jadi menurut anda bagaimana sutta ini :
'Meskipun beberapa petapa dan brahmana hidup dari makanan yang disediakan oleh umat yang berbakti, mereka masih menonton aneka macam pertunjukan, seperti : tari-tarian, nyanyi-nyanyian musik, pertunjukan panggung, opera, musik yang diiringi dengan tepuk tangan, pembacaan deklamasi, permainan tambur, drama kesenian, permainan akrobat di atas galah, adu-gajah, adukuda, adu-sapi, adu-banteng, pertandingan bela diri dengan menggunakan tongkat, pertandingan tinju, pertandingan gulat, perang-perangan, pawai, inpeksi, parade; namun seorang bhikkhu menahan diri dari menonton aneka macam pertunjukan semacam itu. Inilah sila yang dimilikinya.'
kalau menurut anda biku2 sekarang lebih hebat dari buda ya? buda menghindari, biku sekarang menikmati? nice
Menurut saya sutra ini sama saja dengan penafsiran saya sebelumnya. Tarian, nyanyian, musik yang ada di di sini disejajarkan dengan bentuk-bentuk hiburan lainnya, misalnya drama-kesenaian, pertunjukan akrobat, adu-sapi, dll. Dalam hal ini yang dimaksud adalah jika kegiatan ini ditujukan untuk mencari hiburan. Jelas sekali.
KIta patut bertanya, apakah benar Sang Buddha begitu antipati dengan musik dan nyanyian sehingga Beliau sama sekali melarangnya. Dalam Sakkapanha Sutta (Digha Nikaya 20), diceritakan suatu ketika dewa Sakka berusaha untuk menarik perhatian Sang Buddha yang sedang bermeditasi di dalam Gua Indasala. Saat itu sambil bermain kecapi, Dewa Sakka bernyanyi dan disebutkan reaksi Buddha ketika itu adalah:
"Ketika mendengarkan ini, Sang Bhagavà berkata: ‘Pancasikha, suara kecapimu mengiringi lagumu dengan indah, dan lagumu mengiringi kecapimu dengan indah, sehingga tidak ada yang menutupi yang lain.Kapankah engkau menggubah syair-syair ini tentang Buddha, Dhamma, para Arahat, dan cinta?’ ‘"
Dalam hal ini lihatlah, Sang Buddha justru memuji nyanyian Dewa Saka yang isi syairnya tentang Buddha, Dhamma, Para Arahat dan Cinta. Kalau memang Beliau sama sekali bersikap negatif terhadap nyanyian dan musik dalam pengertian yang seluas-luasnya, maka nyanyian dan musik Dewa Sakka pasti tidak akan dipuji oleh Sang Buddha. Namun dikarenakan nyanyian Dewa Sakka berisi tentang Buddha, Dhamma, Para Arahat, dan cinta, maka Beliau pun memberikan pujiannya sebagai musik yang "indah."
Dalam hal ini, sila tentang larangan terhadap nyanyian dan musik menjadi tidak berlaku. Bukankah demikian?