Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Buddhisme Awal, Sekte dan Tradisi => Theravada => Topic started by: nyanadhana on 11 April 2008, 11:45:45 AM

Title: Bhikkhu Vinaya : Parajika 1 : Sex
Post by: nyanadhana on 11 April 2008, 11:45:45 AM
 _/\_ Bhikkhu sama sekali tidak bisa hidup terisolasi dari umat perumah tangga karena hubungan mutualisme yang didapat yaitu umat perumah tangga bisa mendengarkan Dhamma dan membantu Bhikkhu dalam menyediakan sarana,maka Sang Buddha menetapkan garis peraturan yang harus ditaati untuk membedakan aturan Bhikkhu dengan sila umat perumah tangga.
 Kita akan membahas Parajika I atau Pelanggaran yang menyebabkan hilangnya status kebhikkhuan,sejauh mana pelanggaran itu terjadi dan batasan-batasan apa yang harus dijaga oleh umat awam dan bhikkhu.

Sebab munculnya aturan Parajika mengenai Sex
1. mengenai bhikkhu bernama Sudinna yang berasal dari keluarga kaya dan meninggalkan kehidupan rumah tangga menjadi bhikkhu. setelah menjadi bhikkhu, Sudinna sseseringmungkin pulang ke rumah untuk melihat ibu dan istrinya,sampai keluarga itu merasa harus melakukan sesuatu untuk membuat Sudinna kembali berumah tangga,maka istrinya berdandan sangat cantik untuk membuat Sudinna mabuk kepayang,karena Sudinna sangat memegang teguh peraturan dan mengambil brahmacariya maka ia tidak tegoyahkan,sampai pada ibunya menangis minta cucu maka akhirnya Sudinna melakukan hubungan sex dengan istrinya. maka akhirnya Sudinna melepas jubahnya.

Isi Parajika Pertama
"Seorang bhikkhu yang melakukan segala macam tindakan seksual telah dikalahkan dan ia harus meninggalkan Sangha"
segala macam tindakan seksual adalah sek dengan penetrasi baik itu organ kelamin,oral dan anal dan kepada jenis kelamin wanita,pria atau binatang. maka ia kehilangan status kebhikkhuannya

Mengenai hal ini,saya harap umat telah mengerti seriusnya Pelanggaran Parajika.dan mari kita lihat pada batasan - batasan mana seorang umat berinteraksi kepada Bhikkhu.
1. Keintiman , Menyentuh,Mengelus-elus
Seorang bhikkhu baik itu menyentuh secara langsung lawan jenis dengan niat seksual atau tidak ,maka ia akan berada dalam sidang Sangha yaitu Sanghadisesa, segala kontak fisik seperti berjabat tangan akan memasuki Sanghadisesa oleh karena itu Bhikkhu Theravada biasanya menggunakan sehelai kain untuk menerima persembahan dari lawan jenis.

Peraturan ini diturunkan dari cerita Bhikkhu Udayin yang melakukan usapan kepada seorang wanita yang telah berumah tangga,dan wanita itu melaporkan bahwa tindakan itu bisa digolongkan tindakan sexual harassment,maka Sang Buddha memaktubkan dalam Sanghadisesa yang berbunyi :
"Seorang Bhikkhu yang melakukan tindakan kontak tubuh dengan lawan jenis baik dengan pikiran yang penuh nafsu atau tidak,memegang tangannya,atau segenggam rambut atau mengusap tubuhnya,maka dia harus melakukan sidang Sangha (Sanghadisesa 2)"

Bedah kasus
-. Jika bhikkhu berjalan terburu2 dan menabrak wanita,ia tetap akan mengakui perlakuannya pada sidang Sangha,maka seorang bhikkhu diharapkan memperhatikan cara berjalan,dan umat diharapkan tidak berlari2 di vihara atau dimana bhikkhu tinggal
-. Menyentuh ibu kandung,saudara kandung,sebenarnya juga termasuk pelanggaran hanya akan dijelaskan pada sidang Sangha maksud dan tujuannya.karena seorang bhikkhu diharapkan tidak tergoda oleh kehidupan duniawinya lagi.
-. seorang bhikkhu yang dengan pemikirannya akhirnya merasa bahwa vinaya untuk mencegah memegan wanita,dan akhirnya ia memegang sesama jenis dengan pikiran yang penuh nafsu ,ia akan menghadapi sidang Sangha dan jikalau ia ternyata melakukan penetrasi seks dengan sesama jenis,ia akan terkena Parajika dan dikeluarkan.

2. Flirting, main mata, menggunakan kata-kata yang seksual,intim
 berkaitan dengan Bhikkhu Udayi yang memanggil seorang wanita dengan kata-kata penuh hasrat seksual,maka Sang Buddha menggariskan
"Jika seorang bhikkhu menggunakan kata-kata,memanggil,berbincang dengan lwan jenis dengan pemikiran penuh obsesi dan nafsu,maka ia akan mendapatkan pertanggungjawaban pada sidang Sangha"

3. Melakukan seks dengan menganngap itu adalah latihan spiritual atau memberitahukan kepada umat bahwa seks adalah sarana spiritual
Sang Buddha memberikan penjelasan
"Memberitahukan seorang wanita bahwa ia harus berhubungan seks dengan orang lain dan mengganggap itu adalah praktik spiritual maka ia harus menghadiri Sanghadisesa"

4. Mak comblang
asal berasal dari bhikkhu Udayin yang selalu mencomblangkan/menjodohkan umat wanita dengan pria,maka Sang Buddha menetapkan aturan
"Seorang Bhikkhu yang melakukan penjodohan secara maksud dari pria kepada wanita,maka ia akan menghadapi Sanghadisesa"

