Saya berumur 35 tahun, 6 bulan lagi saya menantikan kelahiran anak pertama. Umur pernikahan saya baru 4 bulan. Saya bekerja di salah satu bank terbesar di Indonesia, sebagai seorang IT professional. Saya dihadapkan pada office politic, di mana saya harus bisa "menjual diri" sehingga bisa dipromosikan. Jika tidak, maka karir saya akan lambat. "Menjual diri" ini seringkali kurang baik, bukan dalam arti positif seperti rajin bekerja. Saya juga melihat bahwa orang2 yang berada pada posisi managerial yang tinggi sebenarnya bukan orang yang berhati baik, tetapi yang ambisius dan tahu bermain cantik dengan office politic.
Dalam "office politic" biasa yang terjadi memang "menjual diri" dan tidak jarang "menjatuhkan orang lain". Apakah pandangan Buddha tentang sikap tersebut? Dalam Anguttara Nikaya, Catukka, Sappurisa Sutta, Buddha mengatakan ada 4 ciri orang rendah:
1. Tidak ditanya tentang kesalahan orang lain, ia tetap akan mengatakannya, apalagi kalau ditanya, ia tidak segan-segan membesar-besarkannya.
2. Tidak ditanya tentang kebaikan diri sendiri, ia tetap akan mengatakannya, apalagi kalau ditanya, ia tidak segan-segan membesar-besarkannya.
3. Ditanya tentang kesalahan sendiri, ia tidak akan mengungkapnya, apalagi jika tidak ditanya.
4. Ditanya tentang kebaikan orang lain, ia tidak akan mengungkapnya, apalagi jika tidak ditanya.
Demikianlah dengan ikut bermain dalam office politic, ia "menjual diri" (membesar-besarkan kebaikan diri sendiri, menutupi kesalahan sendiri) dan menyikut orang lain (membesar-besarkan kesalahan orang lain, menutupi kebaikan orang lain). Dan dengan demikianlah
ia menjadi orang rendah.Sejujurnya sebagai seorang buddhist, saya tidak bisa bersikap palsu seperti itu. Yang hanya dapat saya lakukan adalah menanam karma baik, rajin bekerja, menjaga hubungan baik dengan orang lain, bersikap santun, dan lain2 yang senada. Mohon pendapat kawan2 sedharma. Terima kasih.
Memang sikap demikianlah yang sesuai dengan Ajaran Buddha.