Topik Buddhisme > Buddhisme dengan Agama, Kepercayaan, Tradisi dan Filsafat Lain

MMD (Meditasi Mengenal Diri)

<< < (2/351) > >>

bond:
Ok monggo Pak. ;D _/\_

hudoyo:
JADWAL RETRET MMD 2008 - Program meditasi gratis!

MMD SEMINGGU

Retret dimulai pada pukul 7 malam, dan berakhir pada pukul 7 pagi.
29 Feb - 8 Mar 2008 : Bali - Brahmavihara-arama
9 - 17 Agustus 2008 : Jawa Barat - Cipanas (tempat meditasi Bpk Tatang Kurdi)
24 Des '08 - 1 Jan '09 : Jawa Tengah - Vihara Mendut
<tgl akan ditentukan kemudian>: Kalimantan Timur - Vihara Muladharma, Samarinda
 
Pendaftaran:
- Untuk di Brahmavihara-arama, pada: Wijaya Darma, 0812 361 3000, widarma [at] gmail.com
- Untuk di Cipanas, pada: Hudoyo, 0811 87 34 90, hudoyo [at] cbn.net.id
- Untuk di Vihara Mendut, pada: Waluyo, 0812 294 31 13, sadarsetiapsaat [at] yahoo.com
- Untuk di Samarinda: Liliana Tan, 0811 55 18 93, g_gemini [at] cbn.net.id
(Perhatian: tempat untuk retret di Vihara MENDUT biasanya terisi penuh 2 bulan sebelumnya; harap mendaftar sedini mungkin.)


MMD AKHIR PEKAN

Retret dimulai pada pukul 7 malam, dan berakhir pada pukul 11 pagi.
Di Cipanas (tempat meditasi Bpk Tatang Kurdi):

11 - 13 Januari 2008
11 - 13 April 2008
7 - 9 November 2008
Pendaftaran pada: Hudoyo, 0811 87 34 90, hudoyo [at] cbn.net.id

Di Vihara MENDUT (Jawa Tengah)

8 - 10 Februari 2008
13 - 15 Juni 2008
17 - 19 Oktober 2008
Pendaftaran pada: Waluyo, 0812 294 31 13, sadarsetiapsaat [at] yahoo.com
(Perhatian: tempat untuk retret di Vihara MENDUT biasanya terisi penuh 2 bulan sebelumnya; harap mendaftar sedini mungkin. Untuk bulan Juni ini sudah penuh: terdaftar 50 orang untuk kapasitas 30 tempat tidur, sebagian harus masuk waiting list.)

Di BRAHMAVIHARA-ARAMA (Singaraja, Bali)

20 - 22 Juni 20008
26 - 28 September 2008
12 - 14 Desember 2008
Pendaftaran pada: Wijaya Darma, 0812 361 3000, widarma [at] gmail.com, Iwan Ananta Wijaya, 0811 399 244, wanantawi [at] yahoo.com, Yopi Sutedjo, 0812 390 8636, deepblue992000 [at] yahoo.com

Di Vihara MULADHARMA (Samarinda)

20 - 23 Maret 2008
Pendaftaran pada: Liliana Tan, 0811 55 18 93, g_gemini [at] cbn.net.id

*****
BIAYA PELATIHAN

Pada prinsipnya, pelatihan ini diberikan secara gratis. Pembimbing dan para petugas dalam retret ini tidak menerima imbalan dalam bentuk apa pun.

Namun, apabila retret ini diadakan di sebuah vihara, pada akhir retret para peserta diharapkan menyumbang secara sukarela (dengan jumlah yang tidak ditentukan besarnya) kepada vihara.

Bila retret ini diadakan di sebuah tempat yang disewa untuk itu, maka biaya akomodasi & konsumsi ditanggung bersama-sama secara transparan oleh para peserta.

Untuk keterangan lebih lanjut hubungi:

Pembimbing:
Dr. Hudoyo Hupudio, MPH
Tel.: (021) 8730080, Hp: 0811-873490;
email: hudoyo [at] cbn.net.id, hudoyo [at] gmail.com

CATATAN:
Jadwal ini dapat berubah sewaktu-waktu. Setiap perubahan akan diumumkan di thread MMD.

Salam,
hudoyo

hudoyo:
Jawaban untuk Rekan Bond. :)

Cerita dari retret MMD di Samarinda, 19 – 23 Maret 2008:

MMD MENEMUKAN WUJUD FINALNYA
Pada waktu Meditasi Mengenal Diri (MMD) mulai diajarkan pada Mei 2000, modelnya mengikuti meditasi vipassana versi Mahasi Sayadaw. Selama beberapa tahun kemudian, model ini tetap dipertahankan.

