Dalam hakikat Sunyata (dapat diselami via meditasi vipassana), sebenarnya semua fenomena tanpa kecuali adalah muncul dari saya, termasuk keberadaan saya sekarang (dalam kesadaran ini, berkarakter tertentu, punya pengalaman yang sudah lewat tertentu, menyadari keberadaan saya sekarang, serta juga punya impian/cita-cita untuk di masa depan saya).
Jadi keberadaan saya sekarang (kesadaran + faktor mental lainnya + fisik/rupa/bentuk saya), bahkan juga makhluk-makhluk di sekeliling saya (yang mana ada dalam persepsi saya), adalah hasil/akibat perbuatan saya sendiri (lewat pikiran, ucapan, maupun tindakan).
Saya persingkat, langsung ke korelasinya dengan "kosong=isi, isi=kosong", bahwa setiap fenomena ada karena sebab, bahkan saya (dalam kesadaran ini), ada juga karena sebab yang lain (ini yang tidak dijelaskan secara terperinci oleh Buddha Gautama, dengan mempertimbangkan tingkat pemahaman makhluk yang masih terlalu jauh untuk mengerti).
Karena saya ada akibat/hasil dari sebab yang lain, atau segala tentang Anda saat ini adalah hasil karma Anda di masa lalu, maka Anda yang sekarang sebenarnya "tiada".
Memang mirip nihilisme (anihilasi), tapi bukan ini yang saya maksud.
Bila seseorang telah terbebas (dari ketidaktahuan/avidya), maka Ia (huruf kapital) sesungguhnya akan menyaksikan dirinya sendiri, berkutat (interaksi) dengan unsur-unsur lain (skhandas), dalam sebuah permainan "tidak-menguntungkan" (makanya disebut Dukkha).
Dan potensi (tidak saya bahas di thread ini) Dia ternyata jauh lebih besar dari yang dapat dibayangkan dan diketahui oleh Ia sebelumnya.
Karena itu, Kosong = Isi, berarti:
Dalam ketiadaan (Tiada Aku, tapi bukan kemusnahan/nihilisme), ada fenomena (yaitu kehidupan ini beserta makhluknya, termasuk "saya" dalam gabungan skhandas/agregat).
Isi = Kosong, artinya:
Dalam kewujudan ini (keberadaan/kehidupan yang seolah tanpa akhir ini), sesungguhnya mereka bukan (tiada) apa-apa, atau (kita kenal dengan) Anatta.
Makhluk-makhluk itu semua sunya (kosong), karena jika mereka mencapai Kebuddhaan (Ia/Mereka dengan huruf kapital), maka identitas yang Mereka kenai (pakai) saat ini adalah tidak "valid" (mungkin ada kata yang lebih tepat, saya tidak menemukannya saat mengetikkan ini).
Mengapa?
Karena identitas yang Mereka kenakan saat ini, adalah: Karma (Proyeksi) dari diri Anda (masing-masing) sendiri.
Tanpa karma yang tepat, dalam kehidupan Anda tidak akan pernah ada sosok pemuda yang meninggalkan istana demi bertapa, lalu (disebut-sebut) mencapai kesempurnaan, dst...
Tidak akan ada itu. Bahkan, bila Anda lahir sejaman dengan Beliau (mengesampingkan faktor bahwa Anda terlahir sebagai seekor lalat atau kucing), Anda tidak akan pernah dengar, atau dengar tapi tak signifikan bagi Anda, atau bahkan dengar tapi berujung petaka bagi Anda (seperti kasus Cinca-manavika dan Devadatta).
Jadi, apakah Buddha itu mutlak adalah Guru bagi setiap insan (makhluk)?
Jawabannya, tergantung (tergantung apa karma Anda, memungkinkan atau tidak meresapi dharma dari Guru Agung Buddha Gautama).
Jadi (maka disebut/dikatakan) Buddha itu pun, Sunya dari sifat hakiki, atau, (apapun itu) tergantung siapa subyek yang mencerap/memproyeksikannya.
Sampai disini, semoga tidak terlalu melelahkan.
Besok saya lanjutkan. Silakan komentari dengan arif.
Terima kasih.