Bukan, beliau bukan kloningan komet, halilintar dkk, tetapi kemungkinan kloningan salah satu member senior yang pro-BA juga....
Sebelumnya saya tdk tahu kalau di forum ini ada fenomena kloningan2 seperti itu. Saya bukan kloningan siapa2, juga bukan member senior forum ini karena belum lama join. Buat saya apapun namanya - BA (Buddhisme Awal?), Buddhisme Modern, Buddhisme Akhir, Buddhisme Abad ke-22, ataupun lainnya, itu tdklah penting. Saya non-sectarian, hanya pro sutta utama, yg penting adalah selama kemurnian ajaran (yg acuannya adalah nikaya utama) tetap terwariskan, tdk menyimpang, maka itulah buddhisme yg lejit.
Itu karena anda sendiri yang menyatakan seakan-akan ajaran dari kitab komentar semuanya tidak murni:
Itu kan menurut anda:
seakan-akan. Padahal kalau anda cermati saya bilang: "
sangat bergantung pada kitab komentar".
sangat bergantung artinya kadar ketergantungan tinggi katakanlah sekitar 90an persen, tdk sampai 100%. Tapi kalau saya bilang "
sepenuhnya bergantung", maka itu artinya 100% dan anda pantas mengatakan:
semuanya tidak murni. Saya sudah antisipasi kemungkinan kesalahpahaman ini makanya saya tdk menggunakan kata "
sepenuhnya".
Muncul pertanyaan-pertanyaan "ngeyel" karena anda sendiri kebablasan menggunakan BA sebagai senjata untuk memberangus ajaran-ajaran yang dianggap tidak murni, padahal Sang Buddha telah berpesan dalam MN 22 sbb:
Baguslah kalau anda mengakui ada pertanyaan anda yg bersifat ngeyel. Itu tandanya anda cukup sportif.
Inti postingan saran saya adalah utk meng-kros-cek dgn sutta/nikaya utama. Ini dilandasi oleh pikiran baik/positif, niat baik supaya pembaca bisa menemukan samma-ditthi. Jadi setidaknya saya telah melakukan kusala kamma lewat pikiran. Sementara anda menanggapi dgn pakai istilah "
memberangus" segala yg konotasinya kasar dan negatif sekali. Disini terlihat pikiran negatif anda terhadap saya. Setidaknya anda telah melakukan akusala kamma lewat pikiran.
Saya jadi ingat yg saya dapati dari pengalaman selama ini. [maaf ini saya cuma teringat saja, bukan bermaksud mengatakan anda contohnya] Banyak dari umat budhis yg munafik seringkali berlaku seperti itu - cenderung berpikiran jelek (negatif thinking) terhdp orang lain. Dana sih berdana, tapi tdk sadar sering melakukan akusala mano kamma. Biasanya mereka taunya cuma ritual2, baca2 paritta, senang sekali diciprati air oleh bikhu, belajar hanya mengandalkan dari mendengarkan ceramah bikhu (yg belum tentu didengarkan, malah ngobrol) tdk pernah ada niat serius utk baca buku/sumber2 online dan boro2 baca nikaya utama.
“Di sini, para bhikkhu, beberapa orang sesat mempelajari Dhamma – khotbah, syair, penjelasan, bait-bait, ungkapan kegembiraan, sabda-sabda, kisah-kisah kelahiran, keajaiban-keajaiban, dan jawaban-jawaban atas pertanyaan-pertanyaan – tetapi setelah mempelajari Dhamma, mereka tidak memeriksa makna dari ajaran-ajaran itu dengan kebijaksanaan. Tanpa memeriksa makna-makna dari ajaran-ajaran itu dengan kebijaksanaan, mereka tidak memperoleh penerimaan mendalam akan ajaran-ajaran itu. Sebaliknya mereka mempelajari Dhamma hanya demi untuk mengkritik orang lain dan untuk memenangkan perdebatan, dan mereka tidak mengalami kebaikan yang karenanya mereka mempelajari Dhamma. Ajaran-ajaran itu, karena secara keliru dipahami oleh mereka, akan mengakibatkan bencana dan penderitaan untuk waktu yang lama. Mengapakah? Karena menggenggam secara keliru pada ajaran-ajaran itu.
Kutipan MN 22 itu lebih tepat kalau ditujukan kepada anda, karena
beberapa orang sesat mempelajari Dhamma contohnya adalah sayadaw2 itu. Saya mengatakan demikian bukan tanpa landasan apa2 alias asal omong. Ini serius dan saya sadar konsekuensinya sangatlah serius kalau menuduh mereka begitu. Saya berani mempertanggungjawabkannya.
Sekarang kalau anda menuduh saya demikian, apakah anda tau yg sesat dan yg tdk sesat bagaimana, sementara anda dlm topik saya di subforum Theravada yg berjudul Pengertian Nibbana mengakui hanya mengambil dari kitab komentar - mengindikasikan anda hanya tau kitab komentar saja. Mengutip MN 22 sbg bukti anda mengacu pada sutta utama juga selain kitab komentar, tapi hanya utk senjata saja yg tak taunya menjadi senjata makan tuan. Kalau anda berani tuntaskan hal ini, telusuri sampai kelihatan di mana penyimpangannya, nanti anda akan tau siapa yg cuma bisa asal omong menuduh sembarangan. Meminjam kata2 komet: "apa susahnya jadi betet?".
Apa maksudnya
kebijaksanaan (terjemahan pali ke inggris: discernment) anda pun sepertinya tdk tau. Bijaksana itu artinya tau mana yg baik - mana yg buruk, mana yg benar - mana yg salah (dan kalau terbukti salah berani mengaku salah, bukannya malah ngotot/ngeyel), mana yg pantas - mana yg tdk pantas. Sejalan dgn discernment yg artinya mampu menilai dgn baik apa adanya. Disini diperlukan kemampuan menganalisa, berpikir, kalau pakai bahasa kasarnya Ahok: "pikir pake otak!".
Berkaitan dgn ini,
Dan sekarang anda berusaha menggiring opini bahwa ada Nibbana murni dan tidak murni, seakan-akan menyatakan ajaran kitab komentar semuanya membawa pada bukan Nibbana yang sejati....
anda membawa2 nibbana, sementara dlm topik Pengertian Nibbana anda tdk bisa menjelaskan pengertian nibbana secara teknisnya. Sedangkan pemahaman teknis nibbana diperlukan utk mengerti bedanya ajaran yg murni dgn yg menyimpang.
Lagipula, tdk perlu jauh2 sampai membawa2 nibbana. Jalan (ajaran) yg murni akan membawa ke tujuan yg sejati, dan automatis jalan yg menyimpang (tdk murni) akan membawa ke tujuan yg bukan sejatinya. Lepas dari sejauh mana bergantung pada kitab komentar, yg namanya jalan menyimpang bakal membawa ke tujuan yg menyimpang pula. Walaupun namanya sama2 nibbana, masalahnya nibbana menurut pengertian yg mana. Kalau anda sama-rata-kan berarti anda tdk tau mana yg benar mana yg salah.
Dan satu hal lagi, kencangkan sabuk pengaman anda sebelum menolong penumpang lain di sebelah anda. Sudahkah anda memeriksa makna2 dari ajaran2 (dlm hal ini dari kitab komentar) sebelum anda menyarankan hal yg sama kpd orang lain? Kalau sudah, buktikanlah! Kalau tdk bisa membuktikan itu namanya anda tdk punya kapasitas utk mengutip MN 22 tsb.