Seorang Bhikkhu tidak menjodohkan apalagi sampai terjadinya pernikahan dalam artimenjadi Event Organiser acara pernikahan,maka ia akan terkena Sanghadisesa,kecuali hanya sekedar blessing

5. Sendirian bersama wanita
"Seorang Bhikkhu tidak duduk bersama wanita sendirian dimana jarak tempat duduknya cukup untuk melakukan hubungan seksual. apalagi dibawah atap yang sama,dan pada saat keadaan sepi,maka ia akan menghadapi Sanghadisesa,dan jika terjadi hubungan seks,maka ia akan menghadapi PArajika"

Harap diinget,umat wanita yang ingin berkonsultasi dengan Bhikkhu,sebaiknya memiliki pendamping,berpakaian yang baik dan tidak menunjukkan hasrat seksual kepada bhikkhu,bercanda cekikan,menggoda,adalah tindakan kurang pantas.


6. Berbicara dengan lawan jenis secara privat
Hal ini diterapkan juga dalam komunikasi sekarang ini yaitu handphone,saya membaca thread forumer mengenai bhikkhu diberi hape oleh wanita agar bisa berbicara secara private.
"Mengajarkan Dhamma lebih dari 6 kalimat kepada wanita dimana itubukan Dhammadesana maka ia akan menghadapi Sanghadisesa terkecuali jika ada orang yang melihat kejadian itu atau masing-masing terpisah tapi ada org yang mengcrosscheck keadaan yang dibicarakan apa"

Dapat ditarik kesimpulan,berhape ria dengan lawan jenis juga termasuk Sanghadisesa dimana komunikasi oleh Sang Buddha dibatasi 6 kalimat Dhamma(bukan gosip,candaan,kata-kata tidak penting) saja.sad vaca

7. Tinggal bersama dan Travel Bersama
"Seorang bhikkhu yang akan tinggal bersama(menginap) dimana hanya ada seorang wanita,maka harus ada pendamping atau org banyak yang tinggal bersama ,hal ini berlaku untuk bepergian"

Semoga Vinaya ini saya dapat memberikan pemahaman dan batasan dari seorang umat kepada bhikkhu.  _/\_




Title: Re: Bhikkhu Vinaya : Parajika 1 : Sex
Post by: markosprawira on 14 April 2008, 11:55:48 AM

6. Berbicara dengan lawan jenis secara privat
Hal ini diterapkan juga dalam komunikasi sekarang ini yaitu handphone,saya membaca thread forumer mengenai bhikkhu diberi hape oleh wanita agar bisa berbicara secara private.
"Mengajarkan Dhamma lebih dari 6 kalimat kepada wanita dimana itubukan Dhammadesana maka ia akan menghadapi Sanghadisesa terkecuali jika ada orang yang melihat kejadian itu atau masing-masing terpisah tapi ada org yang mengcrosscheck keadaan yang dibicarakan apa"

Dapat ditarik kesimpulan,berhape ria dengan lawan jenis juga termasuk Sanghadisesa dimana komunikasi oleh Sang Buddha dibatasi 6 kalimat Dhamma(bukan gosip,candaan,kata-kata tidak penting) saja.sad vaca


Semoga Vinaya ini saya dapat memberikan pemahaman dan batasan dari seorang umat kepada bhikkhu.  _/\_

anumodana atas pencerahan bro nyana........
 
 ^:)^
Title: Re: Bhikkhu Vinaya : Parajika 1 : Sex
Post by: nyanadhana on 14 April 2008, 01:12:11 PM
 _/\_ meneruskan pernyataan Bhante : Vinaya bukanlah seseuatu yang bisa ditoleransi, ia telah digariskan oleh Sang Buddha agar murid-muridnya mengerti disiplin diri. dan juga menunjukkan bahwa ia adalah seorang bhikkhu dan bukan lagi umat perumah tangga.
Title: Re: Bhikkhu Vinaya : Parajika 1 : Sex
Post by: andry on 14 April 2008, 02:04:11 PM
5. Sendirian bersama wanita
"Seorang Bhikkhu tidak duduk bersama wanita sendirian dimana jarak tempat duduknya cukup untuk melakukan hubungan seksual. apalagi dibawah atap yang sama,dan pada saat keadaan sepi,maka ia akan menghadapi Sanghadisesa,dan jika terjadi hubungan seks,maka ia akan menghadapi PArajika"

Harap diinget,umat wanita yang ingin berkonsultasi dengan Bhikkhu,sebaiknya memiliki pendamping,berpakaian yang baik dan tidak menunjukkan hasrat seksual kepada bhikkhu,bercanda cekikan,menggoda,adalah tindakan kurang pantas.

Yup, sangat disayangkan umat awam banyak yang tidak mengetahui akan hal ini, atau jarang sekali umat yang telah mengetahui dan menegur jika terjadi hal demikian. Dikhawatirkan (IMO) jika di tegur umat akan tidak senang, dan umat akan berpindah ke lain "hati" maka pemasukan akan berkurang. atau dikhawatirkan (IMO) umat akan menanam karma buruk, sehingga di biarkan saja. dan mengapa di vihara2 terkenal tidak dipampang peraturan tsb. agar umat bisa membacanya.
Sedikit share, pada waktu itu pada saat saya melaksanakan pabajja, pd hari minggunya di suatu vihara x.
banyak umat berdatangan dan berpakaian yg "aduh". Dgn cueknya dan santainya memasuki aula dhammadesana, dan bernamakara... (positivenya... oh mungkin sedang kepanasan..hihi..)
Title: Re: Bhikkhu Vinaya : Parajika 1 : Sex
Post by: nyanadhana on 14 April 2008, 02:10:55 PM
 _/\_ Beberapa vihara besar telah menerapkan bahwa bagi yang memakai pakaian dan celana kurang bahan,maka vihara akan meminjamkan sarung atau kain penutup.
Title: Re: Bhikkhu Vinaya : Parajika 1 : Sex
Post by: Huiono on 14 April 2008, 04:15:55 PM
_/\_ Beberapa vihara besar telah menerapkan bahwa bagi yang memakai pakaian dan celana kurang bahan,maka vihara akan meminjamkan sarung atau kain penutup.

