Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia
Topik Buddhisme => Buddhisme untuk Pemula => Topic started by: Sukma Kemenyan on 26 October 2007, 04:23:37 AM
-
Ehipassiko (Sanskrit: Ehipaśyika "which you can come and see" -- from the phrase ehi, paśya "come, see!").
The Dhamma welcomes all beings to put it to the test and come see for themselves. (source: wikipedia (http://en.wikipedia.org/wiki/Dharma_%28Buddhism%29))
"Come and See!"
Thats impossible... How do you see "Tumimbal Lahir" ?
Kaga mungkin khan ?
So... What "Ehipassiko" trully is ?
-
ni garam asin rasanya, sini cobain deh baru percaya garam itu asin.
tapi ehipassiko itu bukan mengarah untuk tumimbal lahir atau asal muasal kehidupan, tetapi pada jalan yg ditunjukkan (dari 4 kesunyataan mulia)
-
Kita ingin hidup berbahagia, namun kenyataannya masih lebih banyak penderitaan.
Sang Buddha memberikan resepnya.
Benar gak yah, yang diresepkann Sang Buddha, mengenai penyebab penderitaan dan cara untuk melenyapkan penderitaan?
untuk itu kita harus ehipassiko, karena hal ini bisa dibuktikan kepada diri sendiri.
ehipassiko disini lebih mengarah ke perenungan, membandingkan dengan pengalaman sehari-hari dan praktek di kehidupan kita.... Jalan untuk berakhirnya dukkha.
::
-
Membuktikan seharusnya diikuti dengan belajar juga.... dan semua proses itu butuh waktu
jika tidak, sama seperti anak TK yang ingin mengerti Aljabar tapi tidak mau belajar....... dan akhirnya bilang bahwa Aljabar itu sesuatu yg impossible ;D
-
ni garam asin rasanya, sini cobain deh baru percaya garam itu asin.
ini yang paling pas deh..... hehehe
kalo come n believe dibilang garam itu manis sih ya percaya2 aja walo di kepala nya muncul tanda tanya GUEDEEEE (http://webs.wichita.edu/depttools/depttoolsmemberfiles/accomp/question_mark%2520(WinCE).jpg)
-
ini yang paling pas deh..... hehehe
kalo come n believe dibilang garam itu manis sih ya percaya2 aja walo di kepala nya muncul tanda tanya GUEDEEEE
jadi inget pelem ally mcBeal
-
Ehipassiko (Sanskrit: Ehipaśyika "which you can come and see" -- from the phrase ehi, paśya "come, see!").
The Dhamma welcomes all beings to put it to the test and come see for themselves. (source: wikipedia (http://en.wikipedia.org/wiki/Dharma_%28Buddhism%29))
"Come and See!"
Thats impossible... How do you see "Tumimbal Lahir" ?
Kaga mungkin khan ?
So... What "Ehipassiko" trully is ?
coba anda cek google...
di tempat search tulis "dr ian stevenson"
-
ni garam asin rasanya, sini cobain deh baru percaya garam itu asin.
ini yang paling pas deh..... hehehe
kalo come n believe dibilang garam itu manis sih ya percaya2 aja walo di kepala nya muncul tanda tanya GUEDEEEE (http://webs.wichita.edu/depttools/depttoolsmemberfiles/accomp/question_mark%2520(WinCE).jpg)
ya, kembali ke pertanyaan TS. jadi ehipassiko disini ditujukan ke mana? apakah tumimbal lahir itu exclude?
-
IMO, Buddha bukan mengajar Dhamma untuk membuktikan tumimbal lahir, hukum sebab-akibat, mengetahui alam semesta, dan hal-hal yang sejenisnya. Bukan sekedar pengetahuannya, melainkan aplikasinya.
Buddha mengajarkan tumimbal lahir, hukum sebab-akibat, alam semesta, dll untuk memberitahukan apa yang bermanfaat dan apa tidak bermanfaat. Kalau melakukan hal ini, maka ini akibatnya. Dan kalau melakukan itu, maka itu akibatnya. Mau dilaksanakan atau tidak, ya silakan saja. Buddha adalah penunjuk jalan. Artinya, apakah kita mau berjalan di jalan yang telah ditunjukkan ataupun tidak, ya terserah kita. Tidak dipaksa kok.. :)
Sejak awal, pertapa Sumedha bertekad menjadi seorang Sammasambuddha karena dilandasi keinginan luhur untuk mengajar dan mengajak makhluk lain terbebas dari samsara. Maka setelah menjadi Sammasambuddha, beliau mengajarkan untuk mengakhiri dukkha. Buddha men-challange kita untuk menguji apakah Dhamma yang diajarkan dapat mengakhiri dukkha. Di situlah terletak ehipassiko-nya..
-
Membuktikan seharusnya diikuti dengan belajar juga.... dan semua proses itu butuh waktu
jika tidak, sama seperti anak TK yang ingin mengerti Aljabar tapi tidak mau belajar....... dan akhirnya bilang bahwa Aljabar itu sesuatu yg impossible ;D
setuju banget.
ehipassiko = datang, lihat, dan buktikan (CMIIW), kalimatnya sederhana, prakteknya? jelas butuh proses yang memakan waktu.
kita butuh pengalaman demi pengalaman untuk merasakan sendiri. apa itu ajaran Sang Buddha, apa itu Hukum Sebab Akibat, barulah kita akan tahu kebenaran dari ajaran itu sendiri.
IMO : kita ber ehipassiko pada ajaran Sang Buddha, yaitu tentang Hukum Sebab Akibat, bukan pada Tumimbal Lahir, karena Tumimbal Lahir itu hanyalah salah satu bagian / salah satu sebab akibat dari Hukum Sebab Akibat itu sendiri. (CMIIW)
SABBE SATTA BHAVANTU SUKHITATTA
SADHU, SADHU, SADHU.
_/\_
-
[at] Kembara : yup, semua cuma bertanya gimana buktiin kamma, tumimbal lahir, asal mula alam semesta..... tapi dengan menggunakan pikiran yang masih diliputi lobha, dosa dan moha
ya ga nyambung laaah ;D
-
jadi inget temen saya yg kristian, dia bilang, "mo coba buktiin tuhan ama alkitab... tapi dengan menggunakan pikiran manusia yg terbatas? ya gak nyambung laaaaah"
;D
-
[at] Kembara : yup, semua cuma bertanya gimana buktiin kamma, tumimbal lahir, asal mula alam semesta..... tapi dengan menggunakan pikiran yang masih diliputi lobha, dosa dan moha
ya ga nyambung laaah ;D
so intinya semua butuh waktu.
kalau udah tercerahkan semua akan terjawab sendiri.
-
So... What "Ehipassiko" trully is ?
Come and see with wisdom.
Kadang-kadang Buddhis suka membatasi dirinya sendiri sehingga jadi kurang kreatif kurang cerdas, kurang bijaksana. “Ah saya belum bijaksana”- karena belum bijaksana, maka belajarlah menjadi bijaksana! Di dalam kebijaksanaan terdapat kreatif dan kepandaian/kecerdikan.
Sebuah contoh. Buktikan dengan Ehipassiko bahwa air mengalir dari tempat yang tinggi ke tempat yang rendah!
“Ah, saya bukan air jadi saya tidak bisa membuktikannya” – :hammer: ini jawaban bodoh dalam menyikapi istilah Ehipassiko karena kita tidak perlu menjadi air untuk membuktikan bahwa air mengalir dari tempat yang tinggi ke tempat yang rendah. Sama seperti pernyataan bodoh yang menyatakan bahwa kita perlu menggunakan narkoba untuk membuktikan (ber-ehipassiko) bahwa hal itu mematikan. Lalu, apakah kita perlu berkeliling dunia dan menemukan tempat yang berair dan kemudian kita membuktikan satu per satu bahwa air tersebut mengalir dari tempat yang tinggi ke tempat yang rendah? Ini juga sama bodohnya dalam menyikapi istilah Ehipassiko. Kita tidak perlu berkeliling dunia, tetapi cukup mengadakan percobaan disekitar kita, mengambil beberapa sampel. Inilah tindakan yang bijak, cerdas, cerdik dalam menyikapi istilah Ehipassiko.
Begitu juga dengan masalah kelahiran kembali. Kita tidak perlu terlalu jauh harus menjadi Arahat dulu untuk melihat, membuktikan (ber-ehipassiko). Lihat di sekeliling kita (seperti yang disampaikan Sdr. El Sol yaitu penemuan Prof Ian Stevenson ). Dan terlebih penting lihat, perhatikan diri kita. Dalam skala kecil kita dilahirkan kembali tiap detik, tiap jam, tiap tahun. Perhatikan pikiran kita, muncul (lahir)-tenggelam(mati), lihat sel-sel tubuh kita. Lihatlah ke dalam , maka kita akan melihat yang di luar.
"mo coba buktiin tuhan ama alkitab... tapi dengan menggunakan pikiran manusia yg terbatas? ya gak nyambung laaaaah"
Satu yang bisa saya katakan: ini hanyalah sebuah premis konyol dari manusia yang membatasi pikirannya sendiri….Sorry :P ^-^
NB: Sorry kalau ada yang tersungging dengan tulisan di atas. ^:)^ ^-^
-
Pas lagi mo reply, ada tulisan d bawah:
Warning: this topic has not been posted in for at least 120 days.
Unless you're sure you want to reply, please consider starting a new topic.
cma mo naekin supaya dibaca orang... ^-^
-
Janganlah kau percaya pada apa yang kau lihat, apa yang kau dengar, siapa pun yang mengatakannya, meski Aku sendiri yang mengatakannya, kecuali itu semua sesuai dengan akal sehat dan jalan pikiranmu.
----Buddha
tadi saya baca ini..
jadi teringat Ehipassiko..
berarti dalam Buddhis, segala sesuatu nya bisa di ehipassiko? baik itu Tipitaka dan segala ajarannya?? karena jaman dulu dan sekarang kan sudah jauh berbeda..
lalu kenapa ya untuk kitab agama lain-lain tidak bisa di ehipassiko yah? secara logika jaman dulu dan jaman sekarang kan sudah mengalami perubahan yang lebih jauh..