dianggap lebih unggul dan merupakan asal muasal Buddhisme. Lukisan-lukisan yang menggambarkan 81 penjelmaan Laozi (Bashiyihuatu) ini disebarkan ke mana-mana. Kaum Daois menyebarkan pula doktrin lainnya bahwa Laozi pernah pergi ke India dan mengajarkan Daoisme pada Buddha. Doktrin ini didasarkan atas kitab palsu berjudul Laozi Huahujing (Kitab Laozi Mempertobatkan Kaum Barbar), yang ternyata isinya justru banyak mengutip kitab-kitab Buddhis.

Offline nyanadhana

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.903
  • Reputasi: 77
  • Gender: Male
  • Kebenaran melampaui batas persepsi agama...
Re: Kitab Suci Tao Shing Li T'i Shih
« Reply #2 on: 02 May 2008, 03:05:52 PM »
 _/\_ berarti hampir sama dengan Hinduisme dimana salah satu avatar Khrisna adalah Buddha?
Sadhana is nothing but where a disciplined one, the love, talks to one’s own soul. It is nothing but where one cleans his own mind.

Offline SandalJepit

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 425
  • Reputasi: 3
Re: Kitab Suci Tao Shing Li T'i Shih
« Reply #3 on: 02 May 2008, 09:34:05 PM »
iya mungkin saja, banyak skenario diluar sana yang bisa dibikin oleh orang-orang yang pemahaman Dhamma-nya dangkal..

 

anything