Wakakaka...
Hihihi... :)) :)) :)) :))

Yup, terkadang umat wanita yang kurang wawasan akan aturan di vihara dan Vinaya Sangha cenderung menampikan sisi2 yang menarik perhatian mata...

Thanks atas postingannya...
Benar2 membuka ketidaktahuan....
Title: Re: Bhikkhu Vinaya : Parajika 1 : Sex
Post by: Fei Lun Hai on 06 May 2008, 08:57:27 AM
Untuk itu buat kaum wanita harus tau sikon & tempat. Kl ke vihara ya jangan pake baju seksi & mini. Kl di tempat lain terserah deh  :whistle:
Title: Re: Bhikkhu Vinaya : Parajika 1 : Sex
Post by: Riky_dave on 17 May 2008, 10:51:22 AM
Untuk itu buat kaum wanita harus tau sikon & tempat. Kl ke vihara ya jangan pake baju seksi & mini. Kl di tempat lain terserah deh  :whistle:

Hahaha..
Ne krn gw masih anak Sma gw jelasin deh"mksd org2 memakai pakaian aduhai"
Gini ke vhr kan sekalean ke Plaza...(vhr medan semua dkt2 plaza,cthnya Vihara Borobudur)
Jd pakaiannya pun aduhai..
Hohohoh...
Gw br tau setlh membaca posting ne..
Thanks banget...
Benar2 tercerahkan...
Pantesan gw jg heran kok gk ditegur ma pengurus vihara...
Begini ya alasannya...
Hohoho...
Lain x ada wkt gw jelasin ma "tmn2" gw...
_/\_
Title: Re: Bhikkhu Vinaya : Parajika 1 : Sex
Post by: EVO on 17 May 2008, 11:06:31 AM
iya datang jangan pakai baju minim....menimbulkan kegiuran buat para lelaki... ;D

cobain deh para ce kalau datang ngak pakai baju :P
pasti tuch pada co ngak pada mao dan ngak ada ke giuran... ^-^
hahhahhaha yang ada malah kabur.... :)) :)) :))
Title: Re: Bhikkhu Vinaya : Parajika 1 : Sex
Post by: Riky_dave on 17 May 2008, 11:27:06 AM
iya datang jangan pakai baju minim....menimbulkan kegiuran buat para lelaki... ;D

cobain deh para ce kalau datang ngak pakai baju :P
pasti tuch pada co ngak pada mao dan ngak ada ke giuran... ^-^
hahhahhaha yang ada malah kabur.... :)) :)) :))

Hahaha...Dasar OOT tau!
_/\_
Title: Re: Bhikkhu Vinaya : Parajika 1 : Sex
Post by: EVO on 17 May 2008, 11:37:14 AM
hahhahahhahha
Title: Re: Bhikkhu Vinaya : Parajika 1 : Sex
Post by: Riky_dave on 17 May 2008, 11:49:03 AM
_/\_
Title: Re: Bhikkhu Vinaya : Parajika 1 : Sex
Post by: ika_polim on 27 April 2009, 03:23:47 PM
_/\_ Bhikkhu sama sekali tidak bisa hidup terisolasi dari umat perumah tangga karena hubungan mutualisme yang didapat yaitu umat perumah tangga bisa mendengarkan Dhamma dan membantu Bhikkhu dalam menyediakan sarana,maka Sang Buddha menetapkan garis peraturan yang harus ditaati untuk membedakan aturan Bhikkhu dengan sila umat perumah tangga.
 Kita akan membahas Parajika I atau Pelanggaran yang menyebabkan hilangnya status kebhikkhuan,sejauh mana pelanggaran itu terjadi dan batasan-batasan apa yang harus dijaga oleh umat awam dan bhikkhu.

Sebab munculnya aturan Parajika mengenai Sex
1. mengenai bhikkhu bernama Sudinna yang berasal dari keluarga kaya dan meninggalkan kehidupan rumah tangga menjadi bhikkhu. setelah menjadi bhikkhu, Sudinna sseseringmungkin pulang ke rumah untuk melihat ibu dan istrinya,sampai keluarga itu merasa harus melakukan sesuatu untuk membuat Sudinna kembali berumah tangga,maka istrinya berdandan sangat cantik untuk membuat Sudinna mabuk kepayang,karena Sudinna sangat memegang teguh peraturan dan mengambil brahmacariya maka ia tidak tegoyahkan,sampai pada ibunya menangis minta cucu maka akhirnya Sudinna melakukan hubungan sex dengan istrinya. maka akhirnya Sudinna melepas jubahnya.