Beberapa karakteristik dari meditasi vipassana versi Mahasi Sayadaw adalah:

(1) menggunakan Maha-satipatthana-sutta sebagai referensi,
 
(2) dilandasi oleh usaha (viriya) yang maksimal,

(3) menekankan konsentrasi pada “obyek utama”, yakni napas pada meditasi duduk, dan langkah pada meditasi jalan, di samping menyadari pula segala fenomena lain yang masuk melalui indra-indra selama bermeditasi,

(4) menggunakan beberapa teknik untuk memperkuat konsentrasi, yakni:
- mencatat (naming, labeling) segala sesuatu yang diamati,
- memperlambat semaksimal mungkin segala gerakan tubuh ketika meditasi jalan dan ketika melakukan kegiatan sehari-hari.

(5) bertujuan mencapai ‘nyana-nyana’ (pencerahan, insights) yang bertingkat-tingkat, yang berpuncak pada tercapainya magga & phala, yakni kesadaran ariya (suci) Sotapana dst sampai Nibbana (Nirwana).

Dalam perkembangan MMD selanjutnya, dalam interaksi pembimbing dan para praktisi MMD yang serius, secara berangsur-angsur berkembanglah suatu versi meditasi vipassana yang sama sekali berbeda. Versi vipassana ini banyak diilhami oleh pencerahan & ajaran J. Krishnamurti.

Namun, ini bukan berarti bahwa MMD telah menyimpang dari ajaran Buddha Gotama yang asli. Oleh karena, ternyata kemudian ditemukan sutta-sutta dalam kitab suci Tipitaka Pali yang mengandung ajaran meditasi oleh Buddha Gotama yang persis sama dengan meditasi yang diajarkan oleh J. Krishnamurti. Sutta-sutta itu adalah:
(1) Bahiya-sutta (Udana, 1.10)
(2) Malunkyaputta-sutta (Samyutta-nikaya, 35.95)
(3) Kalaka-sutta (Anguttara-nikaya, 4.24)
Tambahan pula, mengingat sutta-sutta ini termasuk sutta-sutta pendek, dapat disimpulkan mereka berasal dari masa yang relatif lebih tua dari kitab suci Tipitaka Pali.

Sejak tahun 2007 sampai sekarang, praktik MMD berangsur-angsur telah menemukan wujudnya yang final, yang amat berbeda dengan meditasi vipassana versi Mahasi Sayadaw atau dengan teknik-teknik meditasi vipassana lainnya. Beberapa karakteristik MMD yang berbeda itu adalah:

(1) menggunakan Bahiya-sutta, Malunkyaputta-sutta dan Kalaka-sutta sebagai referensi;

(2) sama sekali tidak dilandasi oleh usaha (viriya) - alih-alih menekankan pada sadar/eling (sati) secara pasif (usaha dipahami sebagai gerak dari pikiran/si aku/atta);

(3) tidak menekankan pada konsentrasi, melainkan pengembangan sadar/eling (sati) seluas-luasnya, tanpa mengamati satu obyek dalam waktu relatif lama (tidak ada "mengamati" secara sengaja) – dalam keadaan ini konsentrasi akan berkembang dengan sendirinya—bukan dibuat/disengaja—bersama dengan berkembangnya keheningan;

(4) karena tidak mengembangkan konsentrasi secara sengaja, maka tidak menggunakan teknik apa pun, seperti “mencatat”--yang adalah gerak pikiran--atau memperlambat gerakan – gerakan tubuh akan melambat dengan sendirinya bersama menguatnya kesadaran;

(5) tidak mempunyai tujuan, cita-cita atau harapan apa pun yang disadari, tidak bertujuan mencapai “nyana-nyana”, bahkan tidak bertujuan mencapai nibbana, di masa depan; alih-alih, sekadar menyadari munculnya si aku/atta dalam segala bentuknya dari saat ke saat, pada saat kini.

Di dalam retret MMD, perbedaan mendasar dengan teknik meditasi vipassana versi Mahasi Sayadaw atau dengan teknik-teknik meditasi vipassana lainnya terlihat nyata pada kesulitan yang dihadapi oleh para peserta retret yang sebelumnya telah terbiasa dengan teknik-teknik meditasi vipassana tertentu. Dalam beberapa jam pertama, mereka harus “membongkar” keterkondisian terhadap teknik-teknik meditasi vipassana itu, untuk dapat masuk ke dalam keheningan MMD yang tanpa teknik, tanpa tujuan dan tanpa usaha apa pun.

Pada beberapa peserta retret yang berhasil mengatasi keterkondisiannya pada teknik-teknik meditasi vipassana tertentu, akan dirasakan suatu kelegaan, keringanan, kejernihan, seolah-olah suatu beban yang berat terlepas dari pundak, yakni “beban meditasi”.

Mengingat adanya perbedaan-perbedaan mendasar di antara MMD dengan berbagai teknik meditasi vipassana lain, maka semakin dirasa mendesak perlunya sebuah buku panduan MMD yang lengkap.

