nah sekarang mari kita tanyakan kepada tuhan, "mana buktinya bahwa ente menciptakan gunung dan laut?"
disarankan para 'domba'
dari pada percaya tuhan yang pasti 'tidak pernah ada'
lebih baik percaya tuhan sumedho yang pasti ada
ini sama seperti umat awam muter-muter peras otak gak nemu-nemu makna pencerahan, lalu ngotot bilang tidak ada pengalaman pencerahan (pengalaman mengetahui kualitas keberadaan kesadaran keBuddhaan) kepada seorang master Zen beneran (bukan yang boong-boongan yang sama kualitasnya seolah-olah bijaksana mengetahui kebenaran tetapi sama seperti awam yang hanya sebatas berteori menurut ukuran kualitas duniawi mereka yang seolah-olah mereka sudah mengetahui the Truth, berteori muluk-muluk panjang lebar depan belakang kiri kanan bahkan menulis banyak buku dengan banyak ragam teknik-teknik pencapaian. pencapaian apa yang mau dicapai, ke jakarta?. Benarkah (kualitas) mereka (sudah) Buddha?).
dan sang master Zen yang bener-beneran bilang dalam satu detikpun anda bisa mencapai keBuddhaan seperti terjadinya pencerahan guru Buddha. (klo yang berbelat-belit namanya jalan-jalan keliling kota)
seperti tulisan-tulisan lobha dan dosa karena moha pada diskusi ini oleh beberapa umat yang seolah-olah mewakili kebenaran, padahal kelobhaan dan dosa dan karena kemohaan mereka yang seolah-olah mereka memiliki kebijaksanaan, padahal mereka menulis mencerminkan gambaran mengenai keterbatasan keadaan yang masih duniawi diri mereka dan bahkan oleh sifat-sifat duniawi/carnal mereka, mereka mencoba memutar-mutar mencoba mengacaukan/mengaburkan pokok diskusi.
sahabat baik umat
coeda, the believer
supaya lebih jelasnya lagi aku buat kamus kata-kata tulisan penjelasan diatas, supaya tidak mutar-muter konsep pikiran umat :
keBuddhaan = pengalaman mengetahui kualitas keberadaan kesadaran keBuddhaan. bukan yang lain-lain yang muluk-muluk. just kualitas kesadaran, ada yang masih duniawi, ada yang sudah mengetahui the real truth of the existency.
jadi, apa DHAMMA (hukum kebenaran MUTLAK) itu? kebetulan yang kebenarankah yang dari kekosongan nihil/kehampaan sehingga berlaku mengikat semua?
jadi apakah kehidupanmu itu? jawabanmu, itulah ukuran pencapaian apakah duniawi atau sudah Buddha.
sahabat baik umat yang juga mengusik kemapanan keakuan pandanga masih duniawi umat.
coeda, the believer