Isi Parajika Pertama
"Seorang bhikkhu yang melakukan segala macam tindakan seksual telah dikalahkan dan ia harus meninggalkan Sangha"
segala macam tindakan seksual adalah sek dengan penetrasi baik itu organ kelamin,oral dan anal dan kepada jenis kelamin wanita,pria atau binatang. maka ia kehilangan status kebhikkhuannya

Mengenai hal ini,saya harap umat telah mengerti seriusnya Pelanggaran Parajika.dan mari kita lihat pada batasan - batasan mana seorang umat berinteraksi kepada Bhikkhu.
1. Keintiman , Menyentuh,Mengelus-elus
Seorang bhikkhu baik itu menyentuh secara langsung lawan jenis dengan niat seksual atau tidak ,maka ia akan berada dalam sidang Sangha yaitu Sanghadisesa, segala kontak fisik seperti berjabat tangan akan memasuki Sanghadisesa oleh karena itu Bhikkhu Theravada biasanya menggunakan sehelai kain untuk menerima persembahan dari lawan jenis.

Peraturan ini diturunkan dari cerita Bhikkhu Udayin yang melakukan usapan kepada seorang wanita yang telah berumah tangga,dan wanita itu melaporkan bahwa tindakan itu bisa digolongkan tindakan sexual harassment,maka Sang Buddha memaktubkan dalam Sanghadisesa yang berbunyi :
"Seorang Bhikkhu yang melakukan tindakan kontak tubuh dengan lawan jenis baik dengan pikiran yang penuh nafsu atau tidak,memegang tangannya,atau segenggam rambut atau mengusap tubuhnya,maka dia harus melakukan sidang Sangha (Sanghadisesa 2)"

Bedah kasus
-. Jika bhikkhu berjalan terburu2 dan menabrak wanita,ia tetap akan mengakui perlakuannya pada sidang Sangha,maka seorang bhikkhu diharapkan memperhatikan cara berjalan,dan umat diharapkan tidak berlari2 di vihara atau dimana bhikkhu tinggal
-. Menyentuh ibu kandung,saudara kandung,sebenarnya juga termasuk pelanggaran hanya akan dijelaskan pada sidang Sangha maksud dan tujuannya.karena seorang bhikkhu diharapkan tidak tergoda oleh kehidupan duniawinya lagi.
-. seorang bhikkhu yang dengan pemikirannya akhirnya merasa bahwa vinaya untuk mencegah memegan wanita,dan akhirnya ia memegang sesama jenis dengan pikiran yang penuh nafsu ,ia akan menghadapi sidang Sangha dan jikalau ia ternyata melakukan penetrasi seks dengan sesama jenis,ia akan terkena Parajika dan dikeluarkan.

2. Flirting, main mata, menggunakan kata-kata yang seksual,intim
 berkaitan dengan Bhikkhu Udayi yang memanggil seorang wanita dengan kata-kata penuh hasrat seksual,maka Sang Buddha menggariskan
"Jika seorang bhikkhu menggunakan kata-kata,memanggil,berbincang dengan lwan jenis dengan pemikiran penuh obsesi dan nafsu,maka ia akan mendapatkan pertanggungjawaban pada sidang Sangha"

3. Melakukan seks dengan menganngap itu adalah latihan spiritual atau memberitahukan kepada umat bahwa seks adalah sarana spiritual
Sang Buddha memberikan penjelasan
"Memberitahukan seorang wanita bahwa ia harus berhubungan seks dengan orang lain dan mengganggap itu adalah praktik spiritual maka ia harus menghadiri Sanghadisesa"

4. Mak comblang
asal berasal dari bhikkhu Udayin yang selalu mencomblangkan/menjodohkan umat wanita dengan pria,maka Sang Buddha menetapkan aturan
"Seorang Bhikkhu yang melakukan penjodohan secara maksud dari pria kepada wanita,maka ia akan menghadapi Sanghadisesa"

Seorang Bhikkhu tidak menjodohkan apalagi sampai terjadinya pernikahan dalam artimenjadi Event Organiser acara pernikahan,maka ia akan terkena Sanghadisesa,kecuali hanya sekedar blessing

5. Sendirian bersama wanita
"Seorang Bhikkhu tidak duduk bersama wanita sendirian dimana jarak tempat duduknya cukup untuk melakukan hubungan seksual. apalagi dibawah atap yang sama,dan pada saat keadaan sepi,maka ia akan menghadapi Sanghadisesa,dan jika terjadi hubungan seks,maka ia akan menghadapi PArajika"

Harap diinget,umat wanita yang ingin berkonsultasi dengan Bhikkhu,sebaiknya memiliki pendamping,berpakaian yang baik dan tidak menunjukkan hasrat seksual kepada bhikkhu,bercanda cekikan,menggoda,adalah tindakan kurang pantas.


6. Berbicara dengan lawan jenis secara privat
Hal ini diterapkan juga dalam komunikasi sekarang ini yaitu handphone,saya membaca thread forumer mengenai bhikkhu diberi hape oleh wanita agar bisa berbicara secara private.
"Mengajarkan Dhamma lebih dari 6 kalimat kepada wanita dimana itubukan Dhammadesana maka ia akan menghadapi Sanghadisesa terkecuali jika ada orang yang melihat kejadian itu atau masing-masing terpisah tapi ada org yang mengcrosscheck keadaan yang dibicarakan apa"

Dapat ditarik kesimpulan,berhape ria dengan lawan jenis juga termasuk Sanghadisesa dimana komunikasi oleh Sang Buddha dibatasi 6 kalimat Dhamma(bukan gosip,candaan,kata-kata tidak penting) saja.sad vaca

7. Tinggal bersama dan Travel Bersama
"Seorang bhikkhu yang akan tinggal bersama(menginap) dimana hanya ada seorang wanita,maka harus ada pendamping atau org banyak yang tinggal bersama ,hal ini berlaku untuk bepergian"