Di bawah ini disajikan beberapa testimoni dari para peserta retret MMD 3 hari 4 malam di Vihara Ekayana, Samarinda, tgl 19 – 23 Maret 2008.

Pembimbing,
Hudoyo Hupudio

*****
SONY HALIM, 29 th., Buddhis, Samarinda – pernah dua kali mengikuti pabbajja menjadi samanera, peserta baru MMD:

MMD adalah sebuah hal yang baru dan sangat menarik bagi saya. Selama ini saya mengenal meditasi selalu ada obyek, namun MMD mengajarkan tanpa obyek, hanya mengamati pikiran/atta tanpa memberikan respons apa pun terhadap yang muncul.

Awalnya sulit, tapi memberi efek yang mendalam bagi saya. Saya jadi mengerti apa yang saya alami selama ini. Hidup dan sadar pada hari ini/saat ini jauh lebih baik ketimbang terbebani oleh kehidupan yang lalu atau akan datang. Terkadang kita tidak sadar bahwa kita hidup di masa lampau, karena punya kesan yang kuat terhadap kejadian masa lampau; atau kita hidup di masa depan, karena bingung/khawatir tentang masa depan kita. Akhirnya kita lupa, bahwa hidup saat ini yang menentukan apa yang akan kita dapatkan.

Masa lalu sudah lewat,
Masa depan belum pasti,
Masa sekarang adalah pasti.

Mengapa harus bingung dengan hal yang sudah lewat dan hal yang belum pasti?
Kenapa tidak fokus pada hal yang pasti?

N.N.:

Pertama-tama, saya haturkan banyak terima kasih atas bimbingan Romo Hudoyo, yang telah membimbing saya mengikuti latihan MMD yang ketiga kali.

Pengalaman selama mengikuti latihan MMD untuk kali ini sangat lain dari yang terdahulu. Saya sangat berkesan sekali dengan apa yang diterangkan pada saat-saat diskusi tiap malam, yaitu apa yang kita dengar cuma ada yang didengar, apa yang dirasa cuma ada yang dirasa, tapi tidak ditanggapi, apa yang dirasa di pikiran kita, memori-memori, cuma disadari; semua akan padam/lenyap. Maka saya menyadari aku.

Makanya dalam latihan kali ini, saya lebih enak dan tenang walaupun badan jasmani ini sakit, timbul dan tenggelam. Seperti waktu saya ikut yang lalu, semua yang kita dengar dan rasakan harus dicatat; jadi sepertinya kita mencari sesuatu yang belum didapat. Dan kadang melihat cahaya-cahaya. Tapi kali ini tidak demikian. Semua berjalan apa adanya.

Sekali lagi, terima kasih banyak, Romo Hudoyo. Semoga apa yang saya dapat dari Romo akan saya terapkan di kehidupan sehari-hari. Sampai ketemu, Romo, terima kasih.


PUNAN BUDIMAN, 46 th., Buddhis, peserta lama MMD, pernah duduk diam tanpa bergerak selama 5 jam dalam retret MMD yang lalu (tampaknya masuk ke dalam jhana):

Ringkas saja saya beritahukan, bahwa saya mengikuti retret dengan Bpk Hudoyo ini sudah dua kali, dan ini yang ketiga kalinya.

Pada retret yang ketiga ini, metode yang diterapkan tambah mudah; maksud saya, di pikiran tidak ada beban, atau istilahnya, setiap yang muncul tidak di-label atau dicatat. Jadi di retret yang ketiga ini sangat enjoy dan happy, tidak ada istilah label-labelan. Jadi saya sangat berkesan dan bermanfaat untuk saya menjalankan MMD ini dalam kehidupan saya ini.

Sekian, terima kasih, Romo Hudoyo. Semoga dalam perjalanannya sukses dalam mengembangkan MMD ini untuk semua orang banyak; dan semoga semua makhluk berbahagia.

<bersambung>

hudoyo:

--- Quote from: andry on 18 April 2008, 06:53:45 PM ---ehemm... mmm....... yup, but... kenapa neh saya masih belum betul2 paham dari arti kata but tsb.

apakah karena di buddhis ada step2 kita harus ini harus itu..
hidup seperti ini, hidup seperti itu, jangan lakukan ini, jangan lakukan itu.. dan seakan2 kita menempa diri untuk siap mendayung ke pantai sebrang.

dan di J.K u tinggal 3D.
datang
duduk
diam
dan lihat semuanya??

IMO. di awal kita memang harus menempa diri atau melatih diri, dgn step2 yg telah diberikan. apapun yg anda pegang atau anut. jalur ariya lah yg dapat membawa anda memasuki suatu arus... namun jika anda telah di arus yg tepat/jalan yg tepat maka hal2 anda tinggal berjalan dgn sendirinya, dgn jalan yg anda ciptakan dan jalan yg anda taklukan sendiri..
Semoga Bermanfaat

--- End quote ---

--- Quote from: tesla on 18 April 2008, 10:14:55 PM ---kalau pendapat saya, step2 tsb adalah jalan utk ke pintu kesadaran...
dalam 3D yg sdr. andry katakan datang, duduk & diam (mengamati), step2 tsb adalah jalan utk ke kondisi D yg pertama yaitu 'datang'.

--- End quote ---

--- Quote from: Lily W on 19 April 2008, 10:19:42 AM ---Apakah ke pintu kesadaran itu harus dg 3D tsb? gimana kalo kita tidak berada di 3D tsb? Mereka yg pake 3D tsb bisa bertahan berapa lama (Apakah bisa seharian)? .... :-?

--- End quote ---

Mengenai "jalan spiritualitas", secara garis besar ada dua pendapat:

(1) mayoritas terbesar (di semua agama, termasuk agama Buddha) melihat spiritualitas sebagai "jalan" menuju "sesuatu" yang diidam-idamkan. "Sesuatu" yang ideal itu diletakkan di masa depan, dan "jalan" itu membawa dari 'apa yang ada sekarang' (yang ingin diubah) menuju 'apa yang seharusnya' (yang ingin dicapai) di 'masa depan', atau disebut juga "pantai seberang". Pendapat seperti ini berasal dari pembelajaran secara intelektual atas kitab-kitab. (Di dalam kitab Tipitaka itu disebut Jalan Suci Berfaktor Delapan)

(2) segelintir orang (cuma Buddha dan Krishnamurti) menyatakan "tidak ada jalan", melainkan hanya "diam" bersama 'apa yang ada' pada 'saat kini', tanpa memikirkan segala harapan & cita-cita ke 'masa depan'. Pendapat seperti ini berasal dari pengalaman meditasi, tanpa melalui pembelajaran dari buku. (Buddha mengatakan itu di dalam Bahiya-sutta & Malunkyaputta-sutta).

Rekan Tesla mau memadukan kedua pandangan--yang sebetulnya tidak bisa dipadukan itu--dengan mengatakan bahwa "jalan" (#1) itu adalah untuk mencapai keadaan "diam" (#2).

Ibu Lily mempertanyakan apakah "diam" itu bisa sepanjang waktu.

Saya berpendapat, kedua sudut pandang ini tidak bisa dipertemukan. Pandangan yang satu berasal dari pemahaman secara intelektual, pandangan yang lain bukan pemahaman secara intelektual, melainkan secara intuitif berasal dari pengalaman meditasi.

Kalau orang berpikir, harus berupaya dulu untuk sampai pada kesadaran keheningan, maka ia tidak akan pernah hening, karena upaya itu menyiratkan adanya aku yang terus mengharap & berusaha; selama aku ada selama itu pula tidak akan pernah ada keheningan.

Jadi, "diam" itu harus terjadi mulai saat sekarang, betapa pun pikiran ini masih berseliweran, tidak ditunda-tunda dengan sibuk berlatih ini-itu. Justru "diam" itu harus terjadi di tengah-tengah kita berhubungan dengan orang lain, berhubungan dengan dunia sekitar, berhubungan dengan pikiran-pikiran & harapan-harapan kita sendiri. Justru "diam" (dalam arti tidak bereaksi) itu harus terjadi setiap saat, terus-menerus, kalau mau. :)

Sang Buddha kepada Angulimala:

"Angulimala, aku sudah lama berhenti. Kamulah yang masih terus berlari. Apa yang kamu cari? Berhentilah."
Apakah kita tidak terus berlari mengejar "kesadaran", mengejar "nibbana"?

Salam,
hudoyo

tesla:
lanjutin ke sini saya yah... :)


--- Quote ---Rekan Tesla mau memadukan kedua pandangan--yang sebetulnya tidak bisa dipadukan itu--dengan mengatakan bahwa "jalan" (#1) itu adalah untuk mencapai keadaan "diam" (#2).
--- End quote ---

jalan yg saya maksud (#1) bukanlah utk mencapai keadaan diam (#2) ;D
tetapi jalan utk mengkondisikan pengembangan kesadaran (samadhi / bhavana yah bahasanya?...), misalkan salah satu kondisinya adalah saya dan teman2 disini dapat berdiskusi dg Pak Hudoyo di sini. :)
jalan itu sendiri berada di luar konteks pengembangan kesadarannya...

oh... mungkin memang ada perbedaan pendapat antara Pak Hudoyo dg saya mengenai pengembangan kesadaran tsb adalah dg usaha ataupun tanpa usaha... walau demikian, saya sangat senang utk berdiskusi MMD :)

Navigation

[0] Message Index

[#] Next page

[*] Previous page

Go to full version