Semoga Vinaya ini saya dapat memberikan pemahaman dan batasan dari seorang umat kepada bhikkhu.  _/\_







saya pikir sang buddha layaknya seorg tua saat berbicara kpd anaknya sendiri yang sedang dlm masa pertumbuhan yg akan penuh dgn tantangan duniawi!

apakah itu buruk? tentu tidak

apakah itu baik? juga tidak

jd bagaimana hal itu dilihat oleh kita semua? biasa2 saja dan memang seharusnya demikian! tidak ada yg istimewa.


ika.
Title: Re: Bhikkhu Vinaya : Parajika 1 : Sex
Post by: Vipakha on 26 January 2012, 04:01:22 PM
Up .. Semoga di vihara di masukkan topik yang menjelaskan ini di kebaktian2, karna sampai sekarang BELUM PERNAH ADA.. buat anggota sekber, tolong di perhatikan.. soalnya makin banyak aja oknum bikkhu yang melenceng dan parahnya banyak umat yang ga paham.

thanks
Title: Re: Bhikkhu Vinaya : Parajika 1 : Sex
Post by: sanjiva on 22 February 2012, 05:29:42 PM
Kalau boleh tahu, melencengnya seperti apa saja bro?  (tidak perlu menyebutkan nama bhikkhunya)
Title: Re: Bhikkhu Vinaya : Parajika 1 : Sex
Post by: etca on 27 February 2012, 04:19:07 AM
namo buddhaya,

mau tanya nih kalau Patimokkha-sila untuk para bhikkhuni yang terdiri dari 311 peraturan
ada detailnya ga yah? *saya cari2 di sini kok belum nemu yah :)

makasih sbelumnya..
Title: Re: Bhikkhu Vinaya : Parajika 1 : Sex
Post by: ardb on 16 May 2014, 08:37:26 PM
 _/\_

Saya ingin bertanya. apabila pada kasus khusus , seorang Bhikkhu dlm perjalanan plg ke vihara,di pertengahan jalan ketemu seorang wanita pingsan (mungkin kecelakaan,dirampok dll ).pada waktu itu sepanjang jalanan sepi. apakah bhikkhu tersebut boleh meolongnya dalam arti menggotong tuk ke vihara ataupun rmh warga terdekat atau bhikkhu tsb harus pergi mencari org lain tuk menolong?

dan apabila bhikkhu tsb menggotongnya sendiri,apakah akan disidang sangha?

terima kasih.
Title: Re: Bhikkhu Vinaya : Parajika 1 : Sex
Post by: cumi polos on 20 May 2014, 07:48:10 PM
_/\_

Saya ingin bertanya. apabila pada kasus khusus , seorang Bhikkhu dlm perjalanan plg ke vihara,di pertengahan jalan ketemu seorang wanita pingsan (mungkin kecelakaan,dirampok dll ).pada waktu itu sepanjang jalanan sepi. apakah bhikkhu tersebut boleh meolongnya dalam arti menggotong tuk ke vihara ataupun rmh warga terdekat atau bhikkhu tsb harus pergi mencari org lain tuk menolong?

dan apabila bhikkhu tsb menggotongnya sendiri,apakah akan disidang sangha?

terima kasih.

apakah wanita tsb tua atao muda ? cantik sekali atao keriput kering hitam legam ?....
kalau mau menolong apa udah mempelajarin cara menolong orang (pertolongan pada org yg berkecelakaan....)?

dst dst...
Title: Re: Bhikkhu Vinaya : Parajika 1 : Sex
Post by: seniya on 21 May 2014, 04:46:01 PM
_/\_

Saya ingin bertanya. apabila pada kasus khusus , seorang Bhikkhu dlm perjalanan plg ke vihara,di pertengahan jalan ketemu seorang wanita pingsan (mungkin kecelakaan,dirampok dll ).pada waktu itu sepanjang jalanan sepi. apakah bhikkhu tersebut boleh meolongnya dalam arti menggotong tuk ke vihara ataupun rmh warga terdekat atau bhikkhu tsb harus pergi mencari org lain tuk menolong?

dan apabila bhikkhu tsb menggotongnya sendiri,apakah akan disidang sangha?

terima kasih.

Kalo merujuk pada artikel pada post pertama di atas:

"Seorang Bhikkhu yang melakukan tindakan kontak tubuh dengan lawan jenis baik dengan pikiran yang penuh nafsu atau tidak,memegang tangannya,atau segenggam rambut atau mengusap tubuhnya,maka dia harus melakukan sidang Sangha (Sanghadisesa 2)"

Maka pastinya ini melanggar Sanghadisesa apa pun alasan/motivasinya. IMO, bhikkhu tsb sebaiknya mencari orang lain untuk menggotong wanita tsb kalo tidak mau melanggar Vinaya.
Title: Re: Bhikkhu Vinaya : Parajika 1 : Sex
Post by: ardb on 22 May 2014, 04:37:40 AM
apakah wanita tsb tua atao muda ? cantik sekali atao keriput kering hitam legam ?....
kalau mau menolong apa udah mempelajarin cara menolong orang (pertolongan pada org yg berkecelakaan....)?

dst dst...

Om cumpol,apa ada beda sangsinya,lagian nolongnya hanya antarin ke RS atau klinik,  hehee...

Kalo merujuk pada artikel pada post pertama di atas:

"Seorang Bhikkhu yang melakukan tindakan kontak tubuh dengan lawan jenis baik dengan pikiran yang penuh nafsu atau tidak,memegang tangannya,atau segenggam rambut atau mengusap tubuhnya,maka dia harus melakukan sidang Sangha (Sanghadisesa 2)"

Maka pastinya ini melanggar Sanghadisesa apa pun alasan/motivasinya. IMO, bhikkhu tsb sebaiknya mencari orang lain untuk menggotong wanita tsb kalo tidak mau melanggar Vinaya.

Oh, berarti sama sekali tdk boleh bersentuhan biarpun apa situasinya. baik, terima kasih... jadi lbh tau vinaya yg harus ditaati para Bhikkhu
Title: Re: Bhikkhu Vinaya : Parajika 1 : Sex
Post by: The Ronald on 22 May 2014, 09:03:10 AM
tp...klo baca di teks nya beda d

2. Whatsoever Bhikkhu, being degraded2, shall, with perverted3 mind, come into bodily contact with a woman, by taking hold of her hand, or by taking hold ofher hair, or by touching any part of her body--that is a Samghâdisesa.

di bandingkan dgn...

"Seorang Bhikkhu yang melakukan tindakan kontak tubuh dengan lawan jenis baik dengan pikiran yang penuh nafsu atau tidak,memegang tangannya,atau segenggam rambut atau mengusap tubuhnya,maka dia harus melakukan sidang Sangha (Sanghadisesa 2)"
Title: Re: Bhikkhu Vinaya : Parajika 1 : Sex
Post by: cumi polos on 22 May 2014, 09:33:59 AM
Om cumpol,apa ada beda sangsinya,lagian nolongnya hanya antarin ke RS atau klinik,  hehee...

Oh, berarti sama sekali tdk boleh bersentuhan biarpun apa situasinya. baik, terima kasih... jadi lbh tau vinaya yg harus ditaati para Bhikkhu

sebenarnya apertanyaan gak usah jauh2...

gimana klo ardb sendiri yg ketemu gadis cantik terletak dipinggir jalan yg sepi ? nahhh coba pikir...
Title: Re: Bhikkhu Vinaya : Parajika 1 : Sex
Post by: seniya on 22 May 2014, 10:31:56 AM

Oh, berarti sama sekali tdk boleh bersentuhan biarpun apa situasinya. baik, terima kasih... jadi lbh tau vinaya yg harus ditaati para Bhikkhu

Eits, tunggu dulu, Sanghadisesa 2 bunyinya sedikit berbeda kalo menurut web SP:

Quote
2. Apabila seorang bhikkhu dengan pikiran menyeleweng karena nafsu menyentuh tubuh atau memegang tangan, rambut, atau menyentuh anggota tubuh seorang wanita, maka ia melanggar peraturan sanghadisesa.

http://www.samaggi-phala.or.id/naskah-dhamma/227-sila-patimokkha/

Saya juga baru buka BMC (Buddhist Monastic Code) (http://www.accesstoinsight.org/lib/authors/thanissaro/index.html#bmc1) oleh Bhikkhu Thanissaro yang mengatakan sbb:

Quote
2. Should any bhikkhu, overcome by lust, with altered mind, engage in bodily contact with a woman, or in holding her hand, holding a lock of her hair, or caressing any of her limbs, it entails initial and subsequent meetings of the Community.

Tentang menyentuh wanita yang betujuan selain keinginan/nafsu (misalnya untuk menolong) disebutkan dalam komentar sebagai pelanggaran dukkata karena termasuk anamasa (objek yang tidak boleh disentuh), walaupun disarankan agar sang bhikkhu berusaha menolong wanita tsb bagaimana pun juga:

Quote
Otherwise, the Vibhanga does not discuss the issue of bhikkhus who intentionally make active contact with women for purposes other than lust or affection—e.g., helping a woman who has fallen into a raging river—but the Commentary does. It introduces the concept of anamasa, things carrying a dukkata penalty when touched; women and women’s clothing top the list. (See BMC2, Appendix V for the entire list.) It then goes into great detail to tell how one should behave when one’s mother falls into a raging river. Under no circumstances, it says, should one grab hold of her, although one may extend a rope, a board, etc., in her direction. If she happens to grab hold of her son the bhikkhu, he should not shake her off but should simply let her hold on as he swims back to shore.

Where the Commentary gets the concept of anamasa is hard to say. Perhaps it came from the practices of the brahman caste, who are very careful not to touch certain things and people of certain lower castes. At any rate, there is no direct basis for it in the Canon. Although the concept has received wide acceptance in Theravadin Communities, many highly respected Vinaya experts have made an exception right here, saying that there is nothing wrong in touching a woman when one’s action is based not on lust but on a desire to save her from danger. Even if there is an offense in doing so, there are other places where Buddhaghosa recommends that one be willing to incur a minor penalty for the sake of compassion (e.g., digging a person out of a hole into which he has fallen), and the same principle surely holds here.

Tentang anamasa, memang bukan dari Vinaya melainkan tambahan dari komentar:

Quote
Anamasa

The Vinaya-mukha contains the following passage on items that are an›m›sa, i.e., not to be touched. As it notes, the basic concept and the list of specific items are not to be found in the Canon (their provenance is the Commentary to Sg 2). Although the dukkata for touching these things is not canonical, many Communities observe it, and so a wise policy is to know the list. One is prohibited from touching items that are anamasa, i.e., not to be touched—which are classified as follows:

a. Women, their garments, and representations (pictures, statues) of the female form. Female animals would come under this class. Upper and lower garments that they have thrown away—which, for example, could be used as sitting cloths—no longer count as anamasa.
[... dst]

The prohibition against touching these anamasa items does not come directly from the Canon. The compilers of the Commentary extrapolated from various passages in the Vinita-vatthu and other passages (of the Canon) and established this custom. Nevertheless, the custom is still appropriate. For example, a bhikkhu abstains from taking life, so if he were to touch weapons or traps it would look unseemly. He abstains from making music, so if he were to touch musical instruments it would look unseemly as well. So we can conclude that the items classified as anamasa were probably forbidden to bhikkhus from the very beginning.

Jadi, setidaknya dalam tradisi Theravada, menyentuh wanita itu tidak diperbolehkan apa pun alasannya walaupun secara kanonik hanya yang bertujuan pada nafsu saja yang dilarang.

tp...klo baca di teks nya beda d

2. Whatsoever Bhikkhu, being degraded2, shall, with perverted3 mind, come into bodily contact with a woman, by taking hold of her hand, or by taking hold ofher hair, or by touching any part of her body--that is a Samghâdisesa.

di bandingkan dgn...

"Seorang Bhikkhu yang melakukan tindakan kontak tubuh dengan lawan jenis baik dengan pikiran yang penuh nafsu atau tidak,memegang tangannya,atau segenggam rambut atau mengusap tubuhnya,maka dia harus melakukan sidang Sangha (Sanghadisesa 2)"

Iya, bro, baru ketemu tuh, ternyata yang benar itu yang versi pertama....
Title: Re: Bhikkhu Vinaya : Parajika 1 : Sex
Post by: dilbert on 22 May 2014, 12:47:48 PM
 [at] all, yang "sial-nya" VINAYA tidak membahas tentang sikap bathin bhikkhu-nya... yang pasti kalau bhikkhu bersentuhan dengan wanita, melakukan pelanggaran vinaya
Title: Re: Bhikkhu Vinaya : Parajika 1 : Sex
Post by: cumi polos on 22 May 2014, 03:44:47 PM
Quote
Tentang menyentuh wanita yang betujuan selain keinginan/nafsu (misalnya untuk menolong) disebutkan dalam komentar sebagai pelanggaran dukkata karena termasuk anamasa (objek yang tidak boleh disentuh), walaupun disarankan agar sang bhikkhu berusaha menolong wanita tsb bagaimana pun juga:

coba cari daun pisang atao koran bekas...supaya kagak tersentuh... :o
Title: Re: Bhikkhu Vinaya : Parajika 1 : Sex
Post by: The Ronald on 22 May 2014, 05:43:06 PM
klo masuk di kondisi yg butuh di sentuh..di sentuh saja..ntar ngaku..trus sidang sangha memutuskan hukumannya..sebenarnya hukumannya ga kelihatan berat2 amat...
Title: Re: Bhikkhu Vinaya : Parajika 1 : Sex
Post by: seniya on 22 May 2014, 06:33:52 PM
klo masuk di kondisi yg butuh di sentuh..di sentuh saja..ntar ngaku..trus sidang sangha memutuskan hukumannya..sebenarnya hukumannya ga kelihatan berat2 amat...

Benar, itulah yang disarankan komentar karena itu cuma pelanggaran ringan (dukkata).
Title: Re: Bhikkhu Vinaya : Parajika 1 : Sex
Post by: sl99 on 23 May 2014, 09:15:02 AM
klo masuk di kondisi yg butuh di sentuh..di sentuh saja..ntar ngaku..trus sidang sangha memutuskan hukumannya..sebenarnya hukumannya ga kelihatan berat2 amat...

Setuju.

Jika misalnya bhikkhu lagi jalan sendirian, terus liat perempuan jatuh dari pohon, kaki patah, ada luka berdarah-darah, apakah gak sebaiknya di tolong duluan daripada pergi mencari orang lain untuk menolong?
Title: Re: Bhikkhu Vinaya : Parajika 1 : Sex
Post by: ardb on 23 May 2014, 10:26:58 AM
sebenarnya apertanyaan gak usah jauh2...

gimana klo ardb sendiri yg ketemu gadis cantik terletak dipinggir jalan yg sepi ? nahhh coba pikir...

om cumpol, klo saya pribadi menjumpai pria atau wanita, tua ataupun muda akan saya bantu koq? ga membeda2kan. lagian saya masih puthujanna dan bukan seorang bhikkhu jadi tidak terikat vinaya. hehe...

Eits, tunggu dulu, Sanghadisesa 2 bunyinya sedikit berbeda kalo menurut web SP:

Saya juga baru buka BMC (Buddhist Monastic Code) (http://www.accesstoinsight.org/lib/authors/thanissaro/index.html#bmc1) oleh Bhikkhu Thanissaro yang mengatakan sbb:

Tentang menyentuh wanita yang betujuan selain keinginan/nafsu (misalnya untuk menolong) disebutkan dalam komentar sebagai pelanggaran dukkata karena termasuk anamasa (objek yang tidak boleh disentuh), walaupun disarankan agar sang bhikkhu berusaha menolong wanita tsb bagaimana pun juga:

Tentang anamasa, memang bukan dari Vinaya melainkan tambahan dari komentar:

Jadi, setidaknya dalam tradisi Theravada, menyentuh wanita itu tidak diperbolehkan apa pun alasannya walaupun secara kanonik hanya yang bertujuan pada nafsu saja yang dilarang.

Iya, bro, baru ketemu tuh, ternyata yang benar itu yang versi pertama....

berarti asal bhikkhu tersebut membantu dlm keadaan menjaga pikiran yang baik ( tidak ada nafsu , benar2 bermaksud hanya membantu maka biarpun tetap disidang tp tidak berat sangsinya ya.

pokoknya semuanya tetap harus melihat situasi dan kondisi ya + selalu menjada pikiran ( seperti dalam sutta Upali , dikatakan bahwa bentuk perbuatan pikiran lebih tercela dalam perbuatan buruk dibanding jasmani dan ucapan )

Setuju.

Jika misalnya bhikkhu lagi jalan sendirian, terus liat perempuan jatuh dari pohon, kaki patah, ada luka berdarah-darah, apakah gak sebaiknya di tolong duluan daripada pergi mencari orang lain untuk menolong?

sama, saya juga memilih setuju dengan konsekuensi yah nanti jawab aja sejujurnya. dengan tetap menjaga pikiran yg baik


Jadi kesimpulannya Bhikkhu harus dapat mengambil keputusan apabila bertemu situasi dan kondisi khusus dengan berpikiran baik.
Title: Re: Bhikkhu Vinaya : Parajika 1 : Sex
Post by: adi lim on 23 May 2014, 03:43:31 PM
Setuju.

Jika misalnya bhikkhu lagi jalan sendirian, terus liat perempuan jatuh dari pohon, kaki patah, ada luka berdarah-darah, apakah gak sebaiknya di tolong duluan daripada pergi mencari orang lain untuk menolong?

harusnya begitu,
tapi namanya Vinaya tetap harus di patuhi.
kalau longgar ntar disalah gunakan
jelas ada pelanggaran aja sering ditabrak, apalagi 'longgar'.
Title: Re: Bhikkhu Vinaya : Parajika 1 : Sex
Post by: cumi polos on 23 May 2014, 08:08:37 PM
Quote
om cumpol, klo saya pribadi menjumpai pria atau wanita, tua ataupun muda akan saya bantu koq? ga membeda2kan. lagian saya masih puthujanna dan bukan seorang bhikkhu jadi tidak terikat vinaya. hehe...

harus tao kondisi situasi dan tempat dimana anda berada...

klo di saudi arabia...anda menyentuh wanita yg bukan istri anda...
   bisa menjadi malapetaka....kena rajam batu sampai nyawa melayang... :)) :))
   pikirlah baik2 sebelum bertindak...walaupun niat baik belumlah cukup...
Title: Re: Bhikkhu Vinaya : Parajika 1 : Sex
Post by: cumi polos on 23 May 2014, 08:32:01 PM
Quote
om cumpol, klo saya pribadi menjumpai pria atau wanita, tua ataupun muda akan saya bantu koq? ga membeda2kan. lagian saya masih puthujanna dan bukan seorang bhikkhu jadi tidak terikat vinaya. hehe...

sebelum kita punya niat menolong org lain.... apakah kita juga udah dibekalin pengetahuan...
pertolongan pertama pada kecelakaan...

spt...

1. klo orgnya kagak bisa bernafas.... nah apakah bro siap melakukan dan dpt melakukan pernafasan buatan dgn benar dan baik ?

2. klo orangnya berdarah... nah apakah bro udah mengerti bagaimana membantu menghentikan pendarahan tsb...

3. klo orgnya kena setrum... nah apakah bro udah siap juga ikut kesetrum atao gimana ya ?...

4. dst dst...

pertolongan yg salah malah bisa mencelakain org tsb pula....


 _/\_
Title: Re: Bhikkhu Vinaya : Parajika 1 : Sex
Post by: dilbert on 24 May 2014, 11:40:36 AM
sebelum kita punya niat menolong org lain.... apakah kita juga udah dibekalin pengetahuan...
pertolongan pertama pada kecelakaan...

spt...

1. klo orgnya kagak bisa bernafas.... nah apakah bro siap melakukan dan dpt melakukan pernafasan buatan dgn benar dan baik ?

2. klo orangnya berdarah... nah apakah bro udah mengerti bagaimana membantu menghentikan pendarahan tsb...

3. klo orgnya kena setrum... nah apakah bro udah siap juga ikut kesetrum atao gimana ya ?...

4. dst dst...

pertolongan yg salah malah bisa mencelakain org tsb pula....


 _/\_

tambah lagi...

5. kalau orang sedang di air minta pertolongan, apakah anda bisa berenang ? hehehehe
Title: Re: Bhikkhu Vinaya : Parajika 1 : Sex
Post by: ardb on 24 May 2014, 01:38:33 PM
harus tao kondisi situasi dan tempat dimana anda berada...

klo di saudi arabia...anda menyentuh wanita yg bukan istri anda...
   bisa menjadi malapetaka....kena rajam batu sampai nyawa melayang... :)) :))
   pikirlah baik2 sebelum bertindak...walaupun niat baik belumlah cukup...

 :hammer: iya,malah jd bumerang yah...

sebelum kita punya niat menolong org lain.... apakah kita juga udah dibekalin pengetahuan...
pertolongan pertama pada kecelakaan...

spt...

1. klo orgnya kagak bisa bernafas.... nah apakah bro siap melakukan dan dpt melakukan pernafasan buatan dgn benar dan baik ?

2. klo orangnya berdarah... nah apakah bro udah mengerti bagaimana membantu menghentikan pendarahan tsb...

3. klo orgnya kena setrum... nah apakah bro udah siap juga ikut kesetrum atao gimana ya ?...

4. dst dst...

pertolongan yg salah malah bisa mencelakain org tsb pula....


 _/\_
tambah lagi...

5. kalau orang sedang di air minta pertolongan, apakah anda bisa berenang ? hehehehe

wah klo untuk yg beginian mgkn blm saya pelajari. klo berenang sih tau,tp menolong org yg tenggelam mgkn harus pny keterampilan yah

menolong beneran hrs dibekali pengetahuan yg benar,klo tidak malah mencelakakan... Ngerti2... trims om... hehee

googling ah ttg P3k . . .